Anda di halaman 1dari 31

A.

KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA


1. Konsep Keluarga
a. Pengertian
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional
yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan,
didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, dalam bentuk bio-
psiko sosiokultural-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada
individu, keluarga, dan masyarakat, baik sehat maupun sakit yang
mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Asuhan keperawatan
adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan dalam praktik
keperawatan yang diberikan kepada klien pada berbagai tatanan
pelayanan kesehatan dengan menggunakan proses keperawatan,
pedoman standar keperawatan, serta landasan etika dan etiket
keperawatan dalam lingkup wewenang dan tanggung jawab
keperawatan. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang
terdiri atas kepala keluarga serta beberapa orang yang berkumpul
dan tinggal di satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
(Sudiharto, 2007 : 22).
Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian
kegiatan yang diberikan melalui praktek keperawatan kepada
keluarga, untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan
keluarga tersebut dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan. (Sri Setyowati, 2008 : 75).
b. Tipe – Tipe Keluarga
Berdasarkan Sri Setyowati, (2007) tipe keluarga dibagi menjadi
dua macam yaitu:
1) Tipe Keluarga Tradisional (Traditional Family)
a) Keluarga Inti ( Nuclear Family )
adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.
b) Keluarga Besar ( Exs tended Family )
adalah keluarga inti di tambah dengan sanak saudara,
misalnya nenek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi
dan sebagainya.
c) Keluarga “Dyad”
yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami dan istri
tanpa anak.
d) “Single Parent”
yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua
(ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat
disebabkan oleh perceraian atau kematian.
e) “Single Adult” yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri
seorang dewasa (misalnya seorang yang telah dewasa
kemudian tinggal kost untuk bekerja atau kuliah).
2) Tipe Keluarga Non Tradisional
a) The Unmarriedteenege mather
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan
anak dari hubungan tanpa nikah.
b) The Stepparent Family
Adalah keluarga dengan orang tua tiri.
c) Commune Family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak
ada hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah,
sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama :
sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok atau
membesarkan anak bersama.
d) The Non Marital Heterosexual Conhibitang Family
Keluarga yang hidup bersama dan berganti – ganti pasangan
tanpa melelui pernikahan.
e) Gay And Lesbian Family
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama
sebagaimana suami – istri.
f) Marital partners Cohibiting Couple.
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan
karena beberapa alasan tertentu.
g) Group - Marriage Family
Beberapa orang dewasa menggunakan alat – alat rumah
tangga bersama yang saling merasa sudah menikah, berbagi
sesuatu termasuk sexual dan membesarkan anaknya.
h) Group Network Family
Keluarga inti yang dibatasi aturan atau nilai – nilai, hidup
bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan saling
menggunakan barang – barang rumah tangga bersama,
pelayanan dan tanggung jawab mem besarkan anaknya.
i) Foster Family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga
atau saudara didalam waktu sementara, pada saat orang tua
anak tersebut perlu mendapatkan sebuah bantuan untuk
menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
j) Homeless Family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai
perlindungan yang permanent karena krisis personal yang
dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem
kesehatan mental.
k) Gang.
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang - orang
muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang
mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan
dan criminal dalam kehidupannya.
c. Tugas Perkembangan Keluarga
Berdasarkan Setiadi (2008), membagi keluarga dalam 8 tahap
perkembangan, yaitu:
1) Keluarga Baru (Berganning Family)
Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak. Tugas
perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah :
a) Membina hubungan intim yang memuaskan.
b) Menetapkan tujuan bersama.
c) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan
kelompok social.
d) Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB.
e) Persiapan menjadi orang tua.
f) Memehami prenatal care (pengertisn kehamilan,
persalinan dan menjadi orang tua).
2) Keluarga dengan anak pertama < 30 bulan (Child Bearing).
Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan
menimbulkan krisis keluarga. Studi klasik Le Master (1957)
dari 46 orang tua dinyatakan 17 % tidak bermasalah selebihnya
bermasalah dalam hal :
a) Suami merasa diabaikan.
b) Peningkatan perselisihan dan argument.
c) Interupsi dalam jadwal kontinu.
Kehidupan seksual dan social terganggu dan menurun. Tugas
perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah :
a) Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi,
seksual dan kegiatan).
b) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan
pasangan.
c) Membagi peran dan tanggung jawab (bagaimana peran
orang tua terhadap bayi dengan memberi sentuhan dan
kehangatan).
d) Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan
perkembangan anak.
e) Konseling KB post partum 6 minggu.
f) Menata ruang untuk anak.
g) Biaya / dana Child Bearing.
h) Memfasilitasi role learning angggota keluarga.
i) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
3) Keluarga dengan Anak Pra Sekolah
Tugas perkembangannya adalah menyesuaikan pada
kebutuhan pada anak pra sekolah (sesuai dengan tumbuh
kembang, proses belajar dan kotak sosial) dan merencanakan
kelahiran berikutnya. Tugas perkembangan keluarga pada saat
ini adalah :
a) Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga.
b) Membantu anak bersosialisasi.
c) Beradaptasi dengan anak baru lahir, anakl yang lain juga
terpenuhi.
d) Mempertahankan hubungan di dalam maupun di luar
keluarga. Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak.
e) Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan
kembang anak.
4) Keluarga dengan Anak Usia Sekolah (6 – 13 tahun). Tugas
perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
a) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar
rumah, sekolah dan lingkungan lebih luas.
b) Mendoprong anak untuk mencapai pengembangan daya
intelektual.
c) Menyediakan aktivitas untuk anak.
d) Menyesuaikan pada aktivitas komuniti dengan mengikut
sertakan anak.
e) Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya
kehidupan dan kesehatan anggota keluarga.
5) Keluarga dengan Anak Remaja (13 - 20 tahun).
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
a) Pengembangan terhadap remaja (memberikan kebebasan
yang seimbang dan brertanggung jawab mengingat
remaja adalah seorang yang dewasa muda dan mulai
memiliki otonomi).
b) Memelihara komunikasi terbuka (cegah gep
komunikasi).
c) Memelihara hubungan intim dalam keluarga.
d) Mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan
anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh
kembang anggota keluarga.
6) Keluarga dengan Anak Dewasa (anak 1 meninggalkan
rumah).
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk
hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya, menata
kembali fasilitas dan sumber yang ada dalam keluarga,
berperan sebagai suami istri, kakek dan nenek. Tugas
perkembangan keluarga pada saat ini adalh :
a) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
b) Mempertahankan keintiman.
c) Menbantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di
masyarakat.
d) Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima
kepergian anaknya.
e) Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada
keluarga.
f) Berperan suami – istri kakek dan nenek.
g) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi
contoh bagi anak –anaknya.
7) Keluarga Usia Pertengahan (Midle Age Family).
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
a) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam
mengolah minat social dan waktu santai.
b) Memuluhkan hubungan antara generasi muda tua.
c) Keakrapan dengan pasangan.
d) Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga.
e) Persiapan masa tua/ pension.
8) Keluarga Lanjut Usia.
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
a) Penyesuaian tahap masa pension dengan cara merubah
cara hidup.
b) Menerima kematian pasangan, kawan dan
mempersiapkan kematian.
c) Mempertahankan keakraban pasangan dan saling
merawat.
d) Melakukan life review masa lalu.
d. Fungsi dan Tugas Keluarga
1) Fungsi Efektif
Berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang merupakan
dasar kekuatan keluarga. Fungsi efektif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial. Anggota kelurga
mengembangkan gambaran diri yang fositif , peran dijalankan
dengan baik ,dan penuh rasa sayang.
2) Fungsi sosialisasi.
Proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu
menghasilkan interaksi sosial ,dan individu tersebut
melaksanakan perannya dalam lingkungan sosial. Keluarga
merupakan tempat individu melaksanakan sosialisasi dengan
anggota kelurga dan belajar disiplin , norma budaya , dan
perilaku melalui interaksi dalam keluarga, sehigga individu
mampu berperan didalam masyarakat.
3) Fungsi reproduksi.
Fungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan
menambah sumber daya manusia.
4) Fungis Ekonomi.
Fungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga , seperti makanan
,pakaian , perumahan, dan lain-lain.
5) Fungsi Perawatan keluarga.
Keluarga menyediakan makanan , pakaian, perlidungan, dan
asuhan kesehatan / keperawatan. KarenakKemampuan
keluarga melakukan asuhan keperawatan atau pemeliharaan
kesehatan memengaruhi status kesehatan keluarga dan
individu.
Sedangkan menurut FrieAsmaan (2010) sesuai dengan Fungsi
Pemeliharaan Kesehatan, keluarga mempunyai tugas-tugas dalam
bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, yaitu :
1) Mengenal gannguan perkembangan kesehatan setiap anggota
keluarganya.
2) Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat.
3) Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit.
4) Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk
kesehatan dan perkembangan kebribadian anggota
keluarganya.
5) Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan
fasilitas kesehatan.
Adapun Tugas Perkembangan Keluarga Menurut Duvall & Miller
(dalam Friedman, 2010), tugas perkembangan keluarga adalah
sebagai berikut:
Tahap Perkembangan Tugas Perkembangan
1. Tahap I a. Membina hubungan intim
Pasangan Baru yang memuaskan
(Keluarga baru) b. Membina hubungan dengan
keluarga lain, teman dan
kelompok social
c. Mendiskusikan rencana
memiliki anak
2. Tahap II a. Persiapan menjadi orang tua
Keluarga Child bearing b. Adaptasi dengan perubahan
(kelahiran anak anggota keluarga: peran,
pertama). Keluarga yang interaksi, hubungan seual dan
menantikan kelahiran kegiatan
dimulai dari kehamilan c. Mempertahankan hubungan
sampai anak pertama intim yang memuasakan
berusia 30 bulan
3. Tahap III a. Memenuhi kebutuhan anggota
Keluarga dengan anak keluarga seperti kebutuhan
pra sekolah. Keluarga tempat tinggal, privasi dan
yang memiliki anak rasa aman
pertama usia 2,5 – 5 b. Membantu anak untuk
tahun bersosialisasi
c. Beradaptasi dengan anak yang
baru lahir, sementara
kebutuhan anak yang lain juga
harus terpenuhi
d. Mempertahankan hubungan
yang sehat baik di dalam
maupun di luar keluarga
e. Pembagian waktu untuk
inividu, pasangan dan anak
f. Pembagian tanggungjawab
anggota keluarga
g. Kegiatan dan waktu untuk
simulasi tumbuh dan kembang
anak
4. Tahap IV a. Membantu sosialisasi anak
Keluarga dengan anak terhadap lingkungan luar
sekolah. Dimulai anak rumah, sekolah dan
pertama 6 – 12 tahun lingkungan lebih luas.
b. Mendoprong anak untuk
mencapai pengembangan daya
intelektual.
c. Menyediakan aktivitas untuk
anak.
d. Menyesuaikan pada aktivitas
komuniti dengan mengikut
sertakan anak.
e. Memenuhi kebutuhan yang
meningkat termasuk biaya
kehidupan dan kesehatan
anggota keluarga.
5. Tahap V a. Pengembangan terhadap
Keluarga dengan anak remaja (memberikan
remaja. Dimulai saat kebebasan yang seimbang dan
anak pertama berusia 13 brertanggung jawab
tahun berakhir 6 – 7 mengingat remaja adalah
tahun kemudian, yaitu seorang yang dewasa muda
pada saat anak dan mulai memiliki otonomi).
meninggalkan orang b. Memelihara komunikasi
tuanya terbuka (cegah gep
komunikasi).
c. Memelihara hubungan intim
dalam keluarga.
d. Mempersiapkan perubahan
system peran dan peraturan
anggota keluarga untuk
memenuhi kebutuhan tumbuh
kembang anggota keluarga.
6. Tahap VI a. Memperluas keluarga inti
Keluarga dengan anak menjadi keluarga besar.
dewasa (pelepasan). b. Mempertahankan keintiman.
Tahap ini dimulai pada c. Menbantu anak untuk mandiri
saat anak terakhir sebagai keluarga baru di
meninggalkan rumah masyarakat.
d. Mempersiapkan anak untuk
hidup mandiri dan menerima
kepergian anaknya.
e. Menata kembali fasilitas dan
sumber yang ada pada
keluarga.
f. Berperan suami – istri kakek
dan nenek.
g. Menciptakan lingkungan
rumah yang dapat menjadi
contoh bagi anak – anaknya.
7. Tahap VII a. Mempunyai lebih banyak
Keluarga usia waktu dan kebebasan dalam
pertengahan. Tahap ini mengolah minat social dan
dimulai pada saat anak waktu santai.
terakhir meninggalkan b. Memuluhkan hubungan antara
rumah dan berakhir saat generasi muda tua.
pensiun atau salah satu c. Keakrapan dengan pasangan.
pasangan meninggal d. Memelihara hubungan/kontak
dengan anak dan keluarga.
e. Persiapan masa tua/ pension.
8. Tahap VIII a. Penyesuaian tahap masa
Keluarga usia lanjut. pension dengan cara merubah
Tahap terakhir ini cara hidup.
dimulai pada saat salah b. Menerima kematian pasangan,
satu pasangan meninggal kawan dan mempersiapkan
sampai keduanya kematian.
meninggal c. Mempertahankan keakraban
pasangan dan saling merawat.
d. Melakukan life review masa
lalu.

2. Proses Asuhan Keperawatan Keluarga


a. Pengkajian
1) Data Umum
Meliputi nama KK, Umur KK, Alamat, Pekerjaan, Pendidikan,
dan Susunan anggota keluarga.
a) Tipe Keluarga
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala
atau maslah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga
tersebut.
b) Suku Bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta
mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait
dengan kesehatan.
c) Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta
kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan.
d) Status Sosial Ekonomi Keluarga
Status ekonomi keluarga ditentuka dari pendapatan baik
dari kepala keluarga atau keluarga lainya. Selain itu
ditentukan pula oleh kebutuhan yang dikeluarkan oleh
keluarga serta barang yang dimiliki keluarga.
e) Aktifitas Rekreasi Keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga
pergi bersama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu
namun dengan menonton tv dan mendengar radio juga
merupakan aktifitas rekreasi.
2) Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga
a) Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak
tertua dari keluarga inti. Atau tahap perkembangan
keluarga tertinggi yang saat ini dicapai oleh keluarga.
b) Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi
Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak
tertua dari keluarga inti. Atau tahap tertinggi yang saat ini
dicapai oleh keluarga.
c) Riwayat Keluarga Inti
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga
inti, yang meliputi riwayat penyakit/keturunan, riwayat
kesehatan masing – masing anggota keluarga, perhatian
terhadap pencegahan penyakit (status imunisasi), sumber
daya pelayanan kesehatan yang digunakan keluarga serta
pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
d) Riwayat Keluarga Sebelumnya
Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari
pihak suami dan istri.
3) Lingkungan
a) Karakteristik Rumah
(1) Rumah (tipe, ukuran, jumlah ruangan, denah).
(2) Ventilasi dan penerangan.
(3) Persediaan air bersih.
(4) Pembuangan sampah.
(5) Pembuangan air limbah
(6) Jamban (tipe, jarak dengan sumber air).
(7) Lingkungan rumah.
b) Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan
komunitas setempat yang meliputi kebiasaan, lingkungan
fisik, aturan / kesepakatan penduduk setempat, budaya
setempat yang mempengaruhi kesehatan.
c) Mobilitas Geografi Keluarga
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga
untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan
sejauh mana keluarga berinteraksi dengan masyarakat.
d) Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
4) Struktur Keluarga
a) Pola Komunikasi Keluarga keluarga.
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota
Meliputi data tentang sifat komunikasi yang berlaku dalam
keluarga, misalnya terbuka atau tertutup, siapa anggota
keluarga yang paling dominan dalam membuat keputusan,
siapa yang paling vokal dalam keluarga, apakah setiap
anggota keluarga bebas untuk menyatakan pendapat.
b) Struktur Kekuatan Keluarga
Menjelaskan kemampuan anggota keluarga mengendalikan
dan mempengaruhi orang lain untuk mengubah perilaku.
Meliputi data tentang kemampuan komunikasi keluarga,
kemampuan keluarga untuk saling menghargai, dukungan
anggota keluarga terhadap anggota keluarga yang lain,
kemampuan untuk merawat diri sendiri dan kemampuan
untuk memecahkan masalah.
c) Struktur Peran (Formal dan Informal)
Menjelaskan peran dari masing – masing anggota keluarga
baik secara formal maupun informal. Misalnya peran
formal ayah sebagai kepala keluarga, sebagai pencari
nafkah sedangkan peran informalnya adalah sebagai
pendidik dan pelindung.
d) Nilai dan Norma Keluarga
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh
keluarga yang berhubungan dengan kesehatan keluarga.
Misalnya keluarga menerapkan aturan agar setiap anggota
keluarga sudah berada dirumah saat magrib.
5) Fungsi Keluarga
a) Fungsi afektif
Mengkaji diri keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki
keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga
lainnya, kehangatan kepada keluarga dan keluarga
mengembangkan sikap saling menghargai.
b) Fungsi sosialisasi
Mengkaji tentang otonomi setiap anggota dalam keluarga,
saling ketergantungan keluarga, yang bertanggung jawab
dalam membesarkan anak (Mubarok, 2012: 99). Fungsi
mengembangkan dan tempat melatih anak untuk
berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk
berhubungan dengan orang lain diluar rumah (Harnilawati,
2013: 09).
c) Fungsi perawatan kesehatan
Mengkaji tentang sejauh mana keluarga menyediakan
makanan, pakaian , dan perlindungan terhadap anggota
yang sakit (Mubarok, 2012: 99).
d) Fungsi reproduksi
Mengkaji tentang beberapa jumlah anak , merencanakan
jumlah anggota keluarga serta metode yang digunakan
keluarga dalam mengendalikan jumlah anggota keluarga
(Mubarok, 2010: 101).
e) Fungsi ekonomi
Mengkaji sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan
sandang pangan dan papan (Mubarok, 2010: 102).
6) Stress dan Koping Keluarga
a) Stresor jangka pendek dan panjang.
Stresor jangka pendek yaitu stresor yang dialami keluarga
yang memerlukan penyelesaian dalam waktu ± 6 bulan.
Sedangkan Stresor jangka panjang yaitu stresor yang
dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam
waktu lebih dari 6 bulan.
b) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi / stresor.
Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga
berespon terhadap situasi/ stresor.
c) Strategi koping yang digunakan
Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila
meghadapi permasalahan.
d) Strategi adaptasi disfungsional
Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang
digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
7) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga
(head to toe).
8) Harapan Keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga
terhadap petugas kesehatan yang ada.
b. Diagnosa
1) Diagnosa Keperawatan Keluarga
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai,
keluarga, atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses
pengumpulan data dan analisa data secara cermat, memberikan
dasar untuk menetapkan tindakan-tindakan dimana perawat
bertanggungjawab untuk melaksanakannya (Mubarak, 2012).
Tipologi diagnosa keperawatan dapat bersifat actual, risiko,
potensial.
a) Diagnosa keperawatan actual
Diagnosa keperawatan actual (terjadi deficit/gangguan
kesehatan) ditegakkan bila dari hasil pengkajian didapatkan
data mengenai tanda dan gejala gangguan kesehatan secara
nyata.
b) Diagnosa keperawatan risiko
Diagnosa keperawatan risiko (ancaman kesehatan)
ditegakkan bila dari hasil pengkajian sudah ditemukan data
penunjang namun belum terjadi gangguan secara nyata.
c) Diagnosa keperawatan potensial
Diagnosa keperawatan potensial (keadaan sejahtera atau
wellness) ditegakkan bila suatu keadaan dimana keluarga
berada dalam keadaan sejahtera sehingga kesehatan keluarga
dapat ditingkatkan
2) Diagnosa yang muncul dengan masalah Hipertensi
Diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga yang
menderita penyakit hipertensi antara lain :
a) Gangguan aman nyaman (nyeri) pada keluarga Tn. N
terutama pada Ny.H berhubungan dengan penyakit
hipertensi.
b) Ketidaksanggupan keluarga mengenal masalah penyakit
hipertensi berhubungan dengan ketidaktahuan tentang gejala
hipertensi
c) Ketidaksanggupan keluarga dalam mengambil keputusan
dalam melaksanakan tindakan yang tepat untuk segera
berobat kesarana kesehatan bila terkena hipertensi
berhubungan dengan kurang pengetahuan klien/keluarga
tentang manfaat berobat kesarana kesehatan
d) Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakit hipertensi, cara perawatan dan sifat penyakit
hipertensi.
e) Ketidaktahuan mengenal masalah nutrisi sebagai salah satu
penyebab terjadinya hipertensi adalah berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan cara pengaturaan diet yang benar.
3) Prioritas Masalah Keperawatan Keluarga
Skala untuk menentukan prioritas Asuhan Keperawatan
Keluarga berdasarkan (Bailon dan Maglaya, 1978 dalam
Murwani, 2008)

No Kriteria Skor Bobot


1 Sifat Masalah 1
Skala :
- Actual 3
- Risiko 2
- Potensial 1

2 Kemungkinan Masalah dapat 2


Dicegah
Skala : 2
- Mudah 1
- Sebagian 0
- Tidak dapat
3 Potensi Masalah untuk 1
Dicegah
Skala : 3
- Tinggi 2
- Cukup 1
- Rendah

4 Menonjolnya Masalah 1
Skala :
- Masalah berat dan 2
harus segera ditangani
- Ada masalah tetapi 1
tidak perlu segera
ditangani 0
- Masalah tidak
dirasakan

Penghitungan skor dilakukan dengan cara sebagai berikut


a) Tentukan skor untuk setiap kriteria.
b) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah dengan
bobot.
c) Jumlahkanlah skore untuk semua kriteria pada tiap diagnosa
keperawatan.
4) Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas
adalah sebagai berikut:
a) Kriteria pertama didasarkan atas sifat masalah dimana bobot
tertinggi diberikan pada masalah yang actual, risiko dan
masalah potensial.
b) Kriteria yang kedua didasarkan pada kemungkinan masalah
dapat diubah. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
masalah dapat diubah adalah :
(1) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan
untuk mengatasi masalah.
(2) Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan
dan tenaga.
(3) Sumber daya perawat dalam bnetuk pengetahuan,
ketrampilan dan waktu.
(4) Sumber daya masyarakat yang berbentuk fasilitas
organisasi dan sokongan masyarakat.
c) Kriteria ketiga didasarkan atas potensi masalah untuk
dicegah. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi :
(1) Kepemilikan masalah yang berhungungan dengan
penyakit atau masalah.
(2) Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka
waktu masalah tersebut ada.
(3) Tindakan yang sedang dijalnkan.
(4) Adanya kelompok risiko tinggi atau kelompok rentan.
d) Kriteria keempat didasarkan atas persepsi keluarga dalam
melihat masalah kesehatan yang sedang dialami.
c. Intervensi
1) Rencana keperawatan keluarga
Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan
yang ditentukan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam
memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah
di identifikasi dari masalah kesehatan yang sering muncul.
Langkah – langkah dalam rencana keperawatan keluarga
adalah:
a) Menentukan sasaran atau tujuan
Sasaran adallah tujuan umum yang merupakan tujuan
akhir yang akan di capai melalui segala upaya, dimana
masalah digunakan untuk merumuskan tujuan akhir
(TUM).
b) Menentukan tujuan atau objek
Objek merupakan pernyataan yang lebih spesifik atau
terperinci tentang hasil yang diharpkan oleh tindakan
peraatan yang akan dilakukan, dimana penyebab
digunakan untuk merumuskan tujuan (TUK).
c) Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang
akan dilakukan.
Dalam memilih tindakan keperawatan sangat tergantung
pada sifat masalah dan sumber sumber yang tersedia untuk
memecahkan masalah.
d) Menentukan kriteria dan standart kriteria
Kriteria merupakan tanda atau indikator yang digunakan
untuk mengukur pencapaian tujuan, sedangkan standart
menunjukkan tingkat performance yang diinginkan untuk
membandingkan bahwa perilaku yang menjadi tujuan
tindakan keperawatan telah tercapai. Berikut ini adalah
format perencanaan keperawatan:

No Tujuan Evaluasi Rencana


Tindakan
Umum Khusus Kriteria Standar
 Kognitif/Verbal/
non verbal
 Psikomotor/demo
nstrasi
 Afektif/ sikap

d. Implementasi
Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal:
1) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai
masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara:
a) Memberi informasi.
b) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki.
c) Mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan.
2) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan
yang tepat dengan cara:
a) Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan.
b) Mengidentifikasi sumber – sumber yang dimiliki.
c) Mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan.
3) Memberi kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga
yang sakit dengan cara:
a) Mendemonstrasikan cara perawatan.
b) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah.
c) Mengawasi keluarga melakukan perawatan.
4) Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana
membuat lingkungan menjadi sehat dengan cara:
a) Menemukan sumber – sumber yang dapat digunakan
keluarga.
b) Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal
mungkin.
5) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan
yang ada dengan cara:
a) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan
keluarga.
b) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang
ada.
e. Evaluasi
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, dilakukan
penilaian untuk melihat keberhasilanya. Bila tidak/belum berhasil
perlu disusun rencana baru yang sesuai. Semua tindakan
keperawatan mungkin tidak dapat dilaksanakan dalam satu kali
kunjungan keluarga. Untuk itu dapat dilaksanakan secara bertahap
sesuai dengan waktu dan kesediaan keluarga.
Evaluasi dilakukan dengan menggunakan SOAP secara
operasional:
Subyektif : hal – hal yang ditemui oleh keluarga secara
subyektif setelah dilakukan intervensi keperawatan.
Obyektif : hal – hal yang ditemui oleh perawat secara
obyektif setelah dilakukan intervensi.
Analisa : hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada
tujuan yang terkait dengan diagnosa.
Planning : perencanaan yang akan datang setelah melihat
respon dari keluarga pada tahap evaluasi.

A. FOKUS MASALAH KESEHATAN KELUARGA


1. Pengertian
Hipertensi berasal dari dua kata yaitu hiper yang berarti tinggi
dan tensi yang artinya tekanan darah. Menurut American Society of
Hypertension (ASH), pengertian hipertensi adalah suatu sindrom atau
kumpulan gejala kardiovaskuler yang progresif, sebagai akibat dari
kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan (Sani, 2008).
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan
pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah.
WHO (World Health Organization) memberikan batasan tekanan
darah normal adalah 140/90 mmHg. Batasan ini tidak membedakan
antara usia dan jenis kelamin (Marliani, 2007). Hipertensi adalah
suatu peningkatan tekanann darah di dalaam arteri. Secara umum,
hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan
yang abnormal tinggi didalam arteti menyebabkan meningkatnya
resiko tekanan stroke, aneurisma, gagaal jantung, serangan jantung
dan kerusakan ginjal (Faqih, 2007).
Tekanan sistolik dan diastolik dapat bervariasi pada tingkat individu.
Namun disepakati bahwa hasil pengukuran tekanan darah yang lebih besar
dari 140/90 mmHg adalah hipertensi (WHO, 1999 dan JNC, 2007). Tabel
pengklasifikasian hipertensi dapat dilihat dibawah ini :
Tabel 1.1
Klasifikasi Hipertensi menurut WHO:

Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)

Optimal < 120 < 80

Normal < 130 < 85


Tingkat 1 (hipertensi 140-159 90-99
ringan)
Sub grup : perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (hipertensi 160-179 100-109
sedang)
Tingkat 3 (hipertensi ≥ 180 ≥ 110
berat)
Hipertensi sistol ≥ 140 < 90
terisolasi
Sub grup : perbatasan 140-149 < 90

Tabel.2.1
Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC7 (Joint Naitional Comitte 7)

Kategori Sistol Dan/atau Diastole (mmHg)


(mmHg)
Normal <120 Dan <80
Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi tahap 2 ≥ 160 Atau ≥ 100

2. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
hipertensi esensial atau hipertensi primer dan hipertensi sekunder.
a. Hipertensi essensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95
% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik,
lingkungan, hiperaktifitas susunan saraf simpatis, sistem renin
angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca
interseluler, dan faktor-faktor yang risiko seperti obesitas, alkohol,
merokok.
b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal, penyebab spesifiknya
diketahui seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi
vaskuler renal, hipertensi aldosteronisme primer, dan sindrom
chusing, feokromositoma, koarkfasio aorta, hipertensi yang
berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain.(Mansjoer, Arif dkk,
2001.

3. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi
pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak.
Dari pusat vasomotor itu bermula jaras saraf simpatis yang berlanjut
ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis
ke ganglia simpatis di thoraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah
melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,
neuron masing-masing ganglia melepaskan asetilkolin yang akan
merangsang serabut saraf pusat ganglia ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan
dapat mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf
simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang
emosi, kelenjar adrenal juga terangsang yang mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi.
Medulla adrenal mensekresi epinefrin yang pada akhirnya
menyebabkan vasokonstriksi korteks adrenal serta mensekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor
pembuluh darah. Vasokonstriksi tersebut juga mengakibatkan
penurunan aliran darah ke ginjal yang kemudian menyebabkan
pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I, yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, yaitu suatu vasokonstriktor
kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks
adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal, menyebabkan peningkatan volume Intravaskuler. Semua faktor
tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Tekanan darah tinggi selain dipengaruhi oleh keturunan juga
disebabkan oleh beberapa faktor seperti peningkatan aktifitas tonus
simpatis, gangguan sirkulasi. Peningkatan aktifitas tonus simpatis
menyebabkan curah jantung menurun dan tekanan primer yang
meningkat, gangguan sirkulasi yang dipengaruhi oleh reflek
kardiovaskuler dan angiotensin menyebabkan vasokonstriksi.
Sedangkan mekanisme pasti hipertensi pada lanjut usia belum
sepenuhnya jelas. Efek utama dari penuaan normal terhadap sistem
kardiovaskuler meliputi perubahan aorta dan pembuluh darah
sistemik. Penebalan dinding aorta dan pembuluh darah besar
meningkat dan elastisitas pembuluh darah menurun sesuai umur.
Penurunan elastisitas pembuluh darah menyebabkan peningkatan
resistensi vaskuler perifer, yang kemudian tahanan perifer meningkat.
Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap hipertensi yaitu
kegemukan, yang akan mengakibatkan penimbunan kolesterol
sehingga menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras untuk
memompa darah. Rokok terdapat zat-zat seperti nikotin dan karbon
monoksida yang diisap melalui rokok, yang masuk ke dalam aliran
darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan
mengakibatkan proses aterosklerosis dan tekanan darah tinggi.
Konsumsi alkohol berlebihan dapat meningkatkan kadar kortisol dan
meningkatkan sel darah merah serta kekentalan darah berperan dalam
menaikan tekanan darah.
Kelainan fungsi ginjal dimana ginjal tidak mampu membuang
sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh
meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat. Jika penyebabnya
adalah feokromositoma, maka didalam urine bisa ditemukan adanya
bahan-bahan hasil penguraian hormon epinefrin dan norepinefrin
(Ruhyanudin, 2007). Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan
relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla
diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah
melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,
neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf
simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang
emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan
steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor
pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan
aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi (Rohaendi, 2008).

4. Tanda dan gejala


a. Gelisah
b. Nadi Cepat
c. Sukar Tidur
d. Sesak Nafas
e. Sakit Kepala
f. Lemah dan Lelah
g. Rasa Pegal di bahu
h. Jantung berdebar-debar
i. Pandangan menjadi kabur
j. Mata berkunang-kunang.

5. Penatalaksanaan masalah dalam tatanan keluarga/masyarakat


Deteksi dan tujuan penatalaksanaan hipertensi adalah
menurunkan risiko penyakit kardiovaskular dan mortalitas serta
morbiditas yang berkaitan. Tujuan terapi adalah mencapai dan
mempertahankan tekanan sistolik di bawah 140 mmHg dan tekanan
diastolic di bawah 90 mmHg dan mengntrol factor risiko. Hal ini dapat
di capai melalui modifikasi gaya hidup saja atau dengan obat
antihipertensi.
1) Terapi tanpa Obat Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi
adalah :
a) Penurunan konsumsi garam dari 10 gr/hari menjadi 5 gr/hari
b) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c) Penurunan berat badan
d) Penurunan asupan etanol

2) Latihan fisik atau olahraga yang teratur dan terarah.


a) Olahraga yang dianjurkan seperti lari, jogging, bersepeda,
berenang, dan lain-lain.
b) Lamanya latihan berkisar antara 20-25 menit berada dalam
zona latihan.
c) Intensitas olahraga yang baik antara 60-80% dari kapasitas
aerobic atau 72-80% dari denyut nadi maksimal yang disebut
zona latihan.
d) Frekuensi latihan sebaiknya 3 kali/minggu dan lebih baik lagi
5 kali/minggu.

3) Pendidikan kesehatan (penyuluhan)


Tujuan pendidikan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan
pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga
pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplkasi
lebih lanjut.
4) Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan
tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah
komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat.
Pilihan obat untuk penderita hipertensi adalah sebagai berikut :
a) Hipertensi tanpa komplikasi : diuretic, beta blocker.
b) Hipertensi dengan indikasi penyakit tertentu : inhibitor ACE,
penghambat reseptor angiotensin II, alfa blocker, alfa-beta-
blocker, beta blocker, antagonis Ca dan diuretic
c) Indikasi yang sesuai Diabetes Mellitus tipe I dengan
proteinuria diberikan inhibitor ACE.
d) Pada penderita dengan gagal jantung diberikan inhibitor ACE
dan diuretic.
e) Hipertensi sistolik terisolasi : diuretic, antagonis Ca
dihidropiridin kerja sama.
f) Penderita dengan infark miokard : beta blocker (non ISA),
inhibitor ACE (dengan disfungsi sistolik).
DAFTAR PUSTAKA

1. Adib, M. (2009). Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi,


Jantung dan Stroke. Edisi I. Yogyakarta: CV. Dianloka.
2. Gleadle, J. (2005). Anamesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Erlangga.
3. Muttaqin, A. (2009). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.
4. Ruhyanudin, F. (2007). Asuhan keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: UPT Penerbitan Universitas
Muhammadiyah Malang.
5. Sudoyo, A. W; Bambang, S & Idrus, A, et al. (2006). Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam.Edisi Keempat Jilid 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
6. Harnilawati. 2013. Asuhan dan Proses Keperawatan Keluarga, Konsep dan
Aplikasi Kasus. Jogjakarta : Mitra Cendeka

Anda mungkin juga menyukai