Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PENDAHULUAN

SKIZOFRENIA PARANOID

A. PENGERTIAN

Skizofrenia paranoid yaitu pada tipe ini adanya pikiran-pikiran yang

absurd (tidak ada pegangannya) tidak logis, dan delusi yang berganti-ganti.

Sering diikuti halusinasi dengan akibat kelemahan penilaian kritis (critical

judgement)nya dan aneh tidak menentu, tidak dapat diduga, dan kadang-

kadang berperilaku yang berbahaya. Orang-0rang dengan tipe ini memiliki

halusinasi dan delusi yang sangat mencolok,yang melibatkan tema-tema

tentang penyiksaan dan kebesaran.

Skizofrenia merupakan kelompok gangguan psikosis atau psikotik yang

ditandai oleh distorsi-distorsi mengenai realitas, adanya perilaku menarik diri

dari interaksi social serta disorganisasi dan fragmentasi dalam hal persepsi,

pikiran dan kognisi.

B. ANATOMI FISIOLOGI

Otak Anda mengendalikan semua fungsi tubuh Anda. Otak merupakan


pusat dari keseluruhan tubuh Anda. Jika otak Anda sehat, maka akan
mendorong kesehatan tubuh serta menunjang kesehatan mental Anda.
Sebaliknya, apabila otak Anda terganggu, maka kesehatan tubuh dan
mental Anda bisa ikut terganggu. Seandainya jantung atau paru-paru Anda
berhenti bekerja selama beberapa menit, Anda masih bisa bertahan hidup.
Namun jika otak Anda berhenti bekerja selama satu detik saja, maka tubuh
Anda mati. Itulah mengapa otak disebut sebagai organ yang paling penting
dari seluruh organ di tubuh manusia. Selain paling penting, otak juga
merupakan organ yang paling rumit. Membahas tentang anatomi dan
fungsi otak secara detail bisa memakan waktu berhari-hari. Oleh karena itu
disini kita akan membahas anatomi dan fungsi otak secara garis besarnya
saja sekedar membuat Anda paham bagian-bagian dan fungsi otak Anda
sendiri.
Seperti terlihat pada gambar di atas, otak dibagi menjadi empat bagian,
yaitu:
1. Cerebrum (Otak Besar)
2. Cerebellum (Otak Kecil)
3. Brainstem (Batang Otak)
4. Limbic System (Sistem Limbik)

1. Cerebrum (Otak Besar)


Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga disebut
dengan nama Cerebral Cortex, Forebrain atau Otak Depan. Cerebrum
merupakan bagian otak yang membedakan manusia dengan binatang.
Cerebrum membuat manusia memiliki kemampuan berpikir, analisa,
logika, bahasa, kesadaran, perencanaan, memori dan kemampuan
visual. Kecerdasan intelektual atau IQ Anda juga ditentukan oleh kualitas
bagian ini.
Cerebrum secara terbagi menjadi 4 (empat) bagian yang disebut Lobus.
Bagian lobus yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan yang
menyerupai parit disebut sulcus. Keempat Lobus tersebut masing-masing
adalah: Lobus Frontal, Lobus Parietal, Lobus Occipital dan Lobus
Temporal.
• Lobus Frontal merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan dari
Otak Besar. Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat
alasan, kemampuan gerak, kognisi, perencanaan, penyelesaian masalah,
memberi penilaian, kreativitas, kontrol perasaan, kontrol perilaku seksual
dan kemampuan bahasa secara umum.
• Lobus Parietal berada di tengah, berhubungan dengan proses
sensor perasaan seperti tekanan, sentuhan dan rasa sakit.
• Lobus Temporal berada di bagian bawah berhubungan dengan
kemampuan pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa dalam
bentuk suara.
• Lobus Occipital ada di bagian paling belakang, berhubungan dengan
rangsangan visual yang memungkinkan manusia mampu melakukan
interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina mata.
Apabila diuraikan lebih detail, setiap lobus masih bisa dibagi menjadi
beberapa area yang punya fungsi masing-masing, seperti terlihat pada
gambar di bawah ini.
Selain dibagi menjadi 4 lobus, cerebrum (otak besar) juga bisa dibagi
menjadi dua belahan, yaitu belahan otak kanan dan belahan otak kiri.
Kedua belahan itu terhubung oleh kabel-kabel saraf di bagian bawahnya.
Secara umum, belahan otak kanan mengontrol sisi kiri tubuh, dan
belahan otak kiri mengontrol sisi kanan tubuh. Otak kanan terlibat dalam
kreativitas dan kemampuan artistik. Sedangkan otak kiri untuk logika dan
berpikir rasional. Mengenai fungsi Otak Kanan dan Otak Kiri sudah kami
bahas pada halaman tersendiri. Anda bisa membacanya dengan klik
disini.

2. Cerebellum (Otak Kecil)

Otak Kecil atau Cerebellum terletak di bagian belakang kepala, dekat


dengan ujung leher bagian atas. Cerebellum mengontrol banyak fungsi
otomatis otak, diantaranya: mengatur sikap atau posisi tubuh,
mengkontrol keseimbangan, koordinasi otot dan gerakan tubuh. Otak
Kecil juga menyimpan dan melaksanakan serangkaian gerakan otomatis
yang dipelajari seperti gerakan mengendarai mobil, gerakan tangan saat
menulis, gerakan mengunci pintu dan sebagainya.
Jika terjadi cedera pada otak kecil, dapat mengakibatkan gangguan
pada sikap dan koordinasi gerak otot. Gerakan menjadi tidak
terkoordinasi, misalnya orang tersebut tidak mampu memasukkan
makanan ke dalam mulutnya atau tidak mampu mengancingkan baju.

3. Brainstem (Batang Otak)

Batang otak (brainstem) berada di dalam tulang tengkorak atau rongga


kepala bagian dasar dan memanjang sampai ke tulang punggung atau
sumsum tulang belakang. Bagian otak ini mengatur fungsi dasar manusia
termasuk pernapasan, denyut jantung, mengatur suhu tubuh, mengatur
proses pencernaan, dan merupakan sumber insting dasar manusia yaitu
fight or flight (lawan atau lari) saat datangnya bahaya.

Batang otak dijumpai juga pada hewan seperti kadal dan buaya. Oleh
karena itu, batang otak sering juga disebut dengan otak reptil. Otak reptil
mengatur “perasaan teritorial” sebagai insting primitif. Contohnya anda
akan merasa tidak nyaman atau terancam ketika orang yang tidak Anda
kenal terlalu dekat dengan anda.

Batang Otak terdiri dari tiga bagian, yaitu:


• Mesencephalon atau Otak Tengah (disebut juga Mid Brain) adalah
bagian teratas dari batang otak yang menghubungkan Otak Besar dan
Otak Kecil. Otak tengah berfungsi dalam hal mengontrol respon
penglihatan, gerakan mata, pembesaran pupil mata, mengatur gerakan
tubuh dan pendengaran.
• Medulla oblongata adalah titik awal saraf tulang belakang dari
sebelah kiri badan menuju bagian kanan badan, begitu juga sebaliknya.
Medulla mengontrol funsi otomatis otak, seperti detak jantung, sirkulasi
darah, pernafasan, dan pencernaan.
• Pons merupakan stasiun pemancar yang mengirimkan data ke pusat
otak bersama dengan formasi reticular. Pons yang menentukan apakah
kita terjaga atau tertidur.

Catatan: Kelompok tertentu mengklaim bahwa Otak Tengah


berhubungan dengan kemampuan supranatural seperti melihat dengan
mata tertutup. Klaim ini ditentang oleh para ilmuwan dan para dokter
saraf karena tidak terbukti dan tidak ada dasar ilmiahnya.

4. Limbic System (Sistem Limbik)

Sistem limbik terletak di bagian tengah otak, membungkus batang otak


ibarat kerah baju. Limbik berasal dari bahasa latin yang berarti kerah.
Bagian otak ini sama dimiliki juga oleh hewan mamalia sehingga sering
disebut dengan otak mamalia. Komponen limbik antara lain hipotalamus,
thalamus, amigdala, hipocampus dan korteks limbik. Sistem limbik
berfungsi menghasilkan perasaan, mengatur produksi hormon,
memelihara homeostasis, rasa haus, rasa lapar, dorongan seks, pusat
rasa senang, metabolisme dan juga memori jangka panjang.
Bagian terpenting dari Limbik Sistem adalah Hipotalamus yang salah satu
fungsinya adalah bagian memutuskan mana yang perlu mendapat
perhatian dan mana yang tidak. Misalnya Anda lebih memperhatikan
anak Anda sendiri dibanding dengan anak orang yang tidak Anda kenal.
Mengapa? Karena Anda punya hubungan emosional yang kuat dengan
anak Anda. Begitu juga, ketika Anda membenci seseorang, Anda malah
sering memperhatikan atau mengingatkan. Hal ini terjadi karena Anda
punya hubungan emosional dengan orang yang Anda benci.

Sistem limbik menyimpan banyak informasi yang tak tersentuh oleh


indera. Dialah yang lazim disebut sebagai otak emosi atau tempat
bersemayamnya rasa cinta dan kejujuran. Carl Gustav Jung
menyebutnya sebagai "Alam Bawah Sadar" atau ketidaksadaran kolektif,
yang diwujudkan dalam perilaku baik seperti menolong orang dan
perilaku tulus lainnya. LeDoux mengistilahkan sistem limbik ini sebagai
tempat duduk bagi semua nafsu manusia, tempat bermuaranya cinta,
penghargaan dan kejujuran.

Perbedaan Fungsi Otak Kanan & Otak Kiri

Gambar Ilustrasi Fungsi Otak Kanan & Otak Kiri Perbedaan dua fungsi
otak sebelah kiri dan kanan akan membentuk sifat, karakteristik dan
kemampuan yang berbeda pada seseorang. Perbedaan teori fungsi otak
kiri dan otak kanan ini telah populer sejak tahun 1960an, dari hasil
penelitian Roger Sperry. Otak besar atau cerebrum yang merupakan
bagian terbesar dari otak manusia adalah bagian yang memproses
semua kegiatan intelektual, seperti kemampuan berpikir, menalarkan,
mengingat, membayangkan, serta merencanakan masa depan.
Otak besar dibagi menjadi belahan kiri dan belahan kanan, atau yang
lebih dikenal dengan Otak Kiri dan Otak Kanan. Masing-masing belahan
mempunyai fungsi yang berbeda. Otak kiri berfungsi dalam hal-hal yang
berhubungan dengan logika, rasio, kemampuan menulis dan membaca,
serta merupakan pusat matematika. Beberapa pakar menyebutkan
bahwa otak kiri merupakan pusat Intelligence Quotient (IQ). Sementara
itu otak kanan berfungsi dalam perkembangan Emotional Quotient (EQ).
Misalnya sosialisasi, komunikasi, interaksi dengan manusia lain serta
pengendalian emosi.
Pada otak kanan ini pula terletak kemampuan intuitif, kemampuan
merasakan, memadukan, dan ekspresi tubuh, seperti menyanyi, menari,
melukis dan segala jenis kegiatan kreatif lainnya. Belahan otak mana
yang lebih baik? Keduanya baik. Setiap belahan otak punya fungsi
masing-masing yang penting bagi kelangsungan hidup manusia. Akan
tetapi, menurut penelitian, sebagian besar orang di dunia hidup dengan
lebih mengandalkan otak kirinya. Hal ini disebabkan oleh pendidikan
formal (sekolah dan kuliah) lebih banyak mengasah kemampuan otak kiri
dan hanya sedikit mengembangkan otak kanan.
Orang yang dominan otak kirinya, pandai melakukan analisa dan
proses pemikiran logis, namun kurang pandai dalam hubungan sosial.
Mereka juga cenderung memiliki telinga kanan lebih tajam, kaki dan
tangan kanannya juga lebih tajam daripada tangan dan kaki kirinya.
Sedangkan orang yang dominan otak kanannya bisa jadi adalah orang
yang pandai bergaul, namun mengalami kesulitan dalam belajar hal-hal
yang teknis. Ada banyak cara untuk mengetahui apakah seseorang
dominan otak kanan atau dominan otak kiri. Misalnya dengan melihat
perilaku sehari-hari, cara berpakaian, dengan mengisi kuisioner yang
dirancang khusus atau dengan peralatan Electroencephalograph yang
bisa mengamati bagian otak mana yang paling aktif.

Disekitar Anda pastinya ada orang yang pandai dalam ilmu

pengetahuan, tapi tidak pandai bergaul. Sebaliknya ada orang yang

pandai bergaul, tapi kurang pandai di sekolahnya. Keadaan semacam

ini disebabkan oleh ketidakseimbangan antara otak kanan dan otak

kiri.

Idealnya, otak kiri dan otak kanan haruslah seimbang dan semuanya

berfungsi secara optimal. Orang yang otak kanan dan otak kirinya

seimbang, maka dia bisa menjadi orang yang cerdas sekaligus pandai

bergaul atau bersosialisasi. Untuk mengoptimalkan dan

menyeimbangkan kinerja dua belahan otak, Anda bisa menggunakan

teknologi CD Aktivasi Otak. Metode ini sangat mudah diikuti karena

Anda hanya perlu mendengarkan semacam musik instrumental yang

dirancang khusus untuk menyelaraskan dan mengaktifkan kedua

belahan otak Anda.


C. PATOFISIOLOGI

Prevalensi penderita schizophrenia di Indonesia adalah 0,3 – 1 % dan

biasanya timbul pada usia sekitar 18 - 45 tahun. Schizophrenia disebabkan

oleh beberapa faktor antara lain: faktor genetik, faktor lingkungan dan faktor

keluarga. Schizophrenia tidak hanya menimbulkan penderitaan bagi individu

penderitanya tetapi juga bagi orang-orang terdekat ( Arif, 2006). Penderita

schizophrenia sering kali mengalami gejala positif dan negatif yang

memerlukan penanganan serius. Penderita schizophrenia juga mengalami

penurunan motivasi dalam berhubungan sosial, perilaku ini sering tampak

dalam bentuk perilaku autistic dan mutisme.

Akibat adanya penurunan motivasi ini sering tampak timbulnya masalah

keperawatan isolasi sosial menarik diri dan jika tidak diatasi dapat

menimbulkan perubahan persepsi sensoris halusinasi. Halusinasi yang terjadi

pada penderita schizophrenia tidak saja disebabkan oleh perilaku isolasi sosial

tetapi juga dapat disebabkan oleh gangguan konsep diri harga diri rendah.

Dampak dari halusinasi yang timbul akibat schizophrenia ini sangat

tergantung dari isi halusinasi. Jika isi halusinasi mengganggu, maka penderita

schizophrenia akan cenderung melakukan perilaku kekeeraan sedangkan

halusinasi yang isinya menyenagkan dapat mengganggu dalam berhubungan

sosial dan dalam pelaksanaan aktivitas sehari-hari termasuk aktivitas perwatan

diri ( Stuart, 2007).

Schizophrenia sering dimanifestasikan dalam bentuk waham, perilaku

katatonik, adanya penurunan motivasi dalam melakukan hubungan sosial serta


penurunan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Waham yang dialami pasien

schizophrenia dapat berakibat pada kecemasan yang berlebihan jika isi

wahamnya tidak mendapatkan perlakuan dari lingkungan sehingga berisiko

menimbulkan perilaku kekerasan yang diarahkan pada diri sendiri, orang lain,

dan lingkungan. Adanya perilaku katatonik, menyebabkan perasaan tidak

nyaman pada diri penderita, hal ini karena kondisi katatonik ini berdampak

pada hambatan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

Hambatan dalam aktivitas sehari-hari menyebabkan koping individu

menjadi tidak efektif yang dapat berlanjut pada gangguan konsep diri harga

diri rendah dan bila tidak diatasi berisiko menimbulkan perilaku kekerasan

( Ingram, 1996). Penderita dapat mengalami ambivalensi, kondisi ini dapat

menimbulkan terjadinya penurunan motivasi dalam melakukan aktivitas

perawatan diri dan kemampuan dalam berhubungan sosial dengan orang lain.

Adanya ambivalensi membuat penderita menjadi kesulitan dalam

pengambilan keputusan sehingga dapat berdampak pada penurunan motivasi

dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Penderita schizophrenia yang

menunjukkkan adanya gejala negatif ambivalensi ini, sering kali dijumpai cara

berpakaian dan berpenampilan yang tidak sesuai dengan realita seperti rambut

tidak rapi, kuku panjang, badan kotor dan bau ( Rasmun, 2007). Prognosis

untuk schizophrenia pada umumnya kurang begitu menggembirakan sekitar

25 % pasien dapat pulih dari episode awal dan fungsinya dapat kembali pada

tingkat sebelum munculnya gangguan tersebut. Sekitar 25% tidak pernah pulih

dan perjalanan penyakitnya cenderung memburuk, dan sekitar 50 % berada


diantaranya ditandai dengan kekambuhan periodik dan ketidakmampuan

berfungsi dengan efektif kecuali akan waktu singkat ( Arif, 2006)

D. ETILOGI

1. Faktor biologis

a. Faktor herediter

1) Kontribusi gen terhadap skizofrenia

Studi terhadap keluarga, anak kembar dan anak adopsi

melengkapi bukti-bukti bahwa gen terlibat dalam transmisi

(penyebaran) skizofrenia. Beberapa peneliti berpendapat bahwa

banyak gen (polygenic) model tambahan, yang membentuk jumlah

dan konfigurasi gen abnormal untuk membentuk skizofrenia.

Adanya lebih banyak gen yang terganggu meningkatkan

kemungkinan berkembangnya skizofrenia dan meningkatkan

kerumitan gangguan tersebut. Individu yang lahir dengan beberapa

gen tetapi tidak cukup untuk menunjukkan simtom-simtom bertaraf

sedang atau ringan skizofrenia, seperti keganjilan dalam pola

bicara atau proses berpikir dan keyakinan-keyakinan yang aneh.

b. Pembesaran Ventrikel

Struktur utama otak yang abnormal sesuai dengan skizofrenia

adalah pembesaran ventrikel. Ventrikel adalah ruang besar yang

berisi cairan dalam otak. Perluasan mendukung atropi (berhentinya


pertumbuhan), deteriorasi di jaringan otak lainnya. Orang-orang

skizofrenia dengan pembesaran ventricular cenderung

menunjukkan penirinan secara social, ekonomi, perilaku, lama

sebelum mereka mengembangkan simtom utama atau inti dati

skizofrenia. Mereka juga cenderung untuk memiliki simtom yang

lebih kuat dari pada orang skizofrenialainnya dan kurang

responsive terhadap pengobatan karena dianggap sebagai

pergantian yang buruk dalam pemfungsian otak, yang sulit untuk

ditangani/dikurangi melalui treatment. Perbedaan jenis kelamin

mungkin juga berhubungan dengan ukuran ventricular. Beberapa

studi menemukan bahwa laki-laki dengan skizofrenia memiliki

pelebaran ventrikel yang lebih kuat.

c. Faktor Anatomis Neuron

Abnormalitas neuron secara otomatis pada skizofrenia

memiliki beberapa penyebab, termasuk abnormalitas gen yang

spesifik (khas), cedera otak berkaitan dengan cedera waktu

kelahiran, cedera kepala, infeksi virus defisiensi (penurunan)

dalam nutrisi dan defisiensi dalam stimulus kognitif.

d. Komplikasi Kelahiran

Komplikasi serius selama prenatal dan masalah-masalah

berkaitan dengan kandungan pada saat kelahiran merupakan hal

yang lebih sering dala sejarah orang-orang dengan skizofrenia dan

mungkin berperan dalam membuat kesulitan-kesulitan secara


neurologist. Komplikasi dalam pelepasan berkombinasi dengan

keluarga beresiko terhadap terjadinya karena menambah derajad

pembesaran ventricle. Penelitian epidemiologi telah menunjukkan

angka yang tinggi dari skizofrenia dikalangan orang-orang yang

memiliki ibu terjangkit virus influenza ketika hamil.

e. Neurotransmitter

Neurotransmiter dopamine dianggap memainkan peran dalam

skizpfrenia. Teori awal dari dopamine menyatakan bahwa simtom-

simton skizofrenia disebabkan oleh kelebihan jumlah dopamine di

otak, khususnya di frontal labus dan system limbic. Aktivitas

dopamine yang berlebihan / tinggi dalam system mesolimbik dapat

memunculkan simtom positif skizofrenia : halusinasi, delusi, dan

gangguan berfikir. Karena atipikal antipsikotis bekerja mereduksi

simtom-simtom skizofrenia dengan mengikat kepada reseptor D4

dalam system mesolimbik. Sebaliknya jika aktivitas dopamine

yang rendah dapat mendorong lahirnya simtom negative seperti

hilangnya motivasi, kemampuan untuk peduli pada diri sendiri

dalam aktivitas sehari-hari. Dan tidak adanya responsivitas

emosional. Hal ini menjelaskan bahwa phenothiazines, yang

mereduksi aktivitas dopamine, tidak meredakan atau mengurangi

simtom.

2. Faktor Psikososial

a. Teori Psikodinamika
Ahli-ahli teori psikodinamika berpendapat bahwa skizofrenia

merupakan hasil dari paksaan atau tekanan kekuetan biologis yang

mencegah atau menghalangi individu untuk mengembangkan dan

mengintegrasikan persaan atau pemahaman atas dirinya.

Berargumen bahwa jika ibu secara ekstrim atau berlebihan kasar

dan terus-menerus mendominasi, anak akan mengalami taraf

regresi dan kembali ke taraf perkembangan bayi dalam hal

pemfungsiannya, sehingga ego akan kehilangan kemampuannya

dalam membedakan realita.

b. Pola-Pola Komunikasi

Orangtua (khususnya ibu) pada anak-anak sklizofrenia

menempatkan anak mereka dalam situasi ikatan ganda (double

binds) yang secara terus menerus mengkomunikasikan pesan-pesan

yang bertentangan pada anak-anak. Yang dimaksud ikatan ganda

adalah pemberian pendidikan dan informasi yang nilainya saling

bertentangan. Dalam teori doble-bind tentang pola-pola

komunikasi dalam keluarga orang-orang dengan skizofrenia,

menampakkan keganjilan. Keganjilan-keganjilan itu membentuk

lingkungan yang penuh ketegangan yang membuat lebih besar

kemungkinan seorang anak memiliki kerawanan secara biologis

terhadap skizofrenia akan mengembangkan sindrom skizofrenia

sepenuhnya atau bahwa seseorang dengan skizofrenia akan

memiliki frekuensi kekambuhan psikotis yang lenih tinggi.


c. Tampilan Emosi

Berdasarkan beberapa penelitian bahwa gaya interaksi

penderita skizofrenia dapat dilihat dari ekspresi emosinya.

Keluarga-keluarga yang pengekspresian emosinya kuat terlalu

melibatkan diri dengan setiap anggota keluarga lainnya,

Overprotekif terhadap anggota keluarganya terganggu dan bersikap

mengorbankan diri bagi anggota keluarganya yang terganggu tetapi

juga suka mengkritik, bermusuhan dan memarahi anggota keluarga

yang terganggu.

d. Stres dan Kekambuhan

Keadaan sekitar atau lingkungan yang penuh stress (stresfull)

mungkin tidak menyebabkan seseorang terjangkit skizofrenia,

tetapi keadaan tersebut dapat memicu episode baru pada orang-

orang yang mudah terkena serangan atau rawan terhadap

skizofrenia. Berdasarkan penelitian bahwa lebih dari 50 % orang

yang mengalami kekambuhan skizofrenia adalah mereka yang

dalam kehidupannya telah mengalami kejadian-kejadian buruk

sebelum mereka kambuh. Banyak kejadian dalam hidup orang-

orang skizofrenia alami dalam beberapa miggu sebelum mereka

kambuh mungkin secara actual disebabkan oleh simtom-simtom

prodormal yang muncul sebelum kambuh kedalam psikotis.

Sebagai contoh, satu dari simtom-simtom prodormal dari

kekambuhan skizofrenia adalah menarik diri dari lingkungan social


yang pada gilirannya kejadian-kejadian buruk dalam kehidupannya

sebagian besar mendahului sebuah kekambuhan, seperti

pecah/hancurnya jalinan atau hubungan (relation ship) atau

hilangnya sebuah pekerjaan.

3. Faktor Kesalahan Belajar

Yang dimaksud kesalahan belajar adalah tidak tepatnya

mempelajari yang benar atau dengan tepat mempelajari yang tidak

benar. Dalam hal ini penderita mempelajari dengan baik perilaku

orang-orang skizofrenia atau perilaku yang baik dengan cara yang

tidak baik.

E. TANDA DAN GEJALA

1. Gejala primer

a. Gangguan proses pikiran (bentuk,langkah dan isi pikiran) yang

terganggu terutama aspek asosiasi, kadang-kadang suatu ide belum

selesai diutarakan, sudah muncul ide uang lain. Sering ditandai oleh :

menggunakan arti simbolik, terdapat clang association, jalan

pikirannya tidak dapat dimengerti / inkoherensi, menyamakan hal-hal.

Terjadi bloking beberapa detik sampai beberapa hari, ada penderita

yang mengatakan bahwa seperti ada yang laindidalam dirinya yang

berfikir dan tanda sejenis lainnya.

b. Gangguan afek dan emosi

Dapat berupa :
Kedangkalan afek dan emosi, klien menjadi acuh tak acuh pada hal-hal

yang penting dalam hidupnya.

Parathimi ; merasa sedih atau marah yang seharusnya timbul rasa

tenang dan gembira.

Paramimi ; klien menangis padahal merasa senang dan bahagia.

Emosi, afek dan ekspresinya tidak mengalami kesatuan.

Emosi yang berlebih.

Hilang kemampuan untuk mengandalkan hubungan emosi yang baik.

Ambivalensi pada afek : dua hal yang bertentangan berada pada satu

objek

c. Gangguan kemauan

Ditandai antara lain :

Tidak dapat mengambil keputusan

Tidak dapat bertindak dalam suatu keadaan

Melamun dalam waktu tertentu yang lama.

Negativisme ; perbuatan yang berlawanan dengan perlawanan

Ambivalensi kemauan ; menghendaki dua hal yang berlawanan pada

waktu yang sama

Otomatisme ; merasa kemauannya dipengaruhi oleh orang lain atau

tenaga dari luar sehingga ia berbuat otomatis.

d. Gangguan psikomotor

Stupor : tidak bergerak dalam waktu yang lama.

Hiperkinesa; terus bergerak dan tampak gelisah


Stereotipi ; berulang melakukan gerakan atau sikap

Verbigerasi ; stereotipi pembicaraan

Manerisme ; stereotipi tertentu pada pada skizofrenia, grimes pada

muka atau keanehan berjalan dan gaya.

Katalepsi ; posisi badan dipertahankan dalam waktu yang lama.

Fleksibilitas cerea ; bila anggota badan dibengkokkan terasa suatu

tahanan seperti lilin.

Negativisme ; menentang atau justru melakukan berlawanan dengan

apa yang disuruh.

Otomatisme komando ; kebalikan daari negativisme.

Echolalia; meniru kata-kata yang diucapkan orang lain.

2. Gejala sekunder

a. Waham atau delusi

Kayakinan yang salah yang tidak dapat diubah dengan penalaran atau

bujukan. Sangat tidak logis dan kacau tetapi klien tidak menyadari hal

tersebut dan menganggap sebagai fakta dan tidak dapat diubah oleh

siapapun.

Jenis-jenis waham mencakup :

1) kebesaran ; seseorang memiliki suatu perasaan berlebih dalam

kepentingan atau kekuasaan.

2) curiga ; seseorang merasa terancam dan yakin bahwa orang lain

bermaksud untuk membahayakan atau menncurigai dirinya.


3) Siar ; semua kejadian dalam, lingkungan sekitarnya diyakini

merujuk / terkait kepada dirinya.

4) kontrol ; seseorang percaya bahwa objek atau oang tertentu

mengontrol perilakunya.

b. Halusinasi ; istilah ini menggambarkan persepsi sensori yang salah

yang mungkin meliputi salah satu dari kelima panca indra. Halusinasi

pendengaran dan penglihatan yang sering,halusinasi penciuman,

perabaan, dan pengecapan juga dapat terjadi.

F. KLASIFIKASI

Kraeplin (dalam Maramis, 2009) membagi skizofrenia menjadi beberapa

jenis. Penderita digolongkan ke dalam salah satu jenis menurut gejala utama

yang terdapat padanya. Akan tetapi batas- batas golongan-golongan ini tidak

jelas, gejala-gejala dapat berganti-ganti atau mungkin seorang penderita tidak

dapat digolongkan ke dalam satu jenis. Pembagiannya adalah sebagai berikut:

a. Skizofrenia paranoid

Jenis skizofrenia ini sering mulai sesudah mulai 30

tahun.Permulaanya mungkin subakut, tetapi mungkin juga akut.

Kepribadian penderita sebelum sakit sering dapat digolongkan

schizoid. Mereka mudah tersinggung, suka menyendiri, agak congkak

dan kurang percaya pada orang lain.

b. Skizofrenia hebefrenik
Permulaanya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada masa

remaja atau antara 15 – 25 tahun. Gejala yang mencolok adalah

gangguan proses berpikir, gangguan kemauan dan adanya

depersonalisasi atau double personality. Gangguan psikomotor seperti

mannerism, neologisme atau perilaku kekanak-kanakan sering terdapat

pada skizofrenia heberfrenik, waham dan halusinasinya banyak sekali.

c. Skizofrenia katatonik

Timbulnya pertama kali antara usia 15 sampai 30 tahun, dan biasanya

akut serta sering didahului oleh stres emosional. Mungkin terjadi

gaduh gelisah katatonik atau stupor katatonik. Gejala yang penting

adalah gejala psikomotor seperti:

a. Mutisme, kadang-kadang dengan mata tertutup, muka

tanpa mimik, seperti topeng, stupor penderita tidak

bergerak sama sekali untuk waktu yang sangat lama,

beberapa hari, bahkan kadang-kadang beberapa bulan.

b. Bila diganti posisinya penderita menentang.

c. Makanan ditolak, air ludah tidak ditelan sehingga

terkumpul di dalam mulut dan meleleh keluar, air seni

dan feses ditahan.

d. Terdapat grimas dan katalepsi.

d. Skizofrenia simplex

Sering timbul pertama kali pada masa pubertas.Gejala utama pada

jenis simplex adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan.


Gangguan proses berpikir biasanya sukar ditemukan. Waham dan

halusinasi jarang sekali ditemukan.

e. Skizofrenia residual

Jenis ini adalah keadaan kronis dari skizofrenia dengan riwayat

sedikitnya satu episode psikotik yang jelas dan gejala-gejala

berkembang kea rah gejala negative yang lebih menonjol. Gejala

negative terdiri dari kelambatan psikomotor, penurunan aktivitas,

penumpukan afek, pasif dan tidak ada inisiatif, kemiskinan

pembicaraan, ekspresi nonverbal yang menurun, serta buruknya

perawatan diri dan fungsi sosial.

G. KOMPLIKASI

Menurut Keliat (1996), dampak gangguan jiwa skizofrenia antara lain :

1. Aktifitas hidup sehari-hari

Klien tidak mampu melakukan fungsi dasar secara mandiri, misalnya

kebersihan diri, penampila dan sosialisasi.

2. Hubungan interpersonal

Klien digambarkan sebagai individu yang apatis, menarik diri,

terisolasi dari teman-teman dan keluarga. Keadaan ini merupakan

proses adaptasi klien terhadap lingkungan kehidupan yang kaku dan

stimulus yang kurang.

3. Sumber koping
Isolasi social, kurangnya system pendukung dan adanya gangguan

fungsi pada klien, menyebabkan kurangnya kesempatan menggunakan

koping untuk menghadapi stress.

4. Harga diri rendah

Klien menganggap dirinya tidak mampu untuk mengatasi

kekurangannya, tidak ingin melakukan sesuatu untuk menghindari

kegagalan (takut gagal) dan tidak berani mencapai sukses.

5. Kekuatan

Kekuatan adalah kemampuan, ketrampilan aatau interes yang dimiliki

dan pernah digunakan klien pada waktu yang lalu.

6. Motivasi

Klien mempunyai pengalaman gagal yang berulang.

7. Kebutuhan terapi yang lama

Klien disebut gangguan jiwa kronis jika ia dirawat di rumah sakit satu

periode selama 6 bulan terus menerus dalam 5 tahun tau 2 kali lebih

dirawat di rumah sakit dalam 1 tahun.

H. Penatalaksanaan

1. Medis

Obat antipsikotik digunakan untuk mengatasi gejala psikotik (misalnya

perubahan perilaku, agitasi, agresif, sulit tidur, halusinasi, waham,

proses piker kacau). Obat-obatan untuk pasien skizophrenia yang

umum diunakan adalah sebaga berikut :

a. Pengobatan pada fase akut


1) Dalam keadaan akut yang disertai agitasi dan hiperaktif

diberikan injeksi :

a) Haloperidol 3x5 mg (tiap 8 jam) intra muscular.

b) Clorpromazin 25-50 mg diberikan intra muscular setiap 6-8 jam

sampai keadaan akut teratasi.

c) Kombinsi haloperidol 5 mg intra muscular kemudian diazepam

10 mg intra muscular dengan interval waktu 1-2 menit.

2) Dalam keadaan agitasi dan hiperaktif diberikan tablet :

a) Haloperidol 2x1,5 – 2,5 mg per hari.

b) Klorpromazin 2x100 mg per hari

c) Triheksifenidil 2x2 mg per hari

b. Pengobaan fase kronis

Diberikan dalam bentuk tablet :

1) Haloperidol 2x 0,5 – 1 mg perhari

2) Klorpromazin 1 x 50 mg sehari (malam)

3) Triheksifenidil 1- 2x 2 mg sehari

a) Tingkatkan perlahan-lahan, beri kesempatan obat untuk

bekerja, disamping itu melakukan tindakan perawatan

dan pendidikan kesehatan.

b) Dosis maksimal

Haloperidol : 40 mg sehari (tablet) dan klorpromazin 600 mg sehari

(tablet).

c. Efek dan efek samping terapi


1) Klorpromazine

Efek : mengurangi hiperaktif, agresif, agitasi

Efek samping : mulut kering, pandangan kabur, konstipasi, sedasi,

hipotensi ortostatik.

2) Haloperidol

Efek : mengurangi halusinasi

Efek samping : mulut kering, pandangan kabur, konstipasi, sedasi,

hipotensi ortostatik.

2. Tindakan keperawatan efek samping obat

a. Klorpromazine

1) Mulut kering : berikan permen, es, minum air sedikit-

sedikit dan membersihkan mulut secara teratur.

2) Pandangan kabur : berikan bantuan untuk tugas yang

membutuhkan ketajaman penglihatan.

3) Konstipasi : makan makanan tinggi serat

4) Sedasi : tidak menyetir atau mengoperasikan peralatan ang

berbahaya.

5) Hipoensi ortostatik : perlahan-lahan bangkit dari posisi

baring atau duduk.

b. Haloperidol
1) Mulut kering : berikan permen, es, minum air sedikit-

sedikit dan membersihkan mulut secara teratur.

2) Pandangan kabur : berikan bantuan untuk tugas yang

membutuhkan ketajaman penglihatan.

3) Konstipasi : makan makanan tinggi serat

4) Sedasi : tidak menyetir atau mengoperasikan peralatan ang

berbahaya.

5) Hipotensi ortostatik : perlahan-lahan bangkit dari posisi

baring atau duduk


PSIKOFISIOLOGI
Factor Biologis

Genertic Biokimia Faal Syaraf Anatomi Syaraf

Implikasi mutasi Genome GABA (-) Reseptor


DNA menyaring serotonin Proses eksoitatorik, Abnormalitas neuron,
keselurhan hambatan dan abnormalitas gen yang
individu pada gangguan otonomik spesifik
Aktivitas obat- tidak seimbang
Banyak gen kromosom 6 obatan Gangguan
(polygenic) model dan 22 dopaminergic Gerakan
tambahan jumlah
dan konfigurasi Gangguan kapasitas Cidera otak berkaitan
gen abnormal Mencelakai organisme dengan waktu
Neurotransmiter diri sendiri kelahiran, cidera
dopamine tidak∞ dan orang kepala, infeksi virus
Kelainan gen lain Terganggunya
selama di dalam tumbuhnya konsensus
kandungan Defisiensi stimulus
Gangguan kognitif
proses berfikir Distorsi kognitif dan
perceptual individu
Kelainan struktur
(halusinasi Panic,
dan fungsi otot
ketidakmampuan
saat tumbang
mempercayai orang
Perubahan persepsi sensori lain, menekan rasa
(pendengaran/penglihatan takut
Keyakinan pola
bicara/proses
berpikir dan
Perubahan proses pikir
keyakinan yang Gambar : Psikofisiologi Skizofrenia
(Sumber : Wiramihardjo, Sutardjo A.2005
PSIKOPATOLOGI

Teori Psikososial

Teori system keluarga Teori interpersonal Teori Psikodinamik


(bowen, 1978) (Sullivan, 1953) (Hartman, 1964)
orang tua dengan
psikosis
Konflik-konflik Psikosis adalah hasil
diantara orang tua Hubungan anak dari ego lemah
dengan orang tua
penuh dengan ansietas
Anak berfokus pada tinggi Perkembangan
ansietas terhebat hubungan
yang mempengaruhi
Anak menerima antara orang tau dan
pesan-pesan yang anak
Dsifungsi sistem membingungkan dan
keluarga penuh konflik dari
orang tua
Ansietas yang ekstim

Koping individu tak


efektif Tidak percaya pada
orang lain Panik

Tingkat ansietas Mekanisme


tinggi dipertahankan pertahanan ego mal

Ambivalensi Isolasi sosial

Gangguan konsep
diri/menang diri
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Identitas Klien

Identitas ditulis lengkap meliputi nama, usia dalam tahun, alamat,

pendidikan, agama, status perkawinan, pekerjaan, jenis kelamin, nomer

rekam medis dan diagnosa medisnya.

2. Alasan Masuk

Menanyakan kepada klien/ keluarga/ pihak yang berkaitan dan tulis

hasilnya, apa yang menyebabkan klien datang kerumah sakit, apa yang

sudah dilakukan oleh klien/ keluarga sebelumnya atau dirumah untuk

mengatasi masalah ini dan bagaimana hasilnya. Klien dengan halusinasi

biasanya dilaporkan oleh keluarga bahwa klien sering melamun,

menyendiri dan terlihat berbicara sendiri.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Menanyakan riwayat timbulnya gejala gangguan jiwa saat ini, penyebab

munculnya gejala, upaya yang dilakukan keluarga untuk mengatasi dan

bagaimana hasilnya.

4. Faktor predisposisi

Menanyakan apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu,

pengobatan yang pernah dilakukan sebelumnya, adanya trauma masa

lalu, faktor genetik dan silsilah orang tuanya dan pengalaman masa lalu

yang tidak menyenangkan.

5. Faktor presipitasi merupakan faktor pencetus yang meliputi sikap

persepsi merasa tidak mampu, putus asa, tidak percaya diri, merasa

gagal, merasa malang, kehilangan rendah diri, perilaku agresif,

kekerasan, ketidak adekuatan pengobatan dan penanganan gejala stres


pencetus pada umumnya mencakup kejadian kehidupan yang penuh

dengan stress seperti kehilangan yang mempengaruhi kemampuan

individu untuk berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan

ansietas.

6. Pemeriksaan Fisik

Mengkaji keadaan umum klien, tanda-tanda vital, tinggi badan/ berat

badan, ada/ tidak keluhan fisik seperti nyeri dan lain-lain.

7. Pengkajian Psikososial

a. Genogram

Membuat genogram beserta keterangannya untuk mengetahui

kemungkinan adanya riwayat genetik yang menyebabkan/

menurunkan gangguan jiwa.

b. Konsep Diri

Citra tubuh, bagaimana persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian

tubuhnya yang paling/tidak disukai.

1) Identitas diri, bagaimana persepsi tentang status dan posisi klien sebelum

dirawat, kepuasan klien terhadap suatu/ posisi tersebut, kepuasan klien sebagi

laki-laki atau perempuan.

2) Peran, bagaimana harapan klien terhadap tubuhnya, posisi, status, tugas/ peran

yang harapannya dalam keluarga, kelompok, masyarakat dan bagaimana

kemampuan klien dalam melaksanakan tugas/ peran tersebut.

3) Ideal diri, bagaimana harapan klien terhadap tubuhnya, posisi, status, tugas/

peran dan harapan klien terhadap lingkungan.

4) Harga diri, bagaimana persepsi klien terhadap dirinya dalam hubungannya


dengan orang lain sesuai dengan kondisi dan bagaimana penilaian/

penghargaan orang lain terhadap diri dan lingkungan klien.

c. Hubungan Sosial

Mengkaji siapa orang yang berarti/ terdekat dengan klien, bagaimana

peran serta dalam kegiatan dalam kelompok/ masyarakat serta ada/ tidak

hambatan dalam berhubungan dengan orang lain.

d. Spiritual

Apa agama/ keyakinan klien. Bagaimana persepsi, nilai, norma,

pandangan dan keyakinan diri klien, keluarga dan masyarakat setempat

tentang gangguan jiwa sesui dengan norma budaya dan agama yang dianut.

e. Status Mental

1. Penampilan

Observasi penampilan umum klien yaitu penampilan usia, cara berpakaian,

kebersihan, sikap tubuh, cara berjalan, ekspresi wajah, kontak mata.

2. Pembicaraan

Bagaimana pembicaraan yang didapatkan pada klien, apakah cepat, keras.

Gagap, inkoheren, apatis, lambat, membisu dan lain-lain.

3. Aktivitas motorik (psikomotor)

Aktivitas motorik berkenaan dengan gerakan fisik perlu dicacat dalam hal

tingkat aktivitas (latergik, tegang, gelisah, agitasi), jenis (TIK, tremor) dan

isyarat tubuh yang tidak wajar.

4. Afek dan emosi

Afek merupakan nada perasaan yang menyenangkan atau tidak

menyenangkan yang menyertai suatu pikiran dan berlangsung relatif lama dan

dengan sedikit komponen fisiologis/ fisik serta bangga, kecewa. Emosi


merupakan manifestasi afek yang ditampilkan/diekspresikan keluar, disertai

banyak komponen fisiologis dan berlangsung relatif lebih singkat/spontan

seperti sedih, ketakutan, putus asa, kuatir atau gembira berlebihan.

5. Interaksi selama wawancara

Bagaimana respon klien saat wawancara, kooperatif/tidak, bagaimana

kontak mata dengan perawat dan lain-lain.

6. Persepsi sensori

Memberikan pertanyaan kepada klien seperti “apakah anda sering

mendengar suara saat tidak ada orang? Apa anda mendengar suara yang tidak

dapat anda lihat? Apa yang anda lakukan oleh suara itu. Memeriksa ada/ tidak

halusinasi, ilusi.

7. Proses piker

Bagaimana proses pikir klien, bagaimana alur pikirnya (koheren/inkoheren), bagaimana isi

pikirannya realitas/ tidak.

8. Kesadaran

Bagaimana tingkat kesadaran klien menurun atau meninggi.

9. Orientasi.

Bagaimana orientasi klien terhadap waktu, tempat dan orang

10.Memori

Apakah klien mengalami gangguan daya ingat, seperti: efek samping dari

obat dan dari psikologis.

11. Tingkat konsentrasi dan berhitung

Apakah klien mengalami kesulitan saat berkonsentrasi, bagaimana

kemampuan berhitung klien, seperti: disaat ditanya apakah klien menjawab

pentanyaan sesuai dengan yang ditanyakan oleh observer.

Pada proses pengkajian, data penting yang perlu diketahui saudara dapatkan
adalah :

a. Jenis halusinasi

b. Berikut adalah jenis-jenis halusinasi, data objektif dan subjektifnya. Dan

objektifnya dapat dikaji dengan cara melakukan wawancara dengan

pasien. Melalui data ini perawat dapat mengetahui isi halusinasi pasien.

2.4 Kemampuan Penilaian Halusinasi

Jenis halusinasi Data objektif Data subjektif

Halusinasi - Bicara atau -Mendengar suara atau


dengar tertawa sendiri kegaduhan
- Mendengar suara yang
- Marah-marah bercakap-cakap
tanpa sebab - mendengar suara menyuruh
melakukan sesuatu yang
berbahaya
- Menyeden
gkan telinga
kearah tertentu
- Menutup telinga

Halusinasi - Menunjuk - Melihat bayangan sinar


penglihatan nunjuk kearah bentuk kartoon, melihat hantu
tertentu atau monster
- Ketakutan
pada sesuatu yang
tidak jelas
Halusinasi - Menghidu Membaui bau-bauan seperti bau
penghiduan seperti sedang darah, urine, feces, kadang-kadang
membaui bau bau itu menyenangkan
bauan tertentu
- Menutup hidung
Halusinasi - Sering meludah - Meraskan rasa seperti darah,
pengecapan - Muntah urine, atau feces

Halusinasi - Menggaruk- - Mengatakan ada serangga


perabaan garuk permukaan dipermukaan kulit
kulit - Merasa seperti
tersengat listrik
1. Daya tilik diri

Apakah klien mengingakari penyakit yang diderita, apakah klien

menyalahkan hal-hal diluar dirinya.

2. Kebutuhan persiapan pulang

Apakah dalam melakukan kebutuhan sehari-hari seperti makan, BAB/BAK,

mandi, berpakaian/ berhias, istirahat tidur, penggunaan obat, pemeliharaan

kesehatan, kegiatan didalam rumah/luar rumah memerlukan bantuan atau

pendampingan dari perawat/keluarga.

3. Mekanisme Koping

Perilaku yang mewakili upaya melindungi diri sendiri dari pengalaman yang

menakutkan berhubungan dengan respon neurobiologik.

4. Masalah Psikososial dan Lingkungan

Setiap perubahan dalam kehidupan individu baik yang bersifat psikologis atau

social yang memberikan pengaruh timbale balik dan dianggap berpotesi

cukup besar sebagai faktor penyebab terjadinya gangguan jiwa atau gangguan

kesehatan secara nyata atau sebaliknya masalah kesehatan jiwa yang

berdampak pada lingkungan sosial.

5. Pengaruh kurang pengetahuan

Suatu keadaan dimana seorang individu atau kelompok mengalami

defisiensi pengetahuan kognitif atau ketrampilan-ketrampilan psikomotor

berkenaan dengan kondisi atau rencana pengobatan.

12. Analisa Data

Tabel 2.4 Analisa Data


Data Masalah Keperawatan

Subyektif : Gangguan Persepsi


1. Klien mengatakan
mendengarkan bisikan / Sensori : Halusinasi.
melihat bayangan.
2. Klien menyatakan senang
dengan suara – suara / senang
melihat bayangan tersebut.

Obyektif :
1. Klien terlihat bicara
sendiri, tertawa sendiri, sering
melamun, menyendiri dan marah-
marah tanpa sebab

Subyektif : Gangguan Persepsi

3. Klien mengatakan Sensori : Halusinasi.


mendengarkan bisikan /
melihat bayangan.
4. Klien menyatakan senang
dengan suara – suara / senang
melihat bayangan tersebut.

Obyektif :
2. Klien terlihat bicara
sendiri, tertawa sendiri, sering
melamun,
menyendiri dan marah-marah
tanpa sebab

13. Diagnosa Keperawatan.

Gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran

14. Rencana Keperawatan Klien Gangguan Persepsi sensori:(halusinasi dengar)

Tabel 2.5 Rencana Tindakan Keperawatan pada Halusinasi

Nama klien : Diagnosa Medis :


Ruangan : No. RM :

T No. Diagnosa Rencana tindakan keperawatan


gl
diag keperaw Tujuan Tindakan keperawatan

nos a ata n (umum

dan khusus)
Ganggu 1. Klien 1 Bina hubungan saling

an dapat percaya dengan klien: beri salam

persepsi membina terapeutik (panggil nama klien),

sensori: hubungan sebutkan nama perawat, jelaskan

halusina saling percaya. tujuan interaksi, ciptakan

si lingkungan yang tenang, buat

pendeng kontrak yang jelas (topik


yang
ara

n
 dibicarakan, waktu dan tempat).

 yakinkan bahwa kerahasiaan

klien senantiasa terjaga

 tanyakan harapan terhadap

pertemuan

 Dorong dan beri kesempatan

untuk klienmengungkapkan

perasaannya

 Dengarkan ungkapan klien

2. Klien mampu dengan empati

mengenali halusinasi  Lakukan pengkajian data


yang (sesuai format pengkajian).
dialaminya,dan  Identifikasi jenis, isi
mengikuti program dan frekuensi halusinasi klien
pengobatan secara  Identifikasi situasi
optimal yang menimbulkan halusinasi

3. Kli
Identifikasi respons
en mampu
klien terhadap halusinasi
mengontro
Bimbing klien
l
memasukkan dalam jadwal
halusinasinya
harian.

evaluasi masalah dan latihan


sebelumnya

latih klien cara mengontrol

llatih cara mengontrol halusinasi

dengan berbincang dengan orang

lain

latih klien cara mengontrol

halusinasi dengan kegiatan (yang

bisa dilakukan klien)

Menjelaskan cara mengontrol

halusinasi dengan teratur minum

obat( prinsip 6benar minum obat)

Masukkan dalam jadwal kegiatan

klien
Implementasi keperawatan gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran

a. Klien.

SP 1 :

1. BHSP

2. Mengidentifikasi jenis halusinasi klien

3. Mengidentifikasi isi halusinasi klien

4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi klien

5. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi

6. Mengidentifikasi respons klien terhadap halusinasi

7. Melatih klien cara mengontrol halusinasi dengan menghardik

8. Membimbing klien memasukan dalam jadwal harian.

SP 2:

1. Mengevaluasi masalah dan latihan sebelumnya

2. Melatih cara mengontrol halusinasi dengan berbincang dengan orang lain

3. Membimbing klien memasukkan jadwal kegiatan harian

SP 3:

1. Mengevaluasi masalah dan latihan sebelumnya

2. Melatih klien cara mengontrol halusinasi dengan kegiatan (yang bisa

dilakukan klien)

3. Membimbing klien memasukkan jadwal kegiatan harian

SP 4:

1. Mengevaluasi masalah dan latihan sebelumnya

2. Menjelaskan cara mengontrol halusinasi dengan teratur minum

obat( prinsip 6 benar minum obat)


3. Membimbing klien memasukkan jadwal kegiatan

b. Keluarga.

SP 1:

1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien

2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, halusinasi yang dialami klien

beserta proses terjadinya

3. Menjelaskan cara-cara merawat klien halusinasi.

SP 2:

1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat klien dengan halusinasi

2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada klien

halusinasi

SP 3:

1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum

obat(discharge planing)
2. Menjelaskan follow up klien setelah pulang

15. Evaluasi keperawatan

16. Tabel 2.6 Evaluasi Keperawatan Halusinasi

Waktu. Tindakan keperawatan. Evaluasi.

S: respon subyek klien

terhadap tindakan

keperawatan yang telah

dilakukan

O: respon obyek klien

terhadap tindakan

keperawatan yang telah

dilakukan

A: analisa terhadap data

subyek untuk

menyimpulkan apakah

masalah masih ada/telah

teratasi atau muncul

masalah baru

P: perencanaan tindak

lanjut berdasarkan analisa

respon klien
DAFTRA PUSTAKA

Baihaqi, M.I.F, Sunardi, dkk. 2005. Psikiatri (Konsep Dasar dan Gangguan-

gangguan), Bandung : PT. Refika Aditama

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Maramis, W. F. 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga

University Press

Stuart, Gall. W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai