Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PSIKIATRI

GANGGUAN KEPRIBADIAN DEPENDEN

Oleh :
Dwi Indriani
100100365
Dosen Pembimbing :
dr. M. Surya Husada, SpKJ

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini.
Makalah dengan judul Gangguan Kepribadian Dependen ini disusun
untuk melengkapi dan memenuhi salah satu tugas kepaniteraan klinik Departemen
Ilmu Kedokteran Jiwa. Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca.
Penulis berterimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis
dalam penyelesaian makalah ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan
baik dari segi isi maupun bahasanya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun demi menyempurnakan makalah ini.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat membawa
manfaat terutama bagi penulis sendiri dan para pembaca sekalian.

Medan, Agustus 2016

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR..................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN...........................................................................1
1

LatarBelakang.............................................................................1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..................................................................2


2.1. Gangguan Disintegrasi Masa Kanak-Kanak............................2
2.1.1. Definisi...........................................................................2
2.1.2. Epidemiologi..................................................................3
2.1.3. Gambaran Klinis............................................................3
2.1.4. Diagnosis........................................................................4
2.1.5. Diagnosis Banding.........................................................5
2.1.6. Terapi.............................................................................5
2.1.7. Prognosis........................................................................6

BAB 3 KESIMPULAN...............................................................................7

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................8

BAB 1

PENDAHULUAN
.
1

Latar Belakang

Sigmund Freud dan Erik Erikson merupakan dua orang yang cukup
dikenal dalam perkembangan ilmu jiwa, mereka mengembangkan teori
Psikoanalisis dan Psikososial. Sigmund Freud mengembangkan konsep struktur
pikiran dengan mengembangkan mind apparatus, yaitu yang dikenal dengan
struktur kepribadian Freud dan menjadi konstruknya yang terpenting, yaitu id
(struktur paling mendasar dari kepribadian, seluruhnya tidak disadari dan bekerja
menurut prinsip kesenangan), ego (struktur kepribadian yang mengontrol
kesadaran dan mengambil keputusan atas perilaku manusia) dan superego
(merefleksikan nilai-nilai sosial dan menyadarkan individu atas tuntutan moral).
Gangguan kepribadian adalah kondisi patologik dari ciri kepribadian
seseorang yang menjadi tidak fleksibel dan sulit menyesuaikan diri dengan
lingkungan hidup, sehingga menimbulkan hendaya di dalam fungsi sosial atau
pekerjaan atau penderitaan subjektif bagi dirinya.
Gejala-gejala dari orang dengan gangguan kepribadian biasanya
alloplastik. Artinya, orang dengan gangguan kepribadian akan berusaha mengubah
lingkungan untuk disesuaikan dengan keinginannya. Selain itu, gejala-gejalanya
juga egosintonik. Artinya, orang dengan gangguan kepribadian dapat menerima
dengan baik gejala-gejalanya. Umunya orang dengan gangguan kepribadian
menolak bantuan secara psikiatrik.
Orang tersebut jauh lebih mungkin menolak bantuan psikiatrik dan
menyangkal masalahnya dibandingkan orang dengan gangguan kecemasan,
gangguan depresif, atau gangguan obsesif kompulsif. Gejala gangguan
kepribadian adalah aloplastik (yaitu, mampu mengadaptasi dan mengubah
lingkungan eksternal) dan ego-sintonik (yaitu, dapat diterima oleh ego); mereka
dengan gangguan kepribadian tidak merasa cemas tentang perilaku meladaptifnya,
karena orang tersebut tidak secara rutin merasakan sakit dari apa yang dirasakan
oleh masyarakat sebagai gejalanya, mereka seringkali dianggap tidak bermotivasi
untuk pengobatan dan tidak mempan terhadap pemulihan.
Orang dengan gangguan kepribadian bergantung (dependent) menganggap
kebutuhan mereka sendiri tidak sepenting kebutuhan orang lain, membuat orang
lain bertanggung jawab terhadap hal penting di dalam kehidupannya, tidak
memiliki kepercayaan diri, dan mengalami ketidaknyamanan yang hebat jika
sendirian untuk periode lama. Gangguan ini disebut kepribadian pasif-dependen.
Freud menggambarkan dimensi kepribadian oral-dependen yang ditandai dengan

ketergantungan, pesimisme, takut akan seksualitas, ragu pada diri sendiri, pasif,
mudah tersugesti, dan tidak memiliki kekerasan hati; gambarannya serupa dengan
kategorisasi gangguan kepribadian bergantung pada DSM-IV-TR.

2
1

Tujuan Makalah
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah:
Mengetahui definisi, etiologi, epidemiologi, gambaranklinis, diagnosis,

diagnosis banding, terapidan prognosis gangguan kepribadian dependen.


Sebagai tugas makalah untuk melengkapi kepaniteraan klinik di
Departemen Psikiatri.

ManfaatPembuatanMakalah
Manfaat pembuatan makalah ini adalah sebagai penambah wawasan

mengenai gangguan kepribadian dependen.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gangguan Kepribadian Dependen

2.1.1 Defenisi
Gangguan kepribadian suatu pola perilaku berupa kebutuhan berlebih agar
drinya

dipelihara,

yang

menyebabkan

seorang

individu

berperilaku

submisif,bergantung kepada orang lain, dan ketakutan akan perpisahan dengan


orang tempat ia bergantung. Bersifat pervasive,berawal sejak usia dewasa muda
dan nyata dalam berbagai situasi.
Orang dengan gangguan kepribadian bergantung menganggap kebutuhan
mereka sendiri tidak sepenting kebutuhan orang lain, membuat orang lain
bertanggung jawab terhadap hal penting di dalam kehidupannya,tidak memiliki
kepercayaan diri,dan mengalami ketidak nyamanan yang hebat jika sendirian
untuk periode lama. Gangguan ini disebut kepribadian pasif-dependen. Freud
menggambarkan dimensi kepribadian oral dependen yang ditandai dengan
ketergantungan,peismisme,takut

akan

seksualitas,ragu

pada

diri

sendiri,pasif,mudah tersugesti,dan tidak memiliki kekerasan hati; gambarannya


serupa dengan kategorisasi gangguan kepribadian bergantung pada DSM-IV-TR.
2.1.2 Epidemiologi
Gangguan kepribadian bergantung lebih lazim ditemukan pada
perempuan dibandingkan laki-laki. Satu studi mendiagnosis 2,5 persen gangguan
kepribadian yang masuk ke dalam kategori ini. Gangguan ini lebih lazim
ditemukan pada anak kecil dibandingkan anak yang lebih tua. Orang dengan
penyakit fisik kronis pada masa kanak-kanak mungkin paling rentan terhadap
gangguan ini.
Lebih sering ditemukan pada perempuan. Sebuah penelitian menyebutkan
2,5% dari semua gangguan kepribadian termasuk dalam kategori ini. Pasien
tampak sangat penurut kooperatif, terbuka untuk pertanyaan spesifik,dan minta
bimbingan . Perilakunya dependent, dan submisif, ia tidak bisa mengambil
keputusan tanpa nasehat dan jaminan berlebih dari orang lain. Ia menolak
kedudukan yang bersifat memimpin, dan lebih suka menurut.
2.1.3 Gambaran Klinis

Gangguan kepribadian bergantung ditandai dengan pola pervasive perilaku


bergantung dan patuh. Orang dengan gangguan ini tidak dapat membuat
keputusan tanpa nasehat dan peyakinan yang berlebihan dari orang lain. Mereka
menghidari peletakan tanggung jawab dan menjadi cemas jika diminta untuk
menjalankan peran pemimpin. Mereka lebih memilih untuk patuh. Mereka merasa
sulit untuk berpegang tehuh pada tugas untuk diri sendiri,tetapi merasa mudah
melakukan tugas ini untuk orang lain.
Karena orang dengan gangguan ini tidak suka sendirian,mereka mencari
orang lain tempat mereka dapat bergantung; kemudian hubungan mereka
terganggu karena kebutuhan mereka untuk melekat dengan orang lain. Di dalam
folie a deuyx (gangguan psikotik bersama),salah satu dari pasangan menderita
gangguan kepribadian bergantung; pasangan yang patuh menerima system waham
dari pasangan yang lebih agresif dan asertif yang menjadi tempatnya bergantung.
Pesimisme, keraguan pada diri sendiri,pasif,dan rasa akut untuk
mengekspresikan perasaan agresif dan seksual, semuanya menjadi ciri perilaku
dengan gangguan kepriabadia bergantung. Pasangan yang menyiksa,tidak setia,
atau alkoholik dapat ditoleransi untuk waktu yang lama agar tidak mengganggu
rasa pelekatan tersebut.
2.1.4 Diagnosis
Didalam wawancara, pasien tampak patuh. Mereka mencoba bekerja
sama,menyambut pertanyaan-pertanyaan spesifik, dan mencari bimbingan.
Kriteria diagnostik DSM-IV-TR untuk gangguan kepribadian.
Kebutuhan

yang berlebihan yang

pervasive untuk

diurus

yang

menghasilakn perilaku lengket dan patuh serta takut akan perpisahan,dimulai


pada masa dewasa awal dan muncul pada berbagai konteks, seperti yang
ditunjukan dengan lima atau lebih hal berikut :
1. Memiliki kesulitan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa nasehat
dan penyakinan yang berlebihan dari orang lain.
2. Membutuhkan orang lain untuk mengambil tanggung jawab unytuk
sebagian besar area utama di dalam kehidupannya.

3. Memiliki kesulitan untuk mengungkapkan ketidak setujuan dengan orang


lain karena takut kehilangan dukungan atau persetujuan.
4. Memiliki kesulitan untuk memulai suatu proyek atau melakukan sesuatu
atas keinginan sendiri (karena tidak percaya diri dalam penilaian atau
kemampuan,bukannyat yang tidak ada menyenangkan.
5. Berlama-lama untuk mendapatkan pengasuhyan dan dukungan dari orang
lain,sampai pada tingkat sukarela melakukan sesuatu yang tidak
menyenangkan.
6. Merasa tidak nyaman atau berdaya jika sendirian karena rasa takut yang
berlebihan tidak mampu mengurus dirinya sendiri.
7. Segera mencari hubungan lain sebagai sumber perhatian dan dukungan
jika suatu hubungan berakhir.
8. Memiliki preokupasi yang tidak realistic akan rasa takut ditinggalkan
untuk mengurus dirinya sendiri.

2.1.5 Diagnosis banding


Ciri ketergantungan ditemukan pada banyak gangguan psikiatrik sehingga
diagnosis banding menjadi sulit. Ketergantungan adalah faktor yang menonjol
pada pasien dengan gangguan kepribadian histrtionik atau ambang,tetapi pasien
gangguan kepribadian bergantung biasanya memiliki hubungan jangka panjang
dengan satu orang, bukannya jumlah orang tempat mereka bergantung,dan lebih
kecil kemungkinan bersikap manipulative dengan jelas. Pasien dengan gangguan
kepribadian szikoid dan skizotipal kemungkninan tidak dapat dibedakan dengan
pasien gangguan kepribadian menghindar. Perilaku bergantung dapat ditemukan
pada pasien dengan gorafobia, tetapi pasien ini cenderung memiliki tingkat
ansietas nyata yang tinggi atau bahkan panik.
Ciri dependesi sering juga tampak dalam gangguan kepribadian histrionic
dan gangguan kepribadian ambang,tapi khusu pada gangguan kepribadian
dependen hubungan interpersonal dengan orang yang bergantung berjangka
panjang dan umumnya tidak bersifat manipulatif. Perilaku dependen dapat juga
terjadi pada Agrofobia.
2.1.6 Terapi
Psikoterapi

Terapi gangguan kepribadian perlu dilakukan secara holistic karena


gangguan biasanya bersifat mendalam dan menetap. Dapat dipertimbangkan
pemberian psikoterapi berupa kognitif maupun terapi keluarga.
Psikoterapi diberikan untuk membantu penderita menyadari dampak yang
ditimbulkan kepribadiannya terhadap diri dan lingkungan sekitar. Selain itu,
psikoterapi dimaksudkan untuk mengubah sifat egosentrik (keyakinan mendalam
pada pikiran dan tujuannya) menjadi egodistonik (pasien menjadi ragu terhadap
gambaran diri yang telah dibentuknya selama ini).
Farmakoterapi
Farmakoterapi telah digunakan untuk memperbaiki ansietas dan
depresi,yang merupakan gambaran yang lazim ditemukan yang terkait dengan
gangguan kepribadian bergantung. Paien yang mengalami serangan panic atau
memiliki tingkat anxietas akan perpisahan yang tinggi dapat dibantu dengan
imipramine (Tofranil). Benzodiazepin dan agen seretornergik telah berguna. Jika
pasien ata gejala penarikan diri memberikan respons terhadap psikotimulan,obat
tersebut dapat digunakan.
2.1.7 Prognosis
Perjalanan gangguan kepribadian bergantung,terdapat kecendrungan
adanya hendaknya fungsi pekerjaan karena orang dengan gangguan ini tidak
memiliki kemapuan untuk bertindak mandiri dan tanpa pengawasan yang ketat.
Hubungan sosial terbatas pada orang-orang tempat mereka bergantung, dan dapat
menderita penganiayaan fisik serta mental karena mereka tidak dapat menegaskan
diri mereka sendiri. Mereka memiliki resiko terkena gangguan depresif berat jika
mereka mengalami kehilangan orang tempat mereka bergantung tetapi dengan
terapi prognosisnya baik.

BAB 3
KESIMPULAN

3.1
Gangguan kepribadian dependen merupakan pola perilaku yang ditandai
dengan kebutuhan dukungan dan bergantung secara berlebihan terhadap orang
lain tempat ia bergantung. Gangguan ini juga memiliki cirri sifat pervasive dengan
usia dewasa muda.
Pedoman diagnostik pada gangguan kepribadian dependen , tidak mampu
mengambil keputusan penting bagi dirinya dan mengendalikan orang lain untuk
hal tersebut.
Terapi pada gangguan kepribadian dependen psikofarmako diberikan pada
kondisi akut,misalnya depresi atau cemas.

DAFTAR PUSTAKA

1. American Psychiatric Association, Diagnostic and Statistical Manual of


Mental Disorders Fourth Edition Text Revision, DSM-IV-TR. Arlington, VA:
American Psychiatric Association, 2000. hal 381.
2. Sadock B., Sadock V. Gangguan Kepribadian Dependen. Dalam: Kaplan

&SadockBuku Ajar PsikiatriKlinis. Edisi 2. Jakarta: EGC, 2012. Hal 380-381


3. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III,

Departemen

Kesehatan

Jiwa,Direktorat

Jenderal

Pelayanan

Medik,1993.hal,357.
4. Mangindaan L. Gangguan kepribadian. Dalam: Elvira SD. Hadisukanto

G,penyunting. Buku ajar psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit FKUI:2010


5. Pascual JC, Corcoles D,Castano J,Gines JM, Gurrea A,Martin-Santos
R,dkk.Psychiatr Serv.2007 Sep;58(9);1199-204

Anda mungkin juga menyukai