Halusinasi
A. KONSEP DASAR HALUSINASI
1. Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan
sensori, seperti merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau
penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. (WHO, 2006)
Halusinasi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses diterimanya,
stimulus oleh alat indra, kemudian individu ada perhatian, lalu diteruskan ke otak dan baru
kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan persepsi (Yosep, 2009)
2. Etiologi
a. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah factor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang
dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Diperoleh baik dari klien maupun
keluarganya. Factor predisposisi dapat meliputi factor perkembangan, sosiokultural, biokimia,
psikologis, dan genetic.(Yosep, 2009)
1) Faktor perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal terganggu, maka
individu akan mengalami stress dan kecemasan.
2) Faktor sosiokultural
3) Faktor biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika seseorang mengalami
stress yang berlebihan, maka didalam tubuhnya akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat
halusinogenik neurokimia seperti buffofenon dan dimethytrenferase (DMP).
4) Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggungjawab mudah terjerumus pada penyalahgunaan zat
adiktif. Berpengaruh pada ketidakmampuanklien dalam mengambil keputusan demi masa
depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
5) Faktor genetic
Gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui, tetapi hasil studi menunjukkan bahwa
factor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.
b. Factor presipitasi
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, penasaran, tidak aman, gelisah,
bingung, dan lainnya.
Menurut Rawlins dan Heacock, 1993 halusinasi dapat dilihat dari 5 dimensi yaitu :
1) Dimensi fisik
Halusinasi dapat timbul oleh kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa, penyalahgunaan
obat, demam, kesulitan tidur.
2) Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas masalah yang tidak dapat diatasi merupakan penyebab
halusinasi berupa perintah memaksa dan menakutkan.
3) Dimensi intelektual
Halusinasi merupakan usaha dari ego untuk melawan implus yang menekan merupakan suatu hal
yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien.
4) Dimensi sosial
Klien mengalami interaksi sosial menganggap hidup bersosialisasi di alam nyata sangat
membahyakan. Klien asyik dengan halusinasinya seolah merupakan temapat memenuhi
kebutuhan dan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak di dapatkan di dunia nyata.
5) Dimensi spiritual
Secara spiritual halusinasi mulai denga kehampaan hidup, ritinitas tidak bermakna, hilangnya
aktifitas ibadah dan jarang berupaya secara spiritual untuk menyucikan diri.
f. Menutup mata.
g. Mulut komat-kamit
i. Tersenyum
j. Gelisah
k. Menyendiri, melamun
Menurut Yosep, 2009 proses terjadinya halusinasi terbagi menjadi 4 tahap yaitu:
a. Tahap pertama
Pada fase ini halusinasi berada pada tahap menyenangkan dengan tingkat ansietas sedang, secara
umum halusinasi bersifat menyenangkan. Adapun karakteristik yang tampak pada individu
adalah orang yang berhalusinasi mengalami keadaan emosi seperti ansietas, kesepian, merasa
takut serta mencoba memusatkan penenangan pikiran untuk mengurangi ansietas.
b. Tahap kedua
Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap menyalahkan dengan tingkat kecemasan yang berat.
Adapun karakteristik yang tampak pada individu yaitu individu merasa kehilangan kendali dan
mungkin berusaha untuk menjauhkan dirinya dari sumber yang dipersiapkan, individu mungkin
merasa malu dengan pengalaman sensorinya dan menarik diri dari orang lain.
c. Tahap ketiga
Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap pengendalian dengan tingkat ansietas berat,
pengalaman sensori yang dirasakan individu menjadi penguasa. Adapun karakteristik yang
tampak pada individu adalah orang yang berhalusinasi menyerah untuk melawan pengalaman
halusinasinya dan membiarkan halusinasi tersebut menguasai dirinya, individu mungkin
mengalami kesepian jika pengalaman sensori tersebut berakhir.
d. Tahap keempat
Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap menakutkan dengan tingkat ansietas panic. Adapun
karakteristik yang tampak pada individu adalah pengalaman sensori mungkin menakutkan jika
individu tidak mengikuti perintah, dimana halusinasi bisa berlangsung beberapa jam atau
beberapa hari, apabila tidak ada intervensi terapeutik.
5. Mekanisme koping
Mekanisme koping merupakan tiap upaya yang diarahkan pada pengendalian stress, termasuk
upaya penyelesaian masalah secara langsung dan mekanisme pertahanan lain yang digunakan
melindungi diri. Mekanisme koping menurut Yosep, 2009 meliputi cerita dengan orang lain
(asertif), diam (represi/supresi), menyalahkan orang lain (sublimasi), mengamuk (displacement),
mengalihkan kegiatan yang bermanfaat (konversi), memberikan alasan yang logis (rasionalisme),
mundur ke tahap perkembangan sebelumnya (regresi), dialihkan ke objek lain, memarahi
tanaman atau binatang (proyeksi).
a. Medis (Psikofarmako)
1) Chlorpromazine
a) Indikasi
Indikasi obat ini utnuk sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas,
kesadaran diri terganggu, daya ingat norma social dan tilik diri terganggu. Berdaya berat dalam
fungsi-fungsi mental seperti: waham dan halusinasi. Gangguan perasaan dan perilaku yang aneh
atau tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari seperti tidak mampu
bekerja, hubungan social dan melakukan kegiatan rutin.
b) Mekanisme kerja
Memblokade dopamine pada reseptor pasca sinap di otak, khususnya system ekstra pyramidal.
c) Efek samping
- Sedasi, dimana pasien mengatakan merasa melayang-layang antar sadar atau tidak sadar.
- Gangguan otonomi (hipotensi) antikolinergik atau parasimpatik, seperti mulut kering,
kesulitan dalam miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekana intraokuler meninggi,
gangguan irama jantung.
d) Kontra indikasi
Kontra indikasi obat ini seperti penyakit hati, penyakit darah, epilepsi (kejang, perubahan
kesadaran), kelainan jantung, febris (panas), ketergantungan obat, penyakit SSP (system saraf
pusat), gangguan kesadaran disebabkan oleh depresan.
e) Penggunaan obat
Penggunaan obat pada klien dengan kondisi akut di berikan 3x100mg. Apabila kondisi klien
sudah stabil dosisnya di kurangi menjadi 1x100mg pada malam hari saja.
2) Haloperidol (HLP)
a) Indikasi
Indikasi dalam pemberian obat ini, yaitu pasien yang berdaya berat dalam kemampuan menilai
realitas, baik dalam fungsi mental dan dalam fungsi kehidupan sehari-hari.
b) Mekanisme kerja
Obat anti psikis ini dapat memblokade dopamine pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak,
khususnya system limbic dan system pyramidal.
c) Efek samping
- Gangguan miksi dan parasimpatik, defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan
intraokuler meninggi, gangguan irama jantung.
d) Kontra indikasi
Kontra indikasi obat ini seperti penyakit hati, penyakit darah, epilepsi (kejang, perubahan
kesadaran), kelainan jantung, febris (panas), ketergantungan obat, penyakit SSP (system saraf
pusat), gangguan kesadaran.
e) Penggunaan obat
Penggunaan obat pada klien dengan kondisi akut biasanya dalam bentuk injeksi 3x5mg IM
pemberian ini dilakukan 3x24 jam. Sedangkan pemberian peroral di berikan 3x1,5mg atau 3x5
mg.
3) Trihexyphenidil (THP)
a) Indikasi dalam pemberian obat ini, yaitu segala jenis penyakit parkinson, termasuk pasca
encephalitis (infeksi obat yang disebabkan oleh virus atau bakteri) dan idiopatik (tanpa penyebab
yang jelas). Sindrom Parkinson akibat obat, misalnya reserpina dan fenotiazine.
b) Mekanisme kerja
Obat ini sinergis (bekerja bersama) dengan obat kiniden; obat depreson, dan antikolinergik
lainnya.
c) Efek samping
Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung, agitasi (gerakan motorik yang
menunjukkan kegelisahan), konstipasi, takikardia, dilatasi, ginjal, retensi urine.
d) Kontra indikasi
Kontra indikasinya seperti hipersensitif terhadap trihexypenidil (THP), glaucoma sudut sempit,
psikosis berat psikoneurosis, hipertropi prostat, dan obstruksi saluran edema.
e) Penggunaan obat
Penggunaan obat ini di berikan pada klien dengan dosis 3x2 mg sebagai anti parkinson.
b. Keperawatan
Tindakan keperawatan dapat dilakukan secara individual dan terapi berkelompok (TAK) Terapi
Aktifitas Kelompok.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HALUSINASI
a. Identitas klien meliputi Nama, umur, jenis kelamin, tanggal dirawat, tanggal pengkajian,
nomor rekam medic
b. Faktor predisposisi merupakan factor pendukung yang meliputi factor biologis, factor
psikologis, social budaya, dan factor genetic
c. Factor presipitasi merupakan factor pencetus yang meliputi sikap persepsi merasa tidak
mampu, putus asa, tidak percaya diri, merasa gagal, merasa malang, kehilangan, rendah diri,
perilaku agresif, kekerasan, ketidak adekuatan pengobatan dan penanganan gejala stress pencetus
pada umunya mencakup kejadian kehidupan yang penuh dengan stress seperti kehilangan yang
mempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan
ansietas.
d. Psikososial yang terdiri dari genogram, konsep diri, hubungan social dan spiritual
e. Status mental yang terdiri dari penampilan, pembicaraan, aktifitas motorik, alam perasaan,
afek pasien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran,
memori, tingkat kosentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian, dan daya tilik diri.
f. Mekanisme koping: koping yang dimiliki klien baik adaptif maupun maladaptive
g. Aspek medic yang terdiri dari diagnose medis dan terapi medis
Pada proses pengkajian, data penting yang perlu diketahui saudara dapatkan adalah:
a. Jenis halusinasi
Berikut adalah jenis-jenis halusinasi, data objektif dan subjektifnya. Data objektif dapat dikaji
dengan cara melakukan wawancara dengan pasien. Melalui data ini perawat dapat mengetahui isi
halusinasi pasien.
b. Isi halusinasi
Data tentang halusinasi dapat dikethui dari hasil pengkajian tentang jenis halusinasi.
Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi munculnya halusinasi yang dialami
oleh pasien. Kapan halusinasi terjadi? Apakah pagi, siang, sore atau malam? Jika mungkin jam
berapa? Frekuensi terjadinya halusinasi apakah terus menerus atau hanya sekal-kali? Situasi
terjadinya apakah kalau sendiri, atau setelah terjadi kejadian tertentu. Hal ini dilakukan untuk
menetukan intervensi khusus pada waktu terjadinya halusinasi, menghindari situasi yang
menyebabkan munculnya halusinasi. Sehingga pasien tidak larut dengan halusinasinya. Sehingga
pasien tidak larut dengan halusinasinya. Dengan mengetahui frekuensi terjadinya halusinasinya
dapat direncanakan frekuensi tindakan untuk mencegah terjadinya halusinasi.
d. Respon halusinasi
Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu muncul. Perawat dapat
menanyakan pada pasien hal yang dirasakan atau dilakukan saat halusinasi timbul. Perawat dapat
juga menanyakan kepada keluarga atau orang terdekat dengan pasien. Selain itu dapat juga
dengan mengobservasi perilaku pasien saat halusinasi timbul.
2. Pohon masalah
Akibat
Gangguan sensori/persepsi:
Halusinasi penglihatan
Masalah utama
Isolasi sosial
Penyebab
b. Isolasi sosial
c. Tindakan keperawatan
Untuk membantu pasien mengenali halusinasi saudara dapat melakukannya dengan cara
berdiskusikan dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang dilihat), waktu terjadi halusinasi,
frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusiansi muncul dan respon pasien
saat muncul.
Untuk membantu pasien agar mampu mengontrol halusinasi saudara dapat melatih pasien empat
cara yang sudah terbukti dapat mengendalikan halusinasi. Keempat cara tersebut meliputi :
a) Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri terhadap halusinasi yang muncul.
Pasien dilatih untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak
mempedulikan halusinasinya. Kalau ini dapat dilakukan, pasien akan mampu mengendalikan diri
dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul. Mungkin halusinasi tetap ada namun dengan
kemampuan ini pasien tidak akan larut untuk menuruti apa yang ada dalam halusinasinya.
Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap dengan halusinasi orang
lain. Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang lain maka terjadi distraksi; focus perhatian
pasien akan beralih dari halusiansi adalah dengan bercakap-cakap dengan orang lain.
Untuk mengurangi risiko halusinasi muncul lagi adalah dengan menyibukkan diri dengan
aktifitas yang teratur. Dengan beraktifitas secara terjadwal, pasien tidak akan mengalami banyak
waktu luang sendiri yang seringkali mencetuskan halusinasi. Untuk itu pasien mengalami
halusinasi biasa dibantu untuk mengatasi halusinasinya dengan cara beraktifitas secara teratur
dari bangun pagi sampai tidur malam, tujuh hari dalam seminggu.
Menyusun jadwal aktifitas sehari-hari sesuai dengan aktifitas yang telah dilatih. Upayakan
pasien mempunyai aktifitas dari bangun pagi sampai tidur malam, 7 hari dalam seminggu.
Untuk mampu mengontrol halusinasi pasien juga harus dilatih untuk menggunakan obat
secara teratur sesuai dengan program. Pasien gangguan jiwa yang dirawat dirumah seringkali
mengalami putus obat sehingga akibatnya pasien mengalami kekambuhan. Bila terjadi
kekambuhan maka untuk mencapai kondisi seperti semula akan lebih sulit. Untuk itu pasien
perlu dilatih menggunakan obat sesuai program dan berkelanjutan.
Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar obat, benar pasien, benar
cara, benar waktu, benar dosis)
5. Implementasi
Menurut Depkes, 2000 Implementasi adalah tindakan keperawatan yang disesuaikan dengan
rencana tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah di
rencanakan perawat perlu memvalidasi rencana tindakan keperawatan yang masih di butuhkan
dan sesuai dengankondisi klien saat ini.
6. Strategi Pelaksanaan
Sp1 SP 1 k
2. Menjelaskan follow up
pasien setelah pulang
SP III p
SP IV p
Menurut Keliat, 1998 evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien.
A : analisa ulang atas dasar subjek dan objek untuk mengumpulkan apakah masalah masih ada,
munculnya masalah baru, atau ada data yang berlawanan dengan masalah yang masih ada.
P : perencanaan atau tindakan lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klien
BAB II. ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS PASIEN
Inisial : Nn.R.M
Umur : 34 tahun
Pasien pernah masuk Rumah Sakit Jiwa Prof Dr. V.L Ratumbuysang. Pertama kali masuk pada
bulan September tahun 2008 dan masuk keluar RSJ sebanyak 2 kali, dan terakhir pasien kembali
masuk RSJ pada bulan Mei 2013. Pasien pernah diberikan pengobatan tapi kurang berhasil
karena pasien berobat tidak teratur. Pasien pernah putus dengan pacarnya dahulu. Disebabkan
karena pacarnya sudah punya kekasih lain. Dalam anggota keluarga pasien tidak ada yang
menderita sakit jiwa.
4. PSIKOSOSIAL
a. Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
111 : Pasien
b. Konsep diri
1) Citra tubuh
2) Identitas diri
Pasien mampu menyebut identitasnya dengan baik, yaitu nama, umur, agama, alamat, status
perkawinan
3) Peran
Pasien berperan sebagai anak didalam keluarganya. Sedangkan di rumah sakit pasien berperan
sebagai pasien.
4) Ideal diri
5) Harga diri
Pasien mengatakan hubungan dengan keluarga terutama dengan orang tuanya dalam keadaan
baik. Pasien menyadari bahwa dirinya sakit.
c. Hubungan Sosial
Dalam kehidupan pasien orang yang paling berarti adalah orangtua. Namun di tempat pasien
dirawat, orang yang paling berarti adalah teman.
d. Kehidupan Spiritual
Pasien menganut agama Kristen Protestan. Menurut pasien sebelum dirawat di RSJ
Ratumbuysang, pasien hampir tiap hari minggu beribadah di gereja. Saat masuk rumah sakit
pasien rutin mengikuti ibadah tiap hari rabu bersama pasien lain.
5. STATUS MENTAL
a. Penampilan
Penampilan pasien tidak rapi, gigi kotor, rambut jarang disisir, kuku kotor
b. Pembicaraan
c. Aktivitas motorik
d. Alam perasaan
Pasien kooperatif, mendengar apa yang ditanyakan dan menjawabnya sesuai dengan pertanyaan
yang ditanyakan serta kontak mata baik
g. Gangguan persepsi
Saat pengkajian pasien mengalami halusinasi penglihatan dengan waktu selalu muncul pada
malam hari sebelum pasien tidur. Frekuensi 1-2 jam, isinya adalah melihat seorang hantu laki-
laki yang ingin memeluknya. Sedangkan responnya, pasien memanggil perawat yang bertugas di
ruangan tapi mereka tidak mendengarkannya dan pasien pun merasa kesepian dan menyendiri.
h. Proses pikir
i. Tingkat kesadaran
j. Memori
Pasien mudah beralih yaitu saat bertanya, pasien menjawab diluar pertanyaan
l. Kemampuan penilaian
Pasien mengalami gangguan kemampuan penilaian ringan, yaitu dapat mengambil keputusan
sederhana dengan bantuan orang lain.
Pasien makan 3x/hr, yaitu pagi, sore, dan malam secara mandiri
b. BAB/BAK
c. Mandi
Pasien mandi 2x/hr, yaitu pagi dan sore, hanya memakai sabun
Tidur siang ±½ jam, tidur malam ± 8 jam, tidak mengalami gannguan tidur
f. Penggunaan obat
Pasien minum obat 3x/hr, setelah makan THP 2mg ( 2 x ½ ), Vit C (2 x 1), Diasepam (0-0-1),
Haloperidol (2 x 1)
7. MEKANISME KOPING
8. ASPEK MEDIS
B. ANALISA DATA
NO DATA MASALAH
DO :
- Pasien takut
DS :
DO :
DS :
DO :
halusinasi penglihatan
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
2. Isolasi sosial
2.2.Observasi tingkah
terkait dengan halusin
2.3.Diskusikan denga
yang dirasakan dan b
kesempatan pasien
mengungkapkan pera
2.4.Diskusikan denga
yang dilakukan untuk
- Pasien dapat menghadapi halusina
mendemonstrasikan cara
mengontrol halusinasi 3.1. Identifikasi cara
dilakukan jika terjadi
3. Pasien
dapatmengontrol 3.2.Diskusikan caram
halusinasinya halusinasi
3.4.Beri kesempatan
melakukan cara yang
4.4.Diskusikan akibat
minum obat
TUK :
3.3.Berikan pujian po
- Pasien mempraktekkan
perawatan diri dengan bantuan 3.1.Bantu pasien saat
oleh perawat : diri mandi, gosok gig
ganti pakaian, berhias
Gosok kuku
gigi,Berhias/berdandan,Gunting
4. Pasien dapat kuku 3.2.Beri pujian setela
melaksanakan perawatan melaksanakan perawa
diri dengan bantuan - pasien melaksanakan
praktek perawatan diri secara 5.1.Pantau pasien dal
perawat
mandiri : melaksanakan perawa
mandi, gosok gigi, ke
Gosok gigi bangun pagi dan pakaian, berhias, gun
sesudah
makan,Berhias/berdandan 5.2.Beri pujian saat p
5. Pasien dapat melaksanakan perawa
sehabis mandi, Gunting kuku
melaksanakan perawatan secara mandiri
setelah mulai panjang
diri secara mandiri
E. Implementasi Keperawatan
1. Selasa, 18 Juni SP 1
2013
Bina hubungan saling percaya dengan pasien
08.00
Fase Orientasi
P : Selamat pagi
PS : Baik ses
PS : didalam ses
PS : 20 menit ses
Fase Kerja
PS : tidak ses
PS : Iya ses
Fase Terminasi
PS : iya ses
SP 2
PS : iya ses
Fase Terminasi
PS : senang ses
PS : iya ses
PS : iya ses
Rabu, 19 Juni SP 3
2013
Bina hubungan saling percaya.
08.00
Fase Orientasi
PS : iya ses
PS : iya ses
PS : iya ses
Fase Kerja
SP4
Fase Kerja
PS : iya ses
PS : iya ses
PS : iya ses
PS : senang ses
PS : sudah 4 ses
PS : iya ses
Rabu, 19 Juni
2013
14.00
SP1
PS : setuju Suster.
Fase Kerja
PS : gigi ompong.
PS : iya suster.
Fase Terminasi
PS : iya ses
P : berapa lama R punya waktu untuk
berbincang-bincang dengan saya besok?
Bagaimana kalau 20 menit saja?”
di mana R mau berbincang-bincang dengan
saya besok?
Kamis, 20 Juni SP 2
2013 Membina hubungan saling percaya dengan
08.30 pasien.
Fase orientasi
PS : Setuju Suster.
Fase Kerja
PS : iya ses
Fase Terminasi