OLEH
HESTI MAHHARIZKA
NIM :20136121071
i
KARYA TULIS ILMIAH
OLEH
HESTI MAHHARIZKA
NIM :20136121071
i
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya tulis ilmiah ini telah diperiksa, disetujui dan siap untuk diujikan
dihadapan Tim Penguji Studi Kasus Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes
Pontianak.
Diusulkan Oleh
HESTI MAHHARIZKA
NIM :20136121071
ii
LEMBAR PENGESAHAN
KARYA TULIS ILMIAH
HESTI MAHHARIZKA
NIM :20136121071
Tanda Tangan
iii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penelitian Karya
Tulis Ilmiah saya yang berjudul:
Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya
Bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Peneliti,
Hesti Mahharizka
NIM. 20136121071
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan ke Hadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada peneliti selama menempuh
pendidikan dan dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah yang berjudul“Asuhan
Keperawatan Pasien Jiwa dengan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran Di
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2017”. Penelitian Karya
Tulis Ilmiah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan Program Diploma (D-III) Keperawatan di Politeknik Kesehatan
Kementrian Kesehatan Pontianak Jurusan Keperawatan Singkawang.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini peneliti telah mendapatkan
banyak bantuan, bimbingan, koreksi, dorongan motivasi dan masukan dari
berbagai pihak terutama orang tua, Ayahnda Basiron Amd.Kg dan Ibunda
Syech.Sri Fartini yang tidak henti memberikan doa dan motivasi. Selain itu juga,
pada kesempatan ini perkenankanlah peneliti menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Khayan, SKM. M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes
Pontianak.
2. Bapak Suni, SE, M. Si Direktur Rumah Sakit Jiwa Singkawang Provinsi
Kalimantan Barat.
3. Ibu Sarliana Zaini, SKM. M.Kes, selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Singkawang.
4. Bapak Achmad Djojo, selaku Dosen pembimbing I dalam Studi Kasus ini.
5. Ibu Lily Yuniar, S.Kep, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing 2 dalam Studi Kasus
ini.
6. Bapak Leonatus Limson, S.Kep, M.Kes, selaku Dosen Penguji utama dalam
Studi Kasus ini.
7. Ibu Yuslana, S.ST, M. Kes selaku Ketua Prodi DIII Keperawatan Jurusan
Keperawatan.
8. Bapak, Ibu dosen Jurusan Keperawatan Singkawang yang telah memberikan
motivasi serta ilmu selama peneliti mengikuti pendidikan.
v
9. Pasien Rumah Sakit Jiwa Provinsi Kalimantn Barat yang telah bersedia
menjadi narasumber dalam Studi Kasus ini.
10. Kakak-kakak perawat yang di ruangan walet Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Kalimantan Barat.
11. Sahabat, rekan-rekan seangkatan dan seperjuangan serta semua pihak yang
telah memberikan masukan dan dukungan dalam menyelesaikan Studi Kasus
ini.
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan Studi Kasus ini masih jauh
dari sempurna, untuk itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Karya Tulis
Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, dan mahasiswa/i Jurusan Keperawatan
Singkawang yang masih dalam proses pendidikan.
Peneliti
vi
DAFTAR ISI
vii
H. Analisa Data ............................................................................................... 36
I. Jadwal Penelitian ........................................................................................ 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 47
A. Hasil Penelitian............................................................................................ 47
Asuhan Keperawatan pada Tn. A .................................................................. 47
Asuhan Keperawatan pada Tn. B .................................................................. 66
B. Pembahasan .................................................................................................... 88
1. Pengkajian Keperawatan ........................................................................... 88
2. Diagnosa Keperawatan .............................................................................. 90
3. Intervensi Keperawatan ............................................................................. 91
4. Implementasi Keperawatan ....................................................................... 91
5. Evaluasi Keperawatan ............................................................................... 94
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 96
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 96
B. Saran .............................................................................................................. 98
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
INTISARI
Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan sensori persepsi.
Pasien yang mengalami halusinasi biasanya merasakan sensori palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan. Tipe halusinasi yang paling sering
adalah halusinasi pendengaran yaitu pasien merasa ada suara padahal tidak ada stimulus
suara.Di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2016, prevelensi
halusinasi sebesar 66,5% dari seluruh jumlah kasus yang ada. Oleh karena itu, sangat
diperlukan pemberian asuhan keperawatan yang efisien untuk menanganinya.
Asuhan keperawatan melalui pendekatan dari proses keperawatan yang terdiri dari
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. Metode
pengambilan kasus dalam penelitian ini dilakukan dengan metode purposive sampling
yaitu pengambilan kasus sesuai dengan tujuan penelitian. Penelitian ini adalah penelitian
kualitatif menggunakan pendekatan studi kasus.
Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan Halusinasi Pendengaran di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan Barat Tahun
2017.
Hasil penelitian, Tn. A mengalami halusinasi pendengaran berupa bisikan yang
menyuruhnya memukul orang lain sedangkan Tn. B mengalami halusinasi pendengaran
berupa bisikan yang menuruhnya untuk keluyuran.
Kesimpulan: Asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi pendengaran di
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan Barat tahun 2017 telah sesuai dengan tujuan yang
diharapkan.
Saran: Diharapkan bagi perawat pelaksana agar lebih memperhatikan implementasi
strategi pelaksanaan (SP) pada pasien dengan diagnosa apapun secara lengkap, tidak
hanya melaksanakan sebagian strategi pelaksanaan saja seperti minum obat secara teratur
xii
ABSTRACK
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
2
Tabel 1.1 Prevelensi Diagnosa Keperawan Jiwa Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Kalimantan Barat Tahun 2014- 2016
Diagnosa Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016
Keperawatan (Januari- (Januari- (Januari-
Jiwa Desember) Desember) November)
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui hasil pengkajian pada pasiendengan gangguan persepsi
sensori: Halusinasi Pendengaran.
b. Mengetahui rumusan diagnosa keperawatan pada pasiendengan
gangguan persepsi sensori: Halusinasi Pendengaran.
c. Mengetahui intervensi yang diterapkan pada pasiendengan gangguan
persepsi sensori: Halusinasi Pendengaran.
d. Mengetahui implementasi pada pasiendengan gangguan persepsi sensori:
Halusinasi Pendengaran.
e. Mengetahui hasil evaluasi apa saja yang didapat pada pasiendengan
gangguan persepsi sensori: Halusinasi Pendengaran.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang akan diperoleh dengan melakukan penelitian ini
adalah:
1. Bagi Peneliti
Agar peneliti dapat menerapkan ilmu dan pengetahuan tentang asuhan
keperawatan pada pasien jiwa gangguan persepsi sensori: Halusinasi
Pendengaran.
2. Bagi Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian ini akan dapat digunakan sebagai informasi tambahan bagi
perawat di rumah sakit jiwa dalam menerapkan strategi pelaksanaan yang
sistematis dan bermanfaat pada pasien dengan gangguan sensori persepsi:
halusinasi sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan penyakit.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan dan referensi bagi
mata kuliah keperawatan jiwa. Selain itu, hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai bahan referensi bagi mahasiswa lain yang mengambil
penelitian yang serupa.
4. Bagi pasien
Manfaat penelitian ini adalah berdampak dalam mengurangi gejala
halusinasi Pendengaran dan meningkatkan derajat kesehatan pasien.
6
2. Jenis-Jenis Halusinasi
Menurut Yosep (2007) halusinasi terdiri dari delapan jenis yaitu:
a. Halusinasi Pendengaran (Auditif, Akustik)
Paling sering dijumpai dapat berupa bunyi mendenging atau suara bising
yang tidak mempunyai arti, tetapi lebih sering terdengar sebagai sebuah
kata atau kalimat yang bermakna. Biasanya suara tersebut ditujukan pada
penderita sehingga tidak jarang penderita bertengkar dan berdebat
dengan suara-suara tersebut.
b. Halusinasi Penglihatan (visual, Optik)
Lebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit organik). Biasanya
sering muncul bersamaan dengan penurunan kesadaran, menimbulkan
rasa takut akibat gambaran-gambaran yang mengerikan.
c. Halusinasi Penciuman (Olfaktorik)
Halusinasi ini biasanya berupa mencium sesuatu bau tertentu dan
dirasakan tidak enak, melambangkan rasa bersalah pada penderita. Bau
8
3. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart (2007) Faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
1) Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan
respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami.
2) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan pasiensangat mempengaruhi
respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan
yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah
penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi akan
merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.
3) Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita
seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan,
bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.
b. Faktor Presipitasi
Secara umum pasiendengan gangguan halusinasi timbul gangguan
setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan
tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap
stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan
kekambuhan (Keliat, 2006).
Faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah :
1) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk
dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara
selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk
diinterpretasikan.
10
2) Stress Lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3) Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor. Pada halusinasi terdapat 3 mekanisme koping yaitu :
a) With Drawal: Menarik diri dan pasiensudah asyik dengan
pengalaman internalnya.
b) Proyeksi: Menggambarkan dan menjelaskan persepsi yang
membingungkan (alam mengalihkan respon kepada sesuatu atau
seseorang).
c) Regresi: Terjadi dalam hubungan sehari-hari untuk memproses
masalah dan mengeluarkan sejumlah energi dalam mengatasi
cemas.
Pada pasiendengan halusinasi, biasanya menggunakan
pertahanan diri dengan menggunakan pertahanan diri dengan cara
proyeksi yaitu untuk mengurangi perasaan emasnya
pasienmenyalahkan orang lain dengan tujuan menutupi kekurangan
yang ada pada dirinya.
Perilaku Pasien:
Tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa
suara, pergerakkan mata cepat, respons verbal yang lambat jika sedang
asyik dengan halusinasinya dan suka menyendiri.
b. Fase kedua
Disebut dengan fase condemming atau ansietas berat yaitu halusinasi
menjadi menjijikkan, termasuk dalam psikotik ringan.
Karakteristik : Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan,
kecemasan meningkat, melamun, dan berfikir sendiri jadi dominan.
Mulai dirasakan ada bisikan yang tidak jelas. Pasientidak ingin orang lain
tahu, dan ia tetap dapat mengontrolnya.
Perilaku Pasien:
Meningkatnya tanda-tanda sistem syaraf otonom seperti peningkatan
denyut jantung dan tekanan darah. Pasienasyik dengan halusinasinya dan
tidak bisa membedakan realitas.
c. Fase ketiga
Adalah fase controlling atau ansietas berat yaitu pengalaman sensori
menjadi berkuasa. Termasuk dalam gangguan psikotik.
Karakteristik: Bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai
dan mengontrol klien. Pasienmenjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap
halusinasinya.
Perilaku Pasien:
Kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya beberapa
menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa pasienberkeringat, tremor, dan
tidak mampu mematuhi perintah.
d. Fase keempat.
Adalah fase conquering atau panik yaitu pasienlebur dengan
halusinasinya, termasuk dalam psikotik berat.
Karakteristik : Halusinasinya berubah menjadi mengancam, memerintah,
dan memarahi klien, pasienmenjadi takut, tidak berdaya, hilang kontrol,
dan tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain di
lingkungan.
12
Perilaku Pasien:
Perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku kekerasan,
menarik diri, tidak mampu merespon terhadap perintah kompleks, dan
tidak mampu berespons lebih dari satu orang.
Pikiran kadang
Pikiran logis kelainan pikiran
menyimpang
Persepsi akurat Ilusi Halusinasi
Ketidakmampuan
Emosi konsisten Reaksi emosional
untuk mengalami
Dengan pengalaman berlebihan/kurang
emosi
Perilaku ganjil atau
Perilaku sesuai Ketidakteraturan,
tak lazim, menarik
hubungan sosial isolasi social
diri
Sumber : Stuart& Laraia ( 2005)
Keterangan gambar:
a. Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial
budaya yang berlaku dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal
jika menghadapi suatu akan dapat memecahkan masalah tersebut.
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan.
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan.
3) Emosi konsisten merupakan manifestasi peran saat yang konsisten atau
efek keluar disertai banyak komponen fisiologik dan biasanya
berlangsung tidak lama.
4) Perilaku sesuai adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
yang wajar.
5) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan.
13
g. Hambatan komunikasi
h. Iritabilitas
i. Konsentrasi buruk
j. Gelisah
k. Distorsi sensori
7. Pohon Masalah
a. Konsentrasi kurang
b. Selalu berubah respon dari rangsangan
c. Kegelisahan
d. Perubahan sensori akut
e. Mudah tersinggung
f. Disorientasi waktu, tempat, dan orang
g. Perubahan kemampuan pemecahan masalah
h. Perubahan pola perilaku
i. Bicara dan tertawa sendiri
j. Mengatakan melihat dan mendengar sesuatu, padahal objek sebenarnya
tidak ada
k. Menarik diri
l. Mondar-mandir
m. Individu terkadang sulit berfikir dan mengambil keputusan
n. Tidak mampu mengurus dirinya sendiri.
9. Pemeriksaan Penunjang
a. MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Infentary) adalah suatu
bentuk penunjang oleh psikiater atau psikolog dengan menemukan
kepribadian seseorang yang terdiri dari pertanyaan benar atau salah.
b. EEG (Electro Ensefalo Grafik) adalah suatu pemeriksaan untuk
membantu dalam membedakan etiologi fungsional dan organic dalam
kelainan status mental.
c. Pemeriksaan sinar X, untuk mengetahui apakah gangguan jiwa
disebabkan oleh struktur anatomi tubuh.
d. Pemeriksaan laboratorium, kromosom, darah berfungsi untuk mengetahui
apakah gangguan jiwa disebabkan oleh unsur genetik.
10. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin dapat muncul pada penderita halusinasi adalah
adanya prilaku kekerasan, yaitu resiko mencederai dirinya sendiri, orang
lain dan lingkungan selain itu komplikasi lainnya dapat muncul adalah
16
d. Faktor Presipitasi
1) Biologi
Stressor biologi yang berhubungan dengan respon neurobiologi yang
maladaptif, termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak yang
mengatur proses informasi dan abnormalisasi pada mekanisme pintu
masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk
selektif menghadapi rangsangan.
2) Stress Lingkungan
Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang
berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk menentukan
terjadinya gangguan perilaku.
3) Pemicu Gejala
Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologi yang
maladaptif berhubungan dengan kesehatan (gizi buruk, infeksi),
lingkungan rasa bermusuhan/lingkungan yang penuh kritik, gangguan
dalam hubungan interpersonal, sikap dan perilaku (keputus asaan,
kegagalan).
e. Mekanisme Koping
Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri dari
pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respon neurobiologi:
1) Regresi
Menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku kembali
seperti pada perilaku perkembangan anak atau berhubungan dengan
masalah proses informasi dan upaya untuk menanggulangi ansietas.
2) Proyeksi
Keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi pada
orang lain karena kesalahan yang dilakukan diri sendiri (sebagai
upaya untuk menjelaskan keraguan persepsi).
3) Menarik Diri
Reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun
psikologis, reaksi fisik yaitu individu pergi atau lari menghindar
sumber stressor, misalnya menjauhi polusi, sumber infeksi, gas
18
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan Persepsi sensori: halusinasi pendengaran
b. Isolsi Sosial
c. Resiko perilaku kekerasan
d. Harga diri rendah
e. Defisit perawatan diri
19
3. Intervensi Keperawatan
Berikut rencana tindakan (intervensi) keperawatan pada pasien halusinasi
pendengaran menurut Direja (2011).
a. Rencana tindakan keperawatan untuk pasien dengan gangguan persepsi
sensori: halusinasi pendengaran.
Tabel 2.2 Rencana tindakan keperawatan untuk pasien dengan gangguan
persepsi sensori: halusinasi pendengaran.
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
- Pasien mampu: Setelah… x pertemuan, SP I
- Mengenali halusinasi pasien dapat - Bantu pasien
yang dialaminya menyebutkan: mengenal halusinasi
- pasiendapat Mengontrol - Isi, waktu, frekuensi (Isi, waktu, frekuensi,
halusinasinya timbulnya halusinasi saat terjadi situasi
- pasien dapat dukungan - Pasien dapat pencetus, perasaan
dari keluarga dalam mengungkapkan halusinasi)
mengontrol halusinasi perasaan terhadap - Bantu pasienuntuk
- pasiendapat halusinasi melatih mengontrol
memanfaatkan obat halusinasi dengan cara
dengan baik menghardik
Tahapan tindakannya
meliputi:
- Jelaskan cara
menghardik halusinasi
- Peragakan cara
menghardik
- Minta pasien
memperagakan ulang
- Pantau penerapan cara
ini, beri penguatan
perilaku pasien
- Masukkan dalam
jadwal kegiatan
pasien.
Setelah dilakukan … x SP 2
pertemuan, pasien - Evaluasi kegiatan yang
mampu: lalu (SP 1)
- Menyebutkan - Latih berbicara/
kegiatan yang sudah bercakap-cakap
dilakukan dengan orang lain saat
- Memperagakan cara halusinasi muncul
bercakap-cakap - Masukan dalam jadwal
dengan orang lain kegiatan pasien
Setelah dilakukan … x SP 3
pertemuan, pasien - Evaluasi kegiatan yang
mampu: lalu (SP1 dan 2)
- Menyebutkan - Latih kegiatan agar
kegiatan yang sudah halusinasi tidak
20
dilakukan muncul
- Membuat jadwal Tahapannya:
kegiatan sehari-hari - Jelaskan pentingnya
dan mampu aktivitas yang teratur
memperagakan nya untuk mengatasi
halusinasi
- Diskusikan aktivitas
yang biasa dilakukan
oleh pasien
- Latih pasien
melakukan aktivitas
- Susun jadwal aktivitas
sehari-hari sesuai
dengan aktivitas yang
telah dilatih (dari
bangun pagi sampai
tidur malam).
Setelah dilakukan … x Pantau pelaksanaan
pertemuan, pasien jadwal kegiatan, berikan
mampu: penguatan terhadap
- Menyebutkan perilaku yang (+)
kegiatan yang sudah SP 4
dilakukan - Evaluasi kegiatan yang
- Menyebutkan lalu (SP 1,2,3)
manfaat dari program - Tanyakan program
pengobatan pengobatan
- Jelaskan pentingnya
penggunaan obat pada
gangguan jiwa
- Jelaskan akibat bila
tidak digunakan sesuai
program
- Jelaskan akibat bila
putus obat
- Jelaskan cara
mendapatkan
obat/berobat
- Jelaskan penggobatan
(8B)
- Latih pasien minum
obat
- Masukkan dalam
jadwal harian pasien
21
orang lain
Beri kesempatan
pasien
mempraktekan cara
berinteraksi dengan
orang lain yang
dilakukan
dihadapan perawat
Mulailah bantu
pasien berinteraksi
dengan 1 orang
teman atau anggota
keluarga
Bila pasien sudah
menunjukan
kemajuan,
tingkatkan jumlah
interaksi dengan 2,
3, 4 orang dan
seterusnya
Beri pujian untuk
setiap kemajuan
interaksi yang telah
dilakukan oleh
pasien
Siap mendengarkan
ekspresi perasaan
pasien setelah
berinteraksi dengan
orang lain, mungkin
pasien akan
mengungkapkan
keberhasilan atau
kegagalannya, beri
dorongan terus
menerus agar pasien
tetap semangat
meningkatkan
interaksinya
- Masukkan jadwal
kegiatan pasien
SP 2
- Evaluasi kegiatan yan
lalu (SP1)
- Latih berhubungan
social secara bertahap
- Masukkan dalam
jadwal kegiatan pasien
SP 3
- Evaluasi kegiatan
yang lalu (SP 1 dan 2)
- Latih cara berkenalan
23
- Mengungkapkan
dengan baik
- Masukkan kedalam
jadwal harian pasien
Setelah … x pertemuan SP 4
pasien mampu: - Evaluasi kegiatan
- Menyebutkan kegiatan yang lalu (SP 1, 2
yang sudah dilakukan dan 3)
- Memperagakan cara - Latih secara spiritual
spiritual (berdoa dan sholat)
- Masukkan dalam
jadwal harian pasien
Setelah … x pertemuan SP 5
pasien mampu: - Evaluasi kegiatan
- Menyebutkan kegiatan yang lalu (SP1,2,3,
yang sudah dilakukan dan 4)
- Memperagakan cara - Latih patuh obat
patuh obat secara teratur dengan
prinsip 8B
- Susun jadwal minum
obat secara teratur
- Masukkan kedalam
jadwal harian pasien
Tabel 2.5 Rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan Harga Diri
Rendah.
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Pasien mampu: Setelah ...x pertemuan, SP 1
- Mengidentifikasi pasien mampu: - Identifikasi
kemampuan dan aspek - Mengidentifikasi kemampuan positif
positif yang dimiliki kemampuan aspek yang dimiliki
- Menilai kemampuan positif yang dimiliki diskusikan bahwa
yang dapat digunakan - Memiliki kemampuan pasien masih
- Menetapkan/memilih yang dapat digunakan memiliki sejumlah
kegiatan yang sesuai - Memilih kegiatan kemampuan dan
dengan kemampuan sesuai kemampuan aspek positif seperti
- Merencanakan - Melakukan kegiatan kegiatan pasien
kegiatan yang sudah yang sudah dipilih dirumah adanya
dilatihnya - Merencanakan kegiatan keluarga dan
yang sudah dilatih lingkungan terdekat
pasien
beri pujian yang
realistik dan
hindarkan setiap kali
bertemu dengan
pasien penilaian yang
25
negatif
- Nilai kemampuan yang
dapat dilakukan saat ini
diskusikan dengan
pasien kemampuan
yang masih
digunakan saat ini
bantu pasien
menyebutkannya dan
memberi penguatan
terhadap kemampuan
diri yang
diungkapkan pasien
perlihatkan respon
yang kondusif dan
menjadi pendengar
yang aktif
- Pilih kemampuan yang
akan dilatih
- Diskusikan dengan
pasien beberapa
aktivitas yang dapat
dilakukan dan dipilih
sebagai kegiatan yang
akan pasien lakukan
sehari-hari
- Bantu pasien
menetapkan aktivitas
mana yang dapat pasien
lakukan secara mandiri
aktivitas yang
memrlukan bantuan
minimal dari
keluarag
aktivitas apa saja
yang perlu bantuan
penuh dari keluarga
atau lingkungan
terdekat pasien
beri contoh cara
pelaksanaan aktifitas
yang dapat dilakukan
pasien
susun bersama pasien
aktivitas atau
kegiatan sehari-hari
pasien
- Nilai kemampuan
pertama yang telah
dipilih
diskusikan dengan
pasien untuk
26
menetapkan urutan
kegiatan (yang sudah
dipilih pasien) yang
akan dilatihkan
bersama pasien dan
keluarga
memperagakan
beberapa kegiatan
yang akan dilakukan
pasien
berikan dukungan
atau pujian yang
nyata sesuai
kemajuan yang
diperhatikan pasien
- Masukkan dalam
jadwal kegiatan
beri kesempatan pada
pasien untuk
mencoba kegiatan
beri pujian atas
aktifitas/ kegiatan
yang dapat dilakukan
pasien setiap hari
tingkatkan kegiatan
sesuai dengan
toleransi dan
perubahan sikap
susun daftar aktifitas
yang sudah dilatihkan
bersama pasien dan
keluarga
berikan kesempatan
mengungkapkan
perasaannya setelah
pelaksanaan kegiatan.
Yakin bahwa
keluarga mendukung
setiap aktifitas yang
dilakukan.
SP 2
- Evaluasi kegiatan yang
lalu (SP 1)
- Pilih kemampuan kedua
yang dapat dilakukan
- Latih kemampuan yang
dipilih
- Masukkan dalam
jadwal kegiatan pasien
SP 3
- Evaluasi kegiatan yang
lalu (SP 1 dan SP 2)
27
- Memilih kemampuan
ketiga yang dapat
dilakukan
- Masukkan dalam
jadwal kegiatan pasien
SP 2
- Evaluasi kegiatan yang
lalu (SP 1)
- Jelaskantujuan
pertemuan
- Beri perhatian dan
perhatikankebutuhan
dasar klien,serta
melakukan hal yang di
sukainya seperti
olahraga
- Masukkan jadwal
kegiatan pasien.
SP 3
- Evaluasi kegiatan yang
lalu (SP 1 dan 2)
- Memberikan pujian
yang wajar dalam
keberhasilan
- Masukkan jadwal
kegiatan pasien.
28
prektek makan
sesaui dengan
tahapan makan
yang baik
- Latih kegiatan
makan
- Masukkan dalam
jadwal kegiatan
pasien
SP 4
- Evaluasi
kemampuan pasien
yang lalu (SP 1, 2
dan 3)
- Latih cara BAB dan
BAK yang baik
- Menjelaskan tempat
BAB / BAK
- Menjelaskan cara
membersihkan diri
setelah BAB / BAK
4. Implementasi Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar
pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan perawat
b. Melatih pasien mengontrol halusinasi
Untuk membantu pasien agar mampu mengontrol halusinasi, perawat
dapat melatih pasien empat cara yang sudah terbukti dapat
mengendalikan halusinasi, yaitu menghardik, bercakap-cakap dengan
orang lain, melakukan aktifitas yang terjadwal, menggunakan obat secara
teratur.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan dengan berfokus pada perubahan perilaku pasiensetelah
diberikan tindakan keperawatan. Keluarga juga perlu dievaluasi karenakan
merupakan sistem pendukung yang penting.
a. Apakah pasien dapat mengenal halusinasinya, yaitu isi halusinasi, situasi,
waktu, dan frekuensi munculnya halusinasi.
b. Apakah pasien dapat mengungkapkan perasaannya ketika halusinasi
muncul.
30
C. Kerangka Teori
Etiologi
Asuhan keperawatan
persepsi sensori: Halusinasi Tanda dan gejala halusinasi pendengaran
Pendengaran a. Konsentrasi kurang,
1. Pengkajian b. Selalu berubah respon dari ransangan
2. Diagnosa keperawatan c. Kegelisahan
3. Intervensi keperawatan d. Perubahan sensori akut
4. Implementasi e. Mudah tersinggung
keperawatan f. Disorientasi waktu, tempat, dan orang
5. Evaluasi keperawatan g. Perubahan kemampuan pemecahan masalah
D. Pertanyaan Penelitian
Judul penelitian:
Asuhan keperawatan pada pasien jiwa dengan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2017.
Pertanyaan Penelitian:
1. Bagaimana pengkajian keperawatan pada pasien halusinasi pendengaran
dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran di Rumah Sakit
Jiwa tahun 2017?
2. Bagaimanakah perumusan diagnosa yang sering muncul pada pasien
halusinasi pendengaran dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran di Rumah Sakit Jiwa tahun 2017?
3. Bagaimanakah intervensi keperawatan yang efektif untuk pasien halusinasi
pendengaran dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengarandi
Rumah Sakit Jiwa tahun 2017?
4. Bagaimanakah hasil implementasi pasien halusinasi pendengaran dengan
gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran di Rumah Sakit Jiwa
tahun 2017?
5. Bagaimanakah hasil evaluasi pasien halusinasi pendengaran dengan
gangguan persepsi sensori: halusinasidiRumah SakitJiwa tahun 2017?
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini desain yang digunakan adalah penelitian kualitatif
dengan menggunakan studi kasus penelitian untuk melihat secara integratif dan
komprehensif agar diperoleh pemahaman yang mendalam tentang individu
tersebut beserta masalah yang dihadapinya dengan tujuan masalah nya dapat
terselesaikan dan memperoleh perkembangan diri yang baik (Rahajo, 2011).
Penelitian studi kasus bertujuan untuk menggambarkan kasus secara
mendalam. Dengan cara mengumpulkan data dari 2 partisipan yang mengalami
halusinasi pendengaran di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan Barat, tahun
2017.
B. Partisipan
1. Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini adalah pasien halusinasi pendengaran yang
dirawat dibangsal Rumah Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan Barat, dan
memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut:
a. Terdiagnosa oleh dokter menderita skizoprenia
b. Mengalami gangguan persepsi sensori: Halusinasi pendengaran
c. Pasien dirawat di Rumah Sakit Jiwa
d. Pasien dengan kesadaran kompos mentis
e. Pasien dengan fase comporting/ fase yang menyenangkan
2. Metode pengambilan kasus / Penelitian Partisipan
Pengambilan kasus dalam penelitian inidilakukan dengan metode purposive
sampling. Purposive sampling adalah suatu metode pemilihan sampel yang
dilakukan berdasarkan maksud atau tujuan tertentu yang ditentukan oleh
peneliti. (Dharma, 2011).
3. Jumlah Kasus
Jumlah kasus yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 2 orang pasien
halusinasi pendengaran sesuai dengan kriteria inklusi.
32
33
b. Pengumpulan data
1) Identitas pasien
Meliputi nama pasien, alamat, umur, diagnosa medis.
2) Pengkajian pasien
Pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat
mengetahui dan mengenali masalah-masalah kebutuhan kesehatan
dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial maupun
lingkungan.
3) Waktu
- Asuhan keperawatan akan dilakukan selama 2 minggu.
- Intervensi selama 12 hari dengan 2 pasien
- Evaluasi dilakukan 12 hari dengan 2 pasien
4) Wawancara
Tanya jawab untuk memperoleh informasi atau keterangan akan
suatu hal.
5) Observasi
Pengamatan bertujuan untuk mendapatkan data tentang suatu
masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai pembuktian
terhadap informasi yang diperoleh sebelumnya.
6) Diskusi
Sebuah interaksi komunikasi antara dua orang/ lebih/ kelompok.
a. Pengolahan data
Setelah data diperoleh, data kemudian diolah melalui analisa
data.
b. Tahap penelitian laporan/penyusunan hasil penelitian
(pengambilan kasus), sampai dengan tahap analisa.
35
F. Instrumen Penelitian
1. Jenis instrumen
Jenis alat yang digunakan untuk mendapatkan data meliputi format
pengkajian, lembar observasi pemeriksaan fisik, format evaluasi, dan
data yang telah terdokumentasi.
2. Sumber mendapatkan instrument
Sumber instrumen bersumber dari format pengkajian yang sudah baku
yang digunakan di Rumah Sakit Jiwa Singkawang Provinsi Kalimantan
Barat.
G. Etika Penelitian
Peneliti memegang teguh sikap ilmiah (scientific attitude) serta
menggunakan prinsip etika penelitian keperawatan dalam melaksanakan
seluruh kegiatan penelitian. Walaupun intervensi keperawatan dalam
penelitian ini tidak memiliki risiko yang dapat merugikan atau
membahayakan partisipan, namun peneliti mempertimbangkan aspek
sosioetika dan menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan.
Adapun prinsip etika penilaian keperawatan yang dilakukan dalam
penelitian adalah sebagai berikut :
1. Prinsip pertama, peneliti mempertimbangkan hak-hak partisipan untuk
mendapatkan informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya
penelitian serta memiliki kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari
paksaan untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian (autonomy). Oleh
karena itu, peneliti mempersiapkan formulir persetujuan responden
(informed consent) yang terdiri dari:
a. Penjelasan manfaat penelitian
b. Penjelasan kemungkinan resiko dan ketidaknyamanan dapat
ditimbulkan
c. Penjelasan manfaat yang akan didapatkan
d. Persetujuan peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan
subjek berkaitan dengan prosedur penelitian
e. Persetujuan partisipan dapat mengundurkan diri kapan saja; dan
f. Jaminan anonimitas dan kerahasiaan.
36
H. Analisa Data
Analisa data dari penelitian ini menganalisis secara kualitatif dengan
cara menemukan tema dari setiap kedua pasien dengan halusinasi
pendengaran di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan Barat Singkawang
Tahun 2017 yang mungkin terdapat perbedaan dari pengkajian sampai
dengan evaluasi dari kedua pasien tersebut.
37
I. Jadwal Penelitian
Tabel 3.1 Jadwal penelitian Studi Kasus Asuhan Keperawatan Pasien Jiwa
dengan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran di Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2017
Bulan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Perizinan
2 Penyusunan
Proposal
3 Seminar
Proposal
4 Revisi
Proposal
5 Pelaksanaan
penelitian
6
Pengolahan
data,
analisis, dan
penyusunan
laporan
7 Seminar
hasil