Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DEFISIT

PERAWATAN DIRI

Dibuat guna memenuhi salah satu tugas


Mata kuliah: Keperawatan Jiwa II
Dosen Pengampu : Rully Andika, S. Kep., MAN

Disusun oleh :
Kelompok 4
1. Dewi Nur Oktaviani ( 108116039 )
2. Myelinda Ariyanti ( 108116047 )
3. Anis Isfatun Khieriyyah ( 108116055 )
4. Ayu Safitri ( 108116063 )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AL-IRSYAD


AL-ISLAMIYYAH CILACAP
PRODI SARJANA KEPERAWATAN 3B
TAHUN 2018 / 2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


‫ِبس َْم هللاِ الرحْ َم ِن الرحِ ي ِْم‬
Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan taufik
serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas semester lima ini
dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DEFISIT PERAWATAN DIRI
”. Limpahan shalawat serta salam kita junjungkan kepada Nabi Muhammad SAW,
Yang telah menbawa seluruh umat manusia ke dalam alam yang penuh dengan ilmu
pengetahuan.

Selanjutnya, penulis ucapkan terima kasih kepada kedua orang tua tercinta yang
telah memberikan semangat, motivasi, dan selalu mendoakan penulis dalam
menyelesaikan tugas ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Bapak Rully
Andika, S.Kep., MAN selaku dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Jiwa II
yang telah banyak membantu, meluangkan waktu, mendukung, mengarahkan dan
membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas ini. Disadari sepenuhnya bahwa
makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan baik dari segi penyusunan
kalimat maupun bahasanya. untuk itu diharapkan apabila ada kesalahan atau
ketidaksesuaian bahasa dalam penulisan ini diharapkan koreksi yang konstruktif dari
penyempurnaan makalah ini.

Semoga amal dan kebaikan yang diberikan kepada penulis mendapatkan


balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari dalam penulisan tugas ini jauh dari
kesempurnaan karena kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT. Oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tugas
selanjutnya. Semoga tugas ini dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat.

Amin Ya Rabball Alamin. Wassalamualaikum Wr. Wb

Cilacap, 18 September 2018


Penyusun

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii
BAB I ........................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................................................... 2
BAB II....................................................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................... 3
A. Pengertian ..................................................................................................................... 3
B. Jenis–Jenis Perawatan Diri............................................................................................ 3
C. Etiologi.......................................................................................................................... 4
D. Tanda dan Gejala .......................................................................................................... 6
E. Mekanisme Koping ....................................................................................................... 7
F. Rentang Respon Kognitif .............................................................................................. 7
G. Pohon Masalah .............................................................................................................. 9
H. NOC dan NIC ............................................................................................................... 9
I. Intervensi..................................................................................................................... 10
J. Diagnosa Keperawatan ............................................................................................... 11
K. Tindakan keperawatan ................................................................................................ 13
BAB III ................................................................................................................................... 19
PENUTUP .............................................................................................................................. 19
A. Simpulan ..................................................................................................................... 19
B. Saran ........................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 20

II
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut data dari WHO (World Health Organization) tahun 2011, yang di
kutip dari Ikrar (2012), penderita gangguan jiwa berat telah menempati tingkat
yang luar biasa. Lebih 24 juta mengalami gangguan jiwa berat. Jumlah penderita
gangguan jiwa di dunia, seperti fenomena gunung es di lautan, yang kelihatannya
hanya puncaknya, tetapi dasarnya lebih banyak lagi yang belum terlacak. Menurut
data dari Departemen Kesehatan tahun 2007, kasus gangguan jiwa di Indonesia
yaitu 11,6% dari seluruh penduduk Indonesia (19,6 jt orang dari 241 jt). Pada
laporan riset kesehatan dasar tahun 2007, ditemukan bahwa sebanyak 11,6%
individu yang berumur 15 tahun keatas melaporkan bahwa mereka memiliki
gangguan emosional (Dimyati, 2010). Widowati (2013) mengungkapkan bahwa
tekanan hidup diduga membuat semakin banyak orang depresi dan gila.
Setidaknya saat ini yang terdata saja di Jawa Tengah terdapat 30.000 orang
yang mengidap gangguan jiwa. Dari angka tersebut, hanya 20.000 orang yang
mendapat perawatan intensif di rumah sakit kejiwaan.. Penderita gangguan jiwa di
wilayah Surakarta berdasarkan data yang penulis dapat dari studi kasus yang
dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta selama 3 bulan terakhir, telah di
peroleh data tentang jumlah penderita gangguan jiwa dengan masalah defisit
perawatan diri sejumlah 992 orang. Sedangkan untuk jumlah penderita defisit
perawatan diri di bangsal Amarta selama 1 bulan terakhir sebanyak 262 orang.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari perawatan diri ?
2. apa saja jenis-jenis dari perawatan diri ?
3. Bagaimana etiologi atau penyebab dari defisit perawatan diri ?
4. Apa saja tanda dan gejala yang muncul pada klien dengan defisit perawatan
diri ?
5. Bagaimana mekanisme koping pada klien dengan defisit perawatan diri ?

1
6. Bagaimana rentang Respon Kognitif pada klien dengan defisit perawatan
diri ?
7. Bagaimana pohon masalah pada klien dengan defisit perawatan diri ?
8. Apa saja diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan defisit
perawatan diri ?

C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu agar pembaca dapat memahami tentang :

1. Pengertian dari perawatan diri


2. Jenis-jenis dari perawatan diri
3. Etiologi atau penyebab dari defisit perawatan diri
4. Tanda dan gejala yang muncul pada klien dengan defisit perawatan diri
5. Mekanisme koping pada klien dengan defisit perawatan diri
6. Rentang Respon Kognitif pada klien dengan defisit perawatan diri
7. Pohon masalah pada klien dengan defisit perawatan diri ?
8. Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan defisit perawatan diri

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan
kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu
keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2000).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas
perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).
Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan
psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu
melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya ( Tarwoto dan Wartonah 2000 ).

B. Jenis–Jenis Perawatan Diri


1. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.
2. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan
memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
3. Kurang perawatan diri : Makan
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk
menunjukkan aktivitas makan.
4. Kurang perawatan diri : Toileting
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah : 2004,
79 ).

3
C. Etiologi
Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000) Penyebab kurang perawatan diri adalah
sebagai berikut :
1. Kelelahan fisik
2. Penurunan kesadaran
Menurut Dep Kes (2000: 20), penyebab kurang perawatan diri adalah :
1. Faktor prediposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk
perawatan diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan
dalam perawatan diri.
e. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas,
lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu
kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal
hygiene adalah:
1. Body Image

4
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan
diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak
peduli dengan kebersihan dirinya.
2. Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
4. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang
baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita
diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
5. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
6. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
7. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang
dan perlu bantuan untuk melakukannya.
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene:
1. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik
yang sering terjadi adalah : Gangguan integritas kulit, gangguan
membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan
fisik pada kuku.

5
2. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

D. Tanda dan Gejala


Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri
adalah:
1. Fisik
Badan bau, pakaian kotor. Rambut dan kulit kotor. Kuku panjang dan kotor.
Gigi kotor disertai mulut bau penampilan tidak rapi
2. Psikologis
Malas, tidak ada inisiatif. Menarik diri, isolasi diri. Merasa tak berdaya, rendah
diri dan merasa hina.
3. Sosial
Interaksi kurang. Kegiatan kurang Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan
mandi tidak mampu mandiri.
Data yang biasa ditemukan dalam deficit perawatan diri adalah :
1. Data subyektif
a. Pasien merasa lemah
b. Malas untuk beraktivitas
c. Merasa tidak berdaya.
2. Data obyektif
a. Rambut kotor, acak – acakan
b. Badan dan pakaian kotor dan bau
c. Mulut dan gigi bau.
d. Kulit kusam dan kotor
e. Kuku panjang dan tidak terawatt

6
E. Mekanisme Koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya di bagi menjadi 2 (Stuart &
Sudeen, 2000), yaitu :
1. Mekanisme Koping Adaptif
Mekanisme koping yang mmendukung ffungsi integrasi, pertumbuhan, belajar
dan mencapai tujuan. Katagorinya adalah : Klien dapat memenuhi kebutuhan
perawatan diri secara mandiri.
2. Mekanisme Koping Mal Adaptif
Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah
pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cendrung menguasai lingkungan.
Kategorinya adalah : Tidak mau merawat diri.
Tahapan Mekanisme Koping :
a. Regresi
b. Penyangkalan
c. Isolasi diri, menarik diri
d. Intelektualisasi

F. Rentang Respon Kognitif

Adaptif Mal Adaptif

Pola perawatan diri Kadang perawatan Tidak melakukan


seimbang diri tidak seimbang perawatan diri

Keterangan :
1. Pola perawatan diri seimbang: saat pasien mendapatkan stressor dan mampu
untuk berperilaku adaptif maka pola perawatan yang dilakukan klien
seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.

7
2. Kadang melakukan perawatan diri kadang tidak: saat pasien mendapatan
stressor kadang-kadang pasien tidak menperhatikan perawatan dirinya.
3. Tidak melakukan perawatan diri: klien mengatakan dia tidak perduli dan tidak
bisa melakukan perawatan saat stress (Ade, 2011)

Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang tidak dapat merawat diri
sendiri adalah :
1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri
a. Bina hubungan saling percaya.
b. Bicarakan tentang pentingnya kebersihan.
c. Kuatkan kemampuan klien merawat diri.
2. Membimbing dan menolong klien merawat diri.
a. Bantu klien merawat diri
b. Ajarkan ketrampilan secara bertahap
c. Buatkan jadwal kegiatan setiap hari
3. Ciptakan lingkungan yang mendukung
a. Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi.
b. Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien.
c. Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien misalnya, kamar
mandi yang dekat dan tertutup.

8
G. Pohon Masalah
Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri

Effect Gangguan pemeliharaan kesehatan


(BAK/BAB, mandi, makan, minum

Core problem Defisit perawatan diri

Menurunnya motivasi dalam


Causa merawat diri

Isolasi sosial : menarik diri

H. NOC dan NIC


1. NIC : Bantuan Perawatan Diri Berpakaian/Berdandan
NOC : Perawatan Diri Berpakaian
2. NIC :Bantuan Perawatan Diri Eliminasi
NOC : Perawatan Diri Eliminasi
3. NIC : Bantuan Perawatan Diri Mandi/Kebersihan
NOC : Perawatan Diri Mandi
4. NIC : Bantuan Perawatan Diri Pemberian Makan
NOC : Perawatan Diri Makan

9
I. Intervensi
1. Bantuan Perawatan Diri Berpakaian/Berdandan
Pertimbangkan usia pasien saat mempromosikan aktifitas perawatan diri
Informasikan pasien mengenai ketersediaan pilihan pakaian
Sediakan pakaian pasien di area yang dapat dijangkau ( misalnya disisi tempat
tidur)
Sediakan pakaian pribadi dengan tepat
Bersedia memberikan bantuan dalam berpakaian,sesuai kebutuhan
Fasilitasi pasien untuk menyisir rambut dengan tepat
Jaga privasi saat pasien berpakaian
Sediakan cat kuku jika diminta
Puji usaha untuk berpakai sendiri
2. Bantuan Perawatan Diri Eliminasi
Pertimbangkan usia pasien saat mempromosikan aktifitas perawatan diri
Lepaskan baju yang diperlukan ehingga bisa melakukan eliminasi
Bantu pasien ke toilet atau tempat lain untuk eliminasi pada interval waktu
tertentu
Beri privasi selama eliminasi
Faslitasi kebersihan toilet setelah menyelesaikan eliminasi
Ganti pakaian pasien setelah eliminasi
Siram toilet/bersihkan alat-alat untuk eliminasi
Instruksikan pasien atau yang lain dalam rutinitas toilet
Sediakan alat bantu (misalnya kateter eksternal/urinal) dengan tepat
Monitor integritas kulit pasien
3. Bantuan Perawatan Diri Mandi/Kebersihan
Pertimbangkan usia pasien saat mempromosikan aktifitas perawatan diri
Tentukan jumlah dan tipe bantuan yang diperlukan
Letakan handuk,sabu,deodorant,alat bercukur dan asesoris lain yang diperlukan
disisi tempat tidur atau kamar mandi

10
Sediakan barang pribadi yang diinginkan ( misalnya deodorant,sikat gigi,sabun
mandi,sampo,lotion dan produk aromaterapi)
Sediakan lingkungan yang terapeutik dengan memastikan kehangatan,suasana
rileks,privasi dan pengalaman pribadi
Fasilitasi pasien menggosok gigi dengan tepat
Failitasi pasien mandi sendiri dengan tepat
Monitor kebersihan kuku sesuai dengan kemampuan merawat diri pasien
Monitor integritas kulit pasien
Berikan bantuan sampai pasien benar benar mampu merawat diri secara mandiri
4. Bantuan Perawatan Diri Pemberian Makan
Monitor kemampuan pasien untuk menelan
Atur meja dan nampan makanan agar terlihat menarik
Ciptakan lingkungan yang menyenangkan selama makan (misalnya jauhkan
dari benda-benda seperti pispot,urinal dan suction)
Pastikan posisi pasien yang tepat untuk memfasilitasi mengunyah dan menelan
Berikan bantuan fisik sesuai kebutuhan
Berikan kebersihan mulut debelum makan
Buka bungkusan makanan
Sediakan interaksi sosial dengan tepat
Berikan alat-alat yang bisa memfasilitasi untuk pasien bisa makan sendiri
Gunakan alat makan yang tidak berat dan tidak mudah pecah

J. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data yang didapat ditetapkan diagnosa keperawatan :
Kurang Perawatan Diri : – Kebersihan diri – Berdandan – Makan - BAB/BAK
Latihan 1: Percakapan saat melakukan pengkajian pada pasien dengan kurang
perawatan diri : kebersihan diri
Orientasi :
“Selamat pagi Tina, bagaimana perasaannya hari ini ? Bagaimana kalau saat ini
kita mendiskusikan tentang kegiatan Tina sehari-hari 15 menit disini, bagaimana
Tin?”

11
Kerja :
a. Pengkajian Kebersihan diri
“Berapa kali Tina mandi dalam sehari? Apakah Tina sudah mandi hari ini?
Menurut Tina apa kegunaannya mandi ?Apa alasan Tina sehingga tidak bisa
merawat diri ? Menurut Tina apa manfaatnya kalau kita menjaga kebersihan
diri? Kira-kira tanda-tanda orang yang merawat diri dengan baik seperti apa?
Kalau kita tidak teratur menjaga kebersihan diri masalah apa menurut Tina
yang bisa muncul ?”
b. Pengkajian Berdandan untuk pasien wanita
“Apa yang Tina lakukan untuk merawat rambut dan muka? Kapan saja Tina
menyisir rambut ? Bagaimana dengan bedakan? Apa maksud atau tujuan
sisiran dan berdandan ?”
c. Pengkajian Berdandan untuk pasien laki-laki
“Berapa kali Tono cukuran dalam seminggu? Kapan Tono cukuran terakhir?
Apa gunanya cukuran? Apa alat-alat yang diperlukan?”
d. Pengkajian Makan
“Berapa kali makan sehari? Apa saja persiapan makan? Di mana tempat kita
makan? Bagaimana cara makan yang baik? Apa yang dilakukan sebelum
makan ? Apa pula yang dilakukan setelah makan?”
e. Pengkajian kemampuan BAB/BAK
“Di mana biasanya Tina berak/kencing? Bagaimana membersihkannya?”
Terminasi :
“Bagaimana perasaan Tina setelah kita mendiskusikan tentang pentingnya
kebersihan diri tadi ? Sekarang coba Tina ulangi lagi tanda-tanda bersih dan rapi ?
Setengah jam lagi kita akan mendiskusikan tentang cara-cara merawat diri
sekaligus Tina mempraktekkannya. Bagaimana Tina? Setuju?”
(Perawat menyiapkan alat kebersihan diri yang akan digunakan)

Data yang didapat berdasarkan komunikasi diatas didokumentasikan pada kartu


berobat pasien di puskesmas. Contoh pendokumentasiannya sebagai berikut:

12
Data : Pasien berpenampilan kotor, tidak rapi, badan bau dan gigi tampak kuning
dan terlihat banyak sisa makanan. Pasien mengatakan bahwa ia sudah 3 bulan tidak
mandi. Keluarga mengatakan pasien BAB dan BAK disembarang tempat.

K. Tindakan keperawatan
Tindakan keperawatan untuk pasien kurang perawatan diri juga ditujukan untuk
keluarga sehingga keluarga mampu mengarahkan pasien dalam melakukan
perawatan diri.
1. Tindakan keperawatan untuk pasien
Tujuan:
a. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
b. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
c. Pasien mampu melakukan makan dengan baik
d. Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
2. Tindakan keperawatan
1) Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri
Untuk melatih pasien dalam menjaga kebersihan diri Saudara dapat
melakukan tanapan tindakan yang meliputi:
a. Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri.
b. Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
c. Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
d. Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
Latihan 2. Percakapan saat melatih pasien tentang cara-cara perawatan
kebersihan diri
Orientasi :
“Selamat pagi Tina? Apakah masih ingat apa tanda-tandanya bersih ? Selama
setengah jam ini kita akan membicarakan bagaimana cara mandi, gosok gigi,
keramas, berpakaian dan gunting kuku yang benar. Selanjutnya … akan
mencoba cara-cara yang telah kita diskusikan ini. Siap … ?
Kerja :

13
“Menurut Tina kalau mandi itu kita harus bagaimana ? sebelum mandi apa yang
perlu kita persiapkan ? Benar sekali..Tina perlu menyiapkan pakaian ganti,
handuk, sikat gigi, shampo dan sabun serta sisir. Bagaimana kalau sekarang kita
ke kamar mandi, suster akan membimbing Tina melakukannya. Sekarang Tina
siram seluruh tubuh Tina termasuk rambut lalu ambil shampoo gosokkan pada
kepala Tina sampai berbusa lalu bilas sampai bersih.. bagus sekali.. Selanjutnya
ambil sabun, gosokkan di seluruh tubuh secara merata lalu siram dengan air
sampai bersih, jangan lupa sikat gigi pakai odol.. giginya disikat mulai dari arah
atas ke bawah. Gosok seluruh gigi Tina. mulai dari depan sampai belakang..
Bagus, lalu kumur-kumur sampai bersih. Terakhir siram lagi seluruh tubuh
Tina. sampai bersih lalu keringkan dengan handuk. Tina bagus sekali
melakukannya. Selanjutnya Tina pasang baju dan sisir rambutnya dengan
baik.”
Terminasi :
“Bagaimana perasaan Tina setelah mandi dan mengganti pakaian ? Coba Tina
sebutkan lagi apa saja cara-cara mandi yang baik yang sudah Tina. lakukan tadi
?”
”Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan, jam berapa saja? Nah, dikerjakan
ya Tina! Dua hari lagi kita ketemu lagi untuk latihan berdandan. Oke?”
2) Melatih pasien berdandan/berhias
Saudara sebagai perawat dapat melatih pasien berdandan. Untuk pasien
laki-laki tentu harus dibedakan dengan wanita. Untuk pasien laki-laki
latihan meliputi :
a. Berpakaian
b. Menyisir rambut
c. Bercukur
Untuk pasien wanita, latihannya meliputi :
a. Berpakaian
b. Menyisir rambut
c. Berhias

14
Latihan 3. Percakapan saat melatih pasien laki-laki berdandan
Orientasi :
“Selamat pagi Pak Tono? “Bagaimana perasaan Bpk hari ini? Bagaimana
mandinya?” “Hari ini kita akan latihan berdandan, mau dimana latihannya.
Bagaimana kalau di ruang tamu ? lebih kurang setengah jam”.
Kerja :
“Apa yang bapak lakukan setelah selesai mandi ?” “Apakah bapak menyisir
rambut ? Bagaimana cara bersisir ?” “Bagaimana cara bapak memakai baju
? Berapa kali ganti baju dalam sehari ?” “Apakah bapak suka bercukur?
Berapa hari sekali bercukur ?” “Untuk menyisir rambut sebaiknya tiap
selesai mandi bapak bersisir. Pakailah sisir” yang bersih dan tidak tajam.
Coba bapak praktekkan… ya, bagus!” “Tampaknya kumis dan janggut
bapak sudah panjang. Mari Pak dirapikan ! Ya, Bagus !” (catatan: janggut
dirapihkan bila pasien tidak memelihara janggut) “Untuk berpakaian,
pilihlah pakaian yang bersih dan kering. Berganti pakaian yang sehat 2x/hari.
Sekarang coba bapak ganti baju.. Ya, bagus seperti itu”.
Terminasi :
“Bagaimana perasaan bapak setelah berdandan”. “Coba pak, sebutkan cara
berdandan yang baik sekali lagi”.. “Selanjutnya bapak setiap hari setelah
mandi berdandan dan pakai baju seperti tadi ya! Masukkan ke jadwal ya?”
“Minggu depan kita latihan makan yang baik. Kita akan makan bersama.
Saya akan datang jam 12 siang”.
Latihan 4. Percakapan melatih berdandan untuk pasien wanita
Orientasi :
“Selamat pagi, bagaimana perasaaan Tina hari ini ?Bagaimana mandinya?”
“Sesuai janji kita hari ini kita akan latihan berdandan supaya ibu tampak rapi
dan cantik. Di mana alat-alat dandannya?”
Kerja :
“Bagaimana cara Ibu berdandan ? Apakah menyisir rambut ? Bagaimana
cara ibu menyisir ? Bagus sekali!” “Apa kebiasaan ibu dalam

15
berdandan/berpakaian ?” “Apakah ibu biasa memakai bedak ?” “Nah
sekarang kita praktek ya mulai dengan ganti pakaian. Ya bagus. Sekarang
menyisir rambut.. ya.. Bagus sekali.., lanjutkan dengan merias muka. Ya
bagus. Ibu tampak cantik..” “Saya jelaskan bahwa ganti baju sebaiknya
2x/hari kemudian menyisir rambut setelah mandi. Berbedak dilakukan
setelah mandi.”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Ibu setelah belajar berdandan. “
“Untuk berdandan caranya bagaimana ?” “Hari-hari berikutnya saya
berharap Ibu berdandan dengan baik. Mari masukkan dalam jadwalnya ya!”
“Minggu depan kita bertemu lagi untuk belajar cara makan yang baik.”
3) Melatih pasien makan secara mandiri
Untuk melatih makan pasien Saudara dapat melakukan tahapan sebagai
berikut:
a. Menjelaskan cara mempersiapkan makan
b. Menjelaskan cara makan yang tertib
c. Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan
d. Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
Latihan 5. Percakapan melatih pasien makan secara mandiri
Orientasi :
“Selamat pagi Tina? Bagaimana perasaannya hari ini ?” “Apakah berdandan
sudah dilakukan tiap hari ?” “Hari ini kita akan latihan bagaimana cara
makan yang baik. Kita latihan selama satu jam… langsung di ruang makan
ya..!”
Kerja :
“Bagaimana kebiasaan sebelum, saat, maupun setelah makan ? Dimana Tina
makan ?”
“Sebelum makan kita harus cuci tangan memakai sabun. Ya, mari kita
praktekkan ! “Bagus ! Setelah itu kita duduk dan ambil makanan. Sebelum
disantap kita berdoa dulu. Silakan Tina yang pimpin !. Bagus.. “Mari kita

16
makan.. saat makan kita harus menyuap makanan satu-satu dengan pelan-
pelan. Ya, mari kita makan”.. “Setelah makan kita bereskan piring, gelas
yang kotor. Ya betul.. dan kita akhiri dengan cuci tangan. Ya bagus”!
Terminasi :
“Bagaimana perasaan Tina setelah kita makan bersama-sama”. “Setelah
makan apa yang sebaiknya kita lakukan ?” “Hari-hari berikutnya saya
berharap Ibu Asih melakukan cara tadi dengan baik. Dua hari lagi saya
datang lagi untuk melihat hasil kegiatan Tina. Sampai jumpa!”
4) Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri
Saudara dapat melatih pasien untuk BAB dan BAK mandiri sesuai tahapan
berikut:
a. Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
b. Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
c. Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK
Latihan 6. Percakapan mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara
mandiri
Orientasi :
“Selamat pagi Tono ? Bagaimana perasaan Tono hari ini ?” “Sesuai dengan
janji kita, selama setengah jam ini kita akan membicarakan tentang cara
berak dan kencing yang baik?”
Kerja :
“Dimana biasanya Tono berak dan kencing?” “Benar Tono, berak atau
kencing yang baik itu di WC/kakus, kamar mandi atau tempat lain yang
tertutup dan ada saluran pembuangan kotorannya. Jadi kita tidak
berak/kencing di sembarang tempat ya…..” “Sekarang, coba Tono jelaskan
kepada saya bagaimana cara Tono cebok?” “Sudah bagus ya Tono Yang
perlu diingat saat Tono cebok adalah Tono membersihkan anus atau
kemaluan dengan air yang bersih dan pastikan tidak ada tinja/air kencing
yang masih tersisa di tubuh Tono”.

17
3. Tindakan keperawatan pada keluarga
a. Tujuan
1) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah
kurang perawatan diri.
b. Tindakan keperawatan
Untuk memantau kemampuan pasien dalam melakukan cara perawatan diri
yang baik maka Saudara harus melakukan tindakan kepada keluarga agar
keluarga dapat meneruskan melatih pasien dan mendukung agar
kemampuan pasien dalam perawatan dirinya meningkat. Serangkaian
intervensi ini dapat Saudara lakukan:
1) Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang
dibutuhkan oleh pasien untuk menjaga perawatan diri pasien.
2) Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat diri pasien dan
membantu mengingatkan pasien dalam merawat diri (sesuai jadual
yang telah disepakati).
3) Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian atas keberhasilan
pasien dalam merawat diri.

18
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan
aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting). Rentang respon defisit
perawatan diri : pola perawatan diri seimbang, kadang perawatan diri kadang tidak,
tidak melakukan perawatan diri. Jenis-jenis perawatan diri : kurang perawatan diri
: mandi/kebersihan, pakaian/berhias, makan, toileting. Menurut Tarwoto dan
Wartonah (2000), Penyebab kurang perawatan diri adalah kelelahan fisik dan
penurunan kesadaran. Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi
menjadi 2 (Stuart & Sundeen, 2000) yaitu mekanisme koping adaptif dan
mekanisme koping maladaptif.

B. Saran
Klien diharapkan dalam mengikuti program penyembuhan yang direncanakan
oleh dokter dan perawat mau dan mampu untuk mengikuti guna kesembuhan klien.
Keluarga nantinya mampu memberikan motivasi dan semangat kepada klien untuk
mengembalikan kepercayaan diri baik di rumah maupun di rumah sakit.

19
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta :
EGC.
Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa.
Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis Psikiatri. Edisi 7. Jakarta : EGC
Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC
Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa.
Yogyakarta : Momedia
Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah
Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto
Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC
Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 – 2006. Jakarta :
Prima Medika.
Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.
Townsend, Marry C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan
Psikiatri edisi 3. Jakarta. EGC

http://zieshila.wordpress.com/ibu-dan-anak/asuhan-keperawatan-pasien-defisit-
perawatan-diri/

20

Anda mungkin juga menyukai