Anda di halaman 1dari 25

TUGAS

KEPERAWATAN JIWA

“LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN ( RPK )”

OLEH:

KELOMPOK 7

1. NI KETUT SULISTYAWATI (C1117057)


2. NI PUTU MAYA KARTINI PUTRI (C1117067)
3. NI KADEK SRI SURYANINGSIH (C1117068)
4. NI PUTU EMA SULISTYA (C1117070)
5. NI RAI SUCI WIDARI (C1117071)
6. I DEWA AYU MAROKTA UTAMI DEWI (C1117073)

KELAS: IV B KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES BINA USADA BALI
2019
A. PENGERTIAN

Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai
atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku
tersebut (Jenny, Purba, Mahnum, & Daulay, 2008).

Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan


tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun
orang lain (Yosep, 2007).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain,
disertai amuk dan gaduh gelisah yang tak terkontrol (Farida & Yudi, 2011).
Resiko perilaku kekerasan atau agresif adalah perilaku yang menyertai marah dan
merupakan dorongan untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih terkontrol
(Yosep, 2007). Resiko mencederai diri yaitu suatu kegiatan yang dapat menimbulkan
kematian baik secara langsung maupun tidak langsung yang sebenarnya dapat dicegah
(Depkes, 2007).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku kekerasan
yaitu ungkapan perasaan marah yang mengakibatkan hilangnya kontrol diri dimana
individu bisa berperilaku menyerang atau melakukan suatu tindakan yang dapat
membahayakan diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

B. PENYEBAB

Menurut Direja (2011) faktor-faktor yang menyebabkan perilaku kekerasan pada


pasien gangguan jiwa antara lain
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor psikologis
1) Terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan mengalami
hambatan akan timbul dorongan agresif yang memotivasi perilaku
kekerasan.
2) Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masa kecil yang
tidak menyenangkan.
3) Rasa frustasi.
4) Adanya kekerasan dalam rumah, keluarga, atau lingkungan.
5) Teori psikoanalitik, teori ini menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya
kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego
dan membuat konsep diri yang rendah. Agresi dan kekerasan dapat
memberikan kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan citra diri
serta memberikan arti dalam kehidupannya. Teori lainnya berasumsi
bahwa perilaku agresif dan tindak kekerasan merupakan pengungkapan
secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaannya dan rendahnya harga
diri pelaku tindak kekerasan.
6) Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku yang
dipelajari, individu yang memiliki pengaruh biologik dipengaruhi oleh
contoh peran eksternal dibandingkan anak-anak tanpa faktor predisposisi
biologik.
b. Faktor sosial budaya
Seseorang akan berespons terhadap peningkatan emosionalnya secara
agresif sesuai dengan respons yang dipelajarinya. Sesuai dengan teori menurut
Bandura bahwa agresif tidak berbeda dengan respon-respon yang lain. Faktor
ini dapat dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan semakin sering
mendapatkan penguatan maka semakin besar kemungkinan terjadi. Budaya
juga dapat mempengaruhi perilaku kekerasan. Adanya norma dapat membantu
mendefinisikan ekspresi marah yang dapat diterima dan yang tidak dapat
diterima.
Kontrol masyarakat yang rendah dan kecenderungan menerima perilaku
kekerasan sebagai cara penyelesaiannya masalah perilaku kekerasan
merupakan faktor predisposisi terjadinya perilaku kekerasan.
c. Faktor biologis
Berdasarkan hasil penelitian pada hewan, adanya stimulus elektris ringan
pada hipotalamus (pada sistem limbik) ternyata menimbulkan perilaku agresif,
dimana jika terjadi kerusakan fungsi limbik (untuk emosi dan perilaku), lobus
frontal (untuk pemikiran rasional), dan lobus temporal (untuk interpretasi
indra penciuman dan memori) akan menimbulkan mata terbuka lebar, pupil
berdilatasi, dan hendak menyerang objek yang ada di sekitarnya.
Selain itu berdasarkan teori biologik, ada beberapa hal yang dapat
mempengaruhi seseorang melakukan perilaku kekerasan, yaitu sebagai berikut
a) Pengaruh neurofisiologik, beragam komponen sistem neurologis
mempunyai implikasi dalam memfasilitasi dan menghambat impuls
agresif. Sistem limbik sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya
perilaku bermusuhan dan respon agresif.
b) Pengaruh biokimia, menurut Goldstein dalam Townsend (1996)
menyatakan bahwa berbagai neurotransmitter (epinefrin, norepinefrin,
dopamine, asetilkolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi
dan menghambat impuls agresif. Peningkatan hormon androgen dan
norepinefrin serta penurunan serotonin dan GABA (6 dan 7) pada cairan
serebrospinal merupakan faktor predisposisi penting yang menyebabkan
timbulnya perilaku agresif pada seseorang.
c) Pengaruh genetik, menurut penelitian perilaku agresif sangat erat
kaitannya dengan genetik termasuk genetik tipe kariotipe XYY, yang
umumnya dimiliki oleh penghuni penjara tindak kriminal (narapidana)
d) Gangguan otak, sindrom otak organik berhubungan dengan berbagai
gangguan serebral, tumor otak (khususnya pada limbik dan lobus
temporal) trauma otak, apenyakit ensefalitis, epilepsi (epilepsi lobus
temporal) terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak
kekerasan.
2. Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik berupa
injury secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa faktor pencetus
perilaku kekerasan adalah sebagai berikut.
a. Klien
Kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang penuh
dengan agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
b. Interaksi
Penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik, merasa
terancam baik internal dari permasalahan diri klien sendiri maupun eksternal
dari lingkungan.
c. Lingkungan
Panas, padat, dan bising.
Menurut Shives (1998) dalam Fitria (2009), hal-hal yang dapat menimbulkan
perilaku kekerasan atau penganiayaan antara lain sebagai berikut.
a. Kesulitan kondisi sosial ekonomi.
b. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu.
c. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuannya
dalam menempatkan diri sebagai orang yang dewasa.
d. Pelaku mungkin mempunyai riwayat antisosial seperti penyalahgunaan obat
dan alkohol serta tidak mampu mengontrol emosi pada saat menghadapi rasa
frustasi.
e. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan
tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.

C. MANIFESTASI KLINIS

Menurut Direja (2011) tanda dan gejala yang terjadi pada perilaku
kekerasanterdiri dari :
1. Fisik
Mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah
memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku.
2. Verbal
Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada keras,
kasar, ketus.
3. Perilaku
Menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak lingkungan,
amuk/agresif.
4. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel,tidak
berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan, dan menuntut.
5. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan tidak jarang
mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
6. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral, dan
kreativitas terhambat.
7. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan sindiran.
8. Perhatian
Bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan seksual

D. AKIBAT

Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi mencederai


diri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang
kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan lingkungan

E. PENATALAKSANAAN

Yang diberikan pada klien yang mengalami gangguan jiwa amuk ada 2 yaitu:

1. Medis

a. Nozinan, yaitu sebagai pengontrol prilaku psikososia.

b. Halloperidol, yaitu mengontrol psikosis dan prilaku merusak diri.

c. Thrihexiphenidil, yaitu mengontro perilaku merusak diri dan menenangkan


hiperaktivitas.

d. ECT (Elektro Convulsive Therapy), yaitu menenangkan klien bila mengarah


pada keadaan amuk.

2. Penatalaksanaan keperawatan

a. Psikoterapeutik

b. Lingkungan terapieutik

c. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)

d. Pendidikan kesehatan
F. POHON MASALAH

Resiko Tinggi Mencederai, Orang Lain, dan Lingkungan

Perilaku Kekerasan PPS : Halusinasi

Regimen Terapeutik
Inefektif

Harga Diri Rendah Isolasi Sosial :


Kronis Menarik Diri

Koping Keluarga
Berduka Disfungsional
Tidak Efektif

Gambar 2.2 Pohon Masalah Perilaku Kekerasan

Sumber : (Fitria, 2010)

G. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Menurut Keliat (2014) data perilaku kekerasan dapat diperolah melalui
observasi atau wawancara tentang perilaku berikut ini:
a. Muk amerah dan tegang
b. Pandangan tajam
c. Mengarupkan rahang dengan kuat
d. Mengepalkan tangan
e. Jalan mondar-mandir
f. Bicara kasar
g. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
h. Mengancam secara verbal atau fisik
i. Melempar atau memukul benda /orang lain
j. Merusak barang atau benda
k. Tidak mempunyai kemampuan untuk mencegah atau mengontrol perilaku
kekerasan.

2. Daftar Masalah
Menurut Keliat (2014) daftar masalah yang mungkin muncul pada perilaku
kekerasan yaitu :
a. Perilaku Kekerasan.
b. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
c. Perubahan persepsi sensori: halusinasi.
d. Harga diri rendah kronis.
e. Isolasi sosial.
f. Berduka disfungsional.
g. Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif.
h. Koping keluarga inefektif.
3. Rencana Tindakan Keperawatan

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: RESIKO PERILAKU


KEKERASAN

A. Proses Keperawatan
Kondisi klien

Klien dating kerumah sakit diantar keluarga karena di rumah marah-marah dan memecahkan
piring dan gelas

Diagnosa keperawatan: Resiko Perilaku Kekerasan

Tujuan khusus: SP I Resiko Perilaku Kekerasan


1. Klien mampu mengidentifikasi penyebab dari perilaku kekerasan yang dilakukan
2. Klien mampu mengidentifikasi tanda dan gejala dari perilaku kekerasan yang dilakukan
3. Klien mampu mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan dari perilaku
kekerasan yang dilakukan
4. Klien mampu mengidentifikasi akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukan
5. Klien mampu menjelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan secara fisik,
6. Klien mampu menjelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan secara obat,
7. Klien mampu menjelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan secara verbal,
8. Klien mampu menjelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual.
9. Klien mampu melatih cara mengontrol perilaku kekerasan fisik 1 (Tarik nafas dalam)
10. Klien mampu melatih cara mengontrol perilaku kekerasan fisik 2 (pukul kasur atau
bantal)
11. Klien mampu memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik

Tindakan keperawatan:
1. Mendiskusikan dengan pasien penyebab dari perilaku kekerasan yang dilakukan
2. Mendiskusikan dengan pasien tanda dan gejala dari perilaku kekerasan yang
dilakukan
3. Mendiskusikan dengan pasien perilaku kekerasan yang dilakukan dari perilaku
kekerasan yang dilakukan
4. Mendiskusikan dengan pasien akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukan
5. Mendiskusikan dengan pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara fisik,
6. Mendiskusikan dengan pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara obat,
7. Mendiskusikan dengan pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara verbal,
8. Mendiskusikan dengan pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual.
9. Mendiskusikan dengan pasien cara mengontrol perilaku kekerasan fisik 1 (Tarik
nafasdalam)
10. Mendiskusikan dengan pasien cara mengontrol perilaku kekerasan fisik 2 (pukul
kasur atau bantal)
11. Mendiskusikan dengan pasien untuk memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
fisik

B. Proses PelaksanaanTindakan
Fase Orientasi :

Salam terapeutik
“selamat pagi ibu…, nama saya Ayu. Ibu boleh memanggil saya perawat ayu. Nama ibu
siapa ya bu? senangnya dipanggil siapa? Jadi saya yang akan merawat ibu pagi ini dari jam
8 sampai jam 2 siang nanti”

Evaluasi
“Bagaimana keadaan ibu hari ini ?kalau boleh saya tau ibu kenapa? kok bias sampai di
bawa kesini? apa yang terjai di rumah ibu?”

Validasi
“Saat ibu di rumah dan sedang merasa sangat marah, apa yang ibu lakukan untuk
mengurangi rasa marah ibu?”
Kontrak
“Bagaimana kalau kita membicarakan hal-hal yang membuat ibu sangat marah? ibu
maunya berapa lama? bagaimana kita kalau kita berbicara sekitar 15 menit? jadi nanti ibu
bisa memberitahu kepada saya apasih yang memebuat ibu sangat marah, sehingga ibu
menjadi tidak terkontrol dan melempar gelas dan piring yang ada dirumah ibu. ibu maunya
bercerita dimana? disini (kamar) atau ditaman?”

FaseKerja :
Tindakankeperawatangeneralis
“Baiklah ibu, apa yang membuat ibu sangat marah sehingga membanting piring dan gelas di
rumah ibu?Apakah ada seseorang mungkin atau benda-benda yang bias membuat ibu kesal?
sehingga ibu bias mengingat hal-hal yang menyenangkan yang pernah ibu rasakan dimasa
lalu. Kalau boleh saya tau sebelumnya apa pernah merasa sekelas dan semarah ini? kalau
memang pernah apa penyebabnya?apakah penyebabnya itu sama dengan peyebab ibu
marah saat ini? Jadi berdasarakan atas penjelasan yang telah ibu jelaskan tadi ternyata hal
yang bias menyebabkan ibu marah adalah kejadian yang tidak menyenangkan di masa lalu,
sehingga setiap ibu melihat benda-benda yang dapat mengingatkan ibu pada masa lalu maka
ibu akan sangat marah dan tidak terkendali dan bias melempar benda-benda apapun yang
ada disekitar ibu”.

Fase Terminasi :
Evaluasi subyektif
”Bagaimana perasaan ibu setelah kita melakukan percakapan ini? Apakah setelah
percakapan ini ibu merasa lebih baik?”

Evaluasiobyektif

“Baik, Coba ibu sebutkan apa yang membuat ibu sangat marah?”. “Bagus sekali ibu,ibu
sudah dapat menyebutkan kenapa ibu merasa sangat marah dengan baik.

Rencana tindak lanjut

Nah Jadi nanti jika ibu merasakan rasa marah itu lagi baik itu disini atau dirumah ibu bisa
mengendalikan marah ibu agar tidak sampai melempar barang-barang yang ada disekitar
ibu.”
Kita buat jadwal latihan untuk mengingatnya dan latihan sesuai dengan jadwal ya ibu.

Kontrak yang akandatang

“Besok kita ketemu lagi untuk belajar cara yang kedua untuk mengendalikan rasa marah ibu
agar ibu mampu untuk mengontrol diri ibu dan tidak sampai membanting barang-barang
yang ada disekitar ibu. Bagaimana kalo kita bertemu untuk latihan mengontrol diri jam 9.00
wita waktunya 20 menit, tempatnya ibu disini saja (taman) atau dimana? Baiklah kalau ibu
maunya disini saja. Baiklah ibu, sudah selesai pertemuan kita. Selamat pagi…”

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: RESIKO PERILAKU


KEKERASAN

C. Proses Keperawatan
Kondisi klien

Klien dating kerumah sakit diantar keluarga karena di rumah marah-marah dan memecahkan
piring dan gelas

Diagnosa keperawatan: Resiko Perilaku Kekerasan

Tujuan khusus: SP 2 Resiko Perilaku Kekerasan


12. Klien mampu mengevaluasi kegiatan latihan fisik 1 dan 2.
13. Klien mampu melatih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan obat (klien mengetahui
6 benar obat: jenis, guna, dosis, frekuensi, cara, dan kontinuitas minum obat)
14. Klien mampu memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik dan minum obat

Tindakan keperawatan:
12. Mendiskusikan dengan pasien cara mengevaluasi kegiatan latihan fisik 1 dan 2.
13. Mengontrol cara mengontrol perilaku kekerasan denganobat (klien mengetahui 6
benar obat: jenis, guna, dosis, frekuensi, cara, dan kontinuitas minum obat)
14. Mengontrol kemamampuan memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik dan
minum obat
D. Proses PelaksanaanTindakan
Fase Orientasi :

Salam terapeutik
“selamat pagi ibu E…,ibu masih ingat dengan saya? yasudah saya perkenalkan diri
lagi ya bu, nama saya Ayu. Ibu boleh memanggil saya perawat ayu. Jadi saya yang akan
merawat ibu pagi ini dari jam 8 sampai jam 2 siang nanti”

Evaluasi
“Bagaimana keadaan ibu hari ini ?apakah ibu masih ingat dengan percakapan yang
kemarin? Baiklah, untuk mengingat percakapan kita yang kemarin jadi kita akan kembali
melakukan apa yang telah kita lakukan kemarin.”

Validasi
“Seperti yang telah kita lakukan kemarin jika ibu di rumah dan sedang merasa sangat kalut
akibat terlalu marah, bagaimana cara ibu untuk mengurangi rasa marah ibu?”
Kontrak
“Jadi seperti yang telah kita sepakati kemarin, hari ini kita akan mempelajari cara agar ibu
lebih bisa untuk mengontrol diri ibu sehingga ibu mampu menghindari perilaku kekerasan
yang mungkin timbul apabila ibu sedang merasa sangat marah. Nah, kemarin kan kita sudah
sepakat untuk melakukan percakapannya 20 menit dan tempatnya di taman. Mari kita ke
taman sekarang bu”

FaseKerja :
Tindakankeperawatangeneralis
“Baiklah ibu, sekarang kita akan melakukan praktek memukul benda lunak, berhubung saya
sudah menyiapkan bantal jadi kita akan menggunakan bantal ya ibu. Jika ibu sedang merasa
marah dan kesal ibu bias memukul bantal ini. Ibu bias meluapkan kekesalan dan kemarahan
ibu pada bantal ini. Ibu bias mencobanya dengan memukulnya sebanyak 3x terlebih dahulu
bu. Ibu bias menaikkan frekuensi memukulnya jika ibu merasakan sangat marah.”.

Fase Terminasi :
Evaluasi subyektif
”Bagaimana perasaan ibu setelah kita melakukan latihan tadi bu? Apakah setelah latihan
ini ibu merasa lebih baik?”

Evaluasiobyektif

“Baik, Coba ibu lakukan kembali latihan yang telah kita lakukan tadi bu. Bagus sekali ibu,
ibu sudah dapat melakukan kontrol diri yang sangat baik untuk mengontrol emosi ibu.”

Rencana tindak lanjut

Nah Jadi nanti jika ibu merasakan rasa marah itu lagi baik itu disini atau dirumah ibu bisa
mengendalikan marah ibu dengan melakukan teknik tadi yaitu memukul benda lunak
contohnya menggunakan bantal.Kita buat jadwal latihan untuk mengingatnya dan latihan
sesuai dengan jadwal ya ibu.

Kontrak yang akandatang

“Besok kita ketemu lagi untuk belajar cara yang ketiga ya ibu yaitu untuk mengendalikan
rasa marah ibu agar ibu mampu untuk mengontrol diri ibu dan tidak sampai membanting
barang-barang yang ada di sekitar ibu dengan cara mengatakannya secara verbal seperti
mengungkapkan, meminta dan menolak dengan baik dan benar bukan dengan mengamuk.
Bagaimana kalo kita bertemu untuk latihan mengontrol diri secara verbal jam 9.00 wita
waktunya 20 menit, tempatnya ibu disini saja (taman) atau dimana? Baiklah kalau
ibumaunya disini saja. Baiklah ibu, sudah selesai pertemuan kita. Selamat pagi…”

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: RESIKO PERILAKU


KEKERASAN

E. Proses Keperawatan
Kondisi klien

Klien dating ke rumah sakit diantar keluarga karena di rumah marah-marah dan memecahkan
piring dan gelas.

Diagnosa keperawatan: Resiko Perilaku Kekerasan

Tujuan khusus: SP 3 Resiko Perilaku Kekerasan


15. Klien mampu mengevaluasi kegiatan latihan fisik 1 dan 2 dan obat.
16. Klien mampu melatih cara mengontrol perilaku kekerasan secara verbal (melalui 3 cara:
mengungkapkan, meminta, dan menolak dengan benar)
17. Klien mampu memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik
18. Klien mampu memasukkan pada jadwal kegiatan untuk minum obat
19. Klien mampu memasukkan pada jadwal kegiatan untuk verbal

Tindakan keperawatan:
15. Mendiskusikan dengan pasien evaluasi kegiatan latihan fisik 1 dan 2 dan obat.
16. Mendiskusikan dengan pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara verbal
(melalui 3 cara: mengungkapkan, meminta, dan menolak dengan benar)
17. Mendiskusikan dengan pasien memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik
18. Mendiskusikan dengan pasien memasukkan pada jadwal kegiatan untuk minum obat
19. Mendiskusikan dengan pasien memasukkan pada jadwal kegiatan untuk verbal

F. Proses PelaksanaanTindakan
Fase Orientasi :

Salam terapeutik
“selamat pagi ibu E,ibu masih ingat dengan saya? Iya bu benar sekali saya perawat Ayu
yang hari ini merawat ibu dari jam 8 pagi sampai jam 2 siang nanti nggih bu.”

Evaluasi
“Bagaimana keadaan ibu hari ini ? Apakah ibu masih ingat dengan latihan kita kemarin?
Baiklah, untuk mengingat latihan kita yang kemarin jadi kita akan kembal imelakukan apa
yang telah kita lakukan kemarin.”
Validasi
“Seperti yang telah kita lakukan kemarin jika ibu dirumah dan sedang merasa sangat kalut
akibat terlalu marah, bagaimana cara ibu untuk mengurangi rasa marah ibu? Iya, benar
sekali ibu”
Kontrak
“Jadi seperti yang telah kita sepakati kemarin, hari ini kita akan mempelajari cara agar ibu
lebih bisa untuk mengontrol diri ibu sehingga ibu mampu menghindari perilaku kekerasan
yang mungkin timbul apabila ibu sedang merasa sangat marah. Nah, kemarin kan kita sudah
sepakat untuk melakukan percakapannya 20 menit dan tempatnya di taman. Mari kita ke
taman sekarang bu”

FaseKerja :
Tindakankeperawatangeneralis
“Baiklah ibu, sekarang kita akan melakukan praktek mengatakan keinginan ibu secara
verbal baik itu mengungkapkan, meminta dan menolak secara baik dan benar. Mari kita
mulai dengan mengungkapkan ya bu? Apakah ibu sudah siap untuk saya ajak
mengungkapkan perasaan ibu? Baiklah kalau begitu bu, ibu bisa mengungkapkannya
dengan sedikit demi sedikit ya ibu. Bagus sekali bu. Karena ibu sudah bisa mengungkapkan
keinginan ibu secara langsung mari kita belajar cara untuk meminta dengan baik ya ibu. Ibu
bisa mengatakan ‘saya minta itu ya’ kalau tidak diberikan ibu bilang ‘baiklah, tidak apa-
apa’ apakah ibu bisa mengatakan itu tanpa merasa marah. Iya bagus sekali bu. Luar biasa
bu, kita sekarang akan belajar untuk menolak dengan baik, jika ibu tidak memberikan apa
yang ibu punya ibu bisa mengatakannya dengan baik tanpa dengan rasa marah. Ibu bisa
mengatakan bahwa ibu tidak bisa memberikan itu kepada orang tersebut dna memberikan
penjelasan yang dapat diterima oleh orang lain”.

Fase Terminasi :
Evaluasi subyektif
”Bagaimana perasaan ibu setelah kita melakukan latihan tadi bu? Apakah setelah latihan
ini ibu merasa lebih baik?”

Evaluasi obyektif
“Baik, Coba ibu lakukan kembali latihan yang telah kita lakukan tadi bu. Bagus sekali ibu,
ibu sudah dapat melakukan kontrol diri yang sangat baik untuk mengontrol emosi ibu.”

Rencana tindak lanjut

Nah Jadi nanti jika ibu merasakan rasa marah itu lagi baik itu disini atau dirumah ibu bisa
mengendalikan marah ibu dengan melakukan teknik tadi yaitu mengatakannya secara
verbal. Orang lain pasti akan mengerti jika ibu memberikan penjelasan yanng baik kepada
orang tersebut.Kita buat jadwal latihan untuk mengingatnya dan latihan sesuai dengan
jadwal ya ibu.

Kontrak yang akandatang

“Besok kita ketemu lagi untuk belajar cara yang keempat ya ibu yaitu untuk mengendalikan
rasa marah ibu agar ibu mampu untuk mengontrol diri ibu dan tidak sampai membanting
barang-barang yang ada disekitar ibu dengan cara mengingat bahwa memberontak dan
bahkan mencederai orang lain merupakan hal yang tidak baik dilakukan. Jika ibu tidak bisa
melakukan hal tersebut ibu bisa mengingat bahwa Tuhan pasti akan tidak menginginkan hal
tersebut. Bagaimana kalo kita bertemu untuk latihan mengontrol diri secara spiritual jam
9.00 wita waktunya 20 menit, tempatnya ibudisini saja (taman) atau dimana? Baiklah kalau
ibu maunya disini saja. Baiklah ibu, sudah selesai pertemuan kita. Selamat pagi…”

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: RESIKO PERILAKU


KEKERASAN

G. Proses Keperawatan
Kondisi klien
Klien dating ke rumah sakit diantar keluarga karena di rumah marah-marah dan memecahkan
piring dan gelas

Diagnosa keperawatan: Resiko Perilaku Kekerasan

Tujuan khusus: SP 4 Resiko Perilaku Kekerasan


20. Klien mampu mengevaluasi kegiatan latihan fisik 1 dan 2, obat dan verbal.
21. Klien mampu melatih cara mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual (2 kegiatan)
22. Klien mampu memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik
23. Klien mampu memasukkan pada jadwal kegiatan untuk minum obat
24. Klien mampu memasukkan pada jadwal kegiatan untuk verbal
25. Klien mampu memasukkan pada jadwal kegiatan untuk spiritual

Tindakan keperawatan:
20. Mendiskusikan dengan pasien isi, frekwensi, waktu terjadi, situasi, pencetus,
perasaan dan respon
21. Mendiskusikan dengan pasien cara evaluasi kegiatan latihan fisik 1 dan 2, obat dan
verbal.
22. Mendiskusikan dengan pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual (2
kegiatan)
23. Mendiskusikan dengan pasien memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik
24. Mendiskusikan dengan pasien memasukkan pada jadwal kegiatan untuk minum obat
25. Mendiskusikan dengan pasien memasukkan pada jadwal kegiatan untuk verbal
26. Mendiskusikan dengan pasien memasukkan pada jadwal kegiatan untuk spiritual

H. Proses PelaksanaanTindakan
Fase Orientasi :

Salam terapeutik
“selamat pagiibu E,ibu masih ingat dengan saya? Iya bu benar sekali saya perawat Ayu
yang hari ini merawat ibu dari jam 8 pagi sampai jam 2 siang nanti nggih bu.”

Evaluasi
“Bagaimana keadaan ibu hari ini ? Apakah ibu masih ingat dengan latihan kita kemarin?
Baiklah, untuk mengingat latihan kita yang kemarin jadi kita akan kembali melakukan apa
yang telah kita lakukan kemarin.”

Validasi
“Seperti yang telah kita lakukan kemarin jika ibu dirumah dan sedang merasa sangat kalut
akibat terlalu marah, bagaimana cara ibu untuk mengurangi rasa marah ibu? Iya, benar
sekali ibu”
Kontrak
“Jadi seperti yang telah kita sepakati kemarin, hari ini kita akan mempelajari cara agar ibu
lebih bisa untuk mengontrol diri ibu sehingga ibu mampu menghindari perilaku kekerasan
yang mungkin timbul apabila ibu sedang merasa sangat marah dengan spiritual. Nah,
kemarin kan kita sudah sepakat untuk melakukan percakapannya 20 menit dan tempatnya di
taman. Mari kita ke taman sekarang bu”

FaseKerja :
Tindakan keperawatan generalis
“Baiklah ibu, sekarang kita akan melakukan praktek untuk berbuat baik dan selalu
mengingat bahwa apa yang kita lakukan merupakan hal yang bermakna untuk hidup kita.
Dengan demikian maka ibu akan bisa untuk memaknai diri ibu dan mampu untuk
menghormati orang lain dan tidak mencederai orang lain lagi”.

Fase Terminasi :
Evaluasi subyektif
”Bagaimana perasaan ibu setelah kita melakukan latihan tadi bu? Apakah setelah latihan
ini ibu merasa lebih baik?”

Evaluasi obyektif

“Baik, Coba ibu lakukan kembali latihan yang telah kita lakukan tadi bu. Bagus sekali ibu,
ibu sudah dapat melakukan kontrol diri yang sangat baik untuk mengontrol emosi ibu.”

Rencana tindak lanjut


Nah Jadi nanti jika ibu merasakan rasa marah itu lagi baik itu disini atau dirumah ibu bisa
mengendalikan marah ibu dengan melakukan teknik tadi yaitu selalu memaknai diri ibu
sendiri.Kita buat jadwal latihan untuk mengingatnya dan latihan sesuai dengan jadwal ya
ibu.

Kontrak yang akandatang

“Besok kita ketemu lagi untuk belajar cara yang kelima ya ibu yaitu untuk mengendalikan
rasa marah ibu agar ibu mampu untuk mengontrol diri ibu dan tidak sampai membanting
barang-barang yang ada disekitar ibu dengan cara yang telah dilakukan secara mandiri
tanpa perlu dibimbing lagi oleh perawat maupun keluarga ibu. Bagaimana kalo kita bertemu
untuk latihan mengontrol diri secara spiritual jam 9.00 wita waktunya 20 menit, tempatnya
ibu disini saja (taman) atau dimana? Baiklah kalau ibu maunya disini saja. Baiklah ibu,
sudah selesai pertemuan kita. Selamat pagi…”

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: RESIKO PERILAKU


KEKERASAN

I. Proses Keperawatan
Kondisi klien

Klien dating ke rumah sakit diantar keluarga karena di rumah marah-marah dan memecahkan
piring dan gelas

Diagnosa keperawatan: Resiko Perilaku Kekerasan

Tujuan khusus: SP 5 s/d 12 Resiko Perilaku Kekerasan


26. Klien mampu mengevaluasi kegiatan latihan fisik 1 dan 2
27. Klien mampu mengevaluasi kegiatan latihan minum obat
28. Klien mampu mengevaluasi kegiatan latihan verbal
29. Klien mampu mengevaluasi kegiatan latihan spiritual.
30. Klien mampu menilai kemampuan yang telah mandiri
31. Klien mampu menilai apakah perilaku kekerasan sudah terkontrol

Tindakan keperawatan:
27. Mendiskusikan dengan pasien isi, frekwensi, waktu terjadi, situasi, pencetus,
perasaan dan respon
28. Mendiskusikan dengan pasien cara evaluasi kegiatan latihan fisik 1 dan 2
29. Mendiskusikan dengan pasien cara evaluasi kegiatan latihan minum obat
30. Mendiskusikan dengan pasien cara evaluasi kegiatan latihan verbal
31. Mendiskusikan dengan pasien cara evaluasi kegiatan latihan spiritual.
32. Mendiskusikan dengan pasien cara menilai kemampuan yang telah mandiri
33. Mendiskusikan dengan pasien cara menilai apakah perilaku kekerasan sudah
terkontrol

J. Proses PelaksanaanTindakan
Fase Orientasi :

Salam terapeutik
“selamat pagiibu E, iya ibu benar sekali bu. Ibu sekarang sudah mulai mengenal dan
mengingat saya ya bu. Bagus sekali bu.”

Evaluasi
“Bagaimana keadaan ibu hari ini ? Apakah ibu masih ingat dengan latihan kita kemarin?
Baiklah, untuk mengingat latihan kita yang kemarin jadi kita akan kembali melakukan apa
yang telah kita lakukan kemarin.”

Validasi
“Seperti yang telah kita lakukan kemarin jika ibu dirumah dan sedang merasa sangat kalut
akibat terlalu marah, bagaimana cara ibu untuk mengurangi rasa marah ibu? Iya, benar
sekali ibu”
Kontrak
“Jadi seperti yang telah kita sepakati kemarin, hari ini kita akan mempelajari cara agar ibu
lebih bisa untuk mengontrol diri ibu sehingga ibu mampu menghindari perilaku kekerasan
yang mungkin timbul apabila ibu sedang merasa sangat marah secara mandiri. Nah,
kemarin kan kita sudah sepakat untuk melakukan percakapannya 20 menit dan tempatnya di
taman. Mari kita ke taman sekarang bu”

FaseKerja :
Tindakankeperawatangeneralis
“Baiklah ibu, sekarang kita akan melakukan praktek dari latihan awal hingga latihan yang
kemarin ya bu. Jangan takut bu, ibu pasti bisa melakukan itu dan ibu pasti bisa mengontrol
diri ibu sendiri.”.

Fase Terminasi :
Evaluasi subyektif
”Bagaimana perasaan ibu setelah kita melakukan latihan tadi bu? Apakah setelah latihan
ini ibu merasa lebih baik?”

Evaluasi obyektif

“Baik, Coba ibu lakukan kembali latihan yang telah kita lakukan tadi bu. Bagus sekali ibu,
ibu sudah dapat melakukan kontrol diri yang sangat baik untuk mengontrol emosi ibu.”

Rencana tindak lanjut

Nah Jadi nanti jika ibu merasakan rasa marah itu lagi baik itu disini atau dirumah ibu bisa
mengendalikan marah ibu dengan melakukan teknik tadi ya bu. Kita buat jadwal latihan
untuk mengingatnya dan latihan sesuai dengan jadwal ya ibu.

Kontrak yang akandatang

“Besok kita ketemu lagi untuk belajar cara yang kelima ya ibu yaitu untuk mengendalikan
rasa marah ibu agar ibu mampu untuk mengontrol diri ibu dan tidak sampai membanting
barang-barang yang ada disekitar ibu dengan cara yang telah dilakukan secara mandiri
tanpa perlu dibimbing lagi oleh perawat maupun keluarga ibu. Bagaimana kalo kita bertemu
untuk latihan mengontrol diri secara spiritual jam 9.00 wita waktunya 20 menit, tempatnya
ibu disini saja (taman) atau dimana? Baiklah kalau ibu maunya disini saja. Baiklah ibu,
sudah selesai pertemuan kita. Selamat pagi…”
.
4. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien
terhadap tindakan keperawatanyang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi
menjadi dua, yaitu evaluasi proses atau formatif dilakukan setiap selesai
melaksanakan tindakan, evaluasi hasil atau sumatif dilakukan dengan
membandingkan respon klien pada tujuan khusus dan umum yang telah
ditentukan.Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP,
sebagai pola pikir.
Adapun hasil tindakan yang ingin dicapai pada pasien dengan perilaku
kekerasan antara lain
a. Klien dapat mengontrol atau mengendalikan perilaku keekrasan.
b. Klien dapat membina hubungan saling pecaya.
c. Klien dapat mengenal penyebab perilaku kekerasan yang dilakukakannya.
d. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
e. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang pernah dilakukan.
f. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
g. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan
kemarahan.
h. Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.
i. Klien mendapatkan dukungan dari keluarga untuk mengontrol perilaku
kekerasan.
j. Klien menggunakan obat sesuai program yang telah ditetapkan. (Fitria, 2010).
DAFTAR PUSTAKA

Depkes, RI. 2007. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa. Magelang: RSJ Prof. Dr. Soeroyo
Magelang.

Direja, A. H. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.

Dwi, A. S., & Prihantini, E. 2014. Keefektifan Penggunaan Restrain terhadap Penurunan
Perilaku Kekerasan pada Pasien Skizofrenia. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan , 138-
139.

Farida, K., & Yudi, H. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Fitria, N. 2010. Prinsip Dasar dan aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika.

Jenny, M., Purba, S. E., Mahnum, L. N., & Daulay, W. 2008. Asuhan Keperawatan pada
Klien dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.

Keliat, D. B. 2014. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: Buku Kedokteran


EGC.

Undang-Undang No.18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa

Yosep, I. 2007. Keperawatan Jiwa (Cetakan 1). Bandung: PT Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai