Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MAKALAH

MENGAPLIKASIKAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI

DI SUSUN OLEH

NAMA : SITINA MASITHA MARASABESSY

NIM :

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN MALUKU

JURUSAN KEPERAWATAN

2017
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah Mengaplikasikan Asuhan
Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Konsep Diri.
Adapun makalah ini telah saya usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya
tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik
dari segi penyusunan bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan
tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan
kritik kepada saya sehingga saya dapat memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah Makalah Membantu Persalinan
Normal sesuai Langkah-Langkah ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat
memberikan inpirasi terhadap pembaca.

Ambon, Agustus 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .....................................................................................................i

KATA PENGANTAR ...................................................................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...........................................................................................................


B. Tujuan Penulisan ........................................................................................................

BAB II LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar .............................................................................................................

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN


PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI
A. Pengkajian ..................................................................................................................
B. Diagnosa Keperawatan ...............................................................................................
C. Rencana Tindakan Keperawatan ................................................................................

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................................
B. Saran ..........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................iii


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Manusia adalah makhluk bio-psiko-sosial-spiritual yang unik dan menerapkan sistem


terbuka serta saling berinteraksi. Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan
hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungannya, keadaan ini disebut sehat. Sedangkan seseorang dikatakan sakit apabila
gagal dalam mempertahankan keseimbangan diri dan lingkungan. Klien masuk ke Rumah Sakit
dan dirawat mengalami stress fisik dan mental baik dari diri sendiri, keluarga, maupun lingkungan.
Pada Hieraki dalam kebutuhan Maslow dinyatakan bahwa tingkat yang paling tinggi dalam
kebutuhan manusia adalah tercapainya aktualisasi diri. Untuk mencapai aktualisasi diri diperlukan
konsep diri yang sehat.
Adapun pengertian dari konsep diri adalah semua perasaan, kepercayaan dan nilai yang
diketahui individu dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep diri berkembang secara
bertahap saat bayi mulai mengenal dan membedakan dirinya dengan orang lain. Konsep diri terdiri
dari beberapa komponen yaitu gambaran diri, ideal diri, haraga diri, penampilan peran dan
identitas. Tanda dan gejala seseorang dengan gangguan konsep diri yaitu cenderung kurang
percaya diri, malu memandang dirinya sendiri, menganggap dirinya kurang berharga dan
cenderung menarik diri dari kontak sosial. Bila hal tersebut tidak segera ditangani akan berdampak
yang sangat negatif, seperti malas melakukan aktifitas perawatan diri, resiko mencederai diri
bahkan perilaku bunuh diri.
Melihat dampak yang diakibatkan sangat berbahaya, maka dalam hal ini dibutuhkan peran
perawat baik sebagai pendidik dan pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan yang
komprehensif dan berorientasi pada kebutuhan bio-psiko-sosial-spiritual. Dalam fungsinya
perawat juga berorientasi sebagai team kesehatan serta mampu menempatkan keluarga klien
sebagai support system dalam mencapai tujuan yang maksimal.
B. Tujuan penulisan

1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu memahami gangguan konsep diri: peran.
2. Tujuan Khusus
Diharapkam mahasiswa mampu :
Memahami konsep dasar psikososial
Menjelaskan pengkajian keperawatan pada klien dengan gangguan kebutuhan psikososial
Menjelaskan diagnosa keperawatan dengan kebutuhan psikososial
Menjelaskan perencanaan keperawatan dengan kebutuhan psikososial
Menjelaskan intervensi keperawatan dengan kebutuhan psikososial
Menjelaskan evaluasi keperawatan dengan kebutuhan psikososial
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar

1. Pengertian
Manusia adalah makhluk bio-psiko-sosial yang unik dan menerapkan sistem terbukaserta
saling berintegrasi. Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan hidupnya.
Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungannya, keadaan ini disebut sehat. Sedangkan seseorang dikatakan sakit
apabila gagal dalam mempertahankan keseimbangan diri dan lingkungannya. (Tarwoto,
2003).
Klien masuk kerumah sakit dan dirawat mengalami stres fisik dan mental baik dari diri
sendiri, lingkungan maupun keluarga.
Kebutuhan Maslow dinyatakan bahwa tingkat yang paling tinggi dalam kebutuhan
manusia adalah tercapainya aktualisasi diri. Untuk mencapai aktualisasi diri diperlukan
konsep diri yang sehat.
Konsep diri adalah semua perasaan, kepercayaan dan nilai yang diketahui individu
tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep
diri berkembang saat bayi mulai mengenal dan membedakan dirinya dengan orang lain.
(Tarwoto, 2003).

2. Komponen Konsep Diri


Komponen-komponen konsep diri menurut (Tarwoto, 2003) terdiri dari:
a. Citra Tubuh ( Body Image )
Adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar, mencangkup
persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, dan fungsi penampilan tubuh saat ini dan
masa lalu.
b. Ideal Diri
Persepsi individu tentang bagaimana ia harus berprilaku sesuai dengan standar prilaku.
c. Harga Diri
Adalah penilaian terhadap hasil yang dicapai dengan analisis, sejauh mana perilaku
memenuhi ideal diri. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain.
d. Peran Diri
Adalah pola sikap, perilaku nilai yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya
di masyarakat.
e. Identitas Diri
Adalah kesadaran akan dirinya sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian yang
merupakan sintesis dari semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri


Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri menurut (Tarwoto, 2003) adalah sebagai
berikut:
a. Tingkat perkembangan dan kematangan
Perkembangan anak yaitu dukungan mental, perlakuan dan pertumbuhan anak akan
mempengaruhi konsep dirinya.
b. Budaya
Pada usia anak-anak dan nilai-nilai akan diadopsi dari orang tuannya, kelompoknya dan
lingkungannya. Orang tua yang bekerja seharian akan membawa anak lebih dekat pada
lingkungannya.
c. Sumber eksternal dan internal
Sumber internal misalnya orang yang humoris koping individunya lebih efektif. Sumber
eksternal misalnya adanya dukungan dari masyarakat dan ekonomi yang kuat.
d. Pengalaman sukses dan gagal
Ada kecenderungan bahwa riwayat sukses akan meningkatkan konsep diri demikian
sebaliknya.
e. Stresor
Dalam kehidupan misalnya perkawinan, pekerjaan baru, ujian dan ketakutan. Jika koping
individu tidak adekuat maka akan menimbulkan depresi, menarik diri dan kecemasan.
f. Usia
Keadaan sakit dan trauma misalnya usia tua, keadaan sakit akan mempengaruhi persepsi
dirinya.
4. Kriteria kepribadian yang sehat
Kriteria-kriteria kepribadian yang sehat menurut (Tarwoto, 2003) adalah sebagai berikut:
a. Citra tubuh positif dan akurat
Kesadaran akan diri berdasar atas observasi mandiri dan perhatian yang sesuai akan
kesehatan diri. Termasuk persepsi saat ini dan masa lalu.
b. Ideal dan realitas
Individu mempunyai ideal diri yang realitas dan mempunyai tujuan hidup yang dapat
dicapai.
c. Konsep diri yang positif menunjukan bahwa individu akan sesuai dalam hidupnya.
d. Seseorang yang mempunyai harga diri yang tinggi akan memandang dirinya sebagai
seseorang yang berarti dan bermanfaat.
e. Kepuasan penampilan peran
Individu yang mempunyai kepribadian sehat akan dapat berhubungan dengan orang lain,
secara intim dan mendapat kepuasan. Ia dapat mempercayai dan terbuka pada orang lain
dan membina hubungan interdependen.
f. Identitas jelas
Individu merasakan keunikan dirinya yang memberi arah kehidupan dalam mencapai
tujuan.

5. Karakteristik konsep diri rendah


Menurut (Carpenito, 1995 dalam Tarwoto, 2003) adalah:
a. Menghindari sentuhan atau melihat bagian tubuh tertentu.
b. Tidak mau berkaca
c. Menghindari diskusi tentang topik dirinya
d. Menolak usaha rehabilitasi
e. Melakukan usaha sendiri dengan tidak tepat
f. Mengingkari sssperubahan pada dirinya
g. Peningkatan ketergantungan pada dirinya
h. Tanda dari keresahan seperti marah, keputusasaan dan menangis
i. Menolak berpartisipasi dalam perawatan dirinya
j. Tingkah laku yang merusak seperti penggunaan obat-obatan dan alkohol
k. Menghindari kontak sosial
l. Kurang bertanggung jawab

6. Faktor resiko gangguan konsep diri


Faktor resiko gangguan konsep diri menurut (Tarwoto, 2003) adalah:
a. Gangguan identitas diri
1) Perubahan perkembangan
2) Trauma
3) Jenis kelamin yang tidak sesuai
4) Budaya yang tidak sesuai
b. Gangguan citra tubuh (Body image)
1) Hilangnya bagian tubuh
2) Perubahaan perkembangan
3) Kecacatan
c. Gangguan harga diri
1) Hubungan interpersonal yang tidak hurmonis
2) Kegagalan perkembangan
3) Kegagalan mencapai tujuan hidup
4) Kegagalan dalam mengikuti aturan moral
d. Gangguan peran
1) Kehilangan peran
2) Peran ganda
3) Konflik peran
4) Ketidakmampuan menampilkan peran

7. Stress dan Adaptasi


Menurut (Tarwoto, 2003) stress merupakan bagian dari kehidupan yang mempunyai efek
positif dan negatif yang disebabkan karena perubahan lingkungan. Sedangkan stresor berasal
dari internal, yang artinya sesuatu yang dapat menyebabkan seseorang mengalami stress.
Misalnya perubahan hormon, sakit maupun eksternal seperti temperatur dan pencernaan.
Perubahan dari suatu keadaan dari respons akibat stresor disebut adaptasi. Respon yang tidak
disadari pada saat tertentu disebut respons koping. Contoh adaptasi yaitu optimalnya semua
fungsi tubuh, pertumbuhan dan perkembangan normal, normalnya reaksi antara fisik dan
emosi, kemampuan mentolelir perubahan situasi.

8. Fisiologi
Menurut (Tarwoto, 2003) tubuh selalu berinteraksi dan mengalami langsung dengan
lingkungan, baik lingkungan internal seperti pengaturan peredaran darah, pernafasan eksternal
seperti cuaca dan suhu yang kemudian menimbulkan respons normal atau tidak normal.
Keadaan dimana terjadi mekanisme relatif untuk mempertahankan fungsi normal disebut
homeostatis. Homeostatis terbagi 2, yaitu homeostatis fisiologis misalnya respons adanya
peningkatan pernafasaan saat berolahraga dan homeostatis psikologis misalnya perasaan
mencintai dan dicintai, perasaan aman dan nyaman.

9. Respons Fisiologis Terhadap Stres


Respon fisiologis terhadap stress menurut (Tarwoto, 2003) adalah:
a. Local Adaptation Syndrome (LAS) yaitu respons lokal tubuh terhadap stresor misalnya
kalau kita menginjak paku maka secara refleksi kaki akan diangkat.
b. General Adaptation Syndrome (GAS) yaitu reaksi menyeluruh terhadap stresor yang
ada. Melalui tiga fase yaitu:
1) Fase reaksi peringatan
Ditandai oleh peningkatan akfivitas neuroendokrin yang berupa peningkatan
pembuluh darah, nadi, pernafasaan, metabolisme, glukosa, dan dilatasi pupil.
2) Fase resisten
Fungsi kembali normal, adanya LAS, adanya koping dan mekanisme pertahanan.
3) Fase kelelahan
Ditandai dengan adanya vasodilatasi, penurunan tekanan daraah, panik, kritis.
10. Respons Psikologis Terhadap Stress
Menurut (Tarwoto, 2003) respons psikologis terhadap stres dapat berupa depresi, marah dan
kecemasan. Kecemasan adalah respons emosional terhadap penilaian, misalnya cemas
mengikuti ujian karena khawatir nilainya jelek. Tingkat kecemasan ada 4, yaitu:
a. Cemas ringan
Berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa sehari -hari. Individu terdorong untuk
belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. Respon ini seperti
sesekali bernafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan pada lambung,
muka berkerut dan bibir bergetar, lapang persepsi meluas, konsentrasi pada masalah,
duduk tidak tenang.
b. Cemas sedang
Tingkat ini persepsi masalah menurun. Individu lebih memfokuskan terhadap hal-hal
yang penting. Respon cemas seperti sering bernafas pendek, nadi dan tekanan darah
naik, mulut kering, anoreksia, gelisahm rangsangan luar tidak mampu diterima. Susah
tidur dan perasaan tidak enak.
c. Cemas berat
Tingkat ini lahan persepsi sangat sempit. Cenderung hanya memikirkan hal yang kecil
saja mengabaikan hal lain. Tidak mampu berfikir berat dan harus lebih banyak
pengarahan/tuntutan. Respon ini seperti napas pendek, nadi dan tekanan darah
meningkat, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur, ketegangan, lapang persepsi
sangat sempit, tidak mampu menyelesaikan masalah, bloking, perasaan ancaman
meningkat.
d. Panik
Tahap ini persepsi telah menggangu sehingga individu tidak dapat mengendalikan diri
lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa, walau sudah diberikan pengarahan. Respons
panik seperti napas pendek, rasa tercekik, palpitasi, sakit dada, pucat, hipotensi, lapang
persepsi sangat sempit, tidak dapat berfikir logis, mengamuk, marah, ketakutan,
berteriak-teriak, kehilangan kendali dan persepsi kacau.

11. Faktor-Faktor yang Dapat Menimbulkan Stress


Faktor-faktor yang dapat menimbulkan stress menurut (Tarwoto, 2003) adalah:
a. Lingkungan yang asing
b. Kehilangan kemandirian sehingga mengalami ketergantungan dan memerlukan bantuan
orang lain
c. Berpisah dengan pasangan dan keluarga
d. Masalah biaya
e. Kurang informasi
f. Ancaman akan penyakit yang lebih parah
g. Masalah pengobatan

12. Kehilangan Dan Berduka


Menurut (Tarwoto, 2003) kehilangan adalah suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu
yang sebelumnya ada menjadi tidak ada. Sedangkan berduka adalah respons emosi yang di
ekspresikan terhadap kehilangan yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah,
cemas, sesak napas, susah tidur dan lainnya. Dalam menghadapi kehilangan, individu
dipengaruhi oleh:
a. Bagaimana persepsi individu terhadap kehilangan
b. Tahap perkembangan
c. Kekuatan/koping mekanisme
d. Support system
Menurut (Tarwoto, 2003) fase-fase dari reaksi berduka adalah sebagai berikut:
a. Fase pengingkaran (denial)
Perasaan tidak percaya, syok, biasanya ditandai dengan menangis, gelisah, lemah, letih
dan pucat.
b. Fase marah (anger)
Perasaan ini dapat diproyeksikan pada orang atau benda yang ditandai dengan muka
merah, suara keras, tangan mengepal, nadi cepat, gelisah dan prilaku agresif.
c. Fase tawar-menawar (bargaining)
Individu menunjukan sikao menarik diri, tidak mau bicara, putus asa. Perilaku yang
muncul seperti menolak makan, susah tidur, dan dorongan libido menurun.
d. Fase menerima (acceptance)
e. Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan, pikiran yang berpusat pada
objek kehilangan mulai berkurang.
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan psikososial menurut Tarwoto, 2003 adalah
sebagai berikut:
1. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan psikososial adalah:
a. Status emosional
1) Apakah emosi sesuai perilaku?
2) Apakah klien dapat mengendalikan emosi?
3) Bagaimana perasaan klien yang tampil seperti biasanya?
4) Apakah perasaan hati sekarang merupakan ciri khas klien?
5) Apa yang klien lakukan jika marah atau sedih?
b. Konsep diri
1) Bagaimana klien menilai dirinya sebagai manusia?
2) Bagaimana orang lain menilai diri klien?
3) Apakan klien suka akan dirinya?
c. Cara komunikasi
1) Apakah klien mudah merespon?
2) Apakah spontanitas atau hanya jika ditanya?
3) Bagaimana perilaku non verbal klien dalam berkomunikasi?
4) Apakah klien menolak untuk memberi respons?
d. Pola interaksi
1) Kepada siapa klien mau berinterkasi?
2) Siapa yang paling penting atau berpengaruh bagi klien?
3) Bagaimana sifat asli klien: mendominasi atau positif?
e. Pendidikan dan pekerjaan
1) Pendidikan terakhir
2) Keterampilan yang mampu dilakukan
3) Pekerjaan klien
4) Status keuangan
f. Hubungan sosial
1) Teman dekat klien
2) Bagaimana klien menggunakan waktu luang?
3) Apakah klien berkecimpung dalam kelompok masyarakat?
g. Faktor kultur sosial
1) Apakah agama dan kebudayaan klien?
2) Bagaimana tingkat pemahaman klien tentang agama?
3) Apakah bahasa klien memadai untuk berkomunikasi dengan orang lain?
h. Pola hidup
1) Dimana tempat tinggal klien?
2) Bagaimana tempat tinggal klien?
3) Dengan siapa klien tinggal?
4) Apa yang klien lakukan untuk meyenangkan diri?
i. Keluarga
1) Apakah klien sudah menikah?
2) Apakah klien sudah mempunyai anak?
3) Bagaimana status kesehatan klien dan keluarga?
4) Masalah apa yang terutama dalam keluarga?
5) Bagaimana tingkat kecemasaan klien?

2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan pada klien menurut Tarwoto tahun 2003 adalah sebagai berikut:
a. Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah b.d kesehatan.
b. Gangguan konsep diri: Body Image b.d hilangnya bagian tubuh.
c. Gangguan konsep diri: Perubahan Peran b.d kesehatan.
d. Gangguan konsep diri: Identitas Diri b.d kesehatan.

3. Intervensi
Intervensi pada klien menurut Tarwoto tahun 2003 adalah:
a. Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah b.d kesehatan.
Tujuan: Klien menunjukkan harga diri yang positif.
Kriteria Hasil:
1) Klien tidak merasa malu dengan kondisinya.
2) Klien merasa percaya diri.
3) Klien mau berinteraksi dengan orang lain.
Intervensi:
1) Bina hubungan saling percaya dan menjelaskan semua prosedur dan tujuan dengan
singkat dan jelas.
2) Kaji penyebab gangguan harga diri rendah.
3) Berikan dukungan emosi untuk klien/orang terdekat selama tes diagnostik.
4) Sampaikan hal-hal positif secara mutlak.
5) Gunakan sentuhan tangan jika diterima.
6) Libatkan keluarga dan orang terdekat untuk memberikan support.
7) Berikan reinforcement yang positif.
b. Gangguan konsep diri: Body Image b.d hilangnya bagian tubuh.
Tujuan: Gambaran diri klien positif.
Kriteria Hasil:
1) Klien menyukai anggota tubuhnya.
2) Klien tidak merasa malu.
3) Klien mau berinteraksi dengan orang lain.
Intervensi: .
1) Binalah hubungan saling percaya.
2) Kajilah penyebab gangguan body image.
3) Kajilah kemampuan yang dimiliki klien.
4) Eksplorasi aktivitas baru yang dapat dilakukan.
5) Berikan dukungan yang positif dan dukungan emosi.
6) Gunakan sentuhan tangan jika diterima.
c. Gangguan konsep diri: Perubahan Peran b.d kesehatan.
Tujuan: Klien dapat melakukan perannya.
Kriteria Hasil:
1) Klien tidak merasa malu dengan kondisinya.
2) Klien merasa percaya diri.
3) Klien mau berinteraksi dengan orang lain.
Intervensi:
1) Bina hubungan saling percaya dan menjelaskan semua prosedur dan tujuan dengan
singkat dan jelas.
2) Kaji penyebab perubahan peran.
3) Berikan dukungan emosi untuk klien/orang terdekat selama tes diagnostik.
4) Sampaikan hal-hal positif secara mutlak.
5) nakan sentuhan tangan jika diterima.
6) Libatkan keluarga dan orang terdekat untuk memberikan support.
7) Berikan reinforcement yang positif.
d. Gangguan konsep diri: Identitas Diri b.d kesehatan.
Tujuan: Klien dapat menidentifikasi identitasnya yang positif.
Kriteria Hasil:
1) Klien tidak merasa malu dengan kondisinya.
2) Klien merasa percaya diri.
3) Klien mau berinteraksi dengan orang lain.
Intervensi:
1) Bina hubungan saling percaya dan menjelaskan semua prosedur dan tujuan dengan
singkat dan jelas.
2) Kaji penyebab gangguan identitas diri klien.
3) Berikan dukungan emosi untuk klien/orang terdekat selama tes diagnostik.
4) Sampaikan hal-hal positif secara mutlak.
5) Gunakan sentuhan tangan jika diterima.
6) Libatkan keluarga dan orang terdekat untuk memberikan support.
7) Berikan reinforcement yang positif.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Konsep diri sangat erat kaitannya dengan diri individu. Kehidupan yang sehat, baik fisik maupun
psikologi salah satunya di dukung oleh konsep diri yang baik dan stabil. Konsep diri adalah hal-
hal yang berkaitan dengan ide, pikiran, kepercayaan serta keyakinan yang diketahui dan dipahami
oleh individu tentang dirinya. Hal ini akan mempengaruhi kemampuan individu dalam membina
hubungan interpersonal.
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang
dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Stuart dan Sudeen,
1998).
Melihat dampak yang diakibatkan sangat berbahaya, maka dalam hal ini dibutuhkan peran
perawat baik sebagai pendidik dan pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan yang
komprehensif dan berorientasi pada kebutuhan bio-psiko-sosial-spiritual. Dalam fungsinya
perawat juga berorientasi sebagai team kesehatan serta mampu menempatkan keluarga klien
sebagai support system dalam mencapai tujuan yang maksimal.

B. Saran

Perawat di harapkan dapat menguasai teknik serta penyelesaian masalah khususnya pada
pasien jiwa dengan gangguan konsep diri. Asuhan keperawatan yang baik dan tepat dapat menjadi
peranan penting dalam meningkatakan upaya penyembuhan pasien.
Makalah ini bertujuan agar dapat memahami penatalaksanaan asuhan keperawatan pada
klien dengan gangguan konsep diri. Diharapakan makalah ini bisa menjadi tambahan ilmu
khususnya buat teman-teman sejawat yang berada di ruang lingkup kesehatan jiwa.
Daftar Pustaka

Carpenito, L. J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC


Tarwoto dan Wartonah. 2003. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta
: Salemba Medika. Ed 1.
http://putricutik.blogspot.co.id/2012/01/askep-gangguan-konsep-diri-peran.html di ambil 11
Agustus 2017
http://laskarumamit.blogspot.co.id/2011/03/askep-gangguan-konsep-diri.html di ambil 11
Agustus 2017

Anda mungkin juga menyukai