Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI PENDENGARAN
I. LANDASAN TEORI MEDIS
A.     DEFINISI
Scizofhrenia adalah kelompok gangguan psikotik dengan gangguan dasar pada kepribadian, distorsi kas, proses
pikir, kadang – kadang mempunyai perasaaan bahwa dirinya sedang dikendalikan oleh kekuatan dari luar
dirinya, waham yang kadang – kadang aneh, gangguan persepsi, afek abnormal yang terpadu dengan stimulus
nyata atau sebenarnya dan autisme, meskipun demikian kesadaran yang jernih dan kapasitas intelektual
biasanya tidak terganggu
Berdasarkan perjalannan sakitnya, scizofhrenia dibagi dalam 3 fase yaitu :
1.       Fase prodormal
Fase ini merupakan suatu dasar permulaan dalam fungsi
2.       Fase aktif
Fase ini menunjukkan seseorang mengalami gejala psikosis penting
3.       Fase residual
Fase ini adalah peningkatan pengubahan yang masih meninggalkan bekas – bekas yang sangat menonjol
dari scizofhrenia yaitu : kepribadaian schizoid
B.      ETIOLOGI
Banyak para ahli berpendapat bahwa scizofhrenia  disebabkan oleh beberapa hal, salah satu teori menganggap
scizofhrenia sebagai sindrom yang dapat disebabkan oleh bermacam – macam sebab antara lain : keturunan,
pendidikan yang slaah, maladaptasi, tekanan jiwa, penyakit badaniah seperti lues otak, arterosklerosis otak dan
penyakit lain yang belum diketahui.
Menurut “F .W. MARAMIS 1988 “bahwa hingga sekarang mengetahui dasar sebab masalah scizofhrenia dapat
dikatakan factor keturunan menpunyai pengaruh. Faktor yang mempercepat terjadinya factor pencetus adalah
penyakit badaniah atau stress psikologis biasanya tidak menyebabkan scizofhrenia walaupun pengaruhnya
terhadap suatu penyakit scizofhrenia yang sudah ada tidak dapat di sangkal.
C.     MANIFESTASI KLINIS
Gejala scizofhrenia dapat dibagi menjadi 2 kelompok menurut ”Bleuler” yaitu :
1.       Gejala primer
  Gangguan proses berfikir
  Gangguan Emosi
  Gangguan kemauan
  Autisme
2.       Gejala sekunder
  Waham
  Halusinasi
  Gejala katatonik atau gangguan psikomotor yang lain
D.     KLASIFIKASI
Menurut  “Kraepelin“ scizofhrenia dibagi beberapa jenis antara lain :
1.       Scizofhrenia simpleks
Adalah scizofhrenia yang timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala utama jenis simpleks adalah
kadang kala emosi dan terjadi kemunduran dan kemauan gangguan proses berpikir biasanya sukar
ditemukan, juga waham dan halusinasi jarang sekali ditemukan. Jenis ini timbul perlahan – lahan pada
permulaan, mungkin penderita kurang diperhatikan keluarganya atau mulai menarik diri dari pergaulan.
Makin lama makin mundur dalam pekerjaan atau pelajaran dan akhirnya mulai terjadi gangguan, bila tidak
ada orang yang menolongnya, penderita akan menjadi pengemis atau pelacur dan jahat.
2.       Scizofhrenia hibefrenik
Permulaannya perlahan – lahan/subakut dan sering timbul pada masa remaja atau antara umur 15 sampai 25
tahun. Gejala menyolok adalah gangguan proses berfikir, gangguan kemauan dan adanya depersonalisasi
atau dootie personality, gangguan psikomotor seperti monerisme, neologisme atau perilaku kekanak-
kanakan, waham dan halusinasi banyak sekali.
3.       Scizofhrenia episode akut
Gejala scizofhrenia yang timbul mendadak sekali  dan pasien seperti dalam keadaan mimpi, kesadaran
mungkin berkabut, merasa semua ikut berubah dengan keadaannya (keadaan aneroid).
4.       Scizofhrenia residual
Yaitu scizofhrenia dengan gejala-gejala primer tetapi tidak ada gejala – gejala sekunder.
5.       Scizofhrenia afektif
Yaitu scizofhrenia disamping gejala – gejala depresi atau gejala-gejala maniak
6.       Scizofhrenia katatonik
Yaitu scizofhrenia yang timbul pertama kali pada umur 15 sampai 30 tahun, biasanya terjadi secara akut
serta di dahului oleh stres emosional, mungkin terjadi gaduh gelisah, stupor katatonik, yaitu :
a.      Stupor katatonik
Klien sama sekali tidak menunjukkan perhatian terhadap lingkungannya, emosinya sangat dangkal,
gejala yang penting ialah psikomotor seperti mutisme, mimic muka tampak seperti topeng, stupor,
penderita tidak bergerak sama sekali oleh waktu yang lama bila diganti posisinya penderita menentang,
negatifisme, makanan ditolak, air ludah ditelan sehingga terkumpul dalam mulut dan meleleh keluar,
air seni dan feses ditahan, terdapat glimas dan katelepsi.
b.      Gaduh delisah
Hiperaktivitas motorik, tidak disertai dengan emosi dan tidak dipengaruhi oleh rangsangan dari luar,
penderita terus berbicara atau bergerak menunjukkan stereotipi, manerisme, grimas dan neorologisme,
tidak dapat tidur, tidak makan dan minum, sehingga terjadi dehidrasi atau kolaps.

7.       Scizofhrenia paranoid
Scizofhrenia paranoid agak berlainan dari jenis scizofhrenia yang lain dalam hal perjalanan penyakit.
Scizofhrenia paranoid perjalanannya agak menyolok, gejala yang menyolok adalah waham primer disertai
sekunder dan halusinasi, adanya gangguan proses berfikir, efek emosi dan kemauan. Jenis ini sering timbul
sesudah umur 30 tahun. Permulaannya subakut atau akut. Kepribadian penderita sebelum sakit sering
digolongkan schizoid, sering tersinggung, sering menyendiri, agak congkak dan kurang percaya pada orang
lain. Perilaku yang timbul pada paranoid yaitu : tidak percaya, curiga, delusi, halusinasi pendengaran,
permusuhan.
Tingkah laku paranoid mungkin disebabkan karena pengalaman kehilangan yang cepat, nyeri atau sering
dikecewakan, curiga pada paranoid yang digunakan sebagai koping untuk melindunginya dari perasaannya.
Pada beberapa klien akan menampakkan perilaku minder (HDR), perasaan tidak berdaya, klien merasa
orang memimpin agama, politik, dan lain-lain. Perilaku yang lain adalah perasaan takut, menolak makan,
isolasi social, menolak pengobatan, percobaan bunuh diri dan ketidakmampuan melakukan aktivitas sendiri
atau sehari – hari.
E.       DIAGNOSA
“Kurt Scheiner 1939”, menyusun II gejala rengking pertama dan berpendapat bahwa diagnose Scizofhrenia
sudah dapat dibuat bila terdapat 1 gejala dari kelompok A dan 1 gejala dari kelompok B dengan syarat bahwa
kesadaran klien tidak menurun.
Gejala-gejala pertama menurut Kurt Scheiner :
1.       Halusinasi pendengaran
  Pikirannya dapat didengar sendiri
  Suara – suara yang sedang bertengkar
  Suara – suara yang mengomentari prilaku klien
2.       Gangguan batas ego
  Tubuh dan gerakan-gerakan klien dipengaruhi oleh sesuatu kekuatan dari luar
  Pikirannya diambil atau di sedot ke luar
F.       PENGOBATAN
Pengobatan harus secepat mungkin karena keadaan psikotik yang lama dapat menimbulkan kemungkinan yang
lebih besar bahwa klien menuju kemunduran mental.
Pengobatan yang sering dilakukan di rumah sakit biasanya meliputi Farmakoterphy, Teraphy Elektro konvulsi,
Theraphy Kemoinsulin, Psikotherapy serta rehabilitasi.
Tujuan umum perawatan dirumah sakit adalah ikatan afektif antara pasien dan system pendukung masyarakat.
II. LANDASAN TEORI KEPERAWATAN
A.     Definisi
Halusinasi adalah keadaan dimana seseorang mengalami perubahan dalam jumlah dan pola diri stimulus yang
mendekat yang diperkasai secara internal atau eksternal disertai dengan suatu pengurangan berlebihan distarsi/
kelainan berespon terhadap stimulus. (Mary C.T, 1998)
Halusinasi adalah gangguan sensori/persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak
terjadi, suatu pencerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. (Maramis, 1998).
Halusinasi adalah suatu penghayatan yang dialami seperti suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus
eksterna, persepsi palsu. (Lubis, 1993).
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan
rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek
atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara.
(buku ajar keperawatan : 105, farida kusmawati dkk, 2010)
B.      Penyebab
1.       Factor predisposisi
  Genetika
  Neurobiology
  Neurotransmitter
  Abnormal perkembangan saraf
  Psikologis
2.       Factor presipitasi
  Proses pengolahan informasi yang berlebihan
  Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal
  Adanya gejala pemicu
3.       Proses halusinasi
Halusinasi berkembang melalui 4 fase menurut farida kusmawati dkk, 106. 2010 yaitu sebagai berikut :
a.      Fase Pertama
Disebut juga dengan fase comforting yaitu fase menyenangkan. Pada tahap ini masuk pada golongan
non psikotik. Karakteristik : klien mengalami stress, cemas, perasaan perpisahan, rasa bersalah,
kesepian yang memuncak, dan tidak dapat diselesaikan. Klien mulai melamun dan memikirkan dan
hal-hal yang menyenangkan, cara ini hanya menolong sementara.
Perilaku klien : tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa suara,
pergerakkan mata cepat, respon verbal yang lambat jika sedang asyik dengan halusinasinya,dan suka
menyendiri.
b.      Fase Kedua
Disebut dengan fase kondemming atau ansietas berat yaitu halusinasi menjadi menjijikan. Termasuk
dalam psikotik ringan. Karakteristik : pengalaman sensorik menjijikan dan menakutkan, kecemasan
meningkat, melamun dan berfikir sendiri jadi dominan. Mulai dirasakan ada bisikan yang tidak jelas.
Klien tidak ingin orang lain tahu dan ia tetap dapat mengontrolnya.
Perilaku klien : meningkatnya tada-tanda system saraf otonom seperti penigkatan denyut jantung dan
tekanan darah.klien asyik dengan halusinasinya dan tidak bias membedakan realitas.
c.      Fase Ketiga
Adalah fase controlling atau ansietas berat yaitu pengalaman sensori menjadi berkuasa termasuk dalam
gangguan psikotik. Karakeristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol,  menguasai
danmengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya.
Perilaku klien : kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik.
Tanda – tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor dan tidak mampu mematuhi perintah.
d.      Fase Keempat
Adalah fase conquering atau panic yaitu klien lebur dengan halusinasinya. Termasuk dalam psikotik
berat. Karakteristik : halusinasinya berubah jadi mengancam, memerintah, dan memarahi klien.klien
menjadi takut, tidak berdaya, hilang control, dan tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang
lain dilingkungan.
e.      Perilaku klien : perilaku terror akibat panic, potensi bunuh diri,  perilaku kekerasan, agitasi, menarik
diri atau katatonik, tidak mampu merespon terhadap perintah kompleks, dan tidak mampu berespon
lebih dari satu orang.
C.     Tanda dan Gejala
Menurut farida kusmawati dkk, 107. 2010 tanda dan gejala halusinasi adalah :
1.       Menarik diri
2.       Tersenyum sendiri
3.       Duduk terpaku
4.       Bicara sendiri
5.       Memandang satu arah
6.       Menyerang
7.       Tiba-tiba marah
8.       Gelisah
D.     Jenis – jenis halusinasi
1.       Halusinasi Pendengaran
Mendengarkan suara – suara/kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk kebisingan yang
kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien bahkan sampai ke percakapan lengkap
antara 2 orang atau lebih tentang orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana
klien mendengar perkataan bahwa pasien, disuruh untuk melakukan sesuatu kadang-kadang dapat
membahayakan.
2.       Halusinasi Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar kartun, bayangan yang rumit
atau kompleks, bayangan bisa menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.
3.       Halusinasi Penghidu/Penghirup
Membaui bau – bauan tertentu seperti bau darah, urine, feses, umumnya bau-bauan yang tidak
menyenangkan. Halusinasi penghirup sering akibat stroke, tumor, kejang atau demensta.
4.       Halusinasi Pengecapan
Merasa mengecap seperti rasa darah, urine atau feses.
5.       Halusinasi Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas, rasa tersetrum listrik yang datang
dari tanah, benda mati, atau orang lain.
6.       Halusinasi Chenestetic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makanan atau
pembentukan urine.
7.       Halusinasi Kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

E.       Pohon Masalah

Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan (efek)

Perubahan persepsi sensori : Halusinasi penglihatan (core problem)

Isolasi social : menarik diri (cause)

F.       Proses keperawatan
1.       Pengkajian
a.      Factor predisposisi
  Genetika
  Neurobiology
  Neurotransmitter
  Abnormal perkembangan saraf
  Psikologis
b.      Factor presipitasi
  Proses pengolahan informasi yang berlebihan
  Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal
  Adanya gejala pemicu
c.      Mekanisme koping
  Regresi
  Proyeksi
  Menarik diri
d.      Perilaku halusinasi
  Isi halusinasi
  Waktu terjadinya
  Frekuensi
  Situasi pencetus
  Respons klien saat halusinasi
2.       Diagnosa Keperawatan
a.      Resiko menciderai diri berhubungan dengan halusinasi pendengaran
b.      PSP : halusinasi pendengaran berhubungan dengan menarik diri
c.      Isolasi social : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
3.       Rencana Keperawatan
a.      Tuk 1 : klien dapat membina hubungan saling percaya.
b.      Tuk 2 : klien dapat mengenal halusinasinya
  Isi halusinasi : halusinasi pendengaran, penglihatan dan lain sebagainya
  Waktu munculnya halusinasi : waktu sebelum tidur, pagi hari daan saat sendiri atau saat makan
  Frekuensi : seberapa banyak halusinasi muncul dalam satu hari
  Hal yang menimbulkan halusinasi : saat melamun, saat sendirian, dan saat klien marah
c.      Tuk 3 : klien dapat mengontrol halusinasinya
  Identifikasi cara yanag dilakukan klien untuk mengendalikan halusinasi
  Diskusikan cara yang digunakan, bila adaptif berikan pujian
  Diskusikan cara mengendalikan halusinasi
1)      Menghardik halusinasi ; contoh “saya tidak mendengar kamu, pergi dari saya”
2)      Berbincang dengan orang lain ; saat halusinasi datang klien mengabaikan dan langsung
mengajak berbincang dengan orang didekatnya atau disekitarnya
3)      Mengatur jadwal akitivitas ; mengatur kegiatan sesuai dengan kebiasaan sehari-hari dan
sesuai dengan kegiatan yang disukai sehingga tidak ada kesempatan klien sendiri
4)      Menggunakan obat secara teratur ; menganjurkan klien agar tidak putus obat dan efek jika
putus obat harus dijelaskan.
d.      Tuk 4 : klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya
e.      Tuk 5 : klien dapat menggunkan obat dengan baik
Peran keluarga dalam merawat halusinasi adalah sebagai berikut :
1)      Bantu mengenal halusinasi
  Bina saling percaya
  Diskusikan kapan muncul situasi yang menyebabkan (jika sendiri), isi dan frekuensi
2)      Meningkatkan kontak dengan realitas
  Bicara tentang topic yang nyata tidak mengikuti halusinasi
  Bicara dengan klien secara sering dan singkat
  Buat jadwal kegiatan sehari-hari untuk menghindari kesendirian
  Ajak bicara jika tampak klien sedang berhalusinasi
  Diskusikan hasil observasi anda
3)      Bantu menurunkan kecemasan dan ketakutan
  Temani, cegah isolasi, dan menarik diri
  Terima halusinasi klien tanpa mendukung dan menyalahkan, misalnya : “saya percaya anda
mendengar, tetapi saya sendiri tidak dengar”
  Beri kesempatan untuk mengungkapkan
  Tetap hangat, empati, kalem, dan lemah lembut
4)      Mencegah klien melukai diri sendiri dan orang lain
  Lakukan perlindungan
  Kontak yang sering secara personal
5)      Tingkatkan harga diri
  Identifikasi kemampuan klien dan beri kegiatan yang sesuai
  Beri kesempatan sukses dan beri pujian atas kesuksesan klien
  Dorong berespon pada situasi nyata

G.     Diagnose keperawatan “halusinasi’’


Tujuan :
  Membantu klien mengenal halusinasinya
  Menjelaskan cara – cara mengontrol halusinasi
  Mengajarkan klien mengontrol halusinasi dengan cara menghardik

1.   SP I P
Menghardik halusinasi
Intervensi
1.       Mengidentifikasi jenis halusinansi
2.       Mengidentifikasi isi halusinansi
3.       Mengidentifikasi waktu halusinansi
4.       Mengidentifikasi frekuensi halusinansi
5.       Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinansi
6.       Mengidentifikasi respon klien terhadap halusinansi
7.       Mengidentifikasi halusinansi
8.       Mengajarkan klien menghardik halusinasi
9.       Menganjurkan klien memasukkan jadwal kegiatan sehari-hari

2.  SP 2 P
Bercakap-cakap dengan orang lain
Intervensi :
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2 Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain
3 Menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.

3.   SP3P
Melakukan kegiatan atau aktivitas
Intervensi :
1 Mengevaluasi jadawal kegiatan klien
2 Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan cara melakukan kegiatan/aktivitas
3 Menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian

4.   SP4P
Minum obat secara teratur
Intervensi :
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan klien
2 Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan/minum obat secara teratur
3 Membantu klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian

5.  SP1K
Intervensi :
1 Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien
2 Menjelaskan pengertian halusinasi tanda dan gejala halusinasi, jenis halusinasi serta proses
terjadinya halusinasi
3 Menjelaskan cara merawat klien halusinasi
6.  SP2K
Intervensi :
1 Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat klien dengan halusinasi
2 Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada klien halusinasi
7.  SP3K
Intervensi :
1 Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat (discharge
planning)
2 Menjelaskan follow up klien setelah pulang

NCP

Diagnosa Tujuan Intervensi


keperawatan
Perubahan persepsi SP I P : Menghardik halusinasi 1.     Bina hubungan saling percaya
sensori berhubungan1.    Klien dapat membina hubungan saling 2.     Mengidentifikasi isi halusinasi
dengan Halusinasi percaya dengan perawat 3.     Mengidentifikasi waktu halusinasi
pendengaran 2.    Klien dapat mengenal halusinasinya 4.     Mengidentifikasi frekuensi halusinasi
3.    Klien dapat mengontrol halusinasinya 5.     Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan
halusinasi
6.     Mengidentifikasi respon klien terhadap
halusinasi
7.     Menganjurkan klien untuk menutup dan
katakan “tidak,pergi jangan ganggu saya,saya
tidak mau dengar”
8.     Anjurkan klien untuk memasukannya ke dalam
jadwal kegiatan harian
SP II P : Bercakap – cakap dengan orang1. Bantu klien mengevaluasi jadwal kegiatan
lain hariannya
1.     Klien tidak lagi mendengar adanya 2.    Bantu dan latih klien untuk mengendalikan
halusinasi pendengaran halusinasinya dengan cara bercakap – cakap
2.     Klien dapat bergabung dengan teman- dengan orang lain
temannya,dan dapat bercakap – cakap  baik 3.    Anjurkan kepada klien untuk memasukannya ke
dengan perawat maupun dengan teman – dalam jadwal kegiatan harian
temannya
SP III P : Melakukan kegiatan atau aktivitas 1.    Evaluasi jadwal kegiatan pasien
1.    Klien tidak lagi mendengar suara - suara2.    Latih klien mengendalikan halusinasi dengan
bisikan kepadanya cara melakukan kegiatan / aktivitas
2.    Agar dalam kesibukan yang klien jalankan3.    Anjurkan klien memasukannya ke dalam jadwal
(aktivitas atau kegiatan) bisa membantu kegiatan
klien untuk berfokus pada suara-suara
bisikan itu
SP IV  : Minum obat secara teratur 1.   Bantu mengevaluasi jadwal kegiatan klien
1.    Klien dapat minum obat secara teratur dan2.     Berikan PenKes kepada klien tentang
benar pentingnya penggunaan minum obat secara
teratur
3.     Anjurkan kepada klien untuk memasukannya ke
dalam jadwal kegiatan harian

DAFTAR PUSTAKA
Azizah, 2011 . Keperawatan Jiwa (Aplikasi Praktik Klinik). Yogyakarta : Graha Ilmu.

Brooker, 2009. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta : EGC

Copel, 2007. Kesehatan Jiwa & Psikiatri Pedoman Klinis Perawat. Jakarta : Edisi 2 EGC

Hawari, 2001. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta : FKUI

Keliat, 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC

Keliat, 2005. Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta : EGC.

Maramis, 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University press, Surabaya.

Nasution, 2004. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi. http://repository.usu.ac.id. (Online) Diakses


pada tanggal 22 Juni 2014

Semiun, 2006. Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Kanisius.

Suliswati, 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Sunaryo, 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

Stuart, 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 6. Jakarta : EGC


Yosep, 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai