Nama Kelompok :
Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak sekali mendapat bimbingan dan arahan dari
berbagi pihak. Pada kesempatan kali ini, penulis menghaturkan terimakasih yang tulus
kepada Dosen Pembimbing, teman-teman dan semua pihak yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karenanya
penulis memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Tak
lupa, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat di harapkan penulis demi perbaikan
makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini bisa memberikan manfaat serta menambah pengetahuan dan
wawasan, baik penulis pada khususnya serta bagi para pembaca sekalian pada umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...................................................................................... i
Daftar isi................................................................................................. ii
Bab I Pendahuluan................................................................................ 1
1.3 Tujuan........................................................................................ 2
2.5 Penatalaksanaan........................................................................ 6
2.7 Komplikasi................................................................................ 8
3.1 Kesimpulan............................................................................... 17
3.2 Saran.......................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 18
BAB I
PENDAHULUAN
Ibu yang baru saja mengalami proses reproduksi sangat membutuhkan dukungan psikologis
dari orang-orang terdektnya. Kurangnya dukungan dari orang-orang terdekat dapat
meyebabkan penurunan psikologis yang akan menyebabkan ibu menjadi depresi. Depresi
biasnya terjadi saata stress yang dialami oleh seseorang tidak kunjung reda, dan depresi yang
dialami berkoleras dengan kejadian dramatis yang baru saja terjadi atau menimpa seseorang.
Penyebab depresi dapat dilihat dari faktor biologis misalnya karena sakit, pengaruh
hormonal, depresi pasca melahirkan atau penurunan berat yang sangat darastis. Faktor
psikososial misalnya konflik individual atau interpersonal, masalah eksistensi, masalah
kepribadian, masalah keluarga.
Penyebab depresi dari faktor bilogis salah satnya adalah depresi pasca melahirkan. Iskandar
(2007) menerangkan bahwa depresi postpartum terjadi karena kurangnya dukungan terhadap
penyesuaian yang dibutuhkan oleh wanita dalam menghadapi aktifitas dan peran barunya
sebagai ibu setelah melahirkan. Depresi postpartum merupakan masalah psikis sesudah
melahirkan seperti kemunculan kecemasan, labilitas perasaan dan depresi pada ibu.
Perubahan hormonal dan perubahan hidup ibu pasca melahirkan juga dapat dianggap pemicu
depresi ini. Diperkirakan sekitar 50-70 % ibu melahirkan menunjukkan gejala-gejala awal
kemunculan depresi postpartum, walau demikian gejala tersebut dapat hilang secara perlahan
karena prose adaptasi dan dukungan keluarga yang tepat.
Sampai saat ini belum ada alat test khusun yang dapat mendiagnosa secara langsung depresi
postpartum. Secara medis, dokter menyimpulkan beberapa simtom yang tampak dapat
disimpulkan sebagai gangguan depresi postpartum bila memenuhi kriteria gejala yang ada.
Angka kejadian depresi postpartum di Asia cukup tinggi dan sangat bervariasi antar 26-85 %.
Sedangkan di Indonesia angka kejadian depresi postpsrtum antara 50-70 % dari wanita pasca
persalinan.
1.3 Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
Trisna (Hadi 2004), menyimpulkan bahwa depresi adalah suatu perasaa sedih atau sendu
yang biasanya disertai dengan diperlambatnya gerak dan fungsi tubuh. Mulai dari perasaan
murung sedikit sampai pada keadaan tidak berdaya. Individu yakin tidak melakukan apapun
untuk mengubahnya dan merasa bahwa respon apapun yang dilakukan tidak akan
berpengaruh pada hasil yang muncul.
Sloane dan Bennedict (2002), depresi post partum merupakan tekanan jiwa sesudah
melahirkan, mungkin seorang ibu baru akan merasa benar benar tidak berdaya dan merasa
serba kurang mampu, tertindih oleh beban tanggung jawab terhadap bayi dan keluarganya,
tidak bisa melakukan apapun untuk menghilangkan perasaan itu.
Monks dkk (2001), menyatakan bahwa depresi postpartum merupakan problem psikis
sesudah melahirkan seperti labilitas afek, kecemasan dan depresi pada ibu yang dapat
berlangsung berbulan-bulan. Sloane dan Bennedict (2002), menyatakan bahwa depresi
postpartum biasanya terjadi pada 4 hari pertama masa setelah melahirkan dan berlangsung
terus 1-2 minggu.
Clydde (Regina dkk, 2001) bentuk gangguan depresi postpartum yang umum adalah depresi,
mudah marah, mudah frustasi dan mudah emosional.
Gangguan mood selama periode postpartum merupakan salah satu gangguan yang paling
sering terjadi pada wanita baik primipara maupun multipara. Menurut DSM-IV, gangguan
pascasalin diklasifukasikan dalam 3 tahap, yaitu :
1. Baby blues
Merupakan bentuk yang paling ringan dan berlangsung hanya beberapa hari saja.
Gejalanya berupa perasaan sedih, uring0uringan, dan khawatir tanpa alasan yang
jelas. Tahapan baby blues ini hanya berlangsung beberapa hari saja. Pelan-pelan si
ibu dapat pulih kembali dan mulai bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan
barunya.
2. Depresi postpartum
Bentuk yang satu ini lumayan agak berat tingkat keparahannya yang
memebdekannya adalah ibu tidak bisa tidur atau sulit untuk tidur. Dapat terjadi
dua minggu sampai setahun setelah melahirkan.
3. Psychosis postpartum
Jenis ini adalah yang paling parah. Ibu dapat megalami halusinasi, memiliki
keinginan untuk bunuh diri. Tidak saja psikis si ibu yang nantinya jadi tergantung
secara keseluruhan.
a. Faktor konstitusional
Gangguan postpartum berkaitan dengan status paritas adalah riwayat obstetri pasien yang
meliputi riwayat hamil sampai bersalin serta apakah ada komplikasi dari kehamilan dan
persalinan yang lalu dan terjadi pada wanita primipara. Wanita primipara lebih banyak yang
mengalami baby blues karena setelah melahirkan wanita primipara berada pada proses
adaptasi, kalau dulu hanya memikirkan diri sendiri begitu bayi lahir jika ibu tidak paham
perannya ia akan menjadi bingung sementara bayinya harus tetap dirawat.
b. Faktor fisik
Perubahan fisik setelah proses kelahiran dan memuncaknya gangguan mental selama 2
minggu pertama menunjukkan bahwa faktor fisik dihubungkan dengan kelahiran pertama
merupakan faktor penting. Perubahan hormon secara drasti setelah melahirkan dan periode
laten selam dua hari diantara kelahiran dan munculnya gejala. Kadang progesteron naik dan
estrogen menurun secara cepat setelah melahirkan merupakan faktor penyebab yang sudah
pasti.
c. Faktor psikologis
Peralihan yang cepat dari keadaan “dua dalam satu” pada akhir kehamilan menjadi dua
individu yaitu ibu dan anak bergantung pada penyesuaian psikologis individu. Klaus dan
Kennel mengindikasikan pentingnya cinta dalam menanggulangi masa peralihan ini untuk
memulai hubungan baik antara ibu dan anak.
Paykel mengemukakan bahwa pemukiman yang tidak memadai lebih sering menimbulkan
depresi pada ibu-ibu, selain kurangnya dukungan dalam perkawinan.
a. Biologis
Faktor biologis dijelaskan bahwa depresi postpartum sebagai akibat kadar hormon seperti
estrogen, progesteron, dan prolaktin yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dalam masa nifas
atau mungkin perubahan hormon tersebut terlalu cepat atau terlalu lambat.
b. Faktor umur
Sebagian besar masyarakat percaya bahwa saat yang tepat bagi seseornaf perempuan untuk
melahirkan pada usia 20-30 tahun, dan hal ini mendukung masalah periode optimal bagi
perawatan bayi oleh seseorang ibu. Faktor usia yang perempuan yang bersangkutan saat
kehamilan dan persalinan seringkali diakitkan dengan kesiapan mental perempuan tersebut
untuk menjadi seorang ibu.
c. Faktor pengalaman
Penelitian mengatakan bahwa depresi postpartum lebih banyak ditemukan pada wanita
primipara, mengingat bahwa peran seorang ibu dan segala yang berkaitan dengan bayinya
merupakan situasi yang sama sekali baru baginya dan dapat menimbulkan stress.
d. Faktor pendidikan
Perempuan yang berpendidikan tinggi menghadapi tekanan sosial dan konflik peran, antara
tuntuan sebagai perempuan yang memiliki dorongan untuk bekerja atau melakukan
aktifitasnya diluar rumah dengan peran merak sebagai ibu rumah tangga dan orang tua dari
anak-anak mereka.
Hal ini mencakup lamanya proses persalinan, serta intervensi medis yang digunakan selama
proses persalinan. Diduga semakin besar trauma fisik yang ditimbulkan pada saat persalinan,
maka akan semakin besar pula trauma psikis yang muncul dan kemungkin perempuan yang
bersangkutan akan menghadapi depresi postpartum.
Banyaknya kerabat yang membantu pada saat kehamilan, persalinan dan pascasalin, beban
seorang ibu karena kehamilannya sedikit banyak berkurang
a. Berkurangnya energi
b. Penurunan efek
c. Hilang minat (anhedonia)
Gejala depresi postpartum yang dialami 60 % wanita mempunyai karakteristik dan spesifik
antara lain :
Untuk mecegah terjadinya depresi postpartum sebagai anggota keluarga harus memberikan
dukungan emosional kepada ibu dan jangan mengabaikan ibu apabila terlihat sedih, dan
sarankan pada ibu untuk :
a. Terapi bicara
Adalah sesi bicara dengan terpai, psikologis atau pekerja sosial untuk mengubah apa
yang dipikirkan, rasa dan lakukan oleh penderita akibat menderita depresi.
b. Obat medis
Obat anti depresi yang diresepkan oleh dokter, sebelum mengkonsumsi obat anti
depresi, sebaiknya didiskusikan benar obat mana yang yang tepat dan aman bagi bayi
untuk dikonsumsi untuk ibu hamil dan menyusui.
a. Waham
b. Halusinai
c. Kerusakan psikoafektif
d. Resiko bunuh diri
e. Resiko mencederai diri
f. Resiko mencederai anak
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengenalan gejala mood merupakan hal yang penting untuk dilakukan oleh
perawat perinatal. Rencana keperawatan harus merefleksikan respons perilaku
yang diharapkan dari gangguan tertentu. Rencan individu didasarkan pada
karakteristik wanita dan keadaannya yang spesifik. Suami atau pasangan wanita
tersebut juga dapat mengalami gangguan emosional akibat perilaku wanita
tersebut.
Pengkajian pada pasien depresi post partum menurut Bobak ( 2004 ) dapat
dilakukan pada pasien dalam beradaptasi menjadi orang tua baru. Pengkajiannya
meliputi ;
a. Identitas klien.
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical
record dan lain-lain
b. Keluhan Utama
Mudah marah, cemas, melukai diri
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada Ibu dengan depresi postpartum biasanya terjadi kurang nafsu makan,
sedih murung, mudah marah, kelelahan, insomnia, anorexia, merasa
terganggu dengan perubahan fisik, sulit konsentrasi, melukai diri
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Berhubungan dengan kejadian pada persalinan masa lalu serta kesehatan
pasien
3) Riwayat kesehatan keluarga
Berhubungan dengan dukungan keluarga terhadap keadaan pasien
d. Riwayat Persalinan
Banyak ibu memperlihatkan suatu kebutuhan untuk memeriksa proses
kelahiran itu sendiri dan melihat kembali perilaku mereka saat hamil dalam
upaya retrospeksi diri (Konrad, 1987). Selama hamil, ibu dan pasangannya
mungkin telah membuat suatu rencana tertentu tentang kelahiran anak mereka,
hal-hal yang mencakup kelahiran pervagina dan beberapa intervensi medis.
Apabila pengalaman mereka dalam persalinan sangat berbeda dari yang
diharapkan (misalnya ; induksi, anestesi epidural, kelahiran sesar), orang tua
bisa merasa kecewa karena tidak bisa mencapai yang telah direncanakan
sebelumnya.
Apa yang dirasakan orang tua tentang pengalaman melahirkan sudah pasti
akan mempengaruhi adaptasi mereka untuk menjadi orang tua.
e. Citra Diri Ibu
Suatu pengkajian penting mengenai konsep diri, citra tubuh, dan seksualitas
ibu. Bagaimana perasaan ibu baru tentang diri dan tubuhnya selama masa nifas
dapat mempengaruhi perilaku dan adaptasinya dalam menjadi orang tua.
Konsep diri dan citra tubuh ibu juga dapat mempengaruhi seksualitasnya.
Perasaan-perasaan yang berkaitan dengan penyesuaian perilaku seksual
setelah melahirkan seringkali menimbulkan kekhawatiran pada orang tua baru.
Ibu yang baru melahirkan bisa merasa enggan untuk memulai hubungan
seksual karena takut merasa nyeri atau takut bahwa hubungan seksual akan
mengganggu penyembuhan jaringan perineum.
f. Interaksi Orang Tua-Bayi
Suatu pengkajian pada masa nifas yang menyeluruh meliputi evaluasi interaksi
orang tua dengan bayi baru. Respon orang tua terhadap kelahiran anak
meliputi perilaku adaptif dan perilaku maladatif. Baik ibu maupun ayah
menunjukkan kedua jenis perilaku maupun saat ini kebanyakan riset hanya
berfokus pada ibu. Banyak orang tua baru mengalami kesulitan untuk menjadi
orang tua sampai akhirnya keterampilan mereka membaik. Kualitas keibuan
atau kebapaan pada perilaku orang tua membantu perawatan dan perlindungan
anak. Tanda-tanda yang menunjukkan ada atau tidaknya kualitas ini, terlihat
segera setelah ibu melahirkan, saat orang tua bereaksi terhadap bayi baru lahir
dan melanjutkan proses untuk menegakkan hubungan mereka.
g. Perilaku Adaptif dan Perilaku Maladaptif
Perilaku adaptif berasal dari penerimaan dan persepsi realistis orang tua
terhadap kebutuhan bayinya yang baru lahir dan keterbatasan kemampuan
mereka, respon social yang tidak matur, dan ketidakberdayaannya. Orang tua
menunjukkan perilaku yang adaptif ketika mereka merasakan suka cita karena
kehadiran bayinya dan karena tugas-tugas yang diselesaikan untuk dan
bersama anaknya, saat mereka memahami yang dikatakan bayinya melalui
ekspresi emosi yang diperlihatkan bayi dan yang kemudian menenangkan
bayinya, dan ketika mereka dapat membaca gerakan bayi dan dapat merasa
tingkat kelelahan bayi. Perilaku maladaptif terlihat ketika respon orang tua
tidak sesuai dengan kebutuhan bayinya. Mereka tidak dapat merasakan
kesenangan dari kontak fisik dengan anak mereka. Bayi-bayi ini cenderung
akan dapat diperlakukan kasar. Orang tua tidak merasa tertarik untuk melihat
anaknya. Tugas merawat anak seperti memandikan atau mengganti pakaian,
dipandang sebagai sesuatu yang menyebalkan. Orang tua tidak mampu
membedakan cara berespon terhadap tanda yang disampaikan oleh bayi,
seperti rasa lapar, lelah keinginan untuk berbicara dan kebutuhan untuk
dipeluk dan melakukan kontak mata. Tampaknya sukar bagi mereka untuk
menerima anaknya sebagai anak yang sehat dan gembira.
h. Struktur dan Fungsi Keluarga
Komponen penting lain dalam pengkajian pada pasien post partum blues ialah
melihat komposisi dan fungsi keluarga. Penyesuaian seorang wanita terhadap
perannya sebagai ibu sangat dipengaruhi oleh hubungannya dengan
pasangannya, ibunya dengan keluarga lain, dan anak-anak lain. Perawat dapat
membantu meringankan tugas ibu baru yang akan pulang dengan mengkaji
kemungkinan konflik yang bisa terjadi diantara anggota keluarga dan
membantu ibu merencanakan strategi untuk mengatasi masalah tersebut
sebelum keluar dari rumah sakit
i. Perubahan Mood.
Kurang nafsu makan, sedih murung, perasaan tidak berharga, mudah marah,
kelelahan, insomnia, anorexia, merasa terganggu dengan perubahan fisik, sulit
konsentrasi, melukai diri, anhedonia, menyalahkan diri, lemah dalam
kehendak, tidak mempunyai harapan untuk masa depan, tidak mau
berhubungan dengan orang lain. Di sisi lain kadang ibu jengkel dan sulit untuk
mencintai bayinya yang tidak mau tidur dan menangis terus serta mengotori
kain yang baru diganti. Hal ini menimbulkan kecemasan dan perasaan
bersalah pada diri ibu walau jarang ditemui ibu yang benarbenar memusuhi
bayinya.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Aktivitas/istirahat
Biasanya aktivitas dan istirahat klien terganggu
b. Sirkulasi
Biasanya nadi meningkat,tekanan darah meningkat
c. Eliminasi
Biasanya klien sering BAK,kadang terjadi diare
d. Makanan/cairan
Biasanya terjadi anoreksia,mual atau muntah,haus,membran mukosa
kering
e. Neurosensori
Biasanya klien mengeluh sakit kepala
f. Pernapasan
Biasanya pernapasan cepat dan dangkal
g. Nyeri dan ketidaknyamanan
Terjadi nyeri/ketidaknyamanan pada daerah abdomen dan kepala
h. Integritas ego
Klien ansietas,gelisah
i. Seksualitas
Seksualitas terganggu dan penurunan libido
j. TTV
Nadi meningkat,pernapasan meningkat, tekanan darah meningkat
3. Pathway
Perubahan psikologi
Sensitivitas
Penambahan keluarga baru
Perubahan emosi
Kebutuhan bertambah
menangis
4. Diagnosa Keperawatan
a. Ansietas
b. Gangguan Pola Tidur
c. Kurang Pengetahuan
Intervensi Keperawatan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Depresi postpartum adalah gangguan emosional pasca persalinan yang bervariasi,
terjadi pada 10 hari pertama masa setelah melahirkan dan berlangsung terus
menerus sampai 6 bulan bahkan sampai satu tahun.
Faktor penyebab depresi postpartum adalah faktor konstitusional,faktor fisik yang
terjadi karena adanya ketidakseimbangan hormonal,faktor psikologi,faktor sosial
dan karakteristik ibu, dengan gejala-gejalanya antara lain adalah trauma terhadap
intervensi medis yang dialami,kelelahan,perubahan mood,gangguan nafsu
makan,gangguan tidur,tidak mau berhubungan dengan orang lain,tidak mencintai
bayinya,ingin menyakiti bayi atau dirinya sendiri
Untuk mengatasi depresi tersebut dibutuhkan pendekatan dalam pemecahan
masalah yang sistematis untuk memberikan asuhan keperawatan terhadap setiap
orang(ibu yang mengalami depresi)
Proses keperawatan secara umum diartikan sebagai pendekatan dalam pemecahan
masalah yang sistematis untuk memberikan asuhan keperawatan terhadap setiap
orang.
B. Saran
Sehubungan dengan rumitnya kondisi pasien dengan depresi postpartum maka
diharapkan dalam pelaksanaan perawatan dalam hai ini pemberian asuhan
keperawatan memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan teori
persepsi,antara lain : perubahan dalam pemenuhan kebutuhan manusia sangat
dipengaruhi oleh persepsi individu yang berbeda antara satu dengan yang lain.Hal
ini akan membawa konsekwensi terhadap permasalahan keperawatan yang
ditegakan pada setiap individu
DAFTAR PUSTAKA
Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C.Geissler ( 2000 ), Rencana Asuhan
Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi
3.
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Bobak, Lowdermilk, Jensen. ( 2004 ). Buku Ajar : Keperawatan maternitas edisi - 4. Jakarta:
EGC.