Disusun Oleh :
2. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya penyakit jantung reumatik diperkirakan adalah reaksi autoimun
(kekebalan tubuh) yang disebabkan oleh demam reumatik. Infeksi streptococcus β
hemolitikus grup A pada tenggorok selalu mendahului terjadinya demam reumatik baik
demam reumatik serangan pertama maupun demam reumatik serangan ulang.
Infeksi Streptococcus beta-hemolyticus grup A pada tenggorok selalu mendahului
terjadinya demam rematik, baik pada serangan pertama maupun serangan ulang.
Telah diketahui bahwa dalam hal terjadi demam rematik terdapat beberapa predisposisi
antara lain :
Faktor-faktor pada individu :
a. Faktor genetik
Adanya antigen limfosit manusia ( HLA ) yang tinggi. HLA terhadap demam rematik
menunjkan hubungan dengan aloantigen sel B spesifik dikenal dengan antibodi
monoklonal dengan status reumatikus.
b. Jenis kelamin
Demam reumatik sering didapatkan pada anak wanita dibandingkan dengan anak
laki-laki. Tetapi data yang lebih besar menunjukkan tidak ada perbedaan jenis kelamin,
meskipun manifestasi tertentu mungkin lebih sering ditemukan pada satu jenis kelamin.
c. Golongan etnik dan ras
Data di Amerika Utara menunjukkan bahwa serangan pertama maupun ulang
demam reumatik lebih sering didapatkan pada orang kulit hitam dibanding dengan orang
kulit putih. Tetapi data ini harus dinilai hati-hati, sebab mungkin berbagai faktor
lingkungan yang berbeda pada kedua golongan tersebut ikut berperan atau bahkan
merupakan sebab yang sebenarnya.
d. Umur
Umur agaknya merupakan faktor predisposisi terpenting pada timbulnya demam
reumatik / penyakit jantung reumatik. Penyakit ini paling sering mengenai anak umur
antara 5-15 tahun dengan puncak sekitar umur 8 tahun. Tidak biasa ditemukan pada
anak antara umur 3-5 tahun dan sangat jarang sebelum anak berumur 3 tahun atau
setelah 20 tahun. Distribusi umur ini dikatakan sesuai dengan insidens infeksi
streptococcus pada anak usia sekolah. Tetapi Markowitz menemukan bahwa penderita
infeksi streptococcus adalah mereka yang berumur 2-6 tahun.
e. Keadaan gizi dan lain-lain
Keadaan gizi serta adanya penyakit-penyakit lain belum dapat ditentukan apakah
merupakan faktor predisposisi untuk timbulnya demam reumatik.
f. Reaksi autoimun
Dari penelitian ditemukan adanya kesamaan antara polisakarida bagian dinding sel
streptokokus beta hemolitikus group A dengan glikoprotein dalam katub mungkin ini
mendukung terjadinya miokarditis dan valvulitis pada reumatik fever.
g. Serangan demam rematik sebelumnya.
Serangan ulang demam rematik sesudah adanya reinfeksi dengan Streptococcus
beta-hemolyticus grup A adalah sering pada anak yang sebelumnya pernah mendapat
demam rematik.
Faktor-faktor lingkungan :
a. Keadaan sosial ekonomi yang buruk
Mungkin ini merupakan faktor lingkungan yang terpenting sebagai predisposisi untuk
terjadinya demam reumatik. Insidens demam reumatik di negara-negara yang sudah
maju, jelas menurun sebelum era antibiotik termasuk dalam keadaan sosial ekonomi
yang buruk sanitasi lingkungan yang buruk, rumah-rumah dengan penghuni padat,
rendahnya pendidikan sehingga pengertian untuk segera mengobati anak yang
menderita sakit sangat kurang; pendapatan yang rendah sehingga biaya untuk
perawatan kesehatan kurang dan lain-lain. Semua hal ini merupakan faktor-faktor yang
memudahkan timbulnya demam reumatik.
b. Iklim dan geografi
Demam reumatik merupakan penyakit kosmopolit. Penyakit terbanyak didapatkan
didaerah yang beriklim sedang, tetapi data akhir-akhir ini menunjukkan bahwa daerah
tropis pun mempunyai insidens yang tinggi, lebih tinggi dari yang diduga semula.
Didaerah yang letaknya agak tinggi agaknya insidens demam reumatik lebih tinggi
daripada didataran rendah.
c. Cuaca
Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insidens infeksi saluran
nafas bagian atas meningkat, sehingga insidens demam reumatik juga meningkat.
3. MANIFESTASI KLINIK
Perjalanan klinis penyakit demam reumatik / penyakit jantung reumatik dapat dibagi
dalam 4 stadium.
Stadium I
Berupa infeksi saluran nafas atas oleh kuman Beta Streptococcus Hemolyticus Grup
Keluhan :
a. Demam
b. Batuk
c. Rasa sakit waktu menelan
d. Muntah
e. Peradangan pada tonsil yang disertai eksudat.
Stadium II
Stadium ini disebut juga periode laten, ialah masa antara infeksi streptococcus
dengan permulaan gejala demam reumatik, biasanya periode ini berlangsung 1 – 3 minggu,
kecuali korea yang dapat timbul 6 minggu atau bahkan berbulan-bulan kemudian.
Stadium III
Yang dimaksud dengan stadium III ini ialah fase akut demam reumatik, saat ini
timbulnya berbagai manifestasi klinis demam reumatik /penyakit jantung reumatik.
Manifestasi klinis tersebut dapat digolongkan dalam gejala peradangan umum dan
menifesrasi spesifik demam reumatik /penyakit jantung reumatik.
Gejala peradangan umum :
1. Demam yang tinggi
2. Lesu
3. Anoreksia
4. Berat badan menurun
5. Kelihatan pucat
6. Epistaksis
7. Athralgia
8. Rasa sakit disekitar sendi
9. Sakit perut
10. Stadium IV
Disebut juga stadium inaktif. Pada stadium ini penderita demam reumatik tanpa kelainan
jantung / penderita penyakit jantung reumatik tanpa gejala sisa katup tidak menunjukkan
gejala apa-apa.
Pada penderita penyakit jantung reumatik dengan gejala sisa kelainan katup jantung,
gejala yang timbul sesuai dengan jenis serta beratnya kelainan. Pasa fase ini baik penderita
demam reumatik maupun penyakit jantung reumatik sewaktu-waktu dapat mengalami
reaktivasi penyakitnya.
4. PATOFISIOLOGI
Demam reumatik adalah penyakit radang yang timbul setelah
infeksistreptococcus golongan beta hemolitik A. Penyakit ini menyebabkan lesi
patologik jantung, pembuluh darah, sendi dan jaringan sub kutan.Demam reumatik
dapat menyerang semua bagian jantung. Meskipun pengetahuan tentang penyakit ini
serta penelitian terhadap kuman Beta Streptococcus HemolyticusGrup A sudah
berkembang pesat, namun mekanisme terjadinya demam reumatik yang pasti belum
diketahui. Pada umumnya para ahli sependapat bahwa demam remautik termasuk
dalam penyakit autoimun.
5. PATHWAY
(terlampir)
6. KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi pada Penyakit Jantung Reumatik (PJR) diantaranya
adalah gagal jantung, pankarditis (infeksi dan peradangan di seluruh bagian jantung),
pneumonitis reumatik (infeksi paru), emboli atau sumbatan pada paru, kelainan katup
jantung, dan infark (kematian sel jantung).
a. Dekompensasi Cordis
Peristiwa dekompensasi cordis pada bayi dan anak menggambarkan terdapatnya
sindroma klinik akibat myocardium tidak mampu memenuhi keperluan metabolic termasuk
pertumbuhan. Keadaan ini timbul karena kerja otot jantung yang berlebihan, biasanya
karena kelainan struktur jantung, kelainan otot jantung sendiri seperti proses inflamasi atau
gabungan kedua faktor tersebut.
Pada umumnya payah jantung pada anak diobati secara klasik yaitu dengan digitalis
dan obat-obat diuretika. Tujuan pengobatan ialah menghilangkan gejala (simptomatik) dan
yang paling penting mengobati penyakit primer.
b. Pericarditis
Peradangan pada pericard visceralis dan parietalis yang bervariasi dari reaksi radang
yang ringan sampai tertimbunnnya cairan dalam cavum pericard
7. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan demam reumatik aktif atau reaktivasi kembali diantaranya adalah
1. Tirah baring dan mobilisasi (kembali keaktivitas normal) secara bertahap
Tirah baring Mobilisasi bertahap
Kelompok Klinis
(minggu) (minggu)
- Karditis ( - )
- Artritis ( + ) 2 2
- Karditis ( + )
- Kardiomegali (-) 4 4
- Karditis ( + )
- Kardiomegali(+) 6 6
- karditis ( + )
- Gagal jantung (+ ) >6 > 12
2. Eradikasi terhadap kuman streptokokus dengan pemberian penisilin benzatin 1,2 juta
unit IM bila berat badan > 30 kg dan 600.000-900.000 unit bila berat badan < 30 kg, atau
penisilin 2x500.000 unit/hari selama 10 hari. Jika alergi penisilin, diberikan eritromisin
2x20 mg/kg BB/hari untuk 10 hari. Untuk profilaksis diberikan penisilin benzatin tiap 3
atau 4 minggu sekali. Bila alergi penisilin, diberikan sulfadiazin 0,5 g/hari untuk berat
badan < 30 kg atau 1 g untuk yang lebih besar. Jangan lupa menghitung sel darah putih
pada minggu-minggu pertama, jika leukosit < 4.000 dan neutrofil < 35% sebaiknya obat
dihentikan. Diberikan sampai 5-10 tahun pertama terutama bila ada kelainan jantung
dan rekurensi.
3. Antiinflamasi (antiperadangan). Antiperadangan seperti salisilat dapat dipakai pada
demam reumatik tanpa karditis (peradangan pada jantung)
Salisilat biasanya dipakai pada demam rematik tanpa karditis, dan ditambah
kortikosteroid jika ada kelainan jantung. Pemberian salisilat dosis tinggi dapat
menyebabkan intoksikasi dengan gejala tinitus dan hiperpnea. Untuk pasien dengan
artralgia saja cukup diberikan analgesik.
Pada artritis sedang atau berat tanpa karditis atau tanpa kardiomegali, salisilat
diberikan 100 mg/kg BB/hari dengan maksimal 6 g/hari, dibagi dalam 3 dosis selama 2
minggu, kemudian dilanjutkan 75 mg/kg BB/hari selama 4-6 minggu kemudian.
Kortikosteroid diberikan pada pasien dengan karditis dan kardiomegali. Obat
terpilih adalah prednison dengan dosis awal 2 mg/kg BB/hari terbagi dalam 3 dosis dan
dosis maksimal 80 mg/hari. Bila gawat, diberikan metilprednisolon IV 10-40 mg diikuti
prednison oral. Sesudah 2-3 minggu secara berkala pengobatan prednison dikurangi 5
mg setiap 2-3 hari. Secara bersamaan, salisilat dimulai dengan 75 mg/kg BB/hari dan
dilanjutkan selama 6 minggu sesudah prednison dihentikan. Tujuannya untuk
menghindari efek rebound atau infeksi streptokokus baru.
8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah
a) LED tinggi sekali
b) Lekositosis
c) Nilai hemoglobin dapat rendah
2. Pemeriksaan bakteriologi
a) Biakan hapus tenggorokan untuk membuktikan adanya streptococcus.
b) Pemeriksaan serologi. Diukur titer ASTO, astistreptokinase, anti
hyaluronidase.
3. Radiologi
a) Pada pemeriksaan foto thoraks menunjukan terjadinya pembesaran pada
jantung.
4. Pemeriksaan Echokardiogram
a) Menunjukan pembesaran pada jantung dan terdapat lesi
5. Pemeriksaan Elektrokardiogram
a) Menunjukan interval P-R memanjang.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan adanya gangguan pada penutupan katup
mitral ( stenosis katup )
2. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses
inflamasi, destruksi sendi.
3. Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan asam lambung akibat kompensasi sistem saraf simpatis
4. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan
kebutuhan.
5. Peningkatan suhu tubuh b/d proses inflamasi
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Diagnosa I Tujuan: 1. Kaji frekuensi nadi, 1. Memonitor adanya
Penurunan curah Setelahdiberikan asuhan RR, TD secara perubahan sirkulasi
jantung keperawatan,penurunan teratur setiap 4 jam. jantung sedini mungkin
berhubungandengan adany curah jantung dapat dan terjadinya takikardia-
a gangguan pada diminimalkan. disritmia sebagai
penutupan katup mitral Kriteria hasil: 2. kompensasi
( stenosiskatup ) 1. Menunjukkan tanda- Kaji perubahan warna meningkatkan curah
tanda vital dalam batas kulit terhadap jantung
yang dapat diterima sianosis dan pucat. 2. Pucat menunjukkan
(disritmia terkontrol atau adanya penurunan
hilang). perfusi perifer terhadap
2. bebas gejala gagal 3. Batasi aktifitas tidak adekuatnya curah
jantung (mis : parameter secara adekuat. jantung. Sianosis terjadi
hemodinamik dalam batas sebagai akibat adanya
normal, haluaran urine obstruksi aliran darah
adekuat). 4. Berikan kondisi pada ventrikel.
3. Melaporkan penurunan psikologis lingkungan3. Istirahat memadai
episode dispnea,angina. yang tenang. diperlukan untuk
Ikut serta dalam akyivitas memperbaiki efisiensi
yang mengurangi beban kontraksi jantung dan
kerja jantung. 5. Kolaborasi untuk menurunkan komsumsi
pemberian oksigen O2 dan kerja berlebihan.
6. Kolaborasi untuk4. Stres emosi
pemberian digitalis menghasilkan
vasokontriksi yang
meningkatkan TD dan
meningkatkan kerja
jantung.
5. Meningkatkan sediaan
oksigen untuk fungsi
miokard dan mencegah
hipoksia.
6. Diberikan untuk
meningkatkan
kontraktilitas miokard
dan menurunkan beban
kerja jantung.
Diagnosa II Tujuan : nyeri dapat 1. Kaji keluhan 1. R/ membantu dalam
Nyeri akut/kronis berkurang/hilang nyeri, catat lokasi memetukankebutuhan
berhubungan dengan Kriteria hasil: dan intensitas dan manajemen nyeri
distensi jaringan oleh1) Menunjukkan nyeri ( skala 0- dan keefektifan program.
akumulasi cairan/proses berkurang/hilang 10).Catat faktor
inflamasi, destruksi sendi. 2) Terlihat rileks, dapat yang memcepat
tidur/istirahat dan tanda sakit 2. Pada penyakit yang
3) Berpartisipasi dalam non verbal. berat torah baring sangat
aktifitas sesuai 2. Biarkan pasien diperlukan untuk
kemampuan. mengambil posisi membatasi nyeri/cidera
yang nyaman. berlanjut.
3. Menigkatkan relaksasi,
3. Beri obat mengurangi ketegangan
sebelum otot/spasme.
aktifitas/latihan 4. Gejala kardinal
yang menunjukkan keadaan
direncanakan. fisik dari organ-organ
vital tubuh, juga dapat
4. Observasi memberikan gambaran
gejala kardinal. kondisi pasien.
Diagnosa III Tujuan : 1. Kaji status 1. Menyediakan data
Ketidakseimbangan Setelah dilakukan nutrisi( perubahan dasar untuk memantau
nutrisi ; kurang dari tindakan keperawatan BB< pengukuran perubahan dan
kebutuhan tubuh masalah antropometrik dan mengevaluasi intervensi
berhubungan dengan ketidakseimbangan nilai HB serta protein 2. Membantu dalam
peningkatan asam lambung nutrisi kurang dari 2. Kaji pola diet nutrisi mempertimbangkan
akibat kompensasi sistem kebutuhan dapat teratasi. klien( riwayat diet, penyusunan menu
saraf simpatis Kriteria hasil : makanan kesukaan) sehingga klien berselera
Klien mengatakan makan
mual dan anoreksia3. Kaji faktor yang 3. Menyediakan informasi
berkuarang / hilang, berperan untuk mengenai faktor yang
masukan makanan menghambat asupan harus ditanggulangi
adekuat dan kelemahan nutrisi ( anoreksia, sehingga asupan nutrisi
hilang. BB dalam rentang mual) adekuat.
normal. 4. Membantu mengurangi
4. Anjurkan makan produksi asam
dengan porsi sedikit lambnung/HCl akibat
tetapi sering dan faktor-faktor perangsang
tidak makan dari luar tubuh
makanan yang
merangsang 5. Membantu mengurangi
pembentukan Hcl produksi HCL oleh epitel
seperti terlalu panas, lambung
dingin, pedas
5. Kolaborasi untuk 6. Mendorong
pemberian obat peningkatan selera
penetral asam makan.
lambung seperti
antasida
6. Kolaborasi untuk
penyediaan makanan
kesukaan yang
sesuai dengan diet
klien
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi dapat dilaksanakan sesuai dengan intervensi setiap diagnosa yang diangkat
dengan memperhatikan kemampuan pasien dalam mentolerir tindakan yang akan dilakukan.
E. EVALUASI KEPERAWATAN
1. Tanda-tanda vital dalam batas normal.
2. Terjadi penurunan episode dispnea, angina.
3. Mulai dapat beraktivitas secara mandiri.
4. Nyeri hilang/ terkontrol, klien tampak tenang
5. Berat Badan dalam batas normal
6. Klien dapat beraktivitas secara mandiri
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol 2. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Corwin, Elizabeth J. 2008. Buku Saku Patofisiologi. EGC. Jakarta.
Doenges, Marilynn E. 2007. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien Ed.3.EGC. Jakarta.
Jumiarni Ilyas,dkk (2006), Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga, Pusat Pendidikan
Tenaga Kesahatan Dep. Kes RI, Jakarta
LAB/UPF Ilmu Kesehatan Anak (2007), Pedoman Diagnosis Dan Terapi, Rumah Sakit Umum
Daerah Dokter Soetomo, Surabaya
Mansjoer, Arif, dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran Ed. 3 Jilid 1. Media Aesculapius. Jakarta.
Ngastiyah (2007), Perawatan Anak Sakit, Edisi III EGC ,Jakarta.
Price, Sylvia Anderson. 2006. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit Ed. 6 Vol 1.
EGC. Jakarta.
Slamet suyono, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Ed.3. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta.
Suriadi, SKep, MSN. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: Sagung Seto. Tim
Penyusun. Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 3. Volume II, 2001, FKUI.
PATHWAY RHD
PENGKAJIAN DASAR KEPERAWATAN ANAK
Nama Mahasiswa : Puput Novia Kumalasari Tempat Praktik : Ruang 7B
A. Identitas klien
Nama : An. S No. Register : 113xxxxx
Usia : 10 tahun Tanggal Masuk : 26/12/2019
Jenis kelamin : Laki-laki Tanggal Pengkajian : 08/01/2019
Alamat : Batu
Nama orang tua : Ny. L
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Suku : Jawa
An. S
10 th
Keterangan :
: Laki-laki : Meninggal
: Klien : Cerai
G. Lingkungan Rumah
1. Kebersihan : Bersih
2. Bahaya kecelakaan : Tidak ada risiko kecelakaan karena tinggal di gang
3. Polusi : Tidak dekat dengan pabrik, sedikit polusi
4. Ventilasi : Baik, dirumah terdapat banyak jendela dan sering dibuka
5. Pencahayaan : Terang
H. Pola aktifitas
Jenis Rumah Rumah Sakit
Makan/minum mandiri mandiri
Mandi mandiri mandiri
Berpakaian mandiri mandiri
Toileting mandiri mandiri
Mobilitas di tempat tidur mandiri mandiri
Bermain mandiri mandiri
I. Pola nutrisi
Jenis Rumah Rumah Sakit
Jenis makanan Sumber karbohidrat, sayur, Diet TKTP A(B)
lauk (nabati dan hewani)
Frekuensi makan 2x/ hari 3x/ hari
Porsi yang dihabiskan 1 porsi 1 porsi
Nafsu makan Baik Baik
Pantangan Tidak ada Gorengan
Kesulitan Tidak ada Tidak ada
Jenis minuman Air putih, teh Air putih + F100 3x200 cc
Frekuensi minum 8x/ hari 6-7x/ hari
Jumlah minuman Kurang lebih 800 mL Kurang lebih 1100 mL
J. Pola eliminasi
1. BAB
Jenis Rumah Rumah Sakit
Frekuensi 2 x sehari 1 x sehari
Konsistensi Padat Padat
Warna/bau kecoklatan/ bau khas feses kecoklatan/ bau khas feses
Kesulitan Tidak ada Tidak ada
Upaya menangani Tidak ada Tidak ada
2. BAK
Jenis Rumah Rumah Sakit
Frekuensi 3-4x/ hari 3-4x/ hari
Warna/bau Kuning jernih, bau khas urin Kuning jernih, bau khas urin
Kesulitan Tidak ada Tidak ada
Upaya menangani Tidak ada Tidak ada
K. Pola istirahat tidur
1. Tidur siang
Jenis Rumah Rumah sakit
Lama tidur Tidak tidur siang karena Tidak tidur siang karena
sekolah bermain
Kenyamanan setelah tidur - -
2. Tidur malam
Jenis Rumah Rumah Sakit
Lama tidur 8-9 jam 8-9 jam
Kenyamanan setelah tidur Nyaman Nyaman
Kebiasaan sebelum tidur Cuci kaki & sikat gigi Cuci kaki & sikat gigi
Kesulitan Tidak ada Tidak ada
Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada
N. Konsep diri
1. Gambaran diri : Seorang anak laki-laki
2. Ideal diri : Pasien berharap setelah keluar dari RS dapat masuk sekolah lagi
seperti biasanya dan bertemu teman-teman di sekolah
3. Harga diri : Pasien mengatakan tidak malu dengan sakitnya saat ini
4. Peran : Seorang apelajar kelas 4 SD
5. Identitas diri : Seorang anak laki-laki usia 10 tahun kelas 4 SD
P. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : baik
Kesadaran : 456, compos mentis
Tanda-tanda vital
o Tekanan darah :-
o Nadi : 92x/menit
o Suhu : 36,7 C
o RR : 20x/menit
Panjang badan : 128 cm Berat Badan: 25 Kg
2. Kepala & leher
a. Kepala
Inspeksi : penyebaran rambut merata, warna hitam, tidak ada luka, wajah
tampak bengkak
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
b. Mata
Inspeksi : Mata simetris, tidak anemis, sklera tidak ikterik
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
c. Hidung
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada devisiasi septum nasal, tidak ada
sekret
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
d. Mulut, tenggorokan dan Leher
Inspeksi : mukosa bibir lembab, tidak ada luka pada bibir dan mukosa.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan di leher
e. Telinga
Inspeksi : bersih, tidak ada serumen, tidak ada pembengkakan, simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
3. Thorak dan dada
a. Paru
Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris, penggunaan otot bantu napas tidak
ada,
Palpasi : gerakan dinding dada simetris
Perkusi : resonan
Auskultasi :
Ronkhi (-/-) Whezing (-/-)
b. Jantung
Inspeksi : tidak terlihat pulsasi ictus kordis di ICS 5
Palpasi : pulsasi iktus kordis teraba di ICS 5 midclavikulka sinistra
Perkusi : Bunyi jantung dullnes, batas jantung masih dalam batas normal,
tidak ada pembesaran jantung
Auskultas: bunyi SI dan SII tungal,reguler, murmur (+), tidak ada gallop
4. Payudara dan ketiak
Inspeksi : simetris, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada masa, benjolan, tidak ada pembesaran kelenjar, tidak
ada nyeri tekan
5. Punggung dan tulang belakang : simetris, tidak terdapat lesi
6. Abdomen
Inspeksi : simetris, tidak ada luka
Palpasi : tidak teraba masa, tidak ada nyeri
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+)
7. Genetalia dan anus
Inspeksi : tidak memakai kateter, BAK BAB spontan
8. Ekstremitas
Atas : tidak terdapat lesi, tidak terdapat edema, mampu bergerak aktif
Bawah : tidak terdapat lesi, tidak terdapat edema, mampu bergerak aktif
9. Sistem neurologi
Kesadaran: compos mentis
GCS: 456
Reflek cahaya +/+
10. Kulitdan kuku
Kulit : turgor kulit baik, akral hangat
Kuku : normal, tidak ada sianosis, CRT<2 detik
Q. Hasil Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Lab Terlampir
- Hasil: foto thorax tidak tampak kelainan, bentuk dan ukuran jantung normal
Ekokardiografi : 8-8-2019
R. Terapi
- P.O digoxin 2x0,125 mg
- P.O Captopril 12,5 mg 3x1 tab
- P.O spironolacton 2x12,5mg
- P.O NAC 3x200 mg
- Parasetamol 3x375 mg k/p
- Vit A 1x5000 iu
- Vit BC 1x1 tab
- Vit C 1x100 mg
- Vit E 1x100 iu
- Asam folat1x1 tab
- Zinc 1x20 mg
- KSR 3x250 mg
- Diit tinggi kalori tinggi protein 3x1 porsi
HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Ruang : 7B RSSA
Nama Pasien : An S
Diagnosa : PJR
Tanggal : 28-12-2019
PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL
Hematologi
Hemoglobin (HGB) 12,10 g/dL 13,4 - 17,7
Eritrosit (RBC) 4,73 106 /µL 4,0 - 5,5
Leukosit (WBC) 15,55 103 /µL 4,3 - 10,3
Hematokrit 36,90% 40 – 47
Trombosit (PLT) 295 103 /µL 142 - 424
MCV 70,80 fL 80 – 93
MCH 24,80 pg 27 – 31
MCHC 32,80 g/dL 32 – 36
RDW 14,90 % 11,5 – 14,5
PDW 9,3 fL 9 – 13
MPV 8,8 fL 7,2 – 11,1
P-LCR 15,6 % 15,0 – 25,0
PCT 0,4 % 0,150 – 0,400
NRBC Absolute 0,01 103 /µL 0
NRBC Percent 0,1 % 0
Hitung jenis :
Eosinofil 3,7 % 0-4
Basofil 0,1 % 0–1
Neutrofil 49,4 % 51 – 67
Limfosit 39,6 % 25 – 33
Monosit 6,4% 2- 5
Eosinofil Absolut 0,04 103 /µL
Basofil Absolut 0,04 103 /µL
Neutrofil Absolut 7,30 103 /µL
Limfosit Absolut 5,25 103 /µL
Monosit Absolut 0,86 103 /µL 0,16-1
Immature Granulosit (%) 1,20 %
Immature Granulosit 0,16 103 /µL
Kimia klinik
INFLAMASI
CRP Kuantitatif 4,23 mg/dL < 0,3
IMUNOSEROLOGI
ASTO Negatif Negatif bila <200
Virus
IgE total 116,10 IU/mL < 200
ANALISIS DATA
GI track
HCl meningkat
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
08/01/202 3 08.00 1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan S: pasien mengatakan paham untuk
0 pasien melaporkan dengan segera jika ada
2. Mengajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala tanda-tanda infeksi seperti demam,
infeksi dan kapan harus melaporkannya kepada tenaga nyeri, kemerahan
kesehatan seperti demam, adanya kemerahan, nafsu makan O:
menurun, badan lemas dan nyeri - GCS 456
3. Mengajarkan pasien dan keluarga bagaimana cara - Keadaan umum: baik
menghindara infeksi minimal dengan mencuci tangan - Leukosit: 13,49 103 /µL
4. Meningkatkan intake nutrisi dengan tepat (diit tinggi kalori - Suhu: 36,7
tinggi protein 3x1 porsi)
5. Anjurkan pasien untuk istirahat dengan cukup
CATATAN PERKEMBANGAN
- - GCS 456 Risiko 1. tentukan obat apa yang 1. Berkolaborasi S: pasien mengatakan selalu rutin
- Keadaan penurunan diperlukan dan kelola pemberian terapi minum obat yang diresepkan agar
umum: baik curah menurut resep oral captopril 12,5 bisa cepat pulang
- Nadi: jantung 2. tentukan kemampuan mg 3x1 kapsul O:
88x/menit pasien untuk 2. Tentukan - GCS 456
- Suhu: 36,7 C mengobati diri sendiri kemampuan pasien - Keadaan umum: baik
- RR: dengan cara yang tepat untuk mengobati diri - Nadi: 86x/menit
20x/menit 3. monitor pasien sendiri dengan cara - Suhu: 36,5 C
mengenai efek yang tepat RR: 20x/menit
teraputik dan efek 3. Memonitor pasien A: masalah teratasi sebagian
samping obat mengenai efek
P: Lanjutkan intervensi dan
4. pantau kepatuhan teraputik dan efek
mengenai regimen samping obat memonitor tanda vital pasien
pengobatan 4. Memantau
5. monitor tekanan darah, kepatuhan mengenai
nadi dan status regimen pengobatan
pernafasan 5. Memonitor tekanan
6. catat adanya fluktuasi darah, nadi dan
yang luas pada tekanan status pernafasan
darah 6. Mencatat adanya
fluktuasi tekanan
darah
Pasien - GCS 456 Risiko infeksi 1. cuci tangan sebelum 1. Mencuci tangan S: pasien mengatakan tidak ada
mengatakan - Keadaan dan sesudah kegiatan sebelum dan keluhan, tidak ada nyeri, badannya
umum: baik sesudah kegiatan tidak lemas dan tidak demam
tidak merasa perawatan pasien
- Leukosit: perawatan pasien
demam, nyeri, 13,49 103 /µL 2. Ajarkan pasien dan 2. Mengajarkan pasien O:
dan tidak - Suhu: 36,7 keluarga mengenai dan keluarga - GCS 456
mengenai tanda dan - Keadaan umum: baik
lemas tanda dan gejala
gejala infeksi dan - Leukosit: 13,49 103 /µL
infeksi dan kapan kapan harus - Suhu: 36,5
harus melaporkannya melaporkannya
kepada tenaga A: masalah teratasi sebagian
kepada tenaga
kesehatan seperti P: Lanjutkan intervensi dan
kesehatan demam, adanya
memonitor tanda gejala infeksi
3. Ajarkan pasien dan kemerahan, nafsu
makan menurun,
keluarga bagaimana
badan lemas dan
cara menghindara nyeri
infeksi 3. Mengajarkan pasien
dan keluarga
4. Tingkatkan intake
bagaimana cara
nutrisi dengan tepat menghindara infeksi
5. Dorong untuk minimal dengan
beristirahat mencuci tangan
4. Meningkatkan intake
nutrisi dengan tepat
(diit tinggi kalori
cukup protein 3x1
porsi)
5. Anjurkan pasien
untuk istirahat
dengan cukup
CATATAN PERKEMBANGAN
NAMA KLIEN : An S TANGGAL : 10-01-2020
DX. MEDIS : Penyakit jantung rematik RUANG : 7B RSSA
S O A P I E
- K - BB = 25 kg Ketidak- Melanjutkan intervensi - Kolaborasi dengan ahli S:
eluarga - TB = 128 cm seimbangan sesuai NIC: Manajemen gizi untuk preferensi Keluarga mengatakan makanan
mengataka nutrisi: Nutrisi makanan pasien yang dihabiskan sekitar ¾ porsi,
n nafsu kurang dari 1. Tentukan preferensi - Mengajarkan pada minum sekitar 2 gelas ukuran
makan kebutuhan makanan pasien pasien dan keluarga sedang (400 ml)
sempat tubuh 2. Monitor jumlah tentang kebutuhan
menurun makanan dan minuman nutrisi O:
setelah yang dikonsumsi - Menganjurkan pada - BB = 25 kg
operasi 3. Instruksikan pada pasien keluarga untuk - TB = 128 cm
- K mengenai kebutuhan membawa makanan A:
eluarga nutrisi kesukaan klien Masalah teratasi sebagian
mengataka 4. Dorong keluarga untuk P:
n klien membawa makanan Lanjutkan inervensi sesuai NIC
tidak suka favorit pasien Manajemen Nutrisi
makan
sayur
tertentu
- - GCS 456 Risiko 1. tentukan obat apa yang 1. Berkolaborasi S: pasien mengatakan selalu rutin
- Keadaan penurunan diperlukan dan kelola pemberian terapi minum obat yang diresepkan agar
umum: baik curah menurut resep oral captopril 12,5 bisa cepat pulang
- Nadi: jantung 2. tentukan kemampuan mg 3x1 kapsul O:
88x/menit pasien untuk 2. Tentukan - GCS 456
- Suhu: 36,7 C mengobati diri sendiri kemampuan pasien - Keadaan umum: baik
- RR: dengan cara yang tepat untuk mengobati diri - Nadi: 86x/menit
20x/menit 3. monitor pasien sendiri dengan cara - Suhu: 36,5 C
mengenai efek yang tepat RR: 20x/menit
teraputik dan efek 3. Memonitor pasien A: masalah teratasi sebagian
samping obat mengenai efek
P: Lanjutkan intervensi dan
4. pantau kepatuhan teraputik dan efek
mengenai regimen samping obat memonitor tanda vital pasien
pengobatan 4. Memantau
5. monitor tekanan darah, kepatuhan mengenai
nadi dan status regimen pengobatan
pernafasan 5. Memonitor tekanan
6. catat adanya fluktuasi darah, nadi dan
yang luas pada tekanan status pernafasan
darah 6. Mencatat adanya
fluktuasi tekanan
darah
Pasien - GCS 456 Risiko infeksi 1. cuci tangan sebelum 1. Mencuci tangan S: pasien mengatakan tidak ada
mengatakan - Keadaan dan sesudah kegiatan sebelum dan keluhan, tidak ada nyeri, badannya
umum: baik sesudah kegiatan tidak lemas dan tidak demam
tidak merasa perawatan pasien
- Leukosit: perawatan pasien
demam, nyeri, 13,49 103 /µL 2. Ajarkan pasien dan 2. Mengajarkan pasien O:
dan tidak - Suhu: 36,7 keluarga mengenai dan keluarga - GCS 456
mengenai tanda dan - Keadaan umum: baik
lemas tanda dan gejala
gejala infeksi dan - Leukosit: 13,49 103 /µL
infeksi dan kapan kapan harus - Suhu: 36,5
harus melaporkannya melaporkannya
kepada tenaga kepada tenaga A: masalah teratasi sebagian
kesehatan seperti P: Lanjutkan intervensi dan
kesehatan
demam, adanya
3. Ajarkan pasien dan memonitor tanda gejala infeksi
kemerahan, nafsu
keluarga bagaimana makan menurun,
badan lemas dan
cara menghindara
nyeri
infeksi 3. Mengajarkan pasien
4. Tingkatkan intake dan keluarga
bagaimana cara
nutrisi dengan tepat
menghindara infeksi
5. Dorong untuk minimal dengan
beristirahat mencuci tangan
4. Meningkatkan intake
nutrisi dengan tepat
(diit tinggi kalori
cukup protein 3x1
porsi)
5. Anjurkan pasien
untuk istirahat
dengan cukup
EVALUASI
Hari/
No Dx Tanda
Tanggal/ Evaluasi
Kep tangan
Jam
10-01- 1 S: Keluarga mengatakan makanan yang dihabiskan 1 porsi
2020 porsi, minum sehari sekitar 1 botol ukuran sedang (600 ml)
O:
- BB = 25 kg
- TB = 128 cm
NOC : Status Nutrisi
Score
No Indikator
Awl Tgt Akr
1 Intake makanan 4 5 5
2 Intake minuman 4 5 4
O:
- GCS 456
- Keadaan umum: baik
- Nadi: 88x/menit
- Suhu: 36,3 C
RR: 20x/menit
NOC : perfusi jaringan kardiak
Indikator Awal Target Akhir
Denyut nadi 5 5 5
O:
- GCS 456
- Keadaan umum: baik
- Leukosit: 13,49 103 /µL
- Suhu: 36,3
RESUME
Oleh:
PUPUT NOVIA KUMALASARI
NIM. 190070300111030
B. Rencana Kegiatan
TI Jenis Kegiatan Waktu Kriteria hasil
K
1 Komunikasi terapeutik Hari 1 BHSP
Pengkajian pada klien: anamnesa dan Data pengkajian
Diagnose
pemeriksaan fisik.
keperawatan
Analisa data
2 Membuat prioritas masalah pada pasien Hari 1 Prioritas masalah
akut. sesuai dengan
Menentukan tujuan dan kriteria hasil dari masalah yang
prioritas aktual dari pasien
Membuat renpra
3 Implementasi Hari 1 – 3 Melakukan
implementasi
sesuai masalah
yang aktual pada
pasien
4 Catatan Perkembangan dan Evaluasi Hari 2-3 Melakukan catatan
perkembangan
pada intervensi
yang sudah
dilakukan dan
melakukan
evaluasi tindakan
keperawatan yang
sudah dilakukan
5 Melakukan tindakan cuci tangan 6 Hari 1-6 Dilakukan sesuai
langkah 5 momen SOP
Menjaga kebersihan lingkungan