Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

“DEPRESI POST PARTUM”

A. Konsep Medis
1. Definisi

Depresi post partum adalah depresi berat yang terjadi 7 hari setelah melahirkan
dan berlangsung selama 30 hari, dapat terjadi kapan pun bahkan sampai 1 tahun
kedepan. Depresi postpartum pertama kali ditemukan oleh Pitt pada tahun 1988. Pitt
menyatakan bahwa depresi post parum adalah depresi yang bervariasi dari hari ke
hari dengan menunjukkan kelelahan, mudah marah, gangguan nafsu makan dan
kehilangan libido (kehilangan selera untuk berhubungan intim dengan suami).

Llewelly-jones (1994) menyatakan wanita yang didiagnosa mengalami depresi 3


bulan pertama setelah melahirkan yaitu wanita tersebut secara social dan emosional
meras terasingkan atau mudah tegang dalam setiap kejadian hidupnya. Berdasarkan
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa depresi post partum adalah gangguan
emosional pasca persalinan yang bervariasi, terjadi pada 10 hari pertama masa setelah
melahirkan dan berlangsung terus-menerus sampai 6 bulan atau bahkan sampai satu
tahun.. tingkat keparahan depresi postpartum bervariasi. Keadaan ekstrem yang
paling ringan yaitu saat ibu mengalami “kesedihan sementara” yang berlangsung
sangat cepat pada masa awal postpartum, ini disebut dengan the blues atau maternity
blues.

Gangguan postpartum yang paling berat disebut psikosis postpartum atau


melankolia. Diantara 2 keadaan ekstrem tersebut terdapat kedaan yang relatif
mempunyai tingkat keparahan sedang yang disebut neurosa depresi atau depresi
postpartum.
2. Etiologi
Disebabkan karena gangguan hormonal. Hormon yang terkait dengan terjadinya
depresi post partum adalah prolaktin, steroid dan progesterone. Berikut 4 faktor
lainnya penyebab depresi post partum:

a. Faktor konstitusional
Gangguan post partum berkaitan dengan status paritas adalah riwayat obstetri
pasien yang meliputi riwayat hamil sampai bersalin serta apakah ada komplikasi
dari kehamilan dan persalinan sebelumnya dan terjadi lebih banyak pada wanita
primipara. Wanita primipara lebih umum menderita blues karena setelah
melahirkan wanita primipara berada dalam proses adaptasi, kalau dulu hanya
memikirkan diri sendiri begitu bayi lahir jika ibu tidak paham perannya ia akan
menjadi bingung sementara bayinya harus tetap dirawat.

b. Faktor fisik
Perubahan fisik setelah proses kelahiran dan memuncaknya gangguan mental
selama 2 minggu pertama menunjukkan bahwa faktor fisik dihubungkan dengan
kelahiran pertama merupakan faktor penting. Perubahan hormon secara drastis
setelah melahirkan dan periode laten selama dua hari diantara kelahiran dan
munculnya gejala. Perubahan ini sangat berpengaruh pada keseimbangan. Kadang
progesteron naik dan estrogen yang menurun secara cepat setelah melahirkan
merupakan faktor penyebab yang sudah pasti.

c. Faktor psikologi
Peralihan yang cepat dari keadaan “dua dalam satu” pada akhir kehamilan
menjadi dua individu yaitu ibu dan anak bergantung pada penyesuaian psikologis
individu. Pentingnya cinta dalam menanggulangi masa peralihan ini untuk
memulai hubungan baik antara ibu dan anak.
d. Faktor sosial dan karateristik ibu
Pemukiman yang tidak memadai lebih sering menimbulkan depresi pada ibu –
ibu, selain kurangnya dukungan dalam perkawinan.

3. Manifestasi Klinis
Gejala yang menonjol dalam depresi post partum adalah trias depresi yaitu:
a. Berkurangnya energy
b. Penurunan efek
c. Hilang minat (anhedonia)

Gejala depresi post partum yang dialami 60% wanita mempunyai karateristik dan
spesifik antara lain:
a. Trauma terhadap intervensi medis yang terjadi
b. Kelelahan dan perubahan mood
c. Gangguan nafsu makan dan gangguan tidur
d. Tidak mau berhubungan dengan orang lain
e. Tidak mencintai bayinya dan ingin menyakiti bayinya atau dirinya sendiri.

4. Penatalaksanaan
Untuk mencegah terjadinya depresi post partum sebagai anggota keluarga harus
memberikan dukungan emosional kepada ibu dan jangan mengabaikan ibu bila
terlihat sedang sedih, dan sarankan pada ibu untuk:
 Beristirahat dengan baik
 Berolahraga yang ringan
 Berbagi cerita dengan orang lain
 Bersikap fleksible
 Bergabung dengan orang-oarang baru
 Sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis.
Ada cara-cara menghidari atau mengatasi depresi:
 Batasi pengunjung jika kehadiran mereka ternyata malah mengganggu waktu 
istirahat anda.
 Untuk sementara waktu hindari komsumsi coklat atau gula dalam jumlah yang
berlebihan karena dapat menjadi bahan pemicu depresi.
 Perbanyak mendengar musik favorit anda agar anda dapat merasa lebih rileks
disarankan  musik-musik yang menenangkan.
 Lakukan olahraga atau latihan ringan, cara ini selain ampuh dalam
mengurangi depresi, tapi juga dapat membantu mengembalikan bentuk tubuh.
 Sesekali berpergianlah agar anda tak merasa bosan, karena berada di rumah.
 Dukungan yang suportif dari suami dan anggota keluarga lainnya sangat
berpengaruh bagi keadaan psikis ibu.

Ada dua macam perawatan depresi :


a. Terapi bicara
Adalah sesi bicara dengan terapi, psikologi atau pekerja sosial untuk
mengubah apa yang difikir, rasa dan lakukan oleh penderita akibat menderita
depresi.
b. Obat medis
Obat anti depresi yang diresepkan oleh dokter, sebelum mengkonsumsi obat
anti depresi, sebaiknya didiskusikan benar obat mana yang tepat dan aman
bagi bayi untuk dikonsumsi oleh ibu hamil atau ibu menyusui.
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Pengenalan gejala mood merupakan hal yang penting untuk dilakukan oleh
perawatperinatal. Rencana keperawatan harus merefleksikan respons perilaku yang
diharapkan dari gangguan tertentu. Rencan individu didasarkan pada karakteristik
wanita dan keadaannya yang spesifik. Suami atau pasangan wanita tersebut juga
dapat mengalami gangguan emosional akibat perilaku wanita tersebut.
Pengkajiannya meliputi ;
a. Identitas klien.
Data diri klien meliputi: nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical
record dan lain-lain.
b. Keluhan Utama
Mudah marah, cemas, melukai diri
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada Ibu dengan depresi postpartum biasanya terjadi kurang nafsu makan,
sedih – murung, mudah marah, kelelahan, insomnia, anorexia, merasa
terganggu dengan perubahan fisik, sulit konsentrasi, melukai diri.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Berhubungan dengan kejadian pada persalinan masa lalu serta kesehatan
pasien.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Berhubungan dengan dukungan keluarga terhadap keadaan pasien
d. Struktur dan Fungsi Keluarga
Komponen penting lain dalam pengkajian pada pasien post partum blues ialah
melihat komposisi dan fungsi keluarga. Penyesuaian seorang wanita terhadap
perannya sebagai ibu sangat dipengaruhi oleh hubungannya dengan pasangannya,
ibunya dengan keluarga lain, dan anak-anak lain. Perawat dapat membantu
meringankan tugas ibu baru yang akan pulang dengan mengkaji kemungkinan
konflik yang bisa terjadi diantara anggota keluarga dan membantu ibu
merencanakan strategi untuk mengatasi masalah tersebut sebelum keluar dari
rumah sakit.
e. Pemeriksaan Fisik
 Aktivitas/ istirahat
Biasanya aktivitas dan istirahat klien terganggu
 Sirkulasi
Biasanya nadi meningkat, (tachikardia), TD kadang meningkat
 Eliminasi
Biasanya klien sering BAK, kadang terjadi diare
 Makanan/cairan
Biasanya terjadi anoreksia, mual atau muntah, haus , membrane mukosa
kering
 Neurosensori
Biasanya klien mengeluh sakit kepala
 Pernafasan
Biasanya pernafasan cepat dan dangkal
 Nyeri dan ketidaknyamanan
Biasanya terjadi nyeri/ ketidaknyamanan pada daerah abdomen dan kepala
 Integritas Ego
Biasanya klien ansietas, gelisah
 Seksualitas
Biasanya seksualitas terganggu dan penurunan libido
 TTV
Biasanya nadi meningkat, pernafasan meningkat, TD meningkat
2. Pathway
d. Diagnosa
I. Risiko defisit nutrisi b/d faktor psikologis
II. Keletihan b/d depresi
III. Koping tidak efektif b/d ketidakpercayaan terhadap kemampuan diri
mengatasi masakah dan ketidakadekuatan system pendukung
IV. Penurunan koping keluarga b/d disorganisasi keluarga
V. Defisit perawatan diri bd gangguan psikologis
VI. Risiko bunuh diri b/d masalah sosial

e. Perencanaan
No. DIAGNOSA SDKI SLKI SIKI
I. (D.0032) Risiko  STATUS NUTRISI  MANAJEMEN NUTRISI
(L.03030) (I.08238)
defisit nutrisi b/d
faktor psikologis 1. Porsi makan yang di
Observasi :
habiskan membaik
7. Identifikasi status nutrisi
2. Verbalisasi keinginan
8. Identifikasi alergi dan
untuk meningkatkan
intoleransi makanan
nutrisi membaik
9. Identifikasi makanan yang
3. Kekuatan otot
disukai
menelan membaik
10.Identifikasi kebutuhan
4. Kekuatan otot
kalori dan jenis nutrien
pengunyah membaik
11.Monitor asupan makanan
5. Frekuensi makan
membaik
Terapeutik :
6. Nafsu makan
1. Lakukan oral hygiene
membaik
sebelum makan, jika perlu
2. Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
3. Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein

Edukasi :
1. Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
2. Ajarkan diet yang di
programkan

Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient
yang di butuhkan, jika perlu
II. (D.0057) Keletihan  KONSERVASI  MANAJEMEN ENERGI
ENERGI (L.05040) (I. 05178)
b/d depresi
1. Aktivitas fisik yang Observasi :
direkomendasikan 1. Identifikasi gangguan
meningkat fungsi tubuh yang
2. Aktivitas yang tepat mengakibatkan kelelahan
meningkat 2. Monitor kelelahan fisik dan
3. Strategi untuk emosional
menyeimbangkan 3. Monitor pola dan jam tidur
aktivitas dan istirahat 4. Monitor lokasi dan
meningkat ketidaknyamanan selama
4. Teknik konservasi melakukan aktifitas
energy meningkat
5. Teknik pernapasan Terapeutik :
yang efektif 1. Sediakan lingkungan
meningkat nyaman dan rendah
stimulus (mis. Cahaya,
suara, kunjungan)
2. Lakukan latihan rentang
gerak pasif dan / atau aktif
3. Berikan aktivitas distraksi
yang menanangkan
4. Fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan

Edukasi :
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
3. Anjurkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan

Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
III. (D.0096) Koping  STATUS KOPING  DUKUNGAN
(L.09086) PENGAMBILAN
tidak efektif b/d
KEPUTUSAN (I.09265)
ketidakpercayaan 1. Kemampuan
memenuhi peran Observasi :
terhadap
sesuai usia membaik 1. Identifikasi presepsi
kemampuan diri 2. Perilaku koping mengenai masalah dan
adaptif membaik informasi yang memicu
mengatasi masakah
3. Verbalisasi kemapuan konflik
dan mengatasi masalah
membaik Terapeutik :
ketidakadekuatan
4. Verbalisasi 1. Fasilitasi mengklarifikasi
system pendukung pengakuan masalah nilai dan harapan yang
membaik membantu membuat pilihan
5. Verbalisasi 2. Diskusikan kelebihan dan
kelemahan diri kekurangan setiap solusi
membaik 3. Fasilitasi melihat situasi
6. Perilaku asertif secara realistic
membaik 4. Motivasi mengungkapkan
7. Verbalisasi tujuan perawatan yang
menyalahkan orang diharapkan
lain menurun 5. Fasilitasi pengambilan
keputusan secara
kolaboratif
6. Hormati hak pasien untuk
menerima atau menolak
informasi

Edukasi :
1. Informasikan alternative
solusi secara jelas
2. Berikan informasi yang
diminta pasien

Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan tenaga
kesehatan laindalam
memfasilitasi pengambilan
keputusan
IV. (D.0097) Penurunan  DUKUNGAN  DUKUNGAN KOPING
KELUARGA KELUARGA (I.09260)
koping keluarga b/d
(L.13112)
disorganisasi 1. Verbalisasi keinginan Observasi :
keluarga untuk mendukung 1. Identifikasi respons
anggota keluarga emosional terhadap kondisi
yang sakit meningkat saat ini
2. Menanyakan kondisi 2. Identifikasi beban prognosis
pasien meningkat secara psikologis
3. Mencari dukungan 3. Identifikasi pemahaman
social bagi anggota tentang keputusan
keluarga yang sakit perawatan setelah pulang
meningkat 4. Identifikasi kesesuaian
4. Mencari dukungan antara harapan pasien,
spiritual bagi anggota keluarga, dan tenaga
keluarga yang sakit kesehatan
meningkat
Terapeutik :
1. Dengarkan masalah,
perasaan, dan pertanyaan
keluarga
2. Terima nilai-nilai keluarga
dengan cara yang tidak
menghakimi
3. Diskusikan rencana medis
dan perawatan
4. Fasilitasi pengungkapan
perasaan antara pasien dan
keluatga atau antar anggota
keluarga
5. Fasilitasi anggota keluarga
dalam mengidentifikasi dan
menyelesaikan konflik nilai

Edukasi :
1. Informasikan kemajuan
pasien secara berkala
2. Informasikan fasilitas
perawatan kesehatan yang
tersedia

Kolaborasi :
1. Rujuk untuk terapi
keluarga, jika perlu
V. (D.0109) Defisit  PERAWATAN  DUKUNGAN
DIRI (L.11103) PERAWATAN DIRI
perawatan diri bd
(I.11348)
gangguan psikologis 1. Kemampuan mandi
meningkat Observasi :
2. Kemampuan 1. Identifikasi kebiasaan
mengenakan pakaian aktivitas perawatan diri
meningkat sesuai usia
3. Kemampuan makan 2. Monitor tingkat
meningkat kemandirian
4. Kemampuan ke toilet 3. Identifikasi kebutuhan alat
(BAB/BAK) bantu kebersihan diri,
meningkat berpakaian, berhias, dan
5. Verbalisasi keinginan makan
melakukan perawatan
diri meningkat Terapeutik :
6. Minat melakukan 1. Sediakan lingkungan yang
perawatan diri terapeutik (mis. Suasana
meningkat hangat, rileks, privasi)
2. Siapkan keperluan pribadi
(mis. Parfume, sikat gigi,
dan sabun mandi)
3. Damping dalam melakukan
perawatan diri sampai
mandiri
4. Fasilitasi untuk menerima
keadaan ketergantungan
5. Fasilitasi kemandirian,
bantu jika tidak mampu
melakukan perawatan diri
6. Jadwalkan rutinitas
perawatan diri

Edukasi :
1. Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan
VI. (D.0135) Risiko  KONTROL DIRI  PENCEGAHAN BUNUH
(L.09076) DIRI (I.14538)
bunuh diri b/d
masalah sosial 1. Verbalisasi ancaman Observasi :
kepada orang lain 1. Identifikasi gejala risiko
meningkat bunuh diri (mis. Gangguan
2. Verbalisasi umpatan mood, halusinasi, delusi,
meningkat panik, penyalahgunaan zat,
3. Perilaku menyerang kesedihan, gangguan
menurun kepribadian)
4. Perilaku melukai diri 2. Identifikasi keinginan dan
snediri/ orang lain pikiran rencana bunuh diri
menurun 3. Monitor lingkungan bebas
5. Perilaku agresif / bahaya secara rutin (mis.
amuk menurun Barang pribadi, pisau cukur,
6. Suara keras menurun jendela)
7. Bicara ketus menurun 4. Monitor adanya perubahan
mood atau perilaku

Terapeutik :
1. Libatkan dalam
perencanaan perawatan
mandiri
2. Libatkan keluarga dalam
perencanaan perawatan
3. Lakukan pendekatan
langsung dan tidak
menghakimi saat membahas
bunuh diri
4. Tingkatkan pengawasan
pada kondisi tertentu (mis.
Rapat staff, pergantian
shift)
5. Berikan lingkungan dengan
pengamatan ketat dan
mudah dipantau (mis.
Tempat tidur dekat dengan
ruang perawat)

Edukasi :
1. Anjurkan mendiskusikan
perasaan yang dialami
kepada orang lain
2. Anjurkan menggunakan
sumber pendukung (mis.
Layanan spiritual,
penyediaan layanan)
3. Jelaskan tindakan
pencegahan bunuh diri
kepada keluarga atau orang
terdekat
4. Informasikan sumber daya
masyarakat dan program
yang tersedia

Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian obat
antiansietas atau
antipsikotik, sesuai indikasi
2. Kolaborasi tindakan
keselamatan kepada PPA
3. Rujuk ke pelayanan
kesehatan mental, jika perlu

Anda mungkin juga menyukai