Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN PENDAHULUAN

KEGAWATDARURATAN PADA

PASIEN DENGAN TRAUMA ABDOMEN

PEMBIMBING: Hasniaty AG,SKp.,M.Kep

OLEH :

RAHMAWATI

2004019

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PANAKKUKANG MAKASSAR

TAHUN 2021/2022
BAB I
KONSEP MEDIS

A. Definisi Trauma Abdomen

Abdomen adalah bagian tubuh yang berbentuk rongga terletak diantara


toraks dan pelvis. Rongga ini berisi viscera dan dibungkus dinding (abdominal
wall) yang terbentuk dari dari otot-otot abdomen, columna vertebralis, dan ilium.
(Paul, 2008)
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma
tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Paul, 2008)
Jadi, trauma abdomen adalah trauma atau cedera pada abdomen yang
menyebabkan perubahan fisiologis yang terletak diantara diafragma dan
pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau tusuk (Sudart, 2015)
B. Etiologi Trauma Abdomen

a. Penyebab trauma penetrasi (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga


peritonium)
1) Luka akibat terkena tembakan

2) Luka akibat tikaman benda tajam

3) Luka akibat tusukan

b. Penyebab trauma non-penetrasi (trauma perut tanpa penetrasi kedalam


rongga peritonium).
1) Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh

2) Hancur (tertabrak mobil)

3) Terjepit sabuk pengaman karna terlalu menekan perut

4) Cidera akselerasi/deserasi karena kecelakaan olah raga (Hudak


dan Gallo, 2009)
C. Jenis-jenis Trauma Abdomen
Berdasarkan mekanismenya, trauma abdomen dibagi menjadi dua kategori
yaitu: trauma tumpul abdomen ( non penetrans) dan trauma tajam abdomen
(penetrans). Dikarenakan penanganan trauma tumpul dan trauma tajam berbeda
maka akan dibicarakan secara terpisah.
a. Trauma Tumpul Abdomen

Merupakan trauma abdomen tanpa penetrasi ke dalam rongga


peritoneum. Luka tumpul pada abdomen bisa disebabkan oleh jatuh,
kekerasan fisik atau pukulan, kecelakaan kendaraan bermotor, cedera
akibat berolahraga, benturan, ledakan, deselarasi, kompresi atau sabuk
pengaman. Lebih dari 50% disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas
Mekanisme trauma :

1) Compression Injury, terjadi dimana organ – organ viscera terperangkap


diantara kekuatan yang datang dari dinding depan abdomen dan dinding
depan dada dengan tulang belakang daerah lumbal atau dada sebagai
bantalannya. Suatu pukulan langsung, misalkan terbentur stir ataupun
bagian pintu mobil yang melesak kedalam karena tabrakan, bisa
menyebabkan trauma kompresi ataupun crush injury terhadap organ
viscera. Hal ini dapat merusak organ padat maupun organ berongga,
dan bisa mengakibatkan ruptur, terutama organ-organ yang distensi
(misalnya uterus ibu hamil), dan mengakibatkan perdarahan maupun
peritonitis.
2) Shearing force, secara klasik dimulai oleh deselerasi tiba-tiba pada
kecelakaan lalu lintas. Terjadi akibat perubahan kecepatan mendadak
dimana terjadi pergerakan yang tidak sama antara suatu bagian yang
terfixir dengan bagian yang bergerak dapat menyebabkan robekan
pedikel vascular seperti mesenterium, porta hepatic, atau hilus renalis.
Misalnya sebuah mobil yang melaju kencang tiba-tiba terhenti karena
menabrak pohon, hal ini mengakibatkan tubuh penumpang ikut terhenti
sehingga organ dalam abdomen yang bersifat mobile (gaster,
intestinum dan kolon) dapat lepas dari perlekatannya.
3) Sudden rise in intra abdominal pressure. Peningkatan tekanan
intraabdomen yang tiba – tiba yang disebabkan oleh external
compression forces yang dapat memberikan tekanan yang merusak
organ padat (to brust injury of solid organs) seperti hepar, limpa
atau ruptur organ berongga seperti usus.
Pada pasien-pasien yang mengalami laparotomi karena trauma
tumpul, organ yang paling sering terkena adalah lien (40-55%),
hepar (35-45%), dan usus (5-10%). Sebagai tambahan, 15% nya
mengalami hematoma retroperitoneal (Paul, 2008)
b. Trauma Tajam Abdomen ( Penetrans)

Merupakan trauma abdomen dengan penetrasi ke dalam rongga


peritoneum. Luka tembus pada abdomen disebabkan oleh tusukan benda
tajam atau luka tembak (Paul, 2008)
1) Luka Tusuk
Akibat trauma ini tergantung dari daerah trauma, arah trauma, dan
kekuatan tusukan serta panjang dan ukuran dari tusukan. Mekanismenya
bisa berupa sayatan dan robekan pada jaringan. Luka tusuk akan
menyebabkan kerusakan jaringan karena laserasi ataupun terpotong.
Luka tusuk tersering mengenai hepar (40%), usus halus (30%),
diafragma (20%), dan colon (15%).
2) Luka Tembak
Luka tembak menyebabkan kerusakan yang lebih besar, yang ditentukan
oleh jauhnya perjalanan peluru, dan berapa besar energy kinetiknya
maupun kemungkinan pantulan peluru oleh organ tulang, maupun efek
pecahan tulangnya. Mekanisme luka tembak lebih kompleks, tergantung
pada energi kinetik yang tersimpan pada proyektil dan kemampuannya
untukmeledakkanbenda-bendadisekitarnya.
Luka tembak kecepatan tinggi akan menyebabkan transfer energi
kinetik yang lebih besar terhadap organ viscera, dengan adanya efek
tambahan berupa temporary cavitation, dan dapat pecah menjadi fragmen
yang mengakibatkan kerusakan organ lainnya.(1) (Paul, 2008)

D. Manifestasi Trauma Abdomen

1) Tanda dan gejala trauma tumpul yaitu :

• Perdarahan yang tidak diketahui

• Riwayat syok

• Adanya trauma dada mayor

• Adanya fraktur pelvis

• Penderita dengan penurunan kesadaran

• Adanya hematuri

2) Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium)

3) Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ

4) Respon stres simpatis

5) Perdarahan dan pembekuan darah

6) Kontaminasi bakteri

7) Kematian sel

3) Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium)

1) Kehilangan darah.

2) Memar/jejas pada dinding perut.

3) Kerusakan organ-organ.
4) Nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas dan kekakuan (rigidity)
dinding perut
5) Iritasi cairan usus (Sudart, 2015)
E. Patofisiologi Trauma Abdomen

Trauma pada abdomen dibagi menjadi trauma tumpul dan tembus.


Trauma tumpul abdomen disebabkan kompresi dan deselerasi. Kompresi
rongga abdomen oleh benda-benda terfiksasi, seperti sabuk pengaman atau
setir kemudi akan meningatkan tekanan intraluminal dengan cepat,
sehingga mungkin menyebabkan ruptur usus, atau pendarahan organ padat.
Gaya deselerasi (perlambatan) akan menyebabkan tarikan atau regangan
antara struktur yang terfiksasi dan yang dapat bergerak. Deselerasi dapat
menyebabkan trauma pada mesenterium, pembuluh darah besar, atau
kapsul organ padat, seperti ligamentum teres pada hati. Organ padat, seperti
limpa dan hati merupakan jenis organ yang tersering mengalami terluka
setelah trauma tumpul abdomen terjadi (Paul, 2008)

Jika terjadi trauma penetrasi atau non-pnetrasi kemungkinan terjadi


pendarahan intra abdomen yang serius, pasien akan memperlihatkan tanda-
tanda iritasi yang disertai penurunan hitung sel darah merah yang akhirnya
gambaran klasik syok hemoragik. Bila suatu organ viseral mengalami
perforasi, maka tanda-tanda perforasi, tanda-tanda iritasi peritonium cepat
tampak. Tanda-tanda dalam trauma abdomen tersebut meliputi nyeri tekan,
nyeri spontan, nyeri lepas dan distensi abdomen tanpa bising usus bila telah
terjadi peritonitis umum.Bila syok telah lanjut pasien akan mengalami
takikardi dan peningkatan suhu tubuh, juga terdapat leukositosis (Sudart,
2015)

F. Komplikasi
Menurut smeltzer(2001) komplikasi yang di sebabkan karena adanya trauma
pada abdomen adalah dalam waktu segera dapat terjadi syok hemoragik dan
cidera, pada fase lanjut dapat terjadi infeksi, thrombosis vena,emboli pulmonar,
stress 4 ulserasi dan perdarahan, pneumonia, tekanan ulserasi, ateletasis
maupun sepsis.
G. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Musliha, 2010, pemeriksaan diagnostik untuk trauma abdomen, yaitu:

a. Foto thoraks

Untuk melihat adanya trauma pada thorak.


b. Pemeriksaan darah rutin

Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-linedata bila terjadi perdarahan


terus menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit.
Pemeriksaan leukosit yang melebihi 20.000 /mm tanpa terdapatnya
infeksi menunjukkan adanya perdarahan cukup banyak kemungkinan
ruptura lienalis. Serum amilase yang meninggi menunjukkan
kemungkinan adanya trauma pankreas atau perforasi usus halus.
Kenaikan transaminase menunjukkan kemungkinan trauma pada
hepar.
c. Plain abdomen foto tegak

Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas


retro perineal dekat duodenum, corpus alineum dan perubahan
gambaran usus.

d. Pemeriksaan urine rutin.

Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai


hematuri. Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya trauma
pada saluran urogenital.
e. VP (Intravenous Pyelogram).

Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan


trauma pada ginjal
f. Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL).

Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus dalam


rongga perut. Hasilnya dapat amat membantu. Tetapi DPL inihanya alat
diagnostik. Bila ada keraguan, kerjakan laparatomi (gold standard).
Indikasi untuk melakukan DPL adalah sebagai berikut:

1) Nyeri abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya

2) Trauma pada bagian bawah dari dada

3) Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas

4) Pasien cedera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat,


alkohol, cedera otak)
5) Pasien cedera abdominal dan cedera medula spinalis (sumsum
tulang belakang)
6) Patah tulang pelvi

Kontra indikasi relatif melakukan DPL adalah sebagai berikut:

1) Hamil

2) Pernah operasi abdominal

3) Operator tidak berpengalaman

4) Bila hasilnya tidak akan merubah penatalaksanaan

g. Ultrasonografi dan CT Scan

Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum dioperasi


dan disangsikan adanya trauma pada hepar dan retro peritoneum.

Pemeriksaan khusus :

a. Abdomonal Paracentesis Merupakan pemeriksaan tambahan yang


sangat berguna untuk menentukan adanya perdarahan dalam rongga
peritoneum. Lebih dari100.000 eritrosit /mm dalam larutan NaCl yang
keluar dari rongga peritoneum setelah dimasukkan 100–200 ml larutan
NaCl 0.9% selama 5 menit, merupakan indikasi untuk laparotomi.
b. Pemeriksaan Laparoskopi. Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk
mengetahui langsung sumber penyebabnya.
c. Bila dijumpai perdarahan dan anus perlu dilakukan rekto-
sigmoidoskopi.
2. Pemeriksaan Medis dan Farmakologi

a. Abdominal paracentesis

b. Menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritoneum, merupakan


indikasi untuk laparatomi
c. Pemeriksaan laparoskopi

d. Mengetahui secara langsung penyebab abdomen akut

e. Pemasangan NGT

f. Memeriksa cairan yang keluar dari lambung pada trauma abdomen


g. Pemberian antibiotic

h. Mencegah infeksi

i. Laparatomi.

H. Penatalaksanaan

Penanganan Trauma Abdomen

Kunci sukses untuk penanganan trauma abdomen adalah adanya kecurigaan


yang besar untuk trauma abdomen (high index of suspicion) yaitu pemeriksa
harus menganggap bahwa ada kerusakan organ intra abdomen dan pemeriksa
harus menentukan apakah perlu intervensi operasi segera atau tidak. Untuk
diketahui bahwa lebih kurang 75 % - 90 % luka tembak abdomen memerlukan
tindakan operasi segera, 25 % - 35 % untuk luka tusuk abdomen, dan hanya 15
% - 20 % untuk trauma tumpul abdomen.
Penanganan pertama pada pasien trauma abdomen dimulai dengan primary
survey: A (Airway dengan kontrol servikal), B (Breathing), C (Circulation
dengan kontrol perdarahan), D (Disability), E (Exposure) kemudian dilanjutkan
dengan secondary survey(14) Pada primary survey dilakukan penilaian :
a. Airway dengan kontrol servikal : harus dievaluasi derajat patensinya, reflex
proteksi, benda asing sekresinya dan derajat cederanya dengan tetap
memperhitungkan ada tidaknya cedera cervical.
b. Breathing : yaitu menilai derajat pernafasan pasien berdasarkan frekuensi
dan kedalaman pernafasan atau adanya retraksi otot pernafasan.
c. Circulation dengan kontrol perdarahan : dinilai dengan menilai tingkat
kesadaran pasien, warna kulit, dan suhu tubuh. Pada pasien dengan shock
hemoragik pada mulanya akan gelisah dan koma jika perdarahan terus
terjadi. Tanda vital seperti denyut nadi, tekanan darah, frekuensi nafas tidak
cukup sensitif dan spesifik pada syok hemoragik.
d. Disability : penilaian awal dengan menilai defisit neurologi sebelum
pemberian sedatif. Penilaian berdasarkan GCS dan kekuatan 4 extremitas.
e. Exposure : pada pasien trauma harus dinilai ada tidaknya cedera lain yang
dapat meperberat morbiditas.Nasogastric tube dipasang jika tidak ada
kontraindikasi untuk dekompresi dan menilai ada tidaknya darah. Jika
pasien mengalami cedera maksilofacial maka digunakan orofaringeal tube.
BAB II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian keperawatan
⮚ Pengkajian primer
Identitas Klien : Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua),
jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal
dan jam MRS, nomor register, dan diagnosis medis.

1) Airway

a) Jalan napas bersih atau terdapat penumpukan secret

b) Terdengar ada tidaknya bunyi napas (Snoring, gurgling,


stridor)
c) Lidah tidak jatuh kebelakang

2) Breathing

a) Peningkatan frekuensi pernapaan

b) Menggunakan otot-otot pernapasan ( abdomen, thoraks)

c) Irama napas (teratur, dangkal, tumpul)

d) Distress pernapasan (pernapasan cuping hidung, takipneu,


retraksi)
e) Terapi oksigen: nasal canul, NRM (non rebreathing mask) ,

RM (rebreathing mask) , inshalasi nebulizer

f) Spo2: 95%

3) Circulation

a) Nadi karotis dan nadi perifer teraba (kuat, lambat)

b) Penurunan curah jantung (gelisah, latergi, takikardi)

c) Capillary refill kembali dalam 3 detik

d) Akral (dingin, hangat)


e) Tidak sianosis

f) Kesadaran somnolen

3.

1) Disability

a) Kesadaran compos mentis dengan GCS=E4 V5 M6

b) Reaksi pupil dengan pen light: Isokor atau unisokor,


midriasis, dilatasi, ukuran)

c) Kekuatan otot motoric.

2) Exposure

a) Integritas kulit baik

b) Ada/tidak luka bekas post operasi laparatomi

c) Capillary refill kembali dalam 3 detik

⮚ Sekunder

• Anamnesa : KOMPAK (Kelehan, Obat, makanan terakhir,


penyakit penyerta, alergi, kejadian)

• Log roll: periksa dengan teliti untuk menilia adakah BTLS


(perubahan Bentuk, Tumor, Luka, dan Sakit)

• TTV

Diagnosis Keperawatan

a) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik

b) Risiko hipovolemia dengan faktor risiko kehilangan cairan secara aktif

c) Risiko infeksi dengan faktor risiko ketidakadekuatan pertahan tubuh


primer
d) Risiko defisit nutrisi dengan faktor risiko ketidakmampuan mencerna
makanan
e) Risiko ketidakseimbangan cairan dengan faktor risiko
trauma/perdarahan

PERENCENAAN KEPERAWATAN

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi


keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri


dengan agen pencedera fisik keperawatan diharapkan tingkat
nyeri menurun dengan kriteria 1. Observasi
hasil:
a. Identifikasi lokasi, karakt
1. Keluhan nyeri menurun
frekuensi, kualitas,intensi
2. Meringis menurun b. Identifikasi skala nyeri

3. Gelisah menurun c. Identifikasi respon nyeri n

4. Frekuensi nadi membaik d. Identifikasi factor yang m

dan memperingan nyeri


5. Pola napas membaik
e. Identifikasi pengetahuan d
tentang nyeri.
f. Identifikasi pengaruh bud
respon nyeri
g. Identifikasi pengaruh nye

hidup
h. Monitor keberhasil
komplementer yang sudah diberikan

i. Monitor efek samping penggunaan


analgetik
2. Terapeutik

a. Berikan teknik nonfarmakologis untuk


mengurangi rasa nyeri
(mis.hipnosis,akupresur, terapi musik,
terapi pijat, aromaterapi, terknik
imajinasi terbimbing, kompres hangat
atau dingin).
b. Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis.suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
c. Fasilitasi istirahat dan tidur

d. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri


dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri.
3. Edukasi

a. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu


nyeri
b. Jelaskan strategi meredakan nyeri

c. Anjurkan memonitor nyeri secara


mandiri
d. Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
e. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
4. Kolaborasi

Kolaborasi peberian analgesik.


Risiko hipovolemia dengan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipovolemia
2.
faktor risiko kehilangan cairan keperawatan diharapkan status
1. Observasi
secara aktif cairan membaik dengan kriteria
a. Periksa tandadan gejala hipovolemia
hasil:
(mis. Frkuensi nadi meningkat, nadi
1. Kekuatan nadi meningkat
teraba lemah, tekanan darah menurun,
2. Tingkat kesadaran meningkat
tekanan nadi meningkat, tugor kulit
3. Tugor kulit meningkat menurun, membrane mukosa kering,
volume urin menurun, hamatokrit
4. Tekanan darah membaik
meningkat, haus, lemah)
5. Membrane mukosa membaik
b. Monitor intake dan output cairan
6. Intake cairan membaik
2. Terapeutik

a. Hitung kebutuhan cairan

b. Berikan posisi modified trendelenburg

c. Berikan asupan cairan oral

3. Edukasi

a. Anjurkan memperbanyak asupan cairan


oral
b. Anjurkan menghindari perubahan posisi
mendadak
4. Kolaborasi

a. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis


(mis. NaCl, RL)
b. Berikan pemberian cairan IV hipotonis
(mis. Glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
c. Kolaborasi pemberian cairan koloid
(mis. Albumin, plasmanate)
d. Kolaborasi pemberian produk darah

3. Risiko infeksi dengan faktor Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Infeksi


risiko ketidakadekuatan keperawatan diharapkan
1. Observasi
pertahan tubuh primer tingkat infeksi menurun
a. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal
dengan kriteria hasil:
dan sistemik
1. Demam menurun
2. Terapeutik
2. Kemerahan menurun
a. Batasi jumlah pengunjung
3. Nyeri menurun
b. Berikan perawatan kulit pada area
4. Bengkak menurun
edema
c. Cuci tangan sebelum dan sesudah
5. Kadar sel darah merah
kontak dengan pasien dan lingkungan
membaik
pasien
d. Pertahankan teknik aseptik pada pasien
beresiko tinggi
3. Edukasi

a. Jelaskan tanda dan gejala infeksi


b. Ajarkan cara mencuci tangan yang baik
dan benar
c. Ajarkan cara memeriksa luka atau luka
operasi
d. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi

e. Anjurkan meningkatkan asupan cairan

4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika
perlu
Risiko defisit nutrisi dengan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Gangguan Nutrisi
4.
faktor risiko ketidakmampuan keperawatan diharapkan status
1. Observasi
mencerna makanan nutrisi menurun dengan
a. Monitor asupan dan keluarnya makanan
kriteria hasil:
dan cairan serta kebutuhan kalori
1. Porsi makan
2. Terapeutik
yang dihabiskan meningkat
2. Frekuensi makan membaik a. Timbang berat badan secara rutin

3. Nafsu makan membaik b. Diskusikan perilaku makan dan jumlah


aktivitas fisik (termaksud olahraga)
4. Nyeri abdomen menurun
yang sesuai
c. Lakukan kontrak perilaku (mis target
berat badan, tanggung jawab perilaku)
d. Dampingi ke kamar mandi untuk
pengamatan perilaku memuntahkan
kembali makanan
e. Berikan penguatan positif terhadap
keberhasilan target dan perubahan
perilaku
f. Berikan konsekuensi jika tidak
mencapai target sesuai kontrak
g. Rencanakan program pengobatan untuk

perawatan di rumah (mis medis,


konseling)

3. Edukasi

a. Anjurkan membuat catatan harian


tentang perasaan dan situasi pemicu
pengeluaran makan (mis pengeluaran
yang disengaja, muntah, aktivitas
berlebihan)
b. Ajarkan pengaturan diet yang tepat

c. Ajarkan keterampilan koping untuk


penyelesaian masalah
perilaku makan
4. Kolaborasi

a. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang


target berat badan, kebutuhan
kaloridan pilihan makanan
Risiko ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Cairan
5.
cairan dengan faktor risiko keperawatan diharapkan
1. Observasi
trauma/perdarahan keseimbangan cairan
a. Monitor status hidrasi (mis frekuensi
meningkat dengan kriteria
nadi, kekuatan nadi, akral, pengisian
hasil:
kapiler, kelembaban mukosa, tugor
1. Asupan cairan meningkat
kulit, tekan darah)
2. Kelembaban
b. Monitor berat badan harian
membrane mukosa
c. Monitor berat badan sebelum dan
3. Dehidrasi menurun
sesudah dialysis
4. Tekanan darah membaik
d. Monitor hasil pemeriksaan
5. Membrane laboratorium (mis hematocrit, Na, K,
mukosa membaik Cl, berat jenis urine, BUN)
e. Monitor status hemodinamik (mis
MAP, CVP, PAP, PCWP jika
tersedia)

2. Terapeutik

a. Catat intake-output dan hitung balans


cairan 24 jam
b. Berikan asupan cairan, sesuai
kebutuhan
c. Berikan cairan intravena, jika tersedia

3. Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian diuretik, jika
tersedia

DAFTAR PUSTAKA

Paul, T. (2008). Abdominal Trauma. Jakarta: EGC.

Sudart, B. d. (2015). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Ari Setyajati. (2012): file:///C:/Users/aldi/Downloads/02._NASKAH_PUBLIKASI.pdf


Kepala ICU RSUD.DR.Moewardi Surakarta

Berman, A., Snyder, S. & Fradsen, G. (2016). Kozier & Erb’s Fundamentals of Nursing
(10th Ed). USA: Perason Education.

Dougherty, L & Lister, S. (2015). Manual of Clinical Nursing Prosedures (9th ed), UK:
The Royal Marsden NHS Foundation Trust.

Perry, A.G. & Potter, P. A. (2014). Nursing Skills & Procedures (8th ed). St Louis: mosby
Elsevier
ASUHAN KEPERAWATAN

KEGAWATDARURATAN PADA TN.T DENGAN DIAGNOSA MEDIS

“ TRAUMA ABDOMEN”

PEMBIMBING: Hasniaty AG,SKp.,M.Kep

DISUSUN OLEH

RAHMAWATI

2004019

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN


STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR PROFESI NERS
MAKASSAR 2021/2020
SUMBER RSUP. Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR MR.3/BEDAH/R.I/B/2012
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG
Jl. Adyaksa No. 5 Telp. (0411) 444133-449574-5058660 Fax. (0411) 4662561-430614 Makassar 90231
e-mail: stikes pnk@yahoo.com. Website:http:/stikespanakkukang.ac.id.
FORMAT IGD

Ruangan : - Tgl, 05 oktober 2021


Jam : 08.00

No. Rekam Medik : 000231


Nama initial : Tn.T
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir/Umur : 65 tahun
Alamat : Barukang
Rujukan : ☑ Ya dari, RS pandjonga Dg.Ngalle

Diagnosa : Trauma abdomen


⬜ Tidak ⬜ Datang sendiri ⬜ √Diantar oleh keluarga

Nama keluarga yang bisa dihubungi : Ny. W No. HP/Tlp : -


Alamat : Barukang
Transportasi waktu datang : ☑ Ambulans RSWS ⬜ Ambulans lain ……………….
⬜ Kendaraan lainnya: kendaraan milik keluarga

Alasan masuk : Nyeri pada perut bagian kanan dikarenakan saat klien menebang pohon tertimpa
balok kayu pada perut bagian kanan.
TRAUMA SCORE
A. Frekuensi Pernafasan
⬜ 10 – 25
4
⬜√ 25 – 35
3
⬜ > 35
2
⬜ < 10
1
⬜0
0
B. Usaha bernafas
⬜ Normal
1
⬜ √Dangkal
0

C. Tekanan darah
⬜ √> 89 mmHg
4
⬜ 70 – 89 mmHg
3
⬜ 50 – 69 mmHg
2
⬜ 1 – 49 mmHg
1
⬜0
0
D. Pengisian kapiler
⬜ √< 2 dtk
2
⬜ > 2 dtk
1
⬜ Tidak ada
0

E. Glasgow Coma Score (GCS)


⬜ √14 – 15
5
⬜ 11 – 13
4
⬜ 8 – 10
3
⬜5–7
2
⬜3–4
1

TOTAL TRAUMA SCORE ( A + B +


C + D + E) = 163
RIMARY SURVEY
REAKSI PUPIL
A. Airway
Kanan Ukuran (mm) Kiri
1. Pengkajian jalan napas
Ukuran (mm)
⬜ √Bebas ⬜ Tersumbat
• Cepat : pupil berespon saat diberi
Trachea di tengah : ⬜ √Ya ⬜ Tidak
cahaya
• Resusitasi :- • Konstriksi : kiri dan kanan
• Re-evaluasi :- • Lambat : -
2. Masalah Keperawatan -
• Dilatasi : -
3. Intervensi/implementasi -
• Tak bereaki : -
4. Evaluasi -
B. Breathing
1. Fungsi pernapasan
• Dada simetris : ⬜√ Ya ⬜ Tidak

• Sesak nafas : ⬜ √Ya ⬜ Tidak

• Respirasi : 26x / mnt


• Krepitasi : ⬜ Ya ⬜ √Tidak

• Suara nafas :
- Kanan : ⬜ √Ada ⬜ √Jelas ⬜
Menurun ⬜ Ronchi
⬜ Wheezing ⬜ Tidak
Ada
- Kiri : ⬜ Ada ⬜√ Jelas ⬜ Menurun
⬜ Ronchi ⬜ Wheezing ⬜ Tidak
Ada
• Saturasi O2 : - %
Pada : Suhu ruangan Nasal canule: 2 lpm
NRB Lainnya…
• Assesment : -
• Resusitasi : -
• Re-evaluasi :-
2. Masalah Keperawatan : ketidakefektifan pola
napas
3. Intervensi/implementasi : memantau TTV dan
memberikan O2 nasal Canula 2 lpm
4. Evaluasi : klien mengatakan masih merasa sesak
C. Circulation
1. Keadaan sirkulasi
• Tensi : 120 / 80 mmHg
• Nadi : 88 x / mnt
Kuat Lemah Regular Irregular
• Suhu : 37oC
• Temperatur Kulit : ⬜√ Hangat ⬜ Panas ⬜
Dingin
Gambaran Kulit: ⬜ √Normal ⬜ Kering ⬜
Lembah/basah
• Assesment : -
• Resusitasi : -
• Re-evaluasi :-
2. Masalah Keperawatan : -
3. Intervensi/implementa : -
4. Evaluasi : -
D. Disability
1. Penilaian fungsi neurologis
Alert : dapat membuka mata secara spontan
Verbal response : dapat berbicara secara teratur
Pain response : mengidentifikasi nyeri yang diraskan
Unresponsive : -
2. Masalah Keperawatan : -
3. Intervensi Keperawatan : -
4. Evaluasi : klien merespon dengan baik

E. Exposure
Penilaian Hipothermia/hiperthermia
Hipothermia : -
Hiperthermia : -

Masalah Keperawatan : -
Intervensi / Implementasi : -
Evaluasi : integritas kulit baik, suhu 37 0c

PENILAIAN NYERI :
Nyeri : ⬜ Tidak ⬜ √Ya, lokasi perut bagian kanan Intensitas (0-10) : 6-7

Jenis : ⬜ √Akut ⬜ Kronis

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
⬜ ⬜ ⬜ ⬜ ⬜ ⬜ ⬜ ⬜ ⬜ ⬜ ⬜

PENGKAJIAN SEKUNDER / SURVEY SEKUNDER

1. RIWAYAT KESEHATAN
a. S :Sign/symptoms (tanda dan gejala)
: nyeri, terdapat luka lecet, jejas dan hematoma pada abdomen
b. : Allergies (alergi)
: klien dan keluarga mengatakan tidak memiliki alergi makanan maupun obat-obatan
c. M : Medications (pengobatan)
: klien mengatakan tidak mengkonsumsi obat sebelum masuk Rumah sakit
d. P : Past medical history (riwayat penyakit)
: klien mengatakan sebelumnya pernah dirawat di RS dengan penyakit paru-paru
e. L : Last oral intake (makanan yang dikonsumsi terakhir, sebelum sakit)
: klien mengatakan sebelum kecelakaan, klien minum hanya satu gelas air putih
f. E : Event prior to the illnesss or injury (kejadian sebelum injuri/sakit)
: klien mengataka tinggal didaerah yang padat penduduknya

2. RIWAYAT DAN MEKANISME TRAUMA (Dikembangkan menurut OPQRST)


O :Onset (seberapa cepat efek dari suatu interaksi terjadi): kurang lebih 2 jam yang lalu
sebelum amsuk Rumah Sakit
P : Provokatif (penyebab): bila bergerak dan bernapas
Q : Quality (kualitas): seperti ditusuk-tusuk
R : Radiation (paparan) : perut sebelah kanan
S : Severity ( tingkat keparahan) : 7

T : Timing (waktu) : hilang timbul


3. TANDA-TANDA VITAL
Frekunsi Nadi : 88 x/mnt
Frekuensi Napas : 26 x/m
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Suhu tubuh : 37 0c

4. PEMERIKSAAN FISIK (HEAD TO TOE)


1. Kepala

Kulit kepala : kulit kepala tampak cukup bersih. Kepala dapat digerakkan kesegala arah
Mata : pupil isokor, sclera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis.

Telinga : bentuk telinga simetris, fungsi pendengaran baik

Hidung : tidak ada secret, fungsi penghidu baik

Mulut dan gigi : mukosa tampak lembab, gigi sudah tidak utuh terdapat caries gigi

Wajah : tampak simetris dan tampak bulat

2. Leher : tidak ada kaku kuduk, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid

3. Dada/ thoraks
Paru-paru : pengembangan dada simetris kiri dan kanan
Inspeksi : bentuk dada simetris kiri dan kanan
Palpasi : fremitus vocal kanan dan kiri sama
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler

4. Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba kuat
Perkusi : pekak
Auskultasi : bunyi jantung (S1-S2) reguler
5. Abdomen
Inspeksi : terdapat jejas dan hematoma pada abdomen sebelah kanan

Auskultasi : peristaltic usus 8 x/menit

Palpasi : tidak ada pembesaran hati

Perkusi : pekak
6. Pelvis
Inspeksi :-
Palpasi :-
7. Perineum dan rektum : tidak ada keluhan
8. Genitalia : berfungsi dengan baik
9. Ekstremitas
Status sirkulasi : baik, tidak ada pembengkakan pada bagian ektremitas
Keadaan injury : baik, tidak ada masalah
10. Neurologis
Fungsi sensorik : baik
Fungsi motorik : baik

5. HASIL LABORATORIUM

a. Hemoglobin : 14,5 g/dl (n: 14-17,5 g/dl)

b. Eritrosit : 5,05 106/ul (n: 4,5-5,9 106/ ul)

c. Leukosit : 12,1 103/ul (n: 4,0-11,3 103/ul)

d. Hematocrit : 43,8 % (n: 40-52%)

e. Trombosit : 204

f. Gol. Darah :0

g. HBSAG :-

6. HASIL PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Hasil radiologi USG abdomen

Kesan: tampak gambaran udara bebas di hemidiafragma kanan

7. PENGOBATAN

a. Terpasang O2 nasal Canula 2 lpm


b. Terpasang cairan RL 28 tpm

c. Memasang NGT

d. Memberikan injeksi ketorolax 2 ml, cefotaxim 1g

ANALISA DATA :

MASALAH
NO DATA
KEPERAWATAN

1. DS :
• Klien mengatakan sesak nafas

• Klien mengatakan perut sebelah kanan terasa


nyeri
Pola napas tidak efektif
DO :
• Klien gelisah

• R : 26x/menit

2. DS :
o Klien mengatakan perut sebelah kanan sakit

P : bila bergerak dan bernafas


Nyeri akut
Q : seperti tertusuk-tusuk

R : perut sebelah kanan

S :7

T : hilang timbul
DO :
o Klien tampak mengerang-erang menahan sakit.

o Terdapat luka lecet pada abdomen sebelah


kanan

o Nadi: 88 x/menit

A. Diagnosa Keperawatan

NO Diagnosa keperawatan

1.
Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru

2.
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
PERENCANAAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA
NO TUJUAN/SLKI INTERVENSI/SIKI
KEPERAWATAN

1. Pola napas: L.01004 Manajemen jalan napas: I.01012

Pola napas tidak Obsevasi:


Setelah dilakukan
efektif 1. Monitor pola napas (frekuensi,
tindakan keperawatan 1x
berhubungan kedalaman dan usaha napas)
24 jam diharapkan pola
dengan Penurunan Terapeutik:
napas membaik dengan
ekspansi paru 1. Posisikan semi fowler atau fowler
kriteria hasil:
2. Berikan oksigen jika perlu
Definisi: 1. Ventilasi semenit
Eddukasi:
Inspirasi dan/ meningkat
1. Anjurkan asupan cairan 2000
ekpirasi yang tidak 2. Kapasitas vital
ml/hari jika tidak kontraindikasi
memberikan meningkat
Kolaborasi:
ventilasi adekuat 3. Tekanan ekspirasi
1. Kolaborasi pemberian
menurun
bronkodilator, ekspektoran,
4. Tekanan inspirasi
nukolitik jika perlu
meningkat
5. Dyspnea menurun
6. Frekuensi napas
membaik
2. Diagnosa :D.0077 Tingkat nyeri: L.08066 Manajemen nyeri:I.08238

Nyeri akut Setelah dilakukan Observasi :


berhubungan tindakan asuhan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
dengan agens keperawatan selama 1x24 durasi, frekuensi, kualitas,
pencedera fisik jam diharapkan masalah intensitas nyeri
dapat teratasi dengan 2. Indentifikasi respon nyeri
Definisi:
kreteria hasil: nonverbal

Pengalaman 3. Identifikasi faktor yang


1. Keluhan nyeri
sensorik atau memperberat dan memperingan
menurun
emosional yang nyeri
2. Meringis menurun
berkaitan dengan 4. Identifikasi pengaruh nyeri pada
3. Kesulitan tidur
kerusakan jaringan kualitas hidup
menurun
actual atau 5. Monitor keberhasilan terapi
4. Frekuensi nadi
fungsional, dengan komplementer yang sudah
membaik
onset mendadak diberikan
5. Tekanan darah
atau lambat dan Terapeutik :
membaik
berintensitas ringan 1. Berikan teknik nonfarmakologi
6. Pola tidur membaik
hingga berat dan untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
konstan Terapi musik, terapi pijat, kompres
hangat/dingin)
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi :
1. Jelaskan strategi meredakan nyeri
2. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
3. Ajarkan teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

HARI I

DIAGNOSA
NO IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN

1 Diagnosa:D.0005 Manajemen jalan napas: I.01012 S:

Pola napas tidak Obsevasi: o Klien mengatakan sesak


efektif berhubungan 1. Memonitor pola napas napas sudah berkurang
dengan Penurunan (frekuensi, kedalaman dan O:
ekspansi paru usaha napas)
o Frekuensi napas
Hasil:
nampak membaik
Klien dengan napas 26
x/menit o Pola napas klien 22
Terapeutik: x/menit

1. Memposisikan semi-fowler
atau fowler A: masalah pola napas teratasi
Hasil:
P: pertahankan intervensi
Klien diposisikan dengan
semi-fowler atau fowler yang
bisa membuat nyaman
2. Memberikan oksigen jika
perlu
Hasil:
Klien dibantu O2 NC 2lpm
Eddukasi:
1. Menganjurkan asupan cairan
2000 ml/hari jika tidak
kontraindikasi
Hasil:
Klien terpasang infus RL 28
tpm
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
nukolitik jika perlu

2 Diagnosa :D.0077 Manajemen nyeri:I.08238 DS:

o Klien mengatakan perut


Nyeri akut Observasi :
sebelah kanan sakitnya
berhubungan dengan 1. Mengidentifikasi lokasi,
sudah menurun
agens pencedera fisik karakteristik, durasi,
P : bila bergerak dan
karena trauma frekuensi, kualitas, intensitas
bernafas
nyeri
Q : seperti tertusuk-
Hasil:
tusuk
P : bila bergerak dan R : perut sebelah kanan
bernafas S :4
Q : seperti tertusuk-tusuk T : hilang timbul
R : perut sebelah kanan
S :7 DO :

T : hilang timbul o Klien tampak sudah

2. Mengidentifikasi respon tidak mengerang-erang


nyeri nonverbal menahan sakit.
Hasil:
o Tampak masih
Klien nampak meringis dan
Terdapat luka lecet dan
memegang area yang sakit
jejas pada abdomen
3. Mengidentifikasi faktor yang
sebelah kanan
memperberat dan
memperingan nyeri o Nadi: 80 x/menit
Hasil: A: masalah belum teratasi
Nyeri klien semakin terasa
saat bergerak dan bernapas, P: lanjutkan intervensi

dan ringan saat tidak


bergerak atau melakukan
aktivitas
4. Mengidentifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas hidup
Hasil:
Klien merasa tidak nyaman
dan merasa sangat terganggu
5. Memonitor keberhasilan
terapi komplementer yang
sudah diberikan
Hasil:
Klien berusaha berfikir
tenang dan berfikir positif

Terapeutik :
1. Memberikan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
Terapi musik, terapi pijat,
kompres hangat/dingin)
Hasil:
Klien/keluarga diajarkan cara
melakukan pengompresan
pada area yang sakit
2. Mengontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
Hasil:
Klien/keluarga diberitahukan
untuk menjaga suasana
ruangan dengan tidak
menimbulkan kebisingan
3. Memfasilitasi istirahat dan
tidur
Hasil:
Klien diminta untuk istirahat
yang cukup dengan menjaga
suasana ruangan tetap tenang

Edukasi :
1. Menjelaskan strategi
meredakan nyeri
Hasil:
Klien diberitahukan cara
untuk meredakan nyerinya
2. Menganjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
Hasil:
Klien diberitahukan untuk
mengkonsumsi obat secara
tepat dan benar seperti obat
antibiotik dan Memberikan
injeksi ketorolak 2ml
3. Mengajarkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Hasil:
Klien diajarkan teknik
relaksasi napas dalam untuk
mengurangi rasa nyerinya

Kolaborasi :
1. Berkolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Hasil:
Mengkolaborasikan dengan
docter atau tim medis setiap
ada obat analgetik yang
diberikan kepada klien
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

HARI II

DIAGNOSA
NO IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN

1 Diagnosa:D.0005 Manajemen jalan napas: I.01012 S:

Pola napas tidak Obsevasi: o Klien mengatakan sesak


efektif berhubungan 2. Memonitor pola napas napas sudah berkurang
dengan Penurunan (frekuensi, kedalaman dan O:
ekspansi paru usaha napas)
o Frekuensi napas
Hasil:
nampak membaik
Klien dengan napas 26
x/menit o Pola napas klien 22
Terapeutik: x/menit

3. Memposisikan semi-fowler
atau fowler A: masalah pola napas teratasi
Hasil:
P: pertahankan intervensi
Klien diposisikan dengan
semi-fowler atau fowler yang
bisa membuat nyaman
4. Memberikan oksigen jika
perlu
Hasil:
Klien dibantu O2 NC 2lpm
Eddukasi:
1. Menganjurkan asupan cairan
2000 ml/hari jika tidak
kontraindikasi
Hasil:
Klien terpasang infus RL 28
tpm
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
nukolitik jika perlu

2 Diagnosa :D.0077 Manajemen nyeri:I.08238 DS:

o Klien mengatakan perut


Nyeri akut Observasi :
sebelah kanan sakitnya
berhubungan dengan 6. Mengidentifikasi lokasi,
sudah menurun
agens pencedera fisik karakteristik, durasi,
P : bila bergerak dan
karena trauma frekuensi, kualitas, intensitas
bernafas
nyeri
Q : seperti tertusuk-
Hasil:
tusuk
P : bila bergerak dan R : perut sebelah kanan
bernafas S :4
Q : seperti tertusuk-tusuk T : hilang timbul
R : perut sebelah kanan
S :7 DO :

T : hilang timbul o Klien tampak sudah

7. Mengidentifikasi respon tidak mengerang-erang


nyeri nonverbal menahan sakit.
Hasil:
o Tampak masih
Klien nampak meringis dan
Terdapat luka lecet dan
memegang area yang sakit
jejas pada abdomen
8. Mengidentifikasi faktor yang
sebelah kanan
memperberat dan
memperingan nyeri o Nadi: 80 x/menit
Hasil: A: masalah belum teratasi
Nyeri klien semakin terasa
saat bergerak dan bernapas, P: lanjutkan intervensi

dan ringan saat tidak


bergerak atau melakukan
aktivitas
9. Mengidentifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas hidup
Hasil:
Klien merasa tidak nyaman
dan merasa sangat terganggu
10. Memonitor keberhasilan
terapi komplementer yang
sudah diberikan
Hasil:
Klien berusaha berfikir
tenang dan berfikir positif

Terapeutik :
4. Memberikan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
Terapi musik, terapi pijat,
kompres hangat/dingin)
Hasil:
Klien/keluarga diajarkan cara
melakukan pengompresan
pada area yang sakit
5. Mengontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
Hasil:
Klien/keluarga diberitahukan
untuk menjaga suasana
ruangan dengan tidak
menimbulkan kebisingan
6. Memfasilitasi istirahat dan
tidur
Hasil:
Klien diminta untuk istirahat
yang cukup dengan menjaga
suasana ruangan tetap tenang

Edukasi :
4. Menjelaskan strategi
meredakan nyeri
Hasil:
Klien diberitahukan cara
untuk meredakan nyerinya
5. Menganjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
Hasil:
Klien diberitahukan untuk
mengkonsumsi obat secara
tepat dan benar seperti obat
antibiotik dan Memberikan
injeksi ketorolak 2ml
6. Mengajarkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Hasil:
Klien diajarkan teknik
relaksasi napas dalam untuk
mengurangi rasa nyerinya

Kolaborasi :
2. Berkolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Hasil:
Mengkolaborasikan dengan
docter atau tim medis setiap
ada obat analgetik yang
diberikan kepada klien
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

HARI III

DIAGNOSA
NO IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN

1 Diagnosa:D.0005 Manajemen jalan napas: I.01012 S:

Pola napas tidak Obsevasi: o Klien mengatakan sesak


efektif berhubungan 3. Memonitor pola napas napas sudah berkurang
dengan Penurunan (frekuensi, kedalaman dan O:
ekspansi paru usaha napas)
o Frekuensi napas
Hasil:
nampak membaik
Klien dengan napas 26
x/menit o Pola napas klien 22
Terapeutik: x/menit

5. Memposisikan semi-fowler
atau fowler A: masalah pola napas teratasi
Hasil:
P: pertahankan intervensi
Klien diposisikan dengan
semi-fowler atau fowler yang
bisa membuat nyaman
6. Memberikan oksigen jika
perlu
Hasil:
Klien dibantu O2 NC 2lpm
Eddukasi:
1. Menganjurkan asupan cairan
2000 ml/hari jika tidak
kontraindikasi
Hasil:
Klien terpasang infus RL 28
tpm
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
nukolitik jika perlu

2 Diagnosa :D.0077 Manajemen nyeri:I.08238 DS:

o Klien mengatakan perut


Nyeri akut Observasi :
sebelah kanan sakitnya
berhubungan dengan 11. Mengidentifikasi lokasi,
sudah menurun
agens pencedera fisik karakteristik, durasi,
P : bila bergerak dan
karena trauma frekuensi, kualitas, intensitas
bernafas
nyeri
Q : seperti tertusuk-
Hasil:
tusuk
P : bila bergerak dan R : perut sebelah kanan
bernafas S :4
Q : seperti tertusuk-tusuk T : hilang timbul
R : perut sebelah kanan
S :7 DO :

T : hilang timbul o Klien tampak sudah

12. Mengidentifikasi respon tidak mengerang-erang


nyeri nonverbal menahan sakit.
Hasil:
o Tampak masih
Klien nampak meringis dan
Terdapat luka lecet dan
memegang area yang sakit
jejas pada abdomen
13. Mengidentifikasi faktor yang
memperberat dan sebelah kanan
memperingan nyeri
o Nadi: 80 x/menit
Hasil:
Nyeri klien semakin terasa A: masalah belum teratasi
saat bergerak dan bernapas,
dan ringan saat tidak P: lanjutkan intervensi

bergerak atau melakukan


aktivitas
14. Mengidentifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas hidup
Hasil:
Klien merasa tidak nyaman
dan merasa sangat terganggu
15. Memonitor keberhasilan
terapi komplementer yang
sudah diberikan
Hasil:
Klien berusaha berfikir
tenang dan berfikir positif

Terapeutik :
7. Memberikan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
Terapi musik, terapi pijat,
kompres hangat/dingin)
Hasil:
Klien/keluarga diajarkan cara
melakukan pengompresan
pada area yang sakit
8. Mengontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
Hasil:
Klien/keluarga diberitahukan
untuk menjaga suasana
ruangan dengan tidak
menimbulkan kebisingan
9. Memfasilitasi istirahat dan
tidur
Hasil:
Klien diminta untuk istirahat
yang cukup dengan menjaga
suasana ruangan tetap tenang

Edukasi :
7. Menjelaskan strategi
meredakan nyeri
Hasil:
Klien diberitahukan cara
untuk meredakan nyerinya
8. Menganjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
Hasil:
Klien diberitahukan untuk
mengkonsumsi obat secara
tepat dan benar seperti obat
antibiotik dan Memberikan
injeksi ketorolak 2ml
9. Mengajarkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Hasil:
Klien diajarkan teknik
relaksasi napas dalam untuk
mengurangi rasa nyerinya

Kolaborasi :
3. Berkolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Hasil:
Mengkolaborasikan dengan
docter atau tim medis setiap
ada obat analgetik yang
diberikan kepada klien

Anda mungkin juga menyukai