Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

DENGAN DIAGNOSA SKIZOFRENIA DI LINGKUNGAN KAMASAN


WILAYAH KERJA PUSKEMAS MATARAM

DISUSUN OLEH:

MARISA AINUN SANI

047STYJ20

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILLMU KESEHATAN YARSI MATRAM
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
MATARAM
2020
A. Konsep Dasar Masalah
1. Pengertian
Skizofrenia adalah suatu bentuk psikosa fungsional dengan
gangguan utama pada proses fikir serta disharmoni (keretakan,
perpecahan) antara proses pikir, afek/emosi, kamauan dan psikomotor
disertai distorsi kenyataan, terutama karena waham dan halusinasi; asoisasi
terbagi-bagi sehingga timbul inkoherensi, afek dan emosi perilaku bizar.
Skizofrenia merupakan bentuk psikosa yang banyak dijumpai
dimana-mana namun faktor penyebabnya belum dapat diidentifikasi secara
jelas. Kraepelin menyebut gangguan ini sebagai demensia precox
(demensia artinya kemunduran intelegensi dan precox artinya
muda/sebelum waktunya).
Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang merusak yang
dapat melibatkan gangguan yang khas dalam berfikir (delusi), persepsi
(halusinasi, pembicaraan, emosi dan perilaku. Keyakinan irasional tentang
dirinya atau isi pikiran yang menunjukkan kecurigaan tanpa sebab yang
jelas, seperti bahwa orang lain bermaksud buruk atau bermaksud
mencelakainya
2. Rentang Respon

3. Etiologi
Terdapat beberapa teori yang dikemukakan para ahli yang menyebabkan
terjadinya skizofrenia. Teori teori tersebut antara lain:
1) Endokrin
Teori ini dikemukakan berhubung dengan sering timbulnya Skizofrenia
pada waktu pubertas, waktu kehamilan atau puerperium dan waktu
klimakterium, tetapi teori ini tidak dapat dibuktikan.
2) Metabolisme
Teori ini mengemukakan bahwa skizofrenia disebabkan karena
gangguan metabolisme karena penderita tampak pucat, tidak sehat,
ujung extremitas agak sianosis, nafsu makan berkurang dan berat badan
menurun serta pada penderita dengan stupor katatonik konsumsi zat
asam menurun. Hipotesa ini masih dalam pembuktian dengan
pemberian obat halusinogenik seperti meskalin dan asam lisergik
diethylamide (LSD-25). Obat-obat tersebut dapat menimbulkan gejala-
gejala yang mirip dengan gejala-gejala skizofrenia, tetapi reversible.
3) Teori Adolf Meyer
Skizofrenia tidak disebabkan oleh penyakit badaniah sebab hingga
sekarang tidak dapat ditemukan kelainan patologis anatomis atau
fisiologis yang khas pada susunan saraf tetapi Meyer mengakui bahwa
suatu konstitusi yang inferior atau penyakit badaniah dapat
mempengaruhi timbulnya Skizofrenia. Menurut Meyer Skizofrenia
merupakan suatu reaksi yang salah, suatu maladaptasi, sehingga timbul
disorganisasi kepribadian dan lama kelamaan orang tersebut
menjauhkan diri dari kenyataan (otisme).
4) Teori Sigmund Freud
Teori Sigmund freud juga termasuk teori psikogenik. Menurut freud,
skizofrenia terdapat:
a. Kelemahan ego, yang dapat timbul karena penyebab psikogenik
ataupun somatik
b. Superego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi dan Id
yamg berkuasa serta terjadi suatu regresi ke fase narsisisme
c. Kehilangaan kapasitas untuk pemindahan (transference) sehingga
terapi psikoanalitik tidak mungkin.
5) Eugen Bleuler
Penggunaan istilah Skizofrenia menonjolkan gejala utama penyakit ini
yaitu jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni
antara proses berfikir, perasaan dan perbuatan. Bleuler membagi gejala
Skizofrenia menjadi 2 kelompok yaitu gejala primer (gangguan proses
pikiran, gangguan emosi, gangguan kemauan dan otisme) gejala
sekunder (waham, halusinasi dan gejala katatonik atau gangguan
psikomotorik yang lain)
4. Tanda dan Gejala
1) Gejala Primer
a. Gangguan proses pikir (bentuk, langkah dan isi pikiran). Yang
paling menonjol adalah gangguan asosiasi dan terjadi inkoherensi
b. Gangguan afek emosi
1. Terjadi kedangkalan afek-emosi
2. Paramimi dan paratimi (incongruity of affect / inadekuat)
3. Emosi dan afek serta ekspresinya tidak mempunyai satu
kesatuan
4. Emosi berlebihan
5. Hilangnya kemampuan untuk mengadakan hubungan emosi
yang baik
c. Gangguan kemauan
1. Terjadi kelemahan kemauan
2. Perilaku negativisme atas permintaan
3. Otomatisme : merasa pikiran/perbuatannya dipengaruhi oleh
orang lain
d. Gejala psikomotor
1. Stupor atau hiperkinesia, logorea dan neologisme
2. Stereotipi
3. Katelepsi : mempertahankan posisi tubuh dalam waktu yang
lama
4. Echolalia dan echopraxia
e. Autisme.
2) Gejala Sekunder
a. Waham
b. Halusinasi
Istilah ini menggambarkan persepsi sensori yang salah yang
mungkin meliputi salah satu dari kelima pancaindra. halusinasi
pendengaran dan penglihatan yang paling umum terjadi, halusinasi
penciuman, perabaan, dan pengecapan juga dapat terjadi.
5. Batasan Karakteristik
Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab
dan perjalanan penyakit yang luas, serta sejumlah akibat yang bergantung
pada interaksi pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya.
Skizofrenia umumnya ditandai oleh gejala positif, seperti halusinasni dan
waham; gejala negative seperti hilangnya motivasi dan kemiskinan
pembicaraan; defisit kognitif, seperti masalah dalam perhatian, memori dan
pemecahan masalah; serta kesulitan psikososial seperti kurangnya
hubungan sosial, tidak bekerja, tingginya penyalahgunaan zat, peningkatan
risiko tidak memiliki tempat tinggal dan mencengangnya hubungan dalam
keluarga.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Sering ditemukan pada usia dini atau muncul pertama kali pada masa
pubertas.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama yang menyebabkan pasien dibawa ke rumah sakit
biasanya akibat adanya kumunduran kemauan dan kedangkalan emosi.
c. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi sangat erat terkait dengan faktor etiologi yakni
keturunan, endokrin, metabolisme, susunan syaraf pusat, kelemahan
ego.
Psikososial
1) Genogram
Orang tua penderita skizofrenia, salah satu kemungkinan anaknya
7-16 % skizofrenia, bila keduanya menderita 40-68 %, saudara tiri
kemungkinan 0,9-1,8 %, saudara kembar 2-15 %, saudara kandung
7-15 %.
2) Konsep Diri
Kemunduran kemauan dan kedangkalan emosi yang mengenai
pasien akan mempengaruhi konsep diri pasien.
3) Hubungan Sosial
Klien cenderung menarik diri dari lingkungan pergaulan, suka
melamun, berdiam diri.

4) Spiritual

Aktifitas spiritual menurun seiring dengan kemunduran kemauan.

d. Status Mental

1) Penampilan Diri

Pasien tampak lesu, tak bergairah, rambut acak-acakan, kancing


baju tidak tepat, resliting tak terkunci, baju tak diganti, baju terbalik
sebagai manifestasi kemunduran kemauan pasien.
2) Pembicaraan
Nada suara rendah, lambat, kurang bicara, apatis.
3) Aktifitas Motorik
Kegiatan yang dilakukan tidak bervariatif, kecenderungan
mempertahankan pada satu posisi yang dibuatnya sendiri
(katalepsia).
4) Emosi
Emosi dangkal
5) Afek
Dangkal, tak ada ekspresi roman muka.
6) Interaksi Selama Wawancara
Cenderung tidak kooperatif, kontak mata kurang, tidak mau
menatap lawan bicara, diam.
7) Persepsi
Tidak terdapat halusinasi atau waham.
8) Proses Berfikir
Gangguan proses berfikir jarang ditemukan.
9) Kesadaran
berubah, kemampuan mengadakan hubungan dengan dan
pembatasan dengan dunia luar dan dirinya sendiri sudah terganggu
pada taraf tidak sesuai dengan kenyataan (secara kualitatif).
10) Memori
Tidak ditemukan gangguan spesifik, orientasi tempat, waktu, orang
baik.

11) Kemampuan penilaian


Tidak dapat mengambil keputusan, tidak dapat bertindak dalam
suatu keadaan, selalu memberikan alasan meskipun alasan tidak
jelas atau tidak tepat.

12) Tilik diri

Tak ada yang khas.

e. Kebutuhan Sehari-hari
Pada permulaan penderita kurang memperhatikan diri dan keluarganya,
makin mundur dalam pekerjaan akibat kemunduran kemauan. Minat
untuk memenuhi kebutuhannya sendiri sangat menurun dalam hal
makan, BAB/BAK, mandi, berpakaian, istirahat tidur.

2. Pohon Masalah
3. Diagnosa Keperawatan

a. Isolasi sosial b.d harga diri rendah

b. Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi pendengaran b.d menarik


diri

c. Kurang perawatan diri b.d menarik diri


4. Rencana Keperawatan
a. Diagnosa keperawatan: Isolasi sosial b.d harga diri rendah

Diagnosa Perencanaan
Keperawatan Intervensi Rasional
Tujuan Kriteria Hasil
Isolasi sosial Tujuan umum
b.d harga diri Klien dapat
melakukan
rendah hubungan sosia - - -
secara bertahap
Tujuan khusus 1
Klien dapat
membuna Klien dapat Bina hubungan saling percaya Hubungan saling
hubungan saling mengungkapkan percaya akan
percaya Sapa klien secara ramah baik
perawaannya menimbulkan
Ekspresi wajah secara verbal maupun nonverbal kepercayaan klien
bersahabat kepada perawat
Perkenalkan diri dengan sopan
Ada kontak mata sehingga akan
Menunjukkan rasa Tanya nama lengkap klien dan memudahkan dalam
senang pelaksanaan
Mau berjabat nama panggilanyang disukai tindakan selanjutnya
tangan Jelaskan tujuan pertemuan, jujur
Mau menjawab
salam dan menepati janji
Tunjukkan sikap empati dan
menerima klien apa adanya
Beri perhatian kepada klien
Beri kesempatan untuk
Klien mau duduk mengungkapkan perawaannya
berdampingan tentang penyakit yang diderita
Klien mau Sediakan waktu untuk
mengutarakan mendengarkan klien
masalah yang Katakana pada klien bahwa dia
dihadapi adalah seorang yang berharga dan
bertanggung jawab serta mampu
menolong dirinya sendiri
Tujuan khusus 2 Klien mampu Diskusikan kemampuan dan aspek Reinforcement positif
Klien dapat mempertahankan positif yang dimilikiklien dan beri akan meningkatkan
mengidentifikasi aspek yang positif reinforcement atas kemampuan harga diri klien
kemampuan dan mengungkapkan perasaannya
aspek positif yang Saat bertemu klien hindarkan
dimiliki memberi penilaian negatif
Utamakan memberi pujian yang
realistis
Tujuan khusus 3 Kebutuhan klien Diskusikan kemampuan klien yang Peningkatan
Klien dapat menilai terpenuhi masih dapat digunakan selama sakit kemampuan klien
kemampuan yang Klien dapat Diskusikan juga kemampuan yang akan mendorong
data digunakan melakukan aktivitas dapat dilanjutkan penggunaan di klien untuk madiri
terasarah rumah sakit dah di rumah nantinya
Tujuan khusus 4 Klien mampu Rencanakan bersama klien aktivitas Pelaksanaan
Klien dapat beraktivitas sesuai yang dapat dilakukan setiap hari kegiatan secara
menetapkan dan kemampuan sesuai kemampuan, kegiatan mandiri menjadi
merencanakan Klien mengikuti TAK mandiri, kegiatan dengan bantuan modal awal untuk
kegiatan sesuai minimal, kegiatan dengan bantuan meningkatkan harga
kemampuan total diri
Tingkatkan kegiatan klien sesuai
toleransi kondisi klien
Berikan contoh cara pelaksanaan
kegiatan yang boleh klien
lakukan (sering klien takut
melaksanakannya)
Tujuan khusus 5 Klien mampu Berikan kesempatan kepada klien Melalui aktivitas,
Klien dapat beraktivitas sesuai mencoba kegiatan yang telah klien akan
melakukan kemampuan direncanakan mengetahui
kegiatan sesuai Beri pujian atas usaha dan kemampuannya
dengan kondisi keberhasilan klien
sakit dan Diskusikan kemungkinan
kemampuannya pelaksanaan di rumah
Tujuan khusus 6 Klien mampu Beri pendidikan kesehatan kepada Perhatian keluarga
Klien dapat melakukan apa keluarga tentang cara merawat klien dan pengertian
memanfaatkan yang diajarkan dengan isolasi social dan harga diri keluarga akan
system pendukung Klien mau rendah membantu
yang ada memberikan Bantu kelluarga memberi dukungan meningkatkan harga
dukungan selama klien dirawat diri klien
Bantu keluarga menyiapkan
lingkungan dirumah

b. Diagnosa keperawatan: resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi pendenganran b.d menarik diri
Diagnosa Perencanaan
Intervensi Rasional
Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil
Resiko Tujuan umum
perubahan Klien dapat
persepsi berinteraksi dengan
- - -
sensori: orang lain sehingga
halusinasi tidak terjadi
pendengaran halusinasi
b.d isolasi Tujuan khusus 1 Klien dapat Bina hubungan saling percaya Hubungan saling
sosial Klien dapat mengungkapkan Sapa klien secara ramah baik percaya akan
membuna perasaan dan secara verbal maupun nonverbal menimbulkan
hubungan saling keberadaannya Perkenalkan diri dengan sopan kepercayaan klien
percaya secara verbal Tanya nama lengkap klien dan kepada perawat
Klien mau nama panggilanyang disukai sehingga akan
menjawab salam Jelaskan tujuan pertemuan, jujur memudahkan dalam
Klien mau berjabat dan menepati janji pelaksanaan
tangan Tunjukkan sikap empati dan tindakan selanjutnya
Mau menjawab menerima klien apa adanya
pertanyaan Beri perhatian kepada klien
Ada kontak mata Beri kesempatan untuk
Klien mau duduk mengungkapkan perawaannya
berdampingan tentang penyakit yang diderita
dengan perawat Sediakan waktu untuk
mendengarkan klien
Katakana pada klien bahwa dia
adalah seorang yang berharga dan
bertanggung jawab serta mampu
menolong diri sendiri
Tujuan khusus 2 Klien dapat Kaji pengetahuan klien tentang Dengan mengetahui
Klien dapat menyebutkan perilaku menarik diri dan tanda- tanda dan gejala
menyebutkan penyebab menarik tandanya menarik diri akan
penyabab menarik diri yang berasal Beri kesempatak kepada klien untuk menentukan langkah
diri dari : mengungkapkan perasaan intervensi selanjutnya
Diri sendiri penyebab menarik diri atau tidak
Orang lain mau bergaul
Lingkungan Diskusikan dengan klien tentang
perilaku menarik diri, tanda dan
gejala
Berikan pujian tentang kemampuan
klien mengungkapkan perasaannya
Tujuan khusus 3 Klien dapat Kaji pengetahuan klien tentang Reinforcement positif
Klien dapat menyebutkan keuntungan dan manfaat bergaul dapat meningkatkan
menyebutkan keuntungan dengan orang lain harga diri
keuntungan berhubungan Beri kesempatan kepada klien untuk
bersosialisasi dengan orang lain, mengungkapkan perasaannya
dengan orang lain misalnya banyak tentang keuntungan berhubungan
dan kerugian todak teman, tidak sendiri, dengan orang lain
bersosialisasi bias berdiskusi, Diskusikan dengan klien tentang
dengan orang lain terasa ramai, dapat manfaat berhubungan dengan
bercanda orang lain
Kaji pengetahuan klien tentang
kerugian bila todak bergaul dengan
orang lain
Beri kesempatan kepada klien untuk
mengungkapkan perasaannya
tentang kerugian bila
tidak berhubungan dengan orang
lain
Diskusikan dengan klien tentang
kerugian bila tidak berhubungan
dengan orang lain
Beri reinforcement positif terhadap
kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain

c. Diagnosa keperawatan: Kurang perawatan diri b.d menarik diri


Diagnosa Perencanaan
Intervensi Rasional
Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil
Kurang Tujuan umum
perawatan Pasien
diri b.d mengungkapkan
menarik diri keinginan untuk - - -
melakukan
kegiatan hidup
sehari-hari
Tujuan khusus 1 Klien mampu Dukung pasien untuk melakukan Kegiatan mandiri
Klien mampu melakukan aktivitas kegiatan hidup sehari-hari sesuai dapar meningkatkan
melakukan sehari-hari tingkat kemampuan pasien kemampuan aktivitas
kegiatan hidup Pasien makan Dukung kemandirian pasien, tapi yang dapat dilakukan
sehari-hari secara sendiri tanpa berikan bantuan saat pasien tidak klien
mandiri dan bantuan. dapat melakukan beberapa kegiatan
mendemontrasikan Pasien memilih Perlihatkan secara konkret,
suatu keinginan pakaian yang bagaimana melakukakn kegiatan
untuk sesuai, berpakaian yang menurut pasien sulit
melakukannya merawat dirinya melakukannya
tanpa bantuan. Bantu dalam menyiapkan
Pasien perlengkapan ADLs
mempertahankan Berikan pengakuan dan
kebersihan diri penghargaan positif untuk
secara optimal kemampuannya mandiri
dengan mandi
setiap hari dan
melakukan
prosedur defekasi
dan berkemih tanpa
bantuan.
Daftar Pustaka

Maramis, Willy F. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed 2. Surabaya.


Airlangga University Press

Stuart, Gail W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Ed 5. Jakarta. EGC

Schizophrenia. www.emedicine.com diakses tanggal tanggal 14 Desember 2020

Anda mungkin juga menyukai