A. Konsep Medis
1. Definisi
Depresi post partum adalah depresi berat yang terjadi 7 hari setelah melahirkan
dan berlangsung selama 30 hari, dapat terjadi kapan pun bahkan sampai 1 tahun
kedepan. Depresi postpartum pertama kali ditemukan oleh Pitt pada tahun 1988. Pitt
menyatakan bahwa depresi post parum adalah depresi yang bervariasi dari hari ke
hari dengan menunjukkan kelelahan, mudah marah, gangguan nafsu makan dan
kehilangan libido (kehilangan selera untuk berhubungan intim dengan suami).
a. Faktor konstitusional
Gangguan post partum berkaitan dengan status paritas adalah riwayat obstetri
pasien yang meliputi riwayat hamil sampai bersalin serta apakah ada komplikasi
dari kehamilan dan persalinan sebelumnya dan terjadi lebih banyak pada wanita
primipara. Wanita primipara lebih umum menderita blues karena setelah
melahirkan wanita primipara berada dalam proses adaptasi, kalau dulu hanya
memikirkan diri sendiri begitu bayi lahir jika ibu tidak paham perannya ia akan
menjadi bingung sementara bayinya harus tetap dirawat.
b. Faktor fisik
Perubahan fisik setelah proses kelahiran dan memuncaknya gangguan mental
selama 2 minggu pertama menunjukkan bahwa faktor fisik dihubungkan dengan
kelahiran pertama merupakan faktor penting. Perubahan hormon secara drastis
setelah melahirkan dan periode laten selama dua hari diantara kelahiran dan
munculnya gejala. Perubahan ini sangat berpengaruh pada keseimbangan. Kadang
progesteron naik dan estrogen yang menurun secara cepat setelah melahirkan
merupakan faktor penyebab yang sudah pasti.
c. Faktor psikologi
Peralihan yang cepat dari keadaan “dua dalam satu” pada akhir kehamilan
menjadi dua individu yaitu ibu dan anak bergantung pada penyesuaian psikologis
individu. Pentingnya cinta dalam menanggulangi masa peralihan ini untuk
memulai hubungan baik antara ibu dan anak.
d. Faktor sosial dan karateristik ibu
Pemukiman yang tidak memadai lebih sering menimbulkan depresi pada ibu –
ibu, selain kurangnya dukungan dalam perkawinan.
3. Manifestasi Klinis
Gejala yang menonjol dalam depresi post partum adalah trias depresi yaitu:
a. Berkurangnya energy
b. Penurunan efek
c. Hilang minat (anhedonia)
Gejala depresi post partum yang dialami 60% wanita mempunyai karateristik dan
spesifik antara lain:
a. Trauma terhadap intervensi medis yang terjadi
b. Kelelahan dan perubahan mood
c. Gangguan nafsu makan dan gangguan tidur
d. Tidak mau berhubungan dengan orang lain
e. Tidak mencintai bayinya dan ingin menyakiti bayinya atau dirinya sendiri.
4. Penatalaksanaan
Untuk mencegah terjadinya depresi post partum sebagai anggota keluarga harus
memberikan dukungan emosional kepada ibu dan jangan mengabaikan ibu bila
terlihat sedang sedih, dan sarankan pada ibu untuk:
Beristirahat dengan baik
Berolahraga yang ringan
Berbagi cerita dengan orang lain
Bersikap fleksible
Bergabung dengan orang-oarang baru
Sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis.
Ada cara-cara menghidari atau mengatasi depresi:
Batasi pengunjung jika kehadiran mereka ternyata malah mengganggu waktu
istirahat anda.
Untuk sementara waktu hindari komsumsi coklat atau gula dalam jumlah yang
berlebihan karena dapat menjadi bahan pemicu depresi.
Perbanyak mendengar musik favorit anda agar anda dapat merasa lebih rileks
disarankan musik-musik yang menenangkan.
Lakukan olahraga atau latihan ringan, cara ini selain ampuh dalam
mengurangi depresi, tapi juga dapat membantu mengembalikan bentuk tubuh.
Sesekali berpergianlah agar anda tak merasa bosan, karena berada di rumah.
Dukungan yang suportif dari suami dan anggota keluarga lainnya sangat
berpengaruh bagi keadaan psikis ibu.
e. Perencanaan
No. DIAGNOSA SDKI SLKI SIKI
I. (D.0032) Risiko STATUS NUTRISI MANAJEMEN NUTRISI
(L.03030) (I.08238)
defisit nutrisi b/d
faktor psikologis 1. Porsi makan yang di
Observasi :
habiskan membaik
7. Identifikasi status nutrisi
2. Verbalisasi keinginan
8. Identifikasi alergi dan
untuk meningkatkan
intoleransi makanan
nutrisi membaik
9. Identifikasi makanan yang
3. Kekuatan otot
disukai
menelan membaik
10.Identifikasi kebutuhan
4. Kekuatan otot
kalori dan jenis nutrien
pengunyah membaik
11.Monitor asupan makanan
5. Frekuensi makan
membaik
Terapeutik :
6. Nafsu makan
1. Lakukan oral hygiene
membaik
sebelum makan, jika perlu
2. Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
3. Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
Edukasi :
1. Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
2. Ajarkan diet yang di
programkan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient
yang di butuhkan, jika perlu
II. (D.0057) Keletihan KONSERVASI MANAJEMEN ENERGI
ENERGI (L.05040) (I. 05178)
b/d depresi
1. Aktivitas fisik yang Observasi :
direkomendasikan 1. Identifikasi gangguan
meningkat fungsi tubuh yang
2. Aktivitas yang tepat mengakibatkan kelelahan
meningkat 2. Monitor kelelahan fisik dan
3. Strategi untuk emosional
menyeimbangkan 3. Monitor pola dan jam tidur
aktivitas dan istirahat 4. Monitor lokasi dan
meningkat ketidaknyamanan selama
4. Teknik konservasi melakukan aktifitas
energy meningkat
5. Teknik pernapasan Terapeutik :
yang efektif 1. Sediakan lingkungan
meningkat nyaman dan rendah
stimulus (mis. Cahaya,
suara, kunjungan)
2. Lakukan latihan rentang
gerak pasif dan / atau aktif
3. Berikan aktivitas distraksi
yang menanangkan
4. Fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi :
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
3. Anjurkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
III. (D.0096) Koping STATUS KOPING DUKUNGAN
(L.09086) PENGAMBILAN
tidak efektif b/d
KEPUTUSAN (I.09265)
ketidakpercayaan 1. Kemampuan
memenuhi peran Observasi :
terhadap
sesuai usia membaik 1. Identifikasi presepsi
kemampuan diri 2. Perilaku koping mengenai masalah dan
adaptif membaik informasi yang memicu
mengatasi masakah
3. Verbalisasi kemapuan konflik
dan mengatasi masalah
membaik Terapeutik :
ketidakadekuatan
4. Verbalisasi 1. Fasilitasi mengklarifikasi
system pendukung pengakuan masalah nilai dan harapan yang
membaik membantu membuat pilihan
5. Verbalisasi 2. Diskusikan kelebihan dan
kelemahan diri kekurangan setiap solusi
membaik 3. Fasilitasi melihat situasi
6. Perilaku asertif secara realistic
membaik 4. Motivasi mengungkapkan
7. Verbalisasi tujuan perawatan yang
menyalahkan orang diharapkan
lain menurun 5. Fasilitasi pengambilan
keputusan secara
kolaboratif
6. Hormati hak pasien untuk
menerima atau menolak
informasi
Edukasi :
1. Informasikan alternative
solusi secara jelas
2. Berikan informasi yang
diminta pasien
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan tenaga
kesehatan laindalam
memfasilitasi pengambilan
keputusan
IV. (D.0097) Penurunan DUKUNGAN DUKUNGAN KOPING
KELUARGA KELUARGA (I.09260)
koping keluarga b/d
(L.13112)
disorganisasi 1. Verbalisasi keinginan Observasi :
keluarga untuk mendukung 1. Identifikasi respons
anggota keluarga emosional terhadap kondisi
yang sakit meningkat saat ini
2. Menanyakan kondisi 2. Identifikasi beban prognosis
pasien meningkat secara psikologis
3. Mencari dukungan 3. Identifikasi pemahaman
social bagi anggota tentang keputusan
keluarga yang sakit perawatan setelah pulang
meningkat 4. Identifikasi kesesuaian
4. Mencari dukungan antara harapan pasien,
spiritual bagi anggota keluarga, dan tenaga
keluarga yang sakit kesehatan
meningkat
Terapeutik :
1. Dengarkan masalah,
perasaan, dan pertanyaan
keluarga
2. Terima nilai-nilai keluarga
dengan cara yang tidak
menghakimi
3. Diskusikan rencana medis
dan perawatan
4. Fasilitasi pengungkapan
perasaan antara pasien dan
keluatga atau antar anggota
keluarga
5. Fasilitasi anggota keluarga
dalam mengidentifikasi dan
menyelesaikan konflik nilai
Edukasi :
1. Informasikan kemajuan
pasien secara berkala
2. Informasikan fasilitas
perawatan kesehatan yang
tersedia
Kolaborasi :
1. Rujuk untuk terapi
keluarga, jika perlu
V. (D.0109) Defisit PERAWATAN DUKUNGAN
DIRI (L.11103) PERAWATAN DIRI
perawatan diri bd
(I.11348)
gangguan psikologis 1. Kemampuan mandi
meningkat Observasi :
2. Kemampuan 1. Identifikasi kebiasaan
mengenakan pakaian aktivitas perawatan diri
meningkat sesuai usia
3. Kemampuan makan 2. Monitor tingkat
meningkat kemandirian
4. Kemampuan ke toilet 3. Identifikasi kebutuhan alat
(BAB/BAK) bantu kebersihan diri,
meningkat berpakaian, berhias, dan
5. Verbalisasi keinginan makan
melakukan perawatan
diri meningkat Terapeutik :
6. Minat melakukan 1. Sediakan lingkungan yang
perawatan diri terapeutik (mis. Suasana
meningkat hangat, rileks, privasi)
2. Siapkan keperluan pribadi
(mis. Parfume, sikat gigi,
dan sabun mandi)
3. Damping dalam melakukan
perawatan diri sampai
mandiri
4. Fasilitasi untuk menerima
keadaan ketergantungan
5. Fasilitasi kemandirian,
bantu jika tidak mampu
melakukan perawatan diri
6. Jadwalkan rutinitas
perawatan diri
Edukasi :
1. Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan
VI. (D.0135) Risiko KONTROL DIRI PENCEGAHAN BUNUH
(L.09076) DIRI (I.14538)
bunuh diri b/d
masalah sosial 1. Verbalisasi ancaman Observasi :
kepada orang lain 1. Identifikasi gejala risiko
meningkat bunuh diri (mis. Gangguan
2. Verbalisasi umpatan mood, halusinasi, delusi,
meningkat panik, penyalahgunaan zat,
3. Perilaku menyerang kesedihan, gangguan
menurun kepribadian)
4. Perilaku melukai diri 2. Identifikasi keinginan dan
snediri/ orang lain pikiran rencana bunuh diri
menurun 3. Monitor lingkungan bebas
5. Perilaku agresif / bahaya secara rutin (mis.
amuk menurun Barang pribadi, pisau cukur,
6. Suara keras menurun jendela)
7. Bicara ketus menurun 4. Monitor adanya perubahan
mood atau perilaku
Terapeutik :
1. Libatkan dalam
perencanaan perawatan
mandiri
2. Libatkan keluarga dalam
perencanaan perawatan
3. Lakukan pendekatan
langsung dan tidak
menghakimi saat membahas
bunuh diri
4. Tingkatkan pengawasan
pada kondisi tertentu (mis.
Rapat staff, pergantian
shift)
5. Berikan lingkungan dengan
pengamatan ketat dan
mudah dipantau (mis.
Tempat tidur dekat dengan
ruang perawat)
Edukasi :
1. Anjurkan mendiskusikan
perasaan yang dialami
kepada orang lain
2. Anjurkan menggunakan
sumber pendukung (mis.
Layanan spiritual,
penyediaan layanan)
3. Jelaskan tindakan
pencegahan bunuh diri
kepada keluarga atau orang
terdekat
4. Informasikan sumber daya
masyarakat dan program
yang tersedia
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian obat
antiansietas atau
antipsikotik, sesuai indikasi
2. Kolaborasi tindakan
keselamatan kepada PPA
3. Rujuk ke pelayanan
kesehatan mental, jika perlu