Anda di halaman 1dari 79

ASUHAN KEPERAWATAN PSIKOSOSIAL

KETIDAKBERDAYAAN
PADA Tn. H DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIABETES MELITUS
TIPE 2 DI RUANG ANTASENA RUMAH SAKIT MARZOEKI
MAHDI BOGOR

KARYA ILMIAH AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Ners

ASEP HIDAYAT
1106129594

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
JUNI 2014
ASUHAN KEPERAWATAN PSIKOSOSIAL
KETIDAKBERDAYAAN
PADA Tn. H DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIABETES MELITUS
TIPE 2 DI RUANG ANTASENA RUMAH SAKIT MARZOEKI
MAHDI BOGOR

KARYA ILMIAH AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Ners

ASEP HIDAYAT
1106129594

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
JUNI 2014
I
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri,


dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Asep Hidayat


NPM : 1106129594

Tanda Tangan :
Tanggal : 14 Juli 2014
HALAMAN PENGESAHAN

Karya Ilmiah Akhir ini diajukan oleh:


Nama : Asep Hidayat
NPM 1106129594
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Judul Karya Ilmiah Akhir : Asuhan Keperawatan Psikososial Ketidakberdayaan
pada Tn. H dengan Diagnosa Medis Diabetes Melitus
di ruang Antasena RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners
Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Dr. Novy Helena C.D, S.Kp., M.Sc .

Penguji : Linggar Kumoro SKp

Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 14 Juli 2014
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sebenar-benarnya


bahwa tesis ini saya susun tanpa tindakan plagiat sesuai dengan ketentuan yang
berlaku di Universitas Indonesia. Jika di kemudian hari ternyata saya melakukan
tindakan plagiat, saya bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang
dijatuhkan oleh Universitas Indonesia kepada saya.

Depok, Juli 2014

Asep Hidayat
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ners ini.
Penulisan karya imiah akhir ners ini dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk mencapai gelar Ners Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia. Penulis menyadari dalam penyusunan karya ilmiah ini banyak
mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dewi Irawaty, MA., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
2. Dr Erie Dharma Irawan, SpKJ, selaku Pimpinan RS Dr. H. Marzoeki Mahdi
Bogor yang telah menyediakan tempat untuk pembuatan karya ilmiah akhir
ners ini
3. Ibu Iceu Yulia Wardhani , Skp. M.Kep.,Sp.Kep.J , selaku ketua koordinator
Program Profesi Keperawatan Peminatan Jiwa
4. Ibu Dr.Novy Helena C.D.,S.Kp., M.Sc, selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam
penyusunan karya ilmiah ini.
5. Ibu Linggar Kumoro SKp, selaku Kepala Ruangan Antasena RS Dr. H.
Marzoeki Mahdi Bogor
6. Teman sejawat di Ruang Antasena Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor yang
telah banyak membantu dalam pelaksanaan karya ilmiah ini.
7. Ibunda tercinta dan almarhum Ayahanda yang telah melimpahkan kasih
sayang serta memberikan doa yang tak ada putusnya kepada penulis
8. Istriku tercinta Sarohni dan kedua Jagoan hatiku Fahri Rafadian dan Fawaz
Maulana yang telah memberikan cinta, doa, dan semangat dalam setiap
langkah perjalanan hidupku.
9. Teman-teman khususnya yang tergabung dalam peminatan jiwa yang telah
banyak membantu dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
10. Semua pihak yang telah membantu penulisan karya ilmiah ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga karya ilmiah akhir ini membawa manfaaat bagi kita semua.

Depok, Juli 2014

Penulis
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di


bawah ini:
Nama : Asep Hidayat
NPM 1106129594
Program Studi : Profesi Keperawatan
Fakultas : Ilmu Keperawatan
Jenis Karya : Karya Ilmiah Akhir Ners

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exusive Royalty
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
Asuhan Keperawatan Psikososial Ketidakberdayaan pada Tn. H dengan Diagnosa
Medis Diabetes Melitus di ruang Antasena RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Nonekslusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok
Pada tanggal : Juli 2014
Yang menyatakan

(Asep Hidayat)
ABSTRAK

Nama : Asep Hidayat

Program Studi : Profesi Ners Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Judul : Asuhan Keperawatan Psikososial Ketidakberdayaan pada Tn. H


dengan Diabetes Melitus di ruang Antasena RS. Dr. H.
Marzoeki Mahdi Bogor

Masalah kesehatan perkotaan dapat di pengaruhi oleh gaya hidup, pola makan,
serta adanya tuntutan hidup. Diabetes Melitus merupakan penyakit tidak menular
namun bisa mematikan bila individu tidak bisa mengatur tatanan dalam hidup,
individu yang terindikasi penyakit Diabetes melitus menjadi sangat rentang
terhadap komplikasi penyakit tersebut, masalah yang dapat ditimbulkan
mengharuskan individu mampu mengatur prilaku dan pola kognitif menjadi lebih
baik, masalah psikososial ketidakberdayaan merupakan masalah kesehatan yang
dapat ditimbulkan diabetes melitus tipe 2, individu yang menderita penyakit
kronis ini memerlukan perawatan psikososial. Dengan komunikasi untuk
meningkatkan harapan hidup serta berpikir positif. Karya ilmiah ini menganalisa
asuhan keperawatan psikososial ketidakberdayaan pada Tn H dengan diagnosa
medis diabetes melitus tipe 2.

Kata kunci:

Diabetes Melitus tipe 2, ketidakberdayaan, berpikir positif.


Abstract

Name : Asep Hidayat


Study Program : Ners Profession Program Faculty of Nursing
Universitas Indonesia
Title : Psychosocial nursing care powerlessness on Mr. H with
a medical diagnosis type 2 diabetes mellitus at room
Antasena RSMM Bogor

Urban health problems can be influenced by lifestyle, diet, as well as the demands
of life. Diabetes Mellitus is a disease is not contagious but can be deadly if an
individual can not set the order in life, individuals who indicated Diabetes
mellitus become very vulnerable to the complications of the disease, a problem
that can arise requiring the individual to regulate behavior and cognitive patterns
for the better, psychosocial problems powerlessness is a health problem that can
arise with type 2 diabetes mellitus, individuals who suffer from this chronic
disease requires psychosocial treatment. With communications to improve life
expectancy and positive thinking. This paper analyzes the psychosocial nursing
care powerlessness on Mr. H with a medical diagnosis of type 2 diabetes mellitus.

Key words: Diabetes Mellitus type 2, powerlessness, positive thinking.


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
HALAMAN ORISINALITAS ....................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
HALAMAN BEBAS FLAGIAT. ................................................................. iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................ vii
ABSTRAK .................................................................................................. viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 4
1.3 Tujuan ................................................................................................... 4
1.4 Manfaat ................................................................................................. 5
1.4.1 Manfaat Aplikatif......................................................................... 5
1.4.2 Manfaat Keilmuan ....................................................................... 6
1.4.2 Manfaat Metodologi .................................................................... 6

2. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 7


2.1 Diabetes Melitus .................................................................................. 7
2.2 Ketidakberdayaan .............................................................................. 12
2.2.1 Definisi .................................................................................... 12
2.2.2 Patofisiologi ketidakberdayaan ............................................... 13
2.2.3 faktor predisposisi ................................................................... 14
2.2.4 karakteristik ketidakberdayaan................................................ 16
2.2.5 tindakan keperawatan ............................................................... 17

3. LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA ........................................ 24


3.1 Pengkajian ......................................................................................... 24
3.2 Diagnosa Keperawatan ...................................................................... 25
3.3 Intervensi Keperawatan ..................................................................... 25
3.3.1 Aktivitas Keperawatan. ............................................................... 25
3.4 Implementasi Keperawatan ............................................................... 27
3.5 Evaluasi Keperawatan ....................................................................... 28
3.6 Rencana Tindak Lanjut ..................................................................... 28

4.ANALISA SITUASI............................................................................... 30
4.1 Profile Ruangan ................................................................................. 30
4.2 Analisa Masalah Keperawatan dengan konsep terkait KKMP
dan konsep kasus terkait.................................................................... 31
4.3 Analisa Intervensi keperawatan ......................................................... 35
4.4 Alternatif Pemecahan Masalah.......................................................... 37

5. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 39


7.1 Kesimpulan........................................................................................ 39
7.2 Saran 40

DAFTAR REFERENSI
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kasus Kelolaan


Lampiran 2 Analisa Data
Lampiran 3 Intervensi Keperawatan
Lmapiran 4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan masyarakat perkotaan di dunia saat ini dihadapkan dengan


pesatnya perkembangan dan majunya teknologi dalam segala bidang khususnya
masalah kesehatan, menurut WHO, (2010) dari 1.9 miliar individu pada tahun
2000 akan menjadi 3.9 miliar ditahun 2030 dari data persoalan kesehatan
masyarakat urban, namun perkembangan masyarakat perkotaan sering dibarengi
oleh kehidupan yang ingin serba cepat dengan maraknya pola kehidupan seperti
itu membuat gaya hidup dimasyarakat perkotaan kian terasa beresiko dalam
hubungan sosial dimasyarakat dan menurunnya kemapuan masyarakat dalam
kesadaran bidang kesehatan (Leviton, 2000), kesadaran masyarakat yang menurun
berakibat meningkatnya penderita penyakit tidak menular diantaranya penyakit
diabetes melitus yang saat ini di dunia telah menjadi perhatian dunia, menurut
WHO, (2012) sebanyak 70 % dari populasi penduduk di dunia akan meninggal
karena penyakit tidak menular diantaranya diabetes melitus, dan pada tahun 2030
diprediksi mencapai angka 52 juta jiwa meninggal karena penyakit tersebut,
peningkatan kematian didunia disebabkan kurangnya kesadaran masyarakat
tentang prilaku gaya hidup sehat, serta pertumbuhan populasi dan peningkatan
angka harapan hidup.

Perkembangan masalah kesehatan perkotaan pada penderita diabetes melitus


telah terjadi peningkatan dari tahun 2007 sebanyak 2.1 % sampai tahun 2013
(Riskedas 2013). Sedangkan menurut PERKENI, (2006) perkembangan penderita
diabetes melitus pada tahun 2030 mencapai 194 juta penduduk di Indonesia
menderita diabetes mellitus pada usia diatas 20 tahun, faktor lingkungan
diperkirakan ikut berperan dalam peningkatan penderita diabetes mellitus itu
sendiri disamping gaya hidup dan pola makan tidak sehat sebagai penyumbang
peningkatan penderita diabetes melitus (Ani, 2003). Masyarakat perkotaan
mempunyai peranan yang berbeda dalam struktur sosial, sehingga terjadi
kekurangan komunikasi secara sosial dimasyarakat khususnya masalah kesehatan
yang berdampak kurangnya pengetahuan tentang informasi yang benar tentang
penatalaksanaan dan pencegahan terhadap timbulnya penyakit yang berpotensi
terhadap penurunan kualitas hidup masyarakat terhadap kesadaran menjaga
kesehatan (Ompad, 2007).

Urbanisasi masyarakat terjadi dengan sendirinya dikarenakan tuntutan hidup


masyarakat yang mendambakan kelayakan kehidupan pada saat ini, namun
perkembangan pesat masyarakat tersebut membuat komunitas yang bisa dianggap
kaum terpinggir menurut Ooi dan Phua (2007) menyebutkan telah terjadi
penurunan kualitas hidup individu secara berkelompok pada daerah perkotaan dan
meningkatkan penurunan kesadaran individu terhadap gaya hidup sehat. Prilaku
pola makan yang salah merupakan penyebab dari kenaikan berat badan (Obesitas)
yang berakibat pada pola makan yang berlebihan yang biasa dijalani oleh
penderita obesitas berpotensi meningkatkan kadar glukosa darah secara berlebihan
menurut Smeltzer dan Bare, (2002). Kondisi tersebut terjadi pada komunitas yang
tidak sadar terhadap gaya hidup sehat karena kondisi budaya dan tuntutan
kehidupan dari individu itu sendiri, sebanyak 90 % penyebab diabetes adalah
perubahan gaya hidup yang cenderung kurang aktifitas fisik, diet tidak sehat, dan
tidak seimbang serta konsumsi tembakau, (DepKes, 2008).

Diabetes melitus merupakan sekelompok penyakit metabolik yang ditandai


dengan adanya peningkatan kadar glukosa dalam darah (Hyperglikemia) yang
diakibatkan oleh kelainan dalam sekresi insulin, aksi insulin atau keduanya dan
klasifikasi diabetes melitus menjadi 3 tipe yaitu DM tipe1, DM tipe 2 dan DM
pada kehamilan (Gestasional). Penyebab penyakit diabetes mellitus diantaranya
obesitas yang merupakan faktor risiko karena pola makan yang berlebihan yang
biasa dijalani oleh penderita obesitas berpotensi meningkatkan kadar glukosa
darah secara berlebihan . sedangkan kelompok etnis yang dimaksudkan adalah
adanya kelompok etnis tertentu yang memiliki kemungkinan yang lebih besar
untuk terjadinya diabetes mellitus, imungkinkan kerena kelompok tertentu
memiliki gaya hidup, pola makan tertentu sesuai dengan latar belakang etnis dan
budayanya (Smeltzer & Bare, 2002).
Pemberian asuhan keperawatan bagi penderita diabetes didasarkan oleh ketepatan
dalam penentuan prioritas tindakan keperawatan yang akan diberikan melalui
penegakan diagnosa, beberapa diagnosa yang ditegakan dalam penyakit diabetes
melitus diantaranya nutrisi perubahan kurang dari kebutuhan tubuh,
ketidakberdayaan, serta kurang pengetahuan mengenai penyakit prognosis dan
kebutuhan pengobatan menurut Doengoes, (2000). Sedangkan masalah
psikososial yang timbul karena penyakit kronis menurut WHO, (2009) antara lain
peningkatan stres bagi individu yang akan menimbulkan kecemasan bagi
penderita diabetes melitus.

Dampak bagi penderita diabetes melitus menurut DepKes (2008) penyakit


kardiovaskular, penyakit paru kronis/menahun, dan kanker. Prilaku gaya hidup
yang tak sehat bagi individu merupakan faktor yang sangat menentukan bagi
timbulnya diabetes melitus tipe 2, individu selalu berusaha untuk
mempertahankan keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan
oleh setiap individu untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya,
keadaan ini disebut dengan sehat. Sedangkan individu dikatakan sakit apabila
gagal dalam mempertahankan keseimbangan diri dan lingkungannya. Sebagai
makhluk sosial, untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan, agar individu dapat
membina hubungan interpersonal secara positif.

Respon yang ditimbulkan akibat penyakit diabetes mellitus dalam faktor


psikososial menurut Darmono (2005) adanya respon negatif terhadap diagnosis
berupa penolakan atau tidak mengakui kenyataan, cemas, merasa tak berdaya, dan
depresi. Respon psikososial yang negatif tersebut dapat menghambat penurunan
glukosa darah yang akan berdampak pada prilaku ketidakmampuan dalam
menentukan keputusan serta gaya hidup tak sehat, sehingga diperlukan
penanganan secara psikoterapi bagi penderita diabetes mellitus. Penanganan
dalam ketidakmampuan individu tersebut merupakan modal dasar dalam
keberhasilan pengobatan bagi penderita diabetes melitus.

Penderita diabetes mellitus di daerah bogor saat ini telah mencapai 2.1 %
menurut data yang ditampilkan Rikesdas, (2013). Prilaku yang kurang sehat
ditimbulkan oleh gaya hidup yang tidak baik bagi masyarakat Bogor, peningkatan
penderita diabetes melitus lebih tinggi dari penderita di Jawa Barat sebanyak 2 %,
dan peningkatan angka obesitas pada usia produktif antara 45-54 tahun mencapai
43 % individu (Dinkes Kota Bogor, 2014).

Perawatan bagi penderita diabetes melitus menurut Depkes RI, (2011) mencapai
2.6 %, sedangkan rawat inap 2.81 %. Rumah sakit Marzoeki Mahdi yang
melakukan perawatan bagi penderita diabetes melitus khususnya di ruang
antasena pada Januari 2014 sebanyak 17.6 % penderita menjalani perawatan
karena penyakit riwayat penyakit diabetes melitus. Menurut Aujoulat.,
Deccache.Luminet, (2007) beberapa klien yang menderita penyakit kronis
mengalami ketidakberdayaan terhadap harapan kesembuhan dan penanganan akan
penyakit yang diderita sehingga menimbulkan keputusan yang tidak bisa
dilakukan oleh penderita penyakit kronis.

Kondisi kesehatan yang dialami dapat membuat penderita menjadi tidak fokus dan
kurang mampu berpikir positif secara realistis. Masalah psikososial yang timbul
dari respon individu terhadap penyakit yaitu ketidakberdayaan. Ketidakberdayaan
adalah pengalaman tentang kurangnya kontrol seseorang terhadap situasi
termasuk persepsi bahwa sesuatu tidak akan bermakna mampu mempengaruhi
terhadap hasil yang ingin dicapai (NANDA, 2012). Seseorang yang mengalami
ketidakberdayaan kehilangan kontrol terhadap kejadian dalam hidupnya dan
merasa segala sesuatu tidak bermakna bagi dirinya.

1.2 Rumusan Masalah

Penderita diabetes melitus dapat mengalami berbagai dampak meliputi fisik,


psikologis, sosial dan spiritual. Secara fisik seorang penderita diabetes melitus
dapat mengalami berbagai gejala penyakit yang akan menimbulkan kesakitan dan
ketidaknyamanan. Kondisi ini akan mempengaruhi kondisi psikososial dan
spiritual dimana penderita mengalami perasaan yang tidak nyaman, serta pikiran-
pikiran yang negatif yang akan menimbulkan perasaan tertekan akibat kondisi
sakit ditambah dengan tuntutan yang diterimanya dari lingkungan terdekatnya.
Asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien penderita Diabetes Melitus
hendaknya bersifat holistik dengan memperhatikan setiap aspek yang ada pada
diri individu. Asuhan keperawatan holistik bertujuan tidak hanya untuk mencapai
kembali tingkat kesehatan yang optimal secara fisik saja tetapi juga untuk
memberikan dukungan psikososial untuk mendukung proses penyembuhan.
Berdasarkan latar belakang ini penulis tertarik untuk menulis Karya Ilmiah Akhir
Ners (KIAN) yang berjudul “Asuhan Keperawatan Psikososial Ketidakberdayaan
pada Tn. H dengan diagnosa medis Diabetes Melitus di ruang Antasena RS. Dr.
H. Marzoeki Mahdi Bogor ”.

Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan umum:


Penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan analisa tentang asuhan
keperawatan Ketidakberdayaan pada pasien Diabetes Melitus.

1.3.2 Tujuan khusus:

Tujuan khusus yang ingin diperoleh dari penulisan karya ilmiah akhir ini adalah:
Mengidentifikasi masalah fisik dan psikososial yang dapat terjadi pada
klien dengan Diabetes Melitus.
Menganalisis tentang pelaksanaan asuhan keperawatan fisik dan
psikososial yang dapat dilakukan pada penderita Diabetes Melitus.
Mengevaluasi pemberian asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien
Tn. H dengan sumber-sumber rujukan dan teori-teori terkait.

1.4 Manfaat Penulisan

Penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan berbagai manfaat baik
secara ilmu, aplikatif, dan metodologi.

1.4.1 Manfaat Ilmu


Penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
keperawatan khususnya dalam memberikan gambaran asuhan keperawatan
Ketidakberdayaan pada klien yang mengalami Diabetes Melitus.
1.4.2 Manfaat Aplikatif

Penulisan karya ilmiah ini kiranya dapat memberikan gambaran asuhan


keperawatan pada pasien yang mengalami Diabetes Melitus dengan pendekatan
fisik dan psikososial. Hal ini diharapkan dapat membantu perawat di ruang
perawatan dalam meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang
diwujudkan dengan meningkatnya kepuasan klien terhadap pelayanan asuhan
keperawatan yang diberikan.

1.4.3 Manfaat Metodologi


Penulisan karya ilmiah ini kiranya dapat dijadikan sebagai penemuan baru terkait
penerapan asuhan keperawatan psikososial pada pasien yang menderita Diabetes
Melitus sehingga dikemudian hari dapat dijadikan sebagai sumber rujukan ilmiah
bagi penulisan karya ilmiah berikutnya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan dijelaskan tentang teori dan penelitian terkait Diabetes Melitus.
Yang berhubungan dengan masalah psikososial akibat dari penyakit fisik
diantaranya ansietas dan ketidakberdayaan.

2.1 Diabetes Melitus

2.1.1 Defenisi

Diabetes Melitus merupakan kelainan heterogen yang ditandai oleh


kenaikan kadar glukosa dalam darah, yang menyebabkan tubuh bereaksi
terhadap insulin sebagai hormon yang diproduksi pankreas dapat menurun,
yang menyebabkan hiperglikemi (Brunner & Suddarths, 2002)

2.1.2 Klasifikasi Diabetes Melitus

2.1.2.1 Diabetes Melitus tipe 1

Ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas. Kombinasi faktor


genetik, imonologi dan mungkin lingkungan (mis: virus) diperkirakan
menimbulkan destruksi sel beta.

a. Faktor Genetik

Penderita diabetes melitus tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri,


tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecendrungan genetik kearah
terjadinya diabetes tipe I. Kecendrungan genetik ditemukan pada
individu yang memiliki tipe antigen HLA ( Human Leucosyte
Antigen ) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung
jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya.

b. Faktor imunologi

Respon autoimun merupakan respon abnormal dimana antibody


terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan
asing. Auto antibody terhadap sel-sel pulau langerhans dan insulin
endogen (internal) terdeteksi pada saat diagnosa dibuat dan bahkan
beberapa tahun sebelum timbulnya tanda-tanda klinis diabetes
melitus tipe 1.

c. Faktor Lingkungan

Virus dan toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang


menimbulkan destruksi sel beta.

2.1.2.2 Diabetes Melitus Tipe 2

Diabetes mellitus tipe 2 merupakan terjadinya resistensi insulin dan


gangguan sekresi insulin, normalnya insulin akan terikat dengan
reseptor khusus pada permukaan sel sebagai akibat terikatnya insulin
dengan reseptor tersebut; terjadi suatu rangkaian reaksi dalam dalam
metabolisme glukosa dalam sel. Resistensi insulin pada DM tipe 2
disertai dengan penurunan reaksi intra sel. Dengan demikian insulin
menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh
jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah
terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah
insulin yang disekresikan. Jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi
peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan
meningkat dan terjadi DM tipe 2. Insulin disekresikan oleh sel-sel beta
yang merupakan salah satu dari empat tife sel dalam pulau-pulau
langerhans pangkreas. Insulin merupakan hormon anabolik atau hormon
untuk menyimpan kalori (storage hormon). Apabila seseorang makan
makanan, sekresi insulin akan meningkat dan menggerakkan glukosa
kedalam sel-sel otak, hati serta lemak. Dalam sel-sel tersebut, insulin
menimbulkan efek berikut ini :

a. Menstimulasi penyimpanan glukosa dalam hati dan otot (glukagon)


b. Meningkatkan penyimpanan lemak dari makanan dalam jaringan
adipose
c. Mempercepat pengangkutan asam-asam amino (yang berasal dari
protein makan) kedalam sel
Insulin juga menghambat pemecahan glukosa, protein dan lemak yang
disimpan. Selama masa “puasa” ( antara jam-jam makan dan saat tidur
malam), pankreas akan melepaskan secara terus menerus sejumlah kecil
insulin bersama dengan hormon pangkreas lain yang disebut glukagon
(hormon ini disekresi oleh sel  pangkreas/pulau langerhans). Insulin
serta glukagon bersama-sama mempertahankan kadar glukosa serta
bersama-sama mempertahankan kadar glukosa yang konstan dalam
darah dengan menstimulasi pelepasan glukosa dari hati. Pada mulanya
hati menghasilkan glukosa melalui pemecahan glikogen
(glikogenolisis), setelah 8-12 jam tanpa makanan, hati membentuk
glukosa dan pemecahan zat-zat selain karbohidrat yang mencakup
asam–asam amino (glukoneogenesis)

Proses keperawatan pada penderita Diabetes Melitus

Pemberian asuhan keperawatan kepada penderita diabetes melitus terdiri:

2.1.3.1 Pengkajian

Pengkajian meliputi riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik difokuskan


pada tanda dan gejala hiperglikemia dan pada faktor fisik, emosional,
serta sosial yang dapat mempengaruhi pasien untuk mempelajari dan
melaksanakan berbagai aktifitas perwatan secara mandiri. Pengkajian
meliputi tanda poliuria, polidipsi, dan polifagia. Brunner dan Suddarts,
(2002) penderita dikaji adakah gangguan sensori dan penurunan turgor
kulit, perawat juga memperhatikan dukungan keluarga serta
keterbatasan sumber financial bagi kelanjutan pengobatan. Status
emosional bisa diamati dengan mengamati pada saat melakukan
anamnesa seperti prilaku yang menunjukan ansietas dan kekhawatiran
penderita terhadap pengobatan yang dijalani dengan memperhatikan
persoalan yang tengah dihadapi dan tindakan yang telah dilakukan.

2.1.3.2 Diagnosa Keperawatan

Penentuan diagnosa secara fisik meliputi menurut ( Brunner &


Suddarts, 2002) antara lain : resiko defisit cairan, gangguan nutrisi,
kurang pengetahuan tentang informasi, dan potensial ketidakmampuan
melakukan perawatan mandiri. Penentuan diagnosa secara psikososial
meliputi ansietas, sedangkan menurut (Lukbin & Larsen, 2006).
Kurangnya pengetahuan dan keterampilan terhadap faktor fisiologis
penyakit berdampak juga pada pemberian edukasi di rumah sakit
dimana klien dan keluarga tidak memiliki kesempatan memperoleh
edukasi tentang diagnosa dan regimen terapi yang akurat. Hal ini akan
menyebabkan perasaan tidak berdaya/ ketidakbedayaan

2.1.3.3 Intervensi Keperawatan

Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dengan


pemantauan tanda tanda vital ada tidaknya tanda dehidrasi, takikardia,
hipotensi. Dalam memperbaiki asupan nutrisi dengan mempersiapkan
penderita agar bisa menjalankan program pemberian diet bagi
pengontrolan glukosa darah dengan memperhatikan asupan hariannya.
Brunner dan Suddarts (2002) intervensi pada kurang pengetahuan
dengan pemberian pendidikan kesehatan secara terarah guna
memberikan informasi yang dapat dimengerti oleh penderita dan bisa
dilaksanakan di kemudian hari, pemberian penyuluhan dalam
mempersiapkan perawatan klien secara mandiri memerlukan peran serta
keluarga sehingga tujuan dari pencapaian keperawatan bisa di lakukan
klien selama dalam perawatan dirumah, seperti pemberian terapi oral
secara benar dan bagi yang menggunakan terapi insulin klien bisa
memutuskan tempat yang akan dilakukan dalam pemberian terapi
tersebut

2.1.3.4 Implementasi Keperawatan

Pemberian asuhan keperawatan selama dalam perawatan diruangan


diharapkan adanya peran serta keluarga dan klien sehingga pemberian
asuhan bisa dilakukan secara terpadu dan mengurangi kecemasan serta
ketidakberdayaan klien dalam menjalankan perawatan secara mandiri.
2.1.3.5 Evaluasi Keperawatan

Klien dan keluarga mampu melakukan tindakan pemberian terapi oral


secara benar dan mampu melaksanakan perawatan mandiri dalam
menentukan pilihan diet nutrisi yang harus dijalankan, pemberian terapi
injeksi pada lokasi yang ditentukan serta mamahami perjalanan
penyakit diabetes melitus

2.1.4 Diabetes Melitus dan Faktor Psikososial

Penatalaksanaan dalam pemberian asuhan keperawatan terhadap klien


Diabetes mellitus meliputi masalah psikosoial yang ada pada klien
diantaranya klien mengalami ketidakberdayaan dalam menghadapi
perawatan yang harus dilakukan klien, menurut Kanine.dkk (2011) 44.08
% klien dengan Diabetes mellitus mengalami mengalami masalah
ketidakberdayaan, yang merupakan faktor dalam ketidakmampuan klien
dalam melakukan perawatan terhadap dirinya sendiri (Brunner &
Suddarths, 2002 ). Sedangkan SIGN (2010) dalam managemen pada
penderita diabetes menyebutkan beberapa faktor yang akan menimbulkan
dampak psikososial bagi penderita diabetes melitus diantaranya : ansietas,
masalah prilaku, depresi, namun menurut Smeltzer dan Bare ( 2002)
mengungkapkan hal yang sama bahwa ansietas merupakan masalah yang
muncul pada klien dengan diabetes melitus yang berhubungan dengan
perasaan takut terhadap ketidakmampuan mengatasi penyakit diabetes,
informasi yang salah tentang penyakit diabetes dan ketakutan terhadap
komplikasi penyakit diabetes, serta menentukan langkah yang akan
dilakukan bagi penderita diabetes yang dipengaruhi oleh kondisi
penyakitnya.

Ketika individu mengalami perubahan kondisi sakit fisik, maka akan


banyak terjadi perubahan fungsi dan munculnya masalah psikososial.
Klien dengan penyakit fisik mempunyai sumber stresor utama yang
berdampak pada aspek bio-psiko-sosio-sosial dan spiritual. Perubahan
kondisi dari sehat ke sakit biasanya berawal dengan gejala yang umumnya
disertai rasa tidak nyaman, dan penurunan stamina, serta penurunan
kemampuan untuk melakukan fungsinya sebagai individu yang mampu
mempunyai harapan hidup serta berpikir secara positif tentang tujuan dari
pencapaian keberhasilan dalam pemulihan kondisi penyakitnya.
Pencapaian tujuan hidup, keharmosin keluarga, pekerjaan yang layak dan
penghasilan yang sesuai sehingga bisa berpengaruh terhadap gaya hidup
secara terstruktur dan memberikan tujuan dalam pencapaiannya menurut
Brunner dan Suddarth (2002).

Ketidakberdayaan

2.2.1 Pengertian

Ketidakberdayaan merupakan persepsi individu bahwa segala tindakannya


tidak akan mendapat hasil (Varcarolis, 2000), tuntutan dari setiap individu
terjadi bila ada kebutuhan yang melibatkan individu itu sendiri, bila setiap
keputusan tak bisa dilakukan oleh individu maka telah terjadi masalah
yang berimbas pada kemampuan individu dalam menentukan kondisi yang
di rasakan (Fortinash, 2003). Menurut Townsend (2009) ketidakberdayaan
dimana individu dengan kondisi depresi, apatis dan kehilangan kontrol
yang diekpsresikan oleh individu baik verbal maupun non verbal. Dapat
disimpulkan bahwa kondisi depresi tersebut merupakan salah satu masalah
yang berakibat pada kondisi psikososial dengan ketidakberdayaan. Kondisi
ketidakberdayaan tidak seperti keputusasaan, ketidakberdayaan pada
individu terjadi bila individu tidak dapat mengatasi solusi dari masalahnya,
sehingga individu percaya hal tersebut diluar kendalinya untuk mencapai
solusi tersebut. Keputusasaan menyiratkan seseorang percaya bahwa tidak
ada solusi terhadap masalahnya.

Namun konsep dasar dari masalah ketidakberdayaan belum bisa dijelaskan


baik dari definisi, etiologi, maupun patofisiologinya karena
ketidakberdayaan merupakan manifestasi yang timbul dari masalah yang
berasal dari individu yang mengalami kecemasan. Kecemasan merupakan
perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi, salah satu
gangguan alam perasaan, secara umum yang akan mengakibatkan distres,
atau kerusakan sosial, atau berbagai area penting dalam kehidupan
manusia termasuk aspek kognitif yang menyebabkan kurangnya
konsentrasi, ketidakmampuan mengambil keputusan dan kesulitan untuk
mengingat, perasaan tidak berharga dan ketidakmampuan memperoleh
kekuatan untuk mengendalikan situasi, pada saat individu mengalami
suatu kondisi sakit maka terdapat kemampuan individu untuk bertahan
terhadap penyakit ketika mengalami stress, atau menggunakan
kemampuan penyelesaian masalah dan menyakini bahwa individu dapat
melakukan koping terhadap situasi yang tidak menguntungkan atau situasi
baru (Videbeck, 2008) , namun kondisi yang tidak mendukung
memberikan pemahaman yang berbeda pada individu yang tidak bisa
menyelesaikan masalah stres yang akan berakibat terhadap kemampuan
dalam mengatasi masalah yang harusnya bisa teratasi dengan benar.

2.2.2 Patofisiologi Ketidakberdayaan

Patofisiologi masalah psikososial pada individu yang mengalami


ketidakberdayaan saat ini belum diketahui secara pasti, namun jika
dianalisa dari proses terjadinya berasal dari ketidakmampuan individu
dalam mengatasi masalah sehingga menimbulkan stres yang diawali
dengan perubahan respon otak dalam menafsirkan perubahan yang terjadi.
Stres akan menyebabkan korteks serebri mengirimkan sinyal menuju
hipotalamus. Hipotalamus kemudian akan menstimuli saraf simpatis untuk
melakukan perubahan, sinyal dari hipotalamus ini kemudian ditangkap
oleh sistem limbik dimana salah satu bagian pentingnya adalah amigdala
yang akan bertanggung jawab terhadap status emosional individu terhadap
akibat dari pengaktifan sistem hipotalamus pitutary adrenal (HPA) dan
menyebabkan kerusakan pada hipotalamus membuat seseorang kehilangan
mood dan motivasi sehingga kurang aktivitas dan malas melakukan
sesuatu, hambatan emosi pada klien dengan ketidakberdayaan, kadang
berubah menjadi sedih atau murung, sehingga merasa tidak berguna atau
merasa gagal terus menerus. Dampak pada hormon glucocorticoid pada
lapisan luar adrenal sehingga berpengaruh pada metabolisme glukosa,
selain gangguan pada struktur otak, terdapat ketidakseimbangan
neurotransmiter di otak. Neurotransmiter merupakan kimiawi otak yang
akan ditransmisikan oleh satu neuron ke neuron lain dengan rangsang
tersebut (Stuart & Laraia, 2005).

2.2.3 Faktor predisposisi

Menurut Struart dan Laraia (2005) faktor predisposisi merupakan faktor


yang beresiko yang menjadi sumber terjadinya stres dan mempengaruhi
tipe dan sumber dari individu untuk menghadapi stres baik secara biologis,
psikososial dan sosiokultural. Faktor predisposisi tersebut antara lain :

a. Faktor genetik individu yang dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga


yang mempunyai riwayat depresi akan sulit mengembangkan sikap
optimis dalam menghadapi suatu permasalahan termasuk dalam
menghadapi proses kehilangan.

b. Teori kehilangan, berhubungan dengan faktor perkembangan.


Seseorang yang mengalami kehilangan yang traumatis atau perpisahan
dengan orang yang berarti pada masa kanak-kanak akan mempengaruhi
kemampuan individu tersebut untuk mengatasi perasaan kehilangan,
pada masa dewasa individu menjadi tidak berdaya dan akan sulit
mencapai fase menerima.

c. Teori Kognitif, mengemukakan bahwa depresi terjadi akibat gangguan


perkembangan terhadap penilaian negatif terhadap diri, sehingga terjadi
gangguan proses pikir. Individu menjadi pesimis dan memandang
dirinya tidak adekuat, tidak berdaya dan tidak berharga serta hidup
sebagai tidak ada harapan. Menurut Norris (2002) peran pengetahuan
dapat mengubah sikap penderita diebetes menjadi lebih baik.

d. Teori Model Belajar Ketidakberdayaan, menyatakan depresi terjadi


karena individu mempunyai pengalaman kegagalan-kegagalan, lalu
menjadi pasif dan tidak mampu menghadapi masalah. Akhirnya timbul
keyakinan individu akan ketidakmampuannya mengendalikan
kehidupan sehingga ia tidak berupaya mengembangkan respon yang
adaptif. Menurut Funnel, Anderson, (2005) mengatakan keberhasilan
perubahan sikap dari penderita merupakan salah satu keberhasilan
perawatan yang mandiri

Karakteristik gejala dan tanda dari ketidakberdayaan menurut Wilkinson


(2005) antara lain. mengungkapkan dengan kata-kata bahwa tidak
mempunyai kemampuan mengendalikan atau mempengaruhi situasi,
mengungkapkan tidak dapat menghasilkan sesuatu, mengungkapkan
ketidakpuasan dan frustasi terhadap ketidakmampuan untuk melakukan
tugas atau aktivitas sebelumnya, mengungkapkan keragu-raguan terhadap
penampilan peran, mengatakan ketidakmampuan perawatan diri,
ketidakmampuan untuk mencari informasi tentang perawatan, tidak
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat diberikan kesempatan,
enggan mengungkapkan perasaan sebenarnya, ketergantungan terhadap
orang lain yang dapat mengakibatkan iritabilitas, ketidaksukaan, marah
dan rasa bersalah, gagal mempertahankan ide/pendapat yang berkaitan
dengan orang lain ketika mendapat perlawanan. lingkungan perawatan
kesehatan yang masih dianggap kurang terapeutik, program yang terkait
dengan penyakit misalnya pengobatan jangka panjang, penyakit kronik
yang berulang kambuh, interaksi interpersonal yang tidak adekuat atau
terganggu, gaya hidup ketidakberdayaan yang pernah dipelajari karena
seringnya individu mengalami kegagalan atau harapan peran yang tidak
terpenuhi, penyakit kronis atau terminal, ketidakseimbangan metabolisme.

2.2.4 Karakteristik Ketidakberdayaan

Ketidakberdayaan merupakan respon individu terhadap penilaian stressor


dan bagaimana menyelesaikan stressor tersebut. Individu yang dihadapkan
pada suatu kondisi yang dianggap stressor maka akan bereaksi terhadap
stressor tersebut , namun bila tidak bisa mengatas stressor tersebut dapat
mengakibatkan masalah ketidakberdayaan. Menurut National Association
Nursing Diagnoses of American (NANDA, 2012), adanya karakteristik
dari ketidakberdayaan antara lain ketidakberdayaan ringan, sedang dan
berat . Karakteristik ketidakberdayaan ringan antara lain mengekspresi
ketidakpastian tentang kemampuan dalam mengatasi tingkat energi.
Karakteristik ketidakberdayaan sedang antara lain ketergantungan pada
orang lain yang dapat mengakibatkan iritabilitas, tidak melakukan
pemenuhan perawatan diri ketika dibutuhkan, tidak memantau kemajuan,
ekpresi ketidakpuasan terhadap ketidakmampuan melakukan aktifitas
sebelumnya, ekspresi keraguan bahkan berakibat menjadi marah.
Karakteristik ketidakberdayaan berat antara lain apatis, depresi terhadap
kondisi buruk secara fisik, menyatakan tidak memiliki kendali misalnya
terhadap perawatan diri, situasi dan hasil. Menurut Winasis (2009) dalam
konsep diri penderita diabetes menyebutkan adanya perubahan sikap
sering ditunjukan pada penderita diabetes melitus dengan prilaku mudah
marah, kurang mampu melakukan kemandirian, merasa sedih, dan putus
harapan karena tak bisa melakukan aktifitas secara normal lagi di
lingkungan masyarakat.

2.2.5 Tindakan Keperawatan

Tindakan keperawatan untuk klien ketidakberdayaan sesuai dengan


standar asuhan keperawatan psikososial yang dikembangkan magister
keperawatan jiwa terdiri dari dua strategi pelaksanaan. Tindakan
keperawatan yang pertama untuk klien dengan ketidakberdayaan dengan
latihan berpikir positif. Kedua, evaluasi ketidakberdayaan, berusaha
mengembangkan harapan positif dan latihan mengontrol perasaan
ketidakberdayaan.

Menurut Kanine, (2011) dalam penelitiannya tentang pengaruh terapi


generalis dan logoterapi terhadap respon ketidakberdayaan klien diabetes
melitus menyimpulkan bahwa pada kelompok intervensi diketahui terjadi
penurunan skor respon ketidakberdayaan setelah diberikan terapi generalis
dan logoterapi individu sebesar 14,80. Hasil ini diketahui setelah
dilakukan terapi generalis dan logoterapi individu sebelum diberikan
intervensi skor sebesar 44.08, sedangkan setelah dilakukan intervensi
sebesar 22,28. Penelitian ini menunjukan adanya penurunan skor yang
signifikan pada kelompok intervensi setelah diberikan terapi generalis dan
logoterapi individu berdampak pada penurunan kondisi ketidakberdayaan
yang cukup tinggi dibandingkan dengan pemberian terapi generalis pada
kelompok kontrol. Hal ini menegaskan bahwa pemberian terapi generalis
dipadu dengan logoterapi individu pada kelompok intervensi memiliki
hasil perbedaan skor yang signifikan pada kedua kelompok.

Sesuai dengan standar asuhan keperawatan intervensi pertama pada


ketidakberdayaan adalah melakukan pendekatan untuk mengkaji masalah
ketidakberdayaannya. Dalam melakukan pendekatan perawat
menggunakan komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik adalah proses
dimana perawat yang menggunakan pendekatan terencana dalam
mempelajari klien dan mengatasi masalah indivdu terhadap harapan dan
tujuan dalam mengatasi masalah dalam menghadapi kondisinya (Potter &
Perry, 2005).

Komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara klien


dan perawat. Dengan komunikasi terapeutik perawat dapat memegang
peranan penting dalam mengatasi masalah pasien. Komunikasi terapeutik
merupakan bagian dari proses keperawatan. Menurut Rosenthal, (2006)
penderita penyakit kronis memerlukan komunikasi yang terapeutik dalam
memandirikan kondisi klien dengan komunikasi yang terarah memberikan
dukungan terhadap kondisi kesehatan individu sehingga individu
mempunyai perasaan yang nyaman dan aman dalam menjalani perawatan
selama di rumah sakit, dalam intervensi keperawatan psikososial pada
penderita dengan ketidakberdayaan perawat memberikan keleluasaan
kepada penderita dalam mengekspresikan emosi secara benar dengan
memperhatikan pola pikir secara positif sehingga penderita mampu
mengambil keputusan dalam perawatan secara mandiri. Menerapkan
tujuan jangka panjang bagi klien yang mengalami ketidakberdayaan
dengan menunjukan rasa kendali pribadi atas situasi kehidupan yang
ditunjukan dengan menyelesaikan masalah, dan membuat keputusan, serta
menata lingkungan untuk memenuhi kebutuhan pribadi, dengan cara minta
klien mengidentifikasi masalah dengan diskusi mencari sumber frustasi,
ansietas, konflik, dan kebutuhan yang tidak terpenuhi, (Copel, 2007).
Langkah pertama identifikasi masalah penyebab perasaan negatif, bantu
klien membuat tujuan sederhana yang realistis agar sukses, serta tetapkan
waktu dalam implementasi tujuan sesuai tujuan struktur yang sesuai Lalu
menetapkan tujuan lanjutan agar klien dapat membedakan situasi yang
dapat dikontrol dan tidak dapat dikontrol atau menerima situasi yang tidak
dapat diubah, dengan cara bantu klien mengidentfikasi masalah dan
diskusikan dengan tujuan dan kebutuhan yang belum terpenuhi identifikasi
strategi yang mungkin dimodifikasi, bantu klien identifikasi situasi yang
tidak dapat diubah agar terhindar dari masalah frustasi. Sedangkan
tindakan keperawatan untuk keluarga yaitu penjelasan kondisi pasien dan
cara merawat serta evaluasi peran keluarga merawat pasien, dengan cara
latihan mengontrol perasaan ketidakberdayaan (FIK UI-RSMM, 2012).
Antara lain dengan :
a. Membina hubungan saling percaya
b. Mengenali dan mengekspresikan emosinya.
c. Memodifikasi pola kognitif yang negatif
d. Berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berkenaan dengan
perawatannya sendiri.
e. Termotivasi untuk aktif mencapai tujuan yang realistis.

Ansietas

2.3.1 Defenisi

Ansietas adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena


ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respons ( sumber
seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); suatu perasaan
takut akan terjadi sesuatu yang disebabkan oleh antisipasi bahaya. Ini
merupakan sinyal yang menyadarkan bahwa peringatan tentang bahaya yang
akan datang dan memperkuat individu mengambil tindakan menghadapi
ancaman. Ansietas memiliki nilai yang positif. Menurut Stuart dan Laraia,
(2005) aspek positif dari individu berkembang dengan adanya konfrontasi,
gerak maju perkembangan dan pengalaman mengatasi kecemasan. Tetapi
pada keadaan lanjut perasaan cemas dapat mengganggu kehidupan
seseorang, menurut Khuwaja et al, (2010) 58 % menyatakan individu
mengalami kecemasan terhadap penyakitnya dan tak tahu harus berbuat apa.
Ditambahkan Roupa Ζ.et al, (2009) dalam jurnal tentang ansietas dan
depresi pada penderita diabetes mellitus tipe 2 menemukan mengalami
masalah ansietas 53.2 %

2.3.2 Tingkatan Ansietas

Stuart dan Sundeen (1998) dalam Stuart dan Laraia (2005) membagi
ansietas menjadi 4 tingkat yaitu:

Ansietas ringan

Ansietas ringan ini berhubungan dengan dengan ketegangan dalam


kehidupan sehari-hari, menyebabkan sesorang menjadi waspada dan
meningkatkan lahan persepsinya, ansietas pada tingkat ini dapat
meningkatlkan motivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan
kreativitas.

Ansietas sedang

Ansietas pada tahap ini memungkinkan untuk memusatkan pada hal


yang dirasakan penting dan mengesampingkan hal yang lain sehingga
perhatian hanya pada hal yang selektif namun dapat melakukan sesuatu
dengan terarah, reaksi awal klien yang terdiagnosis diabetes mengalami
konsep diri yang rendah, pengontrolan gerakan yang tidak sesuai serta
serta peningkatan nadi dan pernapasan yang cepat.

Ansietas berat

Pada tahap ini seseorang mengalami pengurangan lahan persepsi


sehingga cenderung memusatkan pada sesuatu yang terinci dan pesifik
dan tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk
mengurangi ketegangan. individu tersebut memerlukan banyak
pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain.29 %
mengalami kecemasan yang berat menurut Wandell P.E (2005) terhadap
kualitas hidup penderita diabetes tipe 2
d. Tingkat panik

Pada tahap ini seseorang mengalami ketakutan dan teror, individu


menjadi kehilangan kendali dan tidak mampu melakukan sesuatu
waluapun dengan pengarahan. Panik menimbulkan disorganisasi
kepribadian. Ketika panik terjadi peningkatan aktivitas motorik,
individu mengalami penurunan kemampuan berhubungan dengan orang
lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional.

2.3.3 Penyebab Ansietas

Beberapa faktor yang berhubungan dengan ansietas menurut NANDA,


(2012) adalah Perubahan dalam status ekonomi, lingkungan, status
kesehatan, pola interaksi, fungsi peran, status peran, pemajanan toksin,
masalah terkait dengan keluarga, herediter, infeksi/ kontaminan
interpersonal, penularan penyakit interpersonal, krisis maturasi, krisis
situasional, stres dan penyalahgunaan.

2.3.4 Sumber koping

Menurut Stuart dan Laraia, (2005) individu dapat menilai serta mengatasi
ansietas dengan menggerakkan sumber koping di lingkungan. sumber
koping yang bisa digunakan sebagai pendukung dalam segi ekonomi,
kemampuan penyelesaian masalah, dukungan sosial, serta keyakinan
budaya yang dapat membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman
yang menimbulkan stres dan belajar mengadopsi strategi koping yang
berhasil/efektif.

2.3.5 Mekanisme Koping

Respon individu ketika mengalami ansietas terjadi bervariasi sesuai dengan


mekanisme koping yang digunakan dalam menghadapi stres ataupun
ansietas yang sedang dihadapinya.(Stuart dan Laraia, 2005)
mengkatagorikan mekanisme koping dalam 2 katagori yaitu:

a. Reaksi yang berorientasi pada tugas ( Task Oriented Reactions).


Reaksi yang berorientasi tugas yaitu upaya yang disadari dan berorientasi
pada tindakan untuk memenuhi kebutuhan secara realistik tuntutan
situasi stres. yang termasuk mekanisme jenis ini adalah perilaku
menyerang, menarik diri atau kompromi.

b. Reaksi yang berorientasi pada ego/mekanisme pertahanan ego ( Ego


oriented reactions)

Mekanisme pertahanan ego digunakan untuk mengatasi ansietas ringan


dan sedang, namun pada tingkat yang lebih tinggi dapat terjadi distorsi
atau penyimpangan realitas dan merupakan respon maladaptif terhadap
stres misalnya supresi, disosiasi, proyeksi dan lainnya.

2.3.6 Intervensi Keperawatan

Prinsip penanganan gangguan kecemasan adalah menurunkan kecemasan,


memperbaiki cara berfikir dan mempelajari perilaku baru. Dari kedua
referensi disimpulkan bahwa tujuan intervensi pada ansietas adalah
menurunkan tingkat ansietas serta melatih klien untuk mempelajari cara
penyelesaian masalah baru yang dapat digunakan untuk mengatasi
masalahnya saat ini dan yang akan datang. (Stuart dan Laraia, 2005)

Tujuan intervensi keperawatan pada klien ansietas sedang dalam Stuart dan
Laraia, ( 2005) Klien dapat mengidentifikasi dan menggambarkan
kecemasan yang dirasakan, klien dapat mengidentifikasi kejadian
sebelumnya yang menyebabkan ansietas, klien dapat menggambarkan
respon koping adaptif dan maladaptif dan klien dapat
mengimplementasikan atau mempraktekkan dua respon adaptif untuk
mengatasi ansietas. Intervensi keperawatan pada klien dengan ansietas
antara lain:

a. Bantu klien mengidentifikasi penyebab atau peristiwa sebelumnya yang


menyebabkan ansietas, menghubungkan tanda tanda/kebiasaan yang
dilakukan klien ketika mengalami ansietas, validasi hasil
pengamatan/kesimpulan atau asumsi dengan klien.
b. Bantu klien mengenal situasi dan interaksi yang dapat menimbulkan
ansietas, bantu klien mengulang penilaian terhadap stresor yang dapat
mengancam dan cara mengatasinya. Bantu klien menghubungkan
pengalaman dan cara mengatasi masalahnya yang relevan di masa lalu.

c. Bantu klien mengeksplorasi pengalaman mengatasi/menurunkan ansietas


dan hasilnya, bantu klien untuk membuang cara maladaptif dan destruktif
dalam mengatasi ansietas, dorong klien untuk menggunakan respon
koping adaptif yang efektif di masa lalu.

d. Bantu klien mengidentifikasi cara menata kembali pikiran, melakukan


modifikasi perilaku atau kebiasaan, menggunakan sumber yang tersedia
dan mencoba respon koping yang baru, dorong klien untuk melakukan
aktifitas untuk menyalurkan energi, dukung klien untuk menggunakan
sumber dukungan dan suport sosial dalam membantu klien mempelajari
respon koping yang baru serta ajarkan klien latihan relaksasi untuk
meningkatkan kontrol, kepercayaan dan mengurangi stres.

Cara menurunkan kecemasan (reduced anxiety) menurut Stuart dan Laraia


(2005) diantaranya adalah relaxation training. Relaxation training ini
bertujuan untuk menurunkan ketegangan dan ansietas, dapat digunakan
sendiri maupun digabung. Prinsip dari pelaksanaan training relaksasi ini
adalah mengatur pernapasan, menurunkan ketegangan otot dan perubahan
kesadaran. pada tehnik pelaksanaanya, klien dianjurkan duduk dalam posisi
yang nyaman, music yang pelan bisa dihadirkan untuk menciptakan suasana
yang rilek, lalu klien dianjurkan untuk nafas dalam dan mengeluarkan
secara perlahan lahan. Untuk memperoleh efek rileks kegiatan dilakukan
dengan mengangkat kedua tangan pada saat menarik nafas dalam dan
menurunkan kedua tangan kearah kaki pada saat menghembuskan nafas
secara perlahan lahan.
BAB 3
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

Dalam bab ini menyajikan hasil pengkajian fisik dan psikososial serta masalah
keperawatan. Penyajian dalam bentuk deskriptif dan menggambarkan bagaimana
pengkajian, penegakan diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi
keperawatan yang diberikan terhadap klien.

3.1 Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada tanggal 03 - 06 Juni 2014. Klien adalah Tn. H


yang berusia 44 tahun. Klien dibawa ke Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor
dengan keluhan mengeluh sakit pada ulu hati dan sesak, terasa mual, muntah
tidak ada, pusing, dan mempunyai riwayat penyakit diabetes sejak satu tahun
yang lalu. Keluhan utama klien saat ini adalah mual dan sesak. Klien
mengatakan sesak bila beraktifitas, selama perawatan klien terlihat sering
termenung dan jarang berinteraksi dengan orang lain, klien sendiri bekerja
sebagai tenaga pengajar didaerah kota Bogor, klien telah menikah dan
dikaruniai tiga orang putra tercinta, klien tinggal didaerah yang tak begitu
padat namun klien dalam kesehariannya gemar melakukan aktifitas sosial,
setelah klien terdiagnosa mengidap penyakit diabetes mellitus sekitar 2 tahun
yang lalu klien mulai membatasi aktifitasnya karena merasa tak berdaya
dengan kondisi penyakitnya, klien rajin kontrol ke Poli diabetes namun hanya
untuk mengambil jatah obat bulanan saja, sejak dua minggu sebelum masuk
Rumah Sakit klien mengeluh sesak napas bila bergerak.

Menurut klien orang yang berarti dalam kehidupannya adalah istri dan anak-
anaknya. Klien berpenampilan rapi, memakai baju sesuai ukurannya. Saat
berbicara klien tampak tenang, terkadang tampak termenung dan sedih saat
menceritakan masa lalunya yang menurut klien sangat menyedihkan dan
sempat membuat klien depresi ketika mengetahui mengidap penyakitnya,
klien tak mengerti mengapa menderita penyakit diabetes melitus kenapa bukan
orang lain saja, klien merasa selama ini tak pernah mengontrol pola
makannya, klien mengatakan tidak tahu harapan kedepan dalam kehidupannya
ini khususnya terhadap pemulihan penyakitnya ini dan masa depan anak-
anaknya terhadap kondisi penyakitnya yang kronis, klien merasa tak mampu
menentukan pilihan bila ditanya daerah mana yang akan dilakukan
penyuntikan, klien merasa apapun yang akan dilakukan tak akan mengubah
klien sebagai sebagai penderita diabetes melitus. Klien tidak mengalami
ganguan memori, namun kadang bila dalam pembicaraan klien sulit untuk
berkonsentrasi dan kadang terlihat gelisah Klien dapat menceritakan kejadian
masa lalunya dan kejadian yang baru saja terjadi.

Diagnosa Keperawatan

Dari hasil pengkajian diatas mahasiswa merumuskan masalah keperawatan


psikososial yang dialami klien Tn. H antara lain sebagai berikut :

- Ketidakberdayaan

Intervensi Keperawatan

Masalah keperawatan psikososial mahasiswa melakukan beberapa intervensi.


Diagnosa keperawatan yang pertama yaitu ketidakberdayaan. Intervensi
keperawatan yang dilakukan oleh mahasiswa yang berdasarkan pedoman
standar asuhan keperawatan pada pasien ketidakberdayaan yaitu melakukan
pengkajian ketidakberdayaan dan latihan berpikir positif, serta evaluasi
ketidakberdayaan, manfaat mengembangkan harapan positif dan latihan
mengontrol perasaan ketidakberdayaan (FIK UI, RSMM, 2012). Antara lain :

Aktifitas Keperawatan

a. Lakukan pendekatan yang hangat, bersifat empati, tunjukkan respons


emosional dan menerima pasien apa adanya.
b. Mawas diri dan cepat mengendalikan perasaan dan reaksi diri perawat
sendiri ( mis; rasa marah, frustasi dan simpati )
c. Sediakan waktu untuk berdiskusi dan bina hubungan yang sifatnya
supportif, beri waktu klien untuk berespons
d. Gunakan tehnik komunikasi terapeutik terbuka, eksplorasi dan
klarifikasi
e. Bantu klien untuk mengekspresikan perasaannya dan identifikasi area-
area situasi kehidupannya yang tidak berada dalam kemampuannya
untuk mengontrol.
f. Bantu klien untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat
berpengaruh terhadap ketidak berdayaannya
Diskusikan tentang masalah yang dihadapi klien tanpa memintanya
untuk menyimpulkan
Identifikasi pemikiran yang negatif dan bantu untuk menurunkan
melalui interupsi atau subtitusi
i. Bantu pasien untuk meningkatkan pemikiran yang positif
j. Evaluasi ketepatan persepsi, logika dan kesimpulan yang dibuat pasien
k. Identifikasi persepsi klien yang tidak tepat, penyimpangan dan
pendapatnya yang tidak rasional.
l. Kurangi penilaian pasien yang negatif terhadap dirinya.
m. Bantu pasien untuk menyadari nilai yang dimilikinya atau perilakunya
dan perubahan yang terjadi.
n. Libatkan klien dalam menetapkan tujuan-tujuan perawatan yang ingin
dicapai. Motivasi klien untuk membuat jadwal aktifitas perawatan
dirinya.
o. Berikan klien privasi sesuai kebutuhan yang ditentukan.
p. Berikan reinforcement positif untuk keputusan yang dibuat dan jika
klien berhasil melakukan kegiatan atau penampilan yang bagus.
Motivasi untuk mempertahankan penampilan/kegiatan tersebut.
q. Diskusikan dengan klien pilihan yang realistis dalam perawatan ,
berikan penjelasan untuk pilihan ini. Bantu klien untuk menetapkan
tujuan yang realistis. Fokuskan kegiatan pada saat ini bukan pada
kegiatan masa lalu.
r. Bantu klien mengidentifikasi area-area situasi kehidupan yang dapat
dikontrolnya. Dukung kekuatan – kekuatan diri yang dapat di
identifikasi oleh klien.
s. Identifikasi cara-cara yang dapat dicapai oleh klien. Dorong untuk
berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas tersebut dan berikan penguatan
positif untuk partisipasi dan pencapaiannya.
t. Motivasi keluarga untuk berperan aktif dalam membantu klien
menurunkan perasaan tidakberdaya.
u. Dorong kemandirian , tetapi bantu klien jika tidak dapat melakukan.
v. Libatkan klien dalam pembuatan keputusan tentang rutinitas
keperawatan. Jelaskan alasan setiap perubahan perencanaan perawatan
kepada klien
w. Adakan suatu konfrensi multidisiplin untuk mendiskusikan dan
mengembangkan perawatan rutin klien.

3.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan dilakukan selama 4 hari. Pada tahap awal interaksi


mahasiswa melakukan pendekatan terapeutik dengan membina hubungan
saling percaya melalui komunikasi terapeutik. Implementasi dilanjutkan
dengan klien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya,
mengenal penyebab ketidakberdayaannya, mengidentifikasi faktor-faktor
yang dapat berpengaruh terhadap ketidakberdayaanya, mengidentifikasi
pemikiran yang negatif dan membantu klien menghilangkan persepsi negatif
dengan meningkatkan pemikiran yang positif. Implementasi hari kedua
mahasiswa melakukan latihan mengembangkan harapan positif (afirmasi
positif), untuk memberikan penegasan bahwa klien bisa melakukan sesuatu
yang lebih baik dan bangkit dari kondisinya saat ini. Implementasi
selanjutnya mahasiswa melakukan evaluasi ketidakberdayaan, menjelaskan
manfaat mengembangkan harapan positif dan latihan mengontrol perasaan
ketidakberdayaan melalui peningkatan kemampuan mengendalikan situasi
yang masih bisa dilakukan (membantu klien mengidentifikasi area-area
situasi kehidupan yang dapat dikontrolnya. Memberikan dukungan kekuatan-
kekuatan diri yang dapat diidentifikasi oleh klien), misalnya klien masih
mampu menjalankan pekerjaan sebagai tenaga pengajar walaupun dalam
keadaan sakit, klien mampu memegang peranan sebagai kepala keluarga dan
menghasilkan nilai financial yang bisa digunakan oleh keluarganya.

Mahasiswa juga melibatkan keluarga khususnya istri dan anak pertama klien
dengan menjelaskan kondisi klien, kondisi penyakit, dan bagaimana
mengontrol ketidakberdayaan klien dengan memberikan dukungan penuh
untuk klien dalam menjalani perawatan setelah selesai dirawat

3.4 Evaluasi Keperawatan

Tindakan keperawatan pada interaksi hari ke empat evaluasi klien


mengatakan dirinya mempunyai harapan baru dalam kehidupannya. Menurut
klien dirinya akan mencoba menjalani hidup ini dengan semangat, klien ingin
mengisinya dengan kembali menjalankan peran sebagai bapak dari tiga
anaknya, menjalankan peran sebagai tenaga pengajar dan melanjutkan cita
cita keluarga yang harmonis dan dinamis. Mahasiswa melatih ulang klien
untuk mengontrol perasaaan ketidakberdayaannya dengan menanamkan
pemikiran yang positif serta mahasiswa melakukan komunikasi dengan
keluarga, akhirnya keluarga mengerti dan memahami kondisi klien sampai
akhirnya klien pulang dengan tersenyum dan menunjukkan perasaan
senangnya.

3.5 Rencana Tindak Lanjut

Rencana tindak lanjut untuk klien dengan mempertahankan cara berpikir


positif dan mengembangkan harapan positif yang sudah dilatih. Selain itu
perlu ditingkatkan lagi bagaimana manajemen stres terhadap suatu masalah
agar ketika muncul stressor individu akan menggunakan koping yang adaptif
untuk mengambil keputusan dan tidak terjebak kembali dalam situasi
ketidakberdayaannya.

Rencana tindak lanjut untuk keluarga adalah mempertahankan support sistem


bagi klien karena keluarga adalah orang terdekat yang setiap saat berada
bersama pasien di rumah. Keluarga diharapkan dapat memberikan dukungan
psikis agar klien dapat mampu bangkit dari kondisi ketidakberdayaannya.
Perawat diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan pelayanan
khususnya dalam memberikan asuhan keperawatan psikososial
ketidakberdayaan yang didukung dengan adanya instrumen pengkajian
psikososial yang lebih lengkap dan menyeluruh sehingga masalah yang
dihasilkan lebih luas dan dapat menggambarkan masalah keperawatan klien
secara utuh dan komprehensif.
BAB 4
ANALISA SITUASI

Bab ini akan membahas ruang praktek, berdasarkan analisa hasil asuhan
keperawatan yang telah dilakukan dan dibandingkan dengan teori, jurnal, serta
penelitian sebelumnya yang terkait dengan karya ilmiah ini. Hal yang akan
dipaparkan meliputi hasil asuhan keperawatan, intervensi keperawatan utama
serta serta alternatif pemecahan masalah keperawatan yang dilakukan pada klien
Tn H di ruang Antasena Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor.

4.1 Profil Ruangan

Ruang yang digunakan oleh mahasiswa profesi FIK UI sebagai lahan praktik
mata ajar Karya Ilmiah Akhir Ners Peminatan Jiwa adalah ruangan Antasena
Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor. Ruangan ini merupakan ruang rawat
inap pasien fisik dengan kekhususan pada pasien denga penyakit dalam dan
bedah, dengan perawatan kelas 2 dan 3. Ruang Antasena dipimpin oleh satu
orang Kepala Ruangan (Karu) dan dibantu dengan adanya dua orang Ketua
Tim (Katim) serta terdapat 24 perawat pelaksana, Ruangan Antasena
berusaha untuk mencapai misi rumah sakit untuk memberikan pelayanan
keperawatan secara komprehensif.

Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor terletak di pusat kota Bogor. Bogor
sebagai kota yang berkembang memiliki masyarakat yang mempunyai tingkat
mobilitas yang lumayan tinggi seperti perkotaan, masyarakat kota Bogor
mempunyai pekerjaan secara heterogen dan menguasai dalam beberapa
bidang yang ada didaerah perkotaan besar khususnya daerah ibukota Jakarta.
Masala yang dihadapi dalam perkotaan kaena mobilitas yang tinggi beresiko
terhadap gaya hidup kuran sehat bagi masyarakat kota bogor. Beberapa
masalah tersebut merupakan batasan dalam keperawatan psikososial dan
memerlukan penanganan keperawatan perkotaan yang terarah, khususnya
didaerah kota Bogor. Oleh karena itu penting bagi perawat untuk memberikan
asuhan keperawatan psikososial bagi pasien yang sedang dirawat khususnya
di ruang Antasena Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor.
4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep terkait KKMP dan
Konsep Kasus Terkait

Perkembangan masyarakat perkotaan khususnya mengenai peningkatan


urbanisasi berdampak pada tuntutan hidup di masyarakat yang mendambakan
kelayakan kehidupan pada saat ini, yang menyebabkan terbentuknya kelas
dalam masyarakat secara sendirinya seperti terbentuknya komunitas
terpinggirkan seperti yang diutarakan oleh Ooi dan Phua, (2007)
menyebutkan telah terjadi penurunan kualitas hidup individu secara
berkelompok pada daerah perkotaan dan meningkatkan penurunan kesadaran
individu terhadap gaya hidup sehat. Prilaku pola makan yang salah
merupakan penyebab dari kenaikan berat badan (Obesitas) yang berakibat
pada pola makan yang berlebihan yang biasa dijalani oleh penderita obesitas
berpotensi meningkatkan kadar glukosa darah secara berlebihan yang tidak
dirasakan oleh individu. (Smeltzer & Bare ,2002).

Perubahan gaya hidup yang tidak sehat tersebut terjadi pada komunitas yang
tidak sadar karena tuntutan dan kondisi kehidupan dari individu itu sendiri,
sebanyak 90 % penyebab diabetes adalah perubahan gaya hidup yang
cenderung kurang aktifitas fisik, diet tidak sehat, dan tidak seimbang serta
konsumsi tembakau (DepKes, 2008). Respon yang ditimbulkan akibat
penyakit diabetes mellitus dalam masalah psikososial bisa berdampak pada
penerimaan diri yang negatif sehingga terjadi penolakan terhadap status
penyakitnya yang akan berakibat pada ketidakmampuan individu dalam
menata harapan hidupnya dengan dukungan terhadap kesehatannya sendiri
serta berpikir secara positif tentang kondisi penyakitnya, Darmono (2005)

Berdasarakan hasil pengkajian mahasiswa selama melakukan praktek di


Ruang Antasena terkaji beberapa masalah psikososial yang ditemukan pada
masalah kesehatan masyarakat. Hal ini sesuai dengan pendapat Smeltzer dan
Bare, (2002) yang mengatakan bahwa pengalaman terhadap suatu penyakit
akan membangkitkan berbagai perasaan dan reaksi stres, termasuk frustasi,
ansietas, kemarahan, penyangkalan rasa malu, berduka dan ketidakpastian.
Ditambahkan menurut Khuwaja et al, (2010) terdata 58 % menyatakan
individu mengalami stres terhadap penyakitnya dan berakibat pada
ketidakmampuan individu terhadap pemilihan pelayanan yang harus dia pilih.
Efek hospitalisasi selama dalam perawatan di rumah sakit menyebabkan
reaksi stres karena perubahan lingkungan yang tidak biasa, sehingga kadang-
kadang menyebabkan ketakutan dan munculnya perasaan ketidakberdayaan
dan sehingga kehilangan kontrol individu terhadap kemampuanya dalam
pemenuhan kebutuhan yang harus didapatkan. Penyakit kronis salah satu
yang menyebabkan perubahan pada pola kognitif individu yang akan
berdampak pada respon psikososial pada individu yang menderitanya ataupun
pada keluarga yang merawatnya .

Masalah psikososial yang ditemukan di ruang Antasena antara lain


ketidakberdayaan. Ketidakberdayaan sering muncul ketika seseorang
mengalami penyakit kronis salah satunya penyakit Diabetes Melitus yang
merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi pada
masyarakat perkotaan karena pola hidup tak sehat yang dijalanankan
masyarakat perkotaan saat ini. Penyakit Diabetes Melitus membuat penderita
merasakan adanya hambatan dalam menjalankan aktifitas hariannya. Kondisi
yang terus-menerus dapat menyebabkan seseorang jatuh dalam kondisi
ketidakberdayaan. Menurut Kanine, (2011) tentang pengaruh terapi generalis
terhadap respon ketidakberdayaan klien diabetes melitus mengatakan bahwa
penderita penyakit kronis terindikasi dengan masalah psikososial
ketidakberdayaan dan melakukan tindakan keperawatan maka
ketidakberdayaanya mulai menurun Hal seperti ini dialami oleh klien
kelolaan mahasiswa yaitu Tn H yang mengalami ketidakberdayaan dengan
kondisi mengalami penyakit kronis melalui peningkatan harapan hidup dan
berpikir positif secara terstruktur.

Pengkajian dilakukan pada Klien Tn H , usia 44 tahun. Usia ini termasuk


kedalam usia dewasa pertengahan. Usia seseorang pada kelompok dewasa
menengah ini merupakan usia yang sangat matang dalam hal pengalaman
hidupnya termasuk dalam pengambilan keputusan dan menyelesaikan
masalah yang dihadapinya. Menurut Stuart dan Laraia (2005) bahwa usia
mempengaruhi cara pandang individu dalam menyelesaikan masalah. Stuart
dan Laraia (2005) menyatakan bahwa usia berhubungan dengan pengalaman
seseorang dalam menghadapi berbagai macam stressor, kemampuan
memanfaatkan sumber dukungan dan keterampilan dalam mekanisme koping
yang akan dilakukan klien melalui beberapa kondisi yang disadari ataupun
tidak disadari. Terdapat faktor predisposisi dan presipitasi yang
mempengaruhi respon seseorang terhadap ketidakberdayaan. Dapat
disimpulkan bahwa usia memang berpengaruh dalam hal kematangan
seseorang dalam mengambil keputusan, namun tidak mempengaruhi
seseorang dalam berespon terhadap ketidakberdayaan. Fungsi dalam fase
keluarga memberikan dukungan terhadap kemampuan klien dalam mencapai
tatanan hidup yang mampu klien hadapi, khususnya dalam fase perawatan
keluarga yang sakit.

Diagnosa keperawatan pada klien Tn.H berdasarkan dari hasil pengkajian


adalah ketidakberdayaan. Secara subjektif klien mengatakan dirinya merasa
sedih, tidak bisa melakukan apa-apa terkait dengan kondisi sakitnya dan
mengalami kemnduran dalam kemampuan menyelesaikan masalah yang
harus klien atasi. Hal ini sesuai dengan definisi ketidakberdayaan yang
diungkapkan Carpenito, (2008) menyatakan bahwa ketidakberdayaan
merupakan kondisi seseorang atau kelompok yang merasa kurang kontrol atas
kejadian atau pribadi atau situasi yang memberi dampak pada pandangan,
tujuan, dan gaya hidup. Menurut asumsi mahasiswa bahwa respon verbal dan
objektif pasien mengarah pada kondisi ketidakberdayaan sehingga diagnosa
keperawatan yang ditegakkan adalah ketidakberdayaan.

Beberapa reaksi emosional yang biasanya dialami oleh individu dan


keluarganya menurut Brunner dan Suddarth, (2002). Antara lain tidak
berdaya, iri, dan kesepian. perubahan dari sehat ke sakit biasanya berawal
dengan gejala yang umumnya disertai rasa tidak nyaman, kehilangan
kekuatan dan stamina, dan penurunan kemampuan untuk berfungsi.
Perubahan yang dialami dapat berkembang menjadi krisis-krisis yang akan
mempengaruhi keluarga, sahabat, dan lingkungan sekitar. Sesuai dengan
NANDA (2012) menyatakan bahwa ketidakberdayaan adalah pengalaman
tentang kurangnya kontrol seseorang terhadap situasi termasuk persepsi
bahwa sesuatu tidak akan bermakna atau mempengaruhi terhadap hasil yang
ingin dicapai. Respon pasien terhadap sakitnya memiliki persepsi bahwa apa
yang dialaminya saat ini membuat hidupnya tidak bermakna dan pasien tidak
bisa mengontrolnya sehingga mahasiswa menetapkan diagnosa keperawatan
utama adalah ketidakberdayaan

Data pengkajian juga menunjukkan bahwa klien yang mengalami


ketidakberdayaan yang dialami Tn. H merupakan kondisi yang disebabkan
oleh multi faktor. Kondisi ini diantaranya diakibatkan oleh akibat penyakit itu
sendiri yang menimbulkan berbagai masalah dan ketidaknyamanan termasuk
kaitannya dengan efek samping pengobatan, faktor lingkungan yang masih
dikelilingi banyak stigma, kekhawatiran klien akan penyakitnya yang tak bisa
sembuh dan kondisi defisiensi pengetahuan yang dialami klien dan keluarga
tentang masalah-masalah kesehatan. Untuk menangani masalah psikososial
tentang kecemasan dan ketidakberdayaan, terdapat beberapa intervensi yang
dapat dilakukan oleh perawat diantaranya adalah dengan meningkatkan
kembali kemampuan klien terhadap motivasi diri yang akan mempengaruhi
pikiran positif klien terhadap kemampuan kognitif klien dalam mengatasi
masalah ketidakberdayaan dengan motivasi tindakan-tindakan khusus seperti
pengalihan perhatian serta pemberian program edukasi yang sesuai dengan
kebutuhan klien dan keluarga. Melalui identifikasi masalah dengan diskusi
mencari sumber frustasi, ansietas, konflik, dan kebutuhan yang tidak
terpenuhi, dengan langkah pertama identifikasi masalah penyebab perasaan
negatif, bantu klien membuat tujuan sederhana yang realistis agar sukses
dalam menata harapan hidup yang mampu klien tangani.

Kurangnya kemampuan klien dan keluarga mendapat paparan tentang


informasi-informasi kesehatan membuat klien dan keluarganya memiliki
persepsi yang kurang tepat terkait kondisi kesehatannya saat ini. Akibat
persepsi yang kurang tepat menyebabkan klien dan keluarganya bereaksi
tidak sesuai dengan kondisi yang semestinya. Hal ini perlu diatasi karena jika
dibiarkan berlarut-larut sikap dan tindakan yang diambil tidak menutup
kemungkinan dapat menimbulkan permasalahan baru yang semestinya tidak
perlu terjadi. Seperti yang diungkapkan oleh Wulandari, (2012) 41 %
penderita Diabetes Melitus tipe 2 mempunyai perasaan negatif yang akan
berdampak pada pola kognitif klien sehingga mempengaruhi terhadap
keputusan klien dalam penentuan penyelesaian masalah yang harus dihadapi.
Hal ini juga sesuai dengan Potter dan Perry, (2009) yang menyebutkan bahwa
akibat menderita suatu penyakit dapat mengganggu kemampuan individu
dalam mengambil keputusan yang akan dapat menyebabkan terjadinya
penurunan kualitas individu itu sendiri, kondisi ini dapat menyebabkan
perasaan kosong dan terpisah dari orang lain, terkadang menyebabkan
depresi, rasa gelisah dan rasa cemas yang berlebihan sebanyak 69.6 %
responden meyatakan ketidakmampuan terhadap keadaan dirinya yang
diawali oleh stres terhadap pemulihan penyakit khususnya diabetes melitus
menurut Palizqir, Bakhtiar, Esteghamati, (2013) dalam peran penyakit
diabetes terhadap sosiolog individu dalam aktivitas sehari hari. Ditambahkan
menurut Stuart, (2002) yang menerangkan bahwa stres merupakan salah satu
pencetus akibat ancaman yang terjadi pada pertahanan sistem diri yang akan
membahayakan identitas dan fungsi sosial yang terintegrasi pada individu
dalam penentuan masalah kesehatan psikososial yang harus dihadapi
individu.

Analisis Intervensi Keperawatan dengan Konsep dan Penelitian terkait

Diagnosa Ketidakberdayaan

Tindakan keperawatan yang sesuai dengan standar asuhan keperawatan pada


klien dengan masalah ketidakberdayaan terdiri dari dua cara. Intervensi
pertama untuk klien dengan melakukan pendekatan terapeutik serta
melakukan pengkajian ketidakberdayaan dan latihan berpikir positif. Kedua,
evaluasi ketidakberdayaan, manfaat mengembangkan harapan positif dan
latihan mengontrol perasaan ketidakberdayaan. Intervensi untuk keluarga
yaitu menjelaskan kondisi klien dan cara merawat serta evaluasi peran
keluarga merawat pasien, cara latihan mengontrol perasaan
ketidakberdayaan dan follow up (FIK UI-RSMM, 2012).

Pemberian tindakan keperawatan dengan melakukan pendekatan terapeutik


agar terbina hubungan saling percaya sehingga dapat melakukan pengkajian
masalah ketidakberdayaan. Dalam melakukan tindakan keperawatan
mahasiswa menggunakan komunikasi terapeutik agar terbina hubungan
saling percaya. Komunikasi terapeutik merupakan kunci utama dalam
membina hubungan dengan pasien agar terbina rasa saling percaya antara
psien dengan perawat. Komunikasi terapeutik adalah proses dimana perawat
yang menggunakan pendekatan terencana mempelajari klien (Potter &
Perry, 2005).

Pengkajian terhadap latar belakang sosial budaya turut mempengaruhi


keberhasilan komunikasi antara perawat dengan klien kelolaan. yang
mengungkapkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi
keberhasilan dalam melaksanakan keperawatan psikososial khususnya
masalah ketidakberdayaan dengan cara komunikasi melalui beberapa
tahapan diantaranya penilaian terhadap persepsi, nilai, tingkatan
pengetahuan, peran dalam keseharian, serta lokasi interaksi. Penilaian dalam
awal komunikasi mempermudah cara merawat klien dalam melakukan
hubungan komunikasi satu sama lain. Pemahaman faktor ini membantu
seorang perawat untuk mengetahui alasan klien memiliki hambatan dalam
berkomunikasi dan strategi yang dibutuhkan untuk membantu pasien
mengatasi masalahnya Hal ini sesuai dengan Potter dan Perry, (2005)

Tindakan keperawatan lainnya yaitu melatih klien untuk berpikir positif


dan mengembangkan harapan positif. Dengan berpikir positif diharapkan
dapat memberikan pengurangan terhadap pemikiran yang negatif sehingga
klien mampu mengambil keputusan dalam mencapai tujuan yang realistis
dalam hidupnya serta mampu mengontrol ketidakberdayaannya dengan
mengendalikan pola pikir yang biasa dilakukan oleh klien. Mahasiswa
memberikan pemahaman tentang pemikiran positif dalam kehidupnya
dengan pengembangan tatanan harapan positif dalam kehidupan yang akan
dijalaninya nanti.

Penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa melakukan tindakan


keperawatan dengan metode pendekatan dan pengkajian tentang
ketidakberdayaan, lalu melatih dan menanamkan cara berpikir positif,
dengan intervensi berupa penjelasan secara rasional sehingga peningkatan
pengetahuan klien tentang masalah yang dihadapi membantu klien
mengontrol ketidakberdayaannya dan mengubah perilakunya dan pola pikir
keseharianya terhadap penyakit yang dirasakan oleh klien

4.4 ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

Pemecahan masalah psikososial dalam keperawatan memerlukan evaluasi


terhadap klien setelah tindakan keperawatan dilakukan. Klien secara verbal
mengatakan bahwa dirinya mempunyai harapan yang lebih baik untuk
kehidupannya dimasa yang akan datang. Secara obyektif pasien tampak lebih
tenang dan memiliki kesiapan mental jauh lebih baik dari kondisi awal dalam
menghadapi respon ketidakberdayaan. Hal ini menunjukkan bahwa intevensi
keperawatan yang diberikan memberikan dampak positif bagi pasien. Hal
senada diutarakan oleh Kanine, (2011) dalam penelitiannya tentang pengaruh
terapi generalis terhadap pasien DM yang mengalami ketidakberdayaan
menunjukkan telah diketahuinya skor ketidakberdayaan yang tinggi sebelum
dilakukan terapi generalis individu baik pada kelompok intervensi maupun
pada kelompok kontrol. Penurunan kondisi yang signifikan pada kelompok
intervensi setelah diberikan terapi generalis berdampak pada penurunan
kondisi ketidakberdayaan yang cukup tinggi dibandingkan dengan pemberian
terapi generalis pada kelompok kontrol. Hal ini menegaskan bahwa pemberian
terapi generalis individu memiliki hasil perbedaan yang signifikan pada kedua
kelompok. Beberapa kesimpulan akan tindakan keperawatan khususnya
melatih pasien untuk berpikir positif dan mengembangkan harapan positif serta
memberikan edukasi yang tepat akan memberikan hasil yang efektif untuk
mengatasi kondisi ketidakberdayaan terhadap penyakit yang dideritanya.
Peran serta keperawatan dalam mendukung keberhasilan tindakan keperawatan
memberikan respon yang cukup bagus terlihat secara emosional klien rentan
terhadap stressor kiranya perlu dilakukan kerjasama lebih lanjut dengan beberapa
tenaga spesialis untuk melatih tentang manajemen stres pada pasien agar tidak
kembali ke dalam kondisi ketidakberdayaannya. Ditambahkan menurut Copel,
(2007). Menerapkan tujuan jangka panjang bagi klien yang mengalami
ketidakberdayaan dengan menunjukan rasa kendali pribadi atas situasi kehidupan
yang ditunjukan dengan menyelesaikan masalah, dan membuat keputusan, serta
menata lingkungan untuk memenuhi kebutuhan pribadi, dengan cara minta klien
mengidentifikasi masalah dengan diskusi mencari sumber frustasi, ansietas,
konflik, dan kebutuhan yang tidak terpenuhi, dengan langkah pertaman
identifikasi masalah penyebab perasaan negatif, bantu klien membuat tujuan
sederhana yang realistis agar sukses, serta tetapkan waktu dalam implementasi
tujuan sesuai tujuan struktur yang sesuai. Lalu menetapkan tujuan lanjutan agar
klien dapat menbedakan situasi yang dapat dikontrol dan tidak dapat dikontrol
atau menerima situasi yang tidak dapat diubah, dengan cara bantu klien
mengidentfikasi masalah dan diskusikan tujuan dan kebutuhan yang belum
terpenuhi identifikasi strategi yang mungkin dimodifikasi, bantu klien identifikasi
situasi yang tidak dapat diubah agar terhindar dari masalah frustasi.

Pemberian motivasi yang positif sangat diperlukan oleh klien yang mengalami
persepsi yang salah terhadap penyakit yang dideritanya penguatan positif juga
harus diberikan pada kelurga klien agar mampu memberikan semangat dalam
membangun kembali harapan berdasarkan komitmen untuk menjadi lebih baik.
Dorong klien menggunakan bicara diri positif ” saya bisa mengatasi masalah ini “.
Setelah klien dapat mengendalikan semua gejala, eksplorasi konflik dan stessor
yang menyebabkan timbulnya gejala bersama klien. Ajarkan teknik relaksasi
kepada klien untuk mengurangi ketegangan dalam perasaan klien. Oleh karena itu
juga diperlukan kerjasama dengan perawat spesialis jiwa dalam menentukan
tindakan keperawatan psikososial khususnya dalam merawat klien yang
mengalami ketidakberdayaan.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

Karya ilmiah ini sesuai dengan tujuan telah dapat menggambarkan asuhan
keperawatan klien dengan ketidakberdayaan pada Tn.H di ruang Anatasena
Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor. Berdasarkan uraian penjelasan dari bab
sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut.

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil karya ilmiah maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut.

7.1.1 Klien yang mempunyai masalah fisik Diabetes Melitus berdampak


pada penerimaan diri individu karena ketidakmampuan individu
dalam memberikan dukungan terhadap kesehatannya, masalah
psikososial ketidakberdayaan dalam penentuan penerimaan pola pikit
positif klien itu sendiri dalam pencapaiannya terhadap kemampuan
klien

7.1.2 Pemberian asuhan keperawatan untuk masalah ketidakberdayaan


berfokus pada klien dalam mengontrol ketidakberdayaannya dengan
tetap berpikir positif serta mengembangkan harapan positif dalam
tatanan hidupnya. Dengan pola komunikasi yang terarah klien mampu
termotivasi dalam penyelesaian terhadap peningkatan pola kognitif
secara positif klien, khususnya dalam masalah psikososial yang
dihadapi klien dengan Diabetes Melitus.

7.1.3 Peningkatan dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan


masalah psikososial ketidakberdayaan terkait kesesuaian dengan
beberapa sumber dan teori yang terkait. Peningkatan pola kognitif
klien merupakan keberhasilan dalam mengatasi masalah psikososial
yang dihadapi klien, diantaranya keikutsertaan klien dalam penentuan
tindakan yang melibatkan kemandirian klien terhadap pemberian
terapi yang akan dijalani klien. Sesuai dengan standar asuhan
keperawatan psikososial.

7.2 Saran

Terkait dengan kesimpulan hasil karya ilmiah, terdapat beberapa saran yang
mungkin dapat dijadikan acuan dalam pengembangan hasil karya ilmiah ini.

Bagi Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor

Berdasarkan hasil temuan selama praktik bahwa belum adanya format


pengkajian khusus psikososial, oleh karena itu diharapakan pihak
rumah sakit bekerja sama dengan akademik untuk dapat
mengembangkan instrumen pengkajian psikososial disamping format
pengkajian fisik yang sudah ada agar pengkajian yang dilakukan dapat
menyeluruh mencakup bio psikososio spiritual. Selain itu Rumah Sakit
Marzoeki Mahdi khususnya Ruang Antasena hendaknya dapat
meningkatkan pengetahuan dan pelayanan keperawatan yang dapat
dilakukan dengan pelatihan khusus asuhan keperawatan psikososial
agar perawat lebih memahami dan dapat mempraktekkan asuhan
keperawatan psikososial kepada klien.

Bagi Penelitian

Diharapkan ada penelitian lebih lanjut yang bisa dikembangkan dari


karya ilmiah ini yang terkait asuhan keperawatan psikososial di ruang
rawat inap fisik sehingga hasilnya akan lebih komprehensif karena
menilai individu dalam berespon terhadap kondisi sakitnya secara
menyeluruh mencakup aspek bio-psiko-sosio-spiritual.

7.2.3 Bagi Keperawatan

Diharapkan mampu memanfaatkan hasil karya ilmiah ini untuk


meningkatkan dan mengembangkan asuhan keperawatan klien dengan
masalah psikososial khususnya masalah ketidakberdayaan.
DAFTAR REFERENSI

Ani.H,.(2003).faktor faktor resiko penderita diabetes mellitus di semarang


dan sekitarnya,study kasus.universitas Diponogoro
semarang.indonesia.
Aujoulat.I, Olivier L., Alain.D,. (2007). The Perspective of Patients on
Their Experience of Powerlessness Université Catholique de Louvain,
Belgium
Bill.,D,P. (2002).Registered Psychiatric Nurses: Competency Profile for
the Profession in Canada . ISBN: 0-9689811-0-0 Published by
Alberta Health and Wellness in partnership with Registered
Brunner & Suddarts.(2002).Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah.Pengkajian Dan Pelaksanaan Pasien Diabetes Melitus.alih
bahasa Kuncara dkk.EGC..Indonesia
Carpenito, L.J., (2008). Handbook of nursing diagnosis.12th.ed.
Philadelphia. Lippincott Company.
Copel,L.C, (2007) Kesehatan Jiwa dan Psikiatri :Pedoman Klinis
Perawat,Ed.2.alih bahasa Akemat,Penerbit Buku
Kedokteran.EGC.Jakarta
Dohrenwend BP, Dohrenwend BS. Psychiatric disorders in urban settings.
In: Caplan G,ed. Child and Adolescent Psychiatry: Sociocultural and
Community Psychiatry. New York: Basic Books; 1974:424–449.
David Vlahov, Nicholas Freudenberg, Fernando Proietti,.Danielle Ompad,
Andrew Quinn, Vijay Nandi, and Sandro Galea (2007) Bulletin of
the New York Academy of Medicine, Vol. 84, No. 1..
doi:10.1007/s11524-007-9169-3 * Journal of Urban Health. 2007 The
New York Academy of Medicine.. Urban as a Determinant of
Health.Newyork USA
DepKes.(2008).Direktorat pengendalian Penyakit tidak Menular.Pedoman
Pengendalian Diabetes Melitus Dan Penyakit Metabolik.Direktorat
Jendral Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan
Lingkungan.Depkes.Jakarta
Darmono (2005).Pengaturan Pola Hidup Penderita Diabetes Untuk
mencegah komplikasi Kerusakan Organ-Organ Tubuh.Pidato
Pengukuhan.Guru Besar Penyaki Dalam.Fakultas Kedokteran
Universitas Diponogoro.
Doenges, M. E.,Moorhouse, M. F., Geissler,A. C.(2000). Rencana Asuhan
Keperawatan; Pendokumentasian Untuk Perencanaan Dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. edisi 3. Jakarta. EGC
DepKes (2011). Gambaran Penyakit Tidak menular di Rumah Sakit Di
Tahun 2009-2010.Indonesia Sistem Informasi Rumah Sakit Tahun
2011
DepKes (2011). Rencana Program Nasional Pencegahan dan
Penanggulangan Penyakit Tidak Menular Tahun 2010 – 2014
Fortinash, K.M and Holoday Worret, PA. ( 2003 ). Psychiatric Nursing Care Plans. ( 4th ed ) St.Louis,Missouri.
Mosby.

FIK-UI, RSMM (2012). Standar asuhan keperawatan psikososial.


Kerjasama Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor dengan
mahasiswa program Magister Fik UI. Tidak dipublikasikan.

Khuwaja et al.2010. Anxiety and depression among outpatients with type 2


diabetes: A multi-centre study of prevalence and associated factors.
Diabetology & Metabolic Syndrome.Aga Khan
Univerity,Karachi.pakistan.http://www.dmsjournal.com/content/2/1/7
2 .diunduh tanggal 28 juni 2014, jam 20:29 WIB
Kanine, E., Helena, N,. (2011).Pengaruh terapi generalis dan
logoterapi individu trhadap respon ketidakberdayaan klien diabetes
melitus di rumah sakit provinsi Sulawesi Utara. Tesis FIK UI. Tidak
dipublikasikan.
Kozier, B. Erb, G., Snyder, S., Berman, A. (2002). Kozier and Erb’s
techniques in nursing. 5th Edition. New Jersey: Pearson Edition-Inc.
Leviton LC, Snell E, McGinnis M. (2000) Urban issues in health promotion
strategies. Am J.Public Health. 2000;90(6):863–866.
Lubkin, I.M & Larsen P.O., (2006). Chronic illness : impact and
intervention. Jones and Barlett Publisher, Inc Sudbuy Messachusetts.
NANDA (2012). Nursing disgnoses: Definition and classification 2012-
2014. Philadelphia- USA. Nanda International
SIGN.(2009).Management Of Diabetes. Scottish Intercollegiate Guidelines
Network.Elliott House, 8-10 Hillside Crescent.Edinburgh EH7
5EA.www.sign.ac.uk

Ooi G, Phua KH. (2007) Urbanisation and slum formation. J Urban Health.
Ompad D, Galea S, Caiaffa W, Vlahov D. (2007) Social determinants of the
health of urban populations: implications for intervention. J Urban
Health. 2007; in press.
Palizqir M,Bakhtiar M, Esteghamati A (2013 ) Association of Depression
and Anxiety With Diabetes Mellitus Type 2 Concerning Some
Sociological Factors. Iranian Red Crescent Medical Journal. 2013
August; 15(7): 644-8. DOI: 10.5812/ircmj.12107 . Islamic Azad
University, Najafabad Branch, Isfahan, IRAN
PB PERKENI.(2006).buku konsensus 2006. Konsensus Pengelolaan dan
Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2006.jakarta
Potter, P.A.& Perry, A.G. (2005). Fundamental of nursing; Concept process
and practice.(4th.ed). Philadephia: Mosby-year Book-inc.
Riset kesehatan Dasar (Riskesdas). (2013). Tahun 2030 Prevalensi Diabetes
Melitus Di Indonesia Mencapai 21,3 Juta Orang.
http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/414.
Roupa Ζ.et al(.2009). Anxiety and depression in patient with types Diabetes
Mellitus,Depending on sex and Body mass index,Galatsi, Athens,
Greece .pp:32-40 ISSN:1108-7366, E-ISSN:1791-809X www.hsj.gr
Health Science Journal® All Rights Reserved .
Rosenthal. S (2006). Power and Powerlessness. Canada at
www.collectionscanada.ca/amicus/index-e.html ISBN 1‑4120-5691-8
. Oxford, UK OX1 1HH United Kingdom.diunduh tanggal 27 juni
2014,jam 16:43 WIB
Smeltzer, C.S. &Bare, G.B (2002). Brunner & Suddarth’s Textbook of
medical surgical nursing. 8th Ed. Piladelphia: Lippincott-
Raven Publishers.
Stuart, G.W. & Laraia, M.T. (2005). Principle and practice of psychiatric
nursing. 8th ed. St. Louis: Mosby Year Book.
UN Habitat.(2003) The Challenge of Slums—Global Report on Human
Settlements 2003.London: Earthscan; 2003.
Varcarolis, E.M .( 2000 ), Psychiatric Nursing Clinical Guide; Assesment
Tools and Diagnosis . Philadelphia. W.B Saunders Co.
Videback, S L (2008). Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta: EGC
Wiyadi.(2012). HubunganTingkat Kecemasan dengan kadar gula darah
penderita Diabetes Melitus yang dirawat di ruang Flamboyan RSUD
ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA. Laporan penelitian
samarinda.Indonesia
Wilkinson,J.M.(2005), Nursing Diagnosis Hand Book With NIC
Intervention and NOC out Come . ( 7 th. ed). New Jersey : Prentice
Hall Inc.
Winasis,E.B.(2009).Hubungan antara konsep diri dengan depresi penderita
diabetes mellitus di puskesmas pracimantoro 1 wonogori. Fakultas
ilmu keperawatan Universitas muhamadiyah Surakarta.jawa tengah
Wandell.P.E. (2005).Quality Of life patients With diabetes mellitus.
Scandinavian Journal of Primary Health Care, 2005; 23: 68_/74
Center of Family Medicine, Karolinska Institutet, Huddinge, Sweden
ISSN 0281-3432 print/ISSN 1502-7724 online # 2005 Taylor &
Francis.DOI: 10.1080/02813430510015296
World Health Organization (2010). Urban matter word health day
2010.1000 cities 1000 lives..Geneva.
World Health Organization (2009). Cities and public health crises. Report
of the international consultation,29-30 October 2008. Lyon, France…
http://www.who.or.jp/network.html diunduh tanggal 25 juni 2014 jam
23:30 WIB
PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

MASALAH PSIKOSOSIAL

INFORMASI UMUM
Inisial klien : Tn H P

Usia : 44 (tahun)

Jenis kelamin :  perempuan √ laki-laki

Suku : Sunda

Bahasa dominan : Indonesia

Status perkawinan :  belum menikah ( √ ) menikah  janda/ duda

Pekerjaan : Tenaga Pengajar

Alamat : Alam Tirta Lestari Blok C.No : 9 Rt 12/14 Desa


pagelaran. Bogor

Tanggal masuk : 23-05-2014

Tanggal pengkajian : 03 - 06 - 2014

Ruang rawat : Antasena III/ 7

Nomor rekam medik 27 26 81

Diagnosa medis : Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Sesak napas

Riwayat alergi : Tidak Ada

Diet : 1500 kalori DM

KELUHAN UTAMA
Klien mengeluh nyeri ulu hati dan dada terasa sesak, mual ( + ), muntah ( - ),
pusing ( + ), riwayat penyaki DM Tipe 2
PENAMPILAN UMUM DAN PERILAKU MOTOR
Fisik
Berat badan : 63 tahun
Tinggi badan : 165 cm
Tanda-tanda vital : TD: 100/ 70 MmHg .P 20 X/menit .Nd : 93 X/menit
T : 36,5 C
Riwayat pengobatan fisik :
Klien selalu rajin berobat jalan untuk mengambil obat dalam setiap
bulannya

Hasil pemeriksaan laboratorium/ visum/ dll


Hb : 12,8 Ureum : 33 Na : 131
Ht : 3,5 Kreatinin : 1,1 K : 3,9
Lekosit : 8200 SGOT : 15 Ca : 8,5
Trombosit : 149.000 SGPT : 10
GDS : 380 mg/dl
Pemeriksaan urin:
Warna : kuning muda
Kekeruhan : agak keruh
PH : 5,0
Glukosa : positif
Bakteri : negatif
Kristal : negative

Masalah Keperawatan : tidak ada Masalah keperawatan

Tingkat Ansietas
Tingkat ansietas (lingkari tingkat ansietas dan chek list perilaku yang
ditampilkan)

Ringan (√) Sedang ( √) Berat

Panik

PERILAKU  PERILAKU 
Tenang Menarik diri
Ramah Bingung √
Pasif Disorientasi
Waspada Ketakutan
Merasa membenarkan lingkungan Hiperventilasi
Kooperatif Halusinasi/ delusi
Gangguan perhatian Depersonalisasi
Gelisah √ Obsesi
Sulit berkonsentrasi √ Kompulsi
Waspada berlebihan Keluhan somatik
Tremor Hiperaktivitas
Bicara cepat Lainnya:

Masalah Keperawatan:_Ansietas Ringan Sedang

KELUARGA
Genogram

Tipe keluarga
(√) nuclear family  diad family

 extended family  single parent


family

Pengambilan keputusan
(√) kepala keluarga  istri
 orang tua  bersama-sama

Hubungan klien dengan kepala keluarga


(√ ) kepala keluarga  istri
 orang tua  anak
 lain-lain

Kebiasaan yang dilakukan bersama keluarga


Jelaskan:
klien terbiasa berkumpul dengan keluarga disaat sore menjelang, sambil
menghabiskan menonton televisi bersama
Kegiatan yang dilakukan keluarga dalam masyarakat
Jelaskan:

Keluarga klien aktif dalam kegiatan dilingkungan seperti pengajian dan


arisan bulanan.

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

RIWAYAT SOSIAL
Pola sosial
Teman/ orang terdekat
Klien dekat dengan tetangga sekitar walaupun klien sudah mulai
mengurangi intensitasnya karena tak mau berkumpul terlalu lama

Peran serta dalam kelompok


Klien aktif dalam kegiatan pengajian kelompok warga dalam rukun
tetangga sebulan sekali

Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain


Klien merasa tak bisa lagi berkumpul terlalu lama dengan lingkungan
karena merasa tak bisa ikut menentukan setiap kali ada kesepakatan
warga

Obat-obatan yang dikonsumsi


Adakah obat herbal/ obat lain yang dikonsumsi diluar resep.
Klien sudah tak pernah lagi mengkonsumsi herbal yang dijual warung
sejak menderita penyakit Diabetes Melitus tipe 2.

Obat-obatan yang dikonsumsi klien saat ini


Ranitidine : 2 x 1 ampul
Ondansentron : 3 x 1 ampul
Paracetamol : 3 x 1 kp
Rl : 8 j / kolf
Meloxicam : 1 x 1 malam
Humulin : 3 x 15 unit.

Apakah klien menggunakan obat-obatan dan alkohol untuk mengatasi


masalahnya
Klien pernah mengkonsumsi alkohol waktu usia muda sebelum menikah
hanya untuk acara tertentu .

Masalah Keperawatan: Tidak masalah Keperawatan

STATUS MENTAL DAN EMOSI


Penampilan
1. Cacat fisik
 ada, jelaskan
(√) tidak ada,
jelaskan
2. Kontak mata
(√ )ada, jelaskan
 tidak ada,
jelaskan
3. Pakaian
 tidak rapi, jelaskan
 penggunaan tdk sesuai
4. Perawatan diri
Jelaskan: klien biasa mandi 2 kali dalam sehari selama dalam perawatan
diruangan

Masalah Keperawatan :. Tidak Ada masalah keperawatan

Tingkah Laku
Tingkah Laku  Jelaskan
Resah √ Klien mengatakan tak tahu dengan masa
depan anaknya karena takut penyakitnya
dapat menghancurkan masa depan anak-
anaknya
Agitasi
Letargi
Sikap √ Klien tak mau menentukan tujuan dan
pilihan tempat terapi injeksi yang di
diskusikan
Ekspresi wajah √ Klien tampak sering termenung
Lain-lain
Masalah Keperawatan : Ketidakberdayaan

Pola komunikasi
POLA KOMUNIKASI  POLA KOMUNIKASI 
Jelas √ Aphasia
Koheren Perseverasi
Bicara kotor Rumination
Inkoheren √ Tangensial
Neologisme Banyak bicara/ dominan
Asosiasi longgar Bicara lambat
Flight of ideas Sukar berbicara:
Lainnya:
Masalah Keperawatan: Ketidakberdayaan

Mood dan Afek


PERILAKU  JELASKAN
Senang
Sedih √ Klien mengatakan tak semangat
dalam menatap kehidupan dan
harapan yang harus dicapai
Patah hati
Putus asa
Gembira
Euporia
Curiga
Lesu √ Klien tak semangat ketika
berdiskusi tentang masalah
penyakitnya
Marah/ Bermusuhan
Lain-lain:

PERILAKU 
Jelas
Logis
Mudah diikuti
Relevan
Bingung
Bloking
Delusi
Arus cepat
Asosiasi lambat
Curiga
Memori jangka pendek Hilang Utuh √
Memori jangka panjang Hilang Utuh √
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

Persepsi
PERILAKU  JELASKAN
Halusinasi Tidak ada kelainan
Ilusi Tidak ada kelainan
Depersonalisasi Tidak ada kelainan
Derealisasi Tidak ada kelainan

Halusinasi  Jelaskan
Pendengaran Tidak ada kelainan
Penglihatan Tidak ada kelainan
Perabaan Tidak ada kelainan
Pengecapan Tidak ada kelainan
Penghidu Tidak ada kelainan
Lain-lain: Tidak ada kelainan
MasalahKeperawatan: tidak ada masalah keperawatan

Kognitif
1. Orientasi realita

Waktu : klien mampu mengatakan orientasi waktu yang sesuai

Tempat : klien mampu mengatakan tentang dimana klien dirawat .

Orang : klien mampu mengenali perawat yang bertugas

Situasi : klien mengetahui kenapa dirawat, dan merasakan


ketidakmampuannya akan kondisi yang diderita serta
harapan akan masa depan dan pikiran yang negatif akan
kondisi tubuhnya

2. Memori
Gangguan  jelaskan
gangguan daya ingat Tidak ada kelainan
jangka panjang
gangguan daya ingat Tidak ada kelainan
jangka pendek
gangguan daya ingat saat Tidak ada kelainan
ini
paramnesia, sebutkan Tidak ada kelainan

hipermnesia, sebutkan Tidak ada kelainan

amnesia, sebutkan Tidak ada kelainan

3. Tingkat konsentrasi dan berhitung


Tingkatan  jelaskan
mudah beralih Tidak ada kelainan

tidak mampu berkonsentrasi Tidak ada kelainan

tidak mampu berhitung Tidak ada kelainan


sederhana

MasalahKeperawatan : Ketidakberdayaan

IDE-IDE BUNUH DIRI


Ide-ide merusak diri sendiri/ orang lain

Ya Tidak (√)

Jelaskan:

MasalahKeperawatan: tidak ada masalah keperawatan

V. KULTURAL DAN SPIRITUAL


Agama yang dianut
1. Bagaimana kebutuhan klien terhadap spiritual dan pelaksanaannya?
Klien selama dirawat tidak menjalankan kewajiban sholat lima waktu,
namun hanya bisa berdoa

2. Apakah klien mengalami gangguan dalam menjalankan kegiatan


spiritualnya setelah mengalami kekerasan atau penganiayaan?
Tidak ada

3. Adakah pengaruh spiritual terhadap koping individu


Klien merasa menyerahkan kondisi penyakitnya kepada tuhan Yang
Maha Esa
Budaya yang diikuti

Apakah ada budaya klien yang mempengaruhi terjadinya masalah

Klien merasa tak mempunyai masalah dalam penyakit keturunan dan


merasa penyakitnya ini karena dulunya jarang memperhatikan prilaku dan
gaya hidup

Tingkat perkembangan saat ini

Klien termasuk dalam perkembangan dewasa menengah, dimana mulai


mengalami tahapan regenarasi kepada anak anaknya, sedangkan dalam
fungsi keluarga dalam fase fungsi perawatan kesehatan yang terganggu,
karena kondisi klien yang menderita penyakit kronis.

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan


Analisa Data

No. Data subjektif dan objektif Masalah keperawatan


1 DS:
- Klien mengatakan merasa sedih Ketidakberdayaan
dengan sakitnya yang tak ada
perubahan
- Klien tak mau bila disuruh untuk
mempraktekan tindakan pemberian
insulin pada badannya
- Klien tak bisa menyebutkan
rencana dalam penetapan diet bagi
penderita diabetes.
- Klien tak bisa menentukan apa saja
obat oral yang biasa diminum dan
kegunaannya

DO:
- Klien tampak sedih dan murung
saat menceritakan masalahnya
- klien tampak sering termenung

2 DS:
- khawatir dengan tindakan Ansietas Ringan Sedang
penusukan pada daerah dada
- klien merasa mual jika
membayangkan obat-obat yang
harus dikonsumsi setiap harinya
- Klien khawatir dan takut
penyakitnya bertambah parah
- klein menyebutkan merasa tak ada
keinginan untuk beraktivitas
dilingkungan rumah klien
DO:
- Klien tampak murung
- Klien terlihat gelisah
- Klien sulit berkonsentrasi dengan
pembicaraan tentang prosedur
tindakan

3 DS : Nyeri Akut
- Klien mengatakan sakit bila
digerakan pada daerah penusukan
- Klien mengatakan dalam skala 4
DO :
- Klien tampak meringis
- Klien tampak mempertahankan
posisi badannya, secara tegak
4 DS: Resiko perubahan nutrisi
- Perut terasa mual, ada rasa ingin kurang dari kebutuhan tubuh
muntah, makan sulit hanya masuk
1-4 sendok makan.
DO:
- Klien tampak lemah
- TD: 100/70 mmHg, Nadi : 93
x/menit, suhu 36.5 C, dan frekuensi
napas 20 x/menit.
- Tinggi badan 165 cm
- BB sebelum sakit 65 kg ( ± 3
bulan sebelum masuk RS)
- Berat badan saat ini 63 kg.
- BB ideal 60,5 - 65,5 kg.
- IMT = 23 (normal)
- Lingkar lengan atas 20 cm
- Konjungtiva pucat, warna pink
muda.
- Sklera agak keruh, ikterik tidak
ada.
- Bibir agak pucat dan kering
- Hb: 12,8 mg/ dL
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

DIAGNOSA
NO TUJUAN RENCANA TINDAKAN RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Ketidakberdayaan Tujuan : klien mampu Sp 1 Pasien
mengontrol - Kaji ketidakberdayaan klien - Untuk menentukan intervensi
ketidakberdayannya - Bantu klien menguraikan selanjutnya
Kriteria hasil : perasannya - Agar klien dapat mengungkapkan
- Klien mampu berpartisipasi penyeba ketidakberdayaannya
dalam pengambilan - Latih klien untuk berpikir - Berpikir positif membawa perubahan
keputusan. positif baik dalam fisik dan mental individu
- Klien mampu termotivasi - Latih klien untuk - Untuk menegaskan bahwa klien
untuk aktif mencapai tujuan mengembangkan harapan mampu lebih baik
yang realistis positif (afirmasi positif)
Sp 2 Pasien - Untuk mengetahui perkembangan
- Evaluasi kondisi respon ketidakberdayaannya
ketidakberdayaan - Agar dapat mengendalikan situasi
- Latih klien untuk mengontrol tertentu
ketidakberdayaan
Sp 1 keluarga - Agar keluarga mengetahui kondisi
- Jelaskan kondisi klien dan klien dan mampu berperan dalam
cara merawat perawatan
Sp 2 Keluarga - Untuk melihat sejauh mana peran
- Evaluasi peran keluarga keluarga dalam merawat klien
merawat klien
2. Ansietas Ringan Sedang Umum : ansietas berkurang
Khusus:
- Klien dapat membina - Bina hubungan saling - Menentukan tindakan keperawatan
hubungan saling percaya percaya yang akan dilakukan..
dengan perawat. - Perkenalkan diri, yanyakan nam
- Klien mampu mengenal aklien dan panggilan yang
ansietas. disukainya. - Rasa aman dapat menurunkan
- Klien mampu mengatasi - Kaji kebutuhan rasa aman klien. ansietas.
ansietas melalui teknik - Ungkapan hati dapat meringankan
relaksasi nafas dalam dan - Sediakan waktu untuk ekspress beban pikiran atau kecemasan.
distraksi. feeling.
- klien dapat menggunakan - Dengan mengenal masalah klien akan
tehnik relaksasi nafas dalam - Bantu klien mengenal lebih kooperatif terhadap tindakan
secara mandiri ansietas. perawatan yang akan dilakukan.
- Klien dapat dukungan  Jelaskan kepada klien tentang
keluarga dalam mengatasi  pengertian ansietas penyebab
ansietas. tanda tanda dan akibat dari
ansieatas.
 Bantu klien mengidentifikasi
penyebab ansietas yang
dialaminya.
 Bantu klien mengidentifikasi
tanda tanda ansietas yang
dialaminya
 Bantu klien mengidentifikasi
akibat dari ansietas yang
dialaminya.
 Bantu klien mengidentifikasi
cara yang dilakukan untuk
menurunkan kecemasan yang
telah dilakukan.
 Motivasi klien untuk tetap
melakukan cara menurunkan
kecemasan yang telah - Memberikan pengetahuan tentang
dilakukan. tehnik relaksasi nafas dalam.
- Ajarkan cara lain mengatasi
kecemasan dengan relaksasi  Demonstrasi memungkinkan klien
nafas dalam dan distraksi serta untuk melihat secara langsung
hipnosis lima jari. pelaksanaan relaksasi nafas dalam.
 Demonstrasikan cara  Dengan memperagakan kembali klien
melakukan relaksasi nafas akan dapat lebih mengingat pelajaran
dalam dan distraksi serta yang didapat.
 hipnosis lima jari.
 Minta klien untuk
mendemonstrasikan kembali
relaksasi nafas dalam dan
distraksi - Agar klien terbiasa melakukan relaksasi
 hipnosis lima jari. nafas dalam ketika mengalami
- Motivasi klien untuk melakukan kecemasan.
tehnik relaksasi nafas dalam dan
hipnosis lima jari secara - Keluarga merupakan sistem
mandiri. pendukung utama bagi klien.
- Keluarga mempu merawat
anggota keluarga dengan
ansietas dengan latihan
relaksasi nafas dalam dan
hipnosis lima jari.
3 Nyeri Tujuan :
Nyeri berkurang/hilang
Kriteria hasil :
- TTV normal, - Kaji skala nyeri, lokasi, - Sebagai dasar untuk melakukan
- klien tenang, karakteristik durasi, frekunsi, intervensi keperawatan yang tepat
- klien tidak tampak dan faktor pencetus nyeri
kesakitan. - Monitor tanda-tanda vital - Perubahan tanda vital dapat
- Ajarkan teknik mengindikasikan nyeri
nonfarmakologi untuk - Untuk mengurangi nyeri dengn cara
- mengurangi nyeri teknik napas sederhana
dalam
- Kolaborasi untuk pemberian - Untuk mengurangi nyeri
analgetik

Resiko perubahan nutrisi Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat


kurang dari kebutuhan terpenuhi
tubuh
Kriteria hasil :
- Turgor baik, intake dapat - Observasi texture, turgor kulit. - Mengetahui status nutrisi klien.
masuk sesuai kebutuhan, BB - Observasi intake out put.
sesuai
- Berat badan dan tinggi badan - Kaji status nutrisi dan - Mengetahui keseimbangan nutrisi klien.
ideal. kebiasaan makan.
- Keluarga Klien mematuhi
dietnya. - Untuk mengetahui tentang keadaan dan
- Kadar gula darah dalam - Anjurkan kaluarga klien untuk kebutuhan nutrisi klien sehingga dapat
batas normal. mematuhi diet yang telah diberikan tindakan dan pengaturan diet
- Tidak ada tanda-tanda diprogramkan. yang adekuat.
hiperglikemia/hipoglikemia.
- Timbang berat badan setiap
seminggu sekali.
- Kepatuhan terhadap diet dapat
- Identifikasi perubahan pola mencegah komplikasi terjadinya
makan. hipoglikemia/hiperglikemia.
- Mengetahui perkembangan berat badan
- Kerja sama dengan tim pasien (berat badan merupakan salah
kesehatan lain untuk satu indikasi untuk menentukan diet).
pemberian diet.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
KEPERAWATAN

NAMA :TN. H DX MEDIS : DIABETES MELITUS TIPE 2


UMUR : 44 TAHUN RUANGAN : ANTASENA 3/7

DIAGNOSA
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN EVALUASI
KEPERAWATAN
Ketidakberdayaan Tanggal 03 – juni -2014 S : klien mengatakan saat ini merasa bingung, merasa
Jam 15.00 Sp 1,2 klien tidak bisa melakukan apa-apa, tidak mengerti harus
- Membantu klien untuk mengungkapkan perasaannya berbuat apa, pekerjaannya juga jadi terbengkalai
- Mendiskusikan dengan klien tentang masalah yang dihadapinya karena sering merasa tak mampu.
- Membantu klien mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat O : klien masih tampak sedih, bicara dan gerakan lamban
mempengaruhi ketidakberdayaannya A : ketidakberdayaan belum teratasi
- Membantu klien mengidentifikasi hal yang negatif dan bantu P : latih klien mengontrol ketidakberdayaan
menurunkan dengan cara meningkatkan pemikiran yang positif
Ansietas Ringan Sedang Jam 16 : 45 S : Klien mengatakan khawatir akan tindakan
- Mengkaji kebutuhan rasa aman klien penusukan pada dirinya
- Menyediakan ekpress feeling perasaaan klien - Klien takut bila sakitnya bertambah parah
- Melatih teknik relaksasi napas dalam dan distraksi - Klien bersedia ketika ditawarkan teknik relaksasi.
- Masukan dalam jadwal harian O : klien tampak termenung
klien terlihat bersedih ketika bercerita tentang
rencana tindakan punksi
- Klien tampak mau mempraktekan teknik napas
dalam dan distraksi
A : Ansietas Ringan Sedang belum Teratasi
P : lanjutkan intervensi Sp 3
Motivasi latihan Sp 3 teknik relaksasi

Resiko perubahan Jam 17 : 30 WIB S : klien mengatakan masih terasa mual


nutrisi kurang dari - Mengobservasi texture, turgor kulit. - klien mengatakan tidak selera makan.
kebutuhan tubuh - Mengobservasi intake out put O : Turgor kulit cukup.
- Mengkaji status nutrisi dan kebiasaan makan. Porsi makan malam habis ½ porsi
- Menganjurkan klien makan-minum adekuat sesuai diet. A : Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
- Mengidentifikasi perubahan pola makan. belum teratasi
- Bekerjasama dalam penyediaan alat makan dari rumah. P : lanjutkan intervensi dengan menganjurkan klien
makan sesuai diet
- Bekerjasama dengan keluarga dalam menyiapkan
tradisi makan dirumah .piring dan sendok kebiasaaan

DIAGNOSA TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI (SOAP)


KEPERAWATAN
Ketidakberdayaan Tanggal 04 – juni - 2014 S: klien mengatakan saat ini merasa sedih, merasa tidak
Jam 15.00 Sp 2,3 klien bisa melakukan apa-apa, kondisi sakitnya
- Membantu klien untuk mengungkapkan perasannya membuatnya harus meninggalkan banyak pekerjaan.
- Mendiskusikan dengan klien tentang masalah yang O : klien masih tampak sedih, bicara dan gerakan lamban
dihadapinya A : ketidakberdayaan belum teratasi
- Membantu klien mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat P : lanjutkan Intervensi Sp ketidakberdayaan
mempengaruhi ketidakberdayaannya P: latih klien mengontrol ketidakberdayaan
- Membantu klien pemikiran yang positif dan latihan Sp Keluarga: Motivasi keluarga untuk berperan merawat
mengembangkan harapan positif (afirmasi positif) klien
Sp Keluarga
- Mendiskusikan dengan keluarga tentang kondisi klien dan cara
merawat klien
-
Ansietas Ringan Sedang Tanggal 04 juni 2014 S : klien masih merasa khawatir akan rencana tindakan
Jam 14 : 45 punksi
- Mengkaji kebutuhan rasa aman klien - klien bersedia diajarkan teknik hypnosis lima jari.
- Menyediakan ekpress feeling perasaaan klien O : klien tampak berkonsentrasi ketika berbincang.
- Melatih teknik relaksasi napas dalam dan distraksi - klien tampak mau mempraktekan teknik hypnosis
- Melatih teknik hypnosis lima jari lima jari
- Masukan dalam jadwal harian A : Ansietas Ringan Sedang belum Teratasi
P : lanjutkan intervensi Sp 3
- Motivasi latihan Sp 3 teknik hypnosis lima jari
- Masukan dalam jadwala harian

Resiko nutrisi kurang dari Jam : 17 : 30 WIB S: klien mengatakan makan mulai berselera setiap makan
kebutuhan tubuh - Mengobservasi texture, turgor kulit. nasi tim.
- Mengobservasi intake out put - klien mengatakan kadang masih terasa mual
- Mengkaji status nutrisi dan kebiasaan makan. O : Turgor kulit cukup.
- Menganjurkan klien makan-minum adekuat sesuai diet. Porsi makan malam habis ½ porsi
- Mengidentifikasi perubahan pola makan. Klien tampak makan dengan piring dan sendok dari
- Bekerjasama dengan keluarga dalam penyediaan alat kesehatan rumah
- Bekerjasama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian diet A : Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
rendah serat tubuh belum teratasi
P : lanjutkan intervensi dengan tim kesehatan lain untuk
pemberian diet rendah serat
DIAGNOSA TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI (SOAP)
KEPERAWATAN
Ketidakberdayaan Tanggal 05 juni 2014 S: klien mengatakan senang bisa berbincang bincang
Jam 09 .00 . Sp 4 klien dengan perawat, klien akan mencoba mempraktekan
- Membantu klien untuk mengungkapkan perasannya penatalaksanaan diet bagi dirinya
- Mendiskusikan dengan klien tentang masalah yang O : klien tampak ceria, klien terlihat konsentrasi dalam
dihadapinya pembicaraanya
- Membantu klien berpartisipasi dalam keputusan yang A : ketidakberdayaan belum teratasi
berkenaan dengan perawatan klien P : latih klien mengambil keputusan tentang perawatan
Sp Keluarga sendiri.
- Mendiskusikan dengan keluarga tentang kondisi klien dan
cara merawat klien
- Mendiskusikan dengan keluarga dalam memotivasi klien

Ansietas Ringan Sedang Tanggal 05 – juni - 2014 S : klien mengatakan mulai mengerti kenapa harus
Jam 15.10 WIB Sp 3 klien dilakukan tindakan punksi
- Mendiskusikan persepsi dan perasaannya klien - klien mau melakukan latihan napas dalam sehari tiga
- Mendiskusikan latihan teknik relaksasi napas dalam dan kali
distraksi - klien akan melakukan hypnosis lima jari bila lagi
- Mendiskusikan latihan hypnosis lima jari sedang cemas
- Menanyakan latihan teknik relaksasi napas dalam dan hypnosis O : klien tampak sedih, sering termenung
lima jari dalam kekeseharian klien sesuai jadwal yang telah - klien tanpak konsentrasi dalam hypnosis lima jati
disepakati - klien tanpak konsentrasi dalam latihan relaksasi
napas dalam
A : Ansietas Ringan Sedang belum teratasi
P :.
P: Bantu klien latihan teknik relaksasi napas dalam dan
distraksi sesuai jadwal
- Bantu klien melakukan teknik hypnosis lima jari
dalam kesehariannya
K: Mendiskusikan penyebab dan cara mengatasi
masalah kecemasan klien

Resiko nutrisi kurang dari Jam : 17 : 40 Wib S : klien mengatakan makannya habis dan berselera
kebutuhan tubuh - Mengobservasi texture, turgor kulit. dengan diet nasi Tim
- Mengobservasi intake out put - klien mengatakan sekarang sudah ada rasa nasi.
- Mengkaji status nutrisi dan kebiasaan makan. O : Turgor kulit cukup,.
- Menganjurkan klien makan-minum adekuat sesuai diet. Porsi makan malam habis ¾ porsi.
- Mengidentifikasi perubahan pola makan. Klien tampak senang dengan menu hari ini.
- Bekerjasama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian diet A : Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
rendah serat dan mengganti bubur dengan nasi tim tubuh teratasi
P : Pertahankan intervensi
DIAGNOSA TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI (SOAP)
KEPERAWATAN
Nyeri Tanggal 06 juni 2014 S : klien mengatkan nyeri berkurang sesaat setelah
jam 16:10 WIB melakukan teknik relaksasi nafas dalam
- memonitor keadaan umum dan tanda tanda vital O : klien tampak lebih tenang,
- mengkaji skala nyeri 5 (skala 1 – 10 ) - klien mempraktekkan teknik nafas dalam dan guide
- memberikan posisi yang nyaman bagi klien imagery
- melatih klien teknik nafas dalam untuk mengurngi nyeri dan A : nyeri belum teatasi
guide imagery P : P: latih teknik relaksasi dan distraksi
- kolaborasi untuk pemberian terapi analgesik K; Latihan teknik nafas dalam
ketidakberdayaan Tanggal : 06 – juni -2014 S: klien mengatakan senang dengan kondisi sekarang,
Jam 17.00 Sp 4.5 klien - klien mau melakukan pelaksanaan diet dan melakukan
- Membantu klien untuk mengungkapkan perasannya tindakan injeksi pada dirinya
- Mengevaluasi kondisi ketidakberdayaannya O : klien tampak antusias , raut wajah klien tampak
- Membantu klien berpartisipasi dalam pengambilan keputusan senang
yang berkenaan dengan perawatan sendiri A : ketidakberdayaan teratasi
- Memotivasi klien aktif dalam mencapai tujuan yang realistis P : lanjutkan intevensi.
Sp 2 : evaluasi dan monitor motivasi klien dalam pola
pikir positif dan
Sp Keluarga : motivasi keluarga dalam peran harapan
positif klien
Ansietas Ringan Sedang Tanggal 06 – juni - 2014 S : klien mengatakan nyeri bila menggerakan badannya
Jam 15.20 WIB Sp 4 klien akibat tindakan punksi
- Mendiskusikan persepsi dan perasaannya klien - klien khawatir akan hasilnya
- Mempraktekan teknik relaksasi dalam dan hypnosis lima jari O : klien tampak sering termenung, klien Nampak sering
dalam kesehariananya sesuai jadwal yang telah disepakati menyendiri
- Sp Keluarga: motivasi keluarga dalam peran latihan teknik A : AnsietasRingan Sedang belum teratasi
relaksasi napas dalam dan distraksi P :. P: bantu kien latihan teknik relaksasi napas dalam
dan distraksi
K: motivasi klien dalam pelaksanaan latihan teknik
relaksasi napas dalam

Anda mungkin juga menyukai