Anda di halaman 1dari 25

LEPTOSEPIROSIS

BY ; BINARTI DWI
Pengertian

Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh


bakteri Leptospira interrogans yang disebarkan melalui
urine atau darah hewan yang terinfeksi bakteri ini.
Beberapa jenis hewan yang dapat menjadi pembawa
leptospirosis adalah anjing, hewan pengerat seperti
tikus, dan kelompok hewan ternak seperti sapi atau
babi. Bakteri tersebut dapat bertahan hidup dalam
ginjal hewan yang terinfeksi.
 Leptospirosis adalah penyakit akibat bakteri
Leptospira sp. yang dapat ditularkan dari hewan ke
manusia atau sebaliknya (zoonosis).
 Leptospirosisdikenal juga dengan nama Penyakit
Weil, Demam Icterohemorrhage, Penyakit
Swineherd's, Demam pesawah (Ricefield fever),
Demam Pemotong tebu (Cane-cutter fever), Demam
Lumpur, Jaundis berdarah, Penyakit Stuttgart,
Demam Canicola , penyakit kuning non-virus, penyakit
air merah pada anak sapi, dan tifus anjing.
 Gejala Leptospirosis
 Gejala penyakit leptospirosis, di antaranya adalah:
 Mual
 Muntah
 Meriang
 Sakit kepala
 Nyeri otot
 Sakit perut
 Diare
 Kulit atau area putih pada mata yang menguning
 Demam
 Ruam
 Konjungtivitis
 Leptospirosis biasanya menunjukkan gejala secara
mendadak dalam waktu 2 minggu setelah penderita
terinfeksi. Pada sebagian kasus, gejala baru terlihat
setelah 1 bulan.
 Pasca kemunculan gejala, penderita leptospirosis
biasanya akan pulih dalam waktu 1 minggu setelah
sistem imunitas dapat mengalahkan infeksi. Namun
sebagian penderita akan mengalami tahap kedua
penyakit leptospirosis yang dikenal sebagai
penyakit Weil. Gejala penyakit Weil ini ditandai dengan
dada terasa nyeri, serta kaki dan tangan yang bengkak.
GANGGUAN PADA ORGAN LAIN
 Gangguanpada paru-paru dengan gejala batuk, napas
pendek, dan batuk yang mengeluarkan darah.
 Gangguan pada ginjal yang dapat berujung dengan
kondisi gagal ginjal.
 Gangguan pada otak yang ditunjukkan dengan gejala
meningitis.
 Gangguan pada jantung yang memicu peradangan
jantung (miokarditis) atau gagal jantung.
Jenis Pekerjaan yang memiliki risiko lebih besar
untuk menderita leptospirosis adalah:
Petani
Peternak atau pengurus hewan
Personel militer
Pekerja di pemotongan hewan
Pembersih saluran pembuangan atau selokan
Pekerja tambang
DIAGNOSIS LEPTOSIPIROSIS

 Tes urine, untuk melihat keberadaan bakteri leptospira dalam urine.


 Tes darah, untuk melihat adanya bakteri dalam aliran darah, dan
antibodi dalam tubuh. Pemeriksaan antibodi dalam darah perlu diulang
lagi dalam waktu 1 minggu untuk memastikan hasilnya, karena hasil
positif bisa saja ditunjukkan dari infeksi lain yang terjadi sebelumnya.
 Pemeriksaan fungsi ginjal, untuk melihat kondisi ginjal dan infeksi
bakteri ini pada ginjal.
 Pemeriksaan fungsi hati.
 FotoRontgen paru, untuk melihat apakah infeksi sudah menyebar
hingga ke organ paru-paru.
Pencegahan Leptospirosis
 Hindari air yang sudah terkontaminasi dan pastikan kebersihan air sebelum mengonsumsinya.
 Jauhi binatang yang rentan terinfeksi bakteri, terutama tikus liar yang paling banyak membawa
bakteri leptospira.
 Bersikap cermat terhadap lingkungan, terutama saat bepergian.
 Gunakan disinfektan jika perlu.
 Gunakan pakaian yang melindungi tubuh dari kontak langsung dengan hewan pembawa bakteri
leptospira, serta bersihkan dan tutup luka dengan penutup tahan air agar tidak terpapar air yang
terkontaminasi bakteri.
 Mandi secepatnya setelah berolahraga dalam air.
 Jaga kebersihan dan cuci tangan setelah melakukan kontak dengan hewan atau sebelum makan.
 Vaksinasi hewan piaraan atau ternak supaya terhindar dari leptospirosis.
 PADA HEWAN
 Pada hewan, Leptospirosis kadangkala tidak menunjukkan gejala klinis
(bersifat subklinis), dalam arti hewan akan tetap terlihat sehat walaupun
sebenarnya dia sudah terserang Leptospirosis [5]. Kucing yang terinfeksi
biasanya tidak menunjukkan gejala walaupun ia mampu menyebarkan
bakteri ini ke lingkungan untuk jangka waktu yang tidak pasti [2].
 Gejala klinis yang dapat tampak yaitu ikterus atau jaundis, yakni warna
kekuningan, karena pecahnya butir darah merah (eritrosit) sehingga ada
hemoglobin dalam urin [3]. Gejala ini terjadi pada 50 persen kasus,
terutama jika penyababnya L. pomona [3]. Gejala lain yaitu demam, tidak
nafsu makan, depresi, nyeri pada bagian-bagian tubuh [3], gagal ginjal,
gangguan kesuburan, dan kadang kematian [5]. Apabila penyakit ini
menyerang ginjal atau hati secara akut maka gejala yang timbul yaitu
radang mukosa mata (konjungtivitis), radang hidung (rhinitis), radang
tonsil (tonsillitis), batuk dan sesak napas
Pada babi muncul gejala kelainan saraf, seperti berjalan kaku dan berputar-
putar [3].
Pada anjing yang sembuh dari infeksi akut kadangkala tetap mengalami
radang ginjal interstitial kronis atau radang hati (hepatitis) kronis [2].
Dalam keadaan demikian gejala yang muncul yaitu penimbunan cairan di
abdomen (ascites), banyak minum, banyak urinasi, turun berat badan dan
gejala saraf[2].
Pada sapi, infeksi Leptospirosis lebih parah dan lebih banyak terjadi pada
pedet (anak sapi) dibandingkan sapi dewasa dengan gejala demam, jaundis,
anemia, warna telinga maupun hidung yang menjadi hitam, dan kematian
(Bovine Leptospirosis).[17].
Angka kematian (mortalitas) akibat Leptospirosis pada hewan mencapai 5-15
persen, sedangkan angka kesakitannya (morbiditas) mencapai lebih dari 75
persen [3].
Fase Septisemik
 Fase Septisemik dikenal sebagai fase awal atau fase
leptospiremik karena bakteri dapat diisolasi dari
darah, cairan serebrospinal dan sebagian besar
jaringan tubuh .
 Padastadium ini, penderita akan mengalami gejala
mirip flu selama 4-7 hari, ditandai dengan demam,
kedinginan, dan kelemahan otot
Gejala lain adalah sakit tenggorokan, batuk, nyeri
dada, muntah darah, nyeri kepala, takut cahaya,
gangguan mental, radang selaput otak (meningitis),
serta pembesaran limpa dan hat
 Fase Imun
 Fase Imun sering disebut fase kedua atau leptospirurik karena sirkulasi
antibodi dapat dideteksi dengan isolasi kuman dari urin, dan mungkin
tidak dapat didapatkan lagi dari darah atau cairan serebrospinalis [14].
Fase ini terjadi pada 0-30 hari akibat respon pertahanan tubuh terhadap
infeksi [14]. Gejala tergantung organ tubuh yang terganggu seperti
selaput otak, hati, mata atau ginjal [14].
 Jika yang diserang adalah selaput otak, maka akan terjadi depresi,
kecemasan, dan sakit kepala [5]. Pada pemeriksaan fungsi hati
didapatkan jaundis, pembesaran hati (hepatomegali), dan tanda
koagulopati [14]. Gangguan paru-paru berupa batuk, batuk darah, dan
sulit bernapas.[5] Gangguan hematologi berupa peradarahan dan
pembesaran limpa (splenomegali). Kelainan jantung ditandai gagal
jantung atau perikarditis [14]. Meningitis aseptik merupakan manifestasi
klinis paling penting pada fase imun [14].
 Leptospirosis dapat diisolasi dari darah selama 24-48 jam setelah
timbul jaundis [5]. Pada 30 persen pasien terjadi diare atau kesulitan
buang air besar (konstipasi), muntah, lemah, dan kadang-kadang
penurunan nafsu makan [5]. Kadang-kadang terjadi perdarahan di
bawah kelopak mata dan gangguan ginjal pada 50 persen pasien, dan
gangguan paru-paru pada 20-70 persen pasien [5].
 Gejala juga ditentukan oleh serovar yang menginfeksi [14]. Sebanyak 83
persen penderita infeksi L. icterohaemorrhagiae mengalami ikterus,
dan 30 persen pada L. pomona [14]. Infeksi L. grippotyphosa umumnya
menyebabkan gangguan sistem pencernaan. Sedangkam L. pomona
atau L. canicola sering menyebabkan radang selaput otak (meningitis)
[14]
.
Terapi Non-Farmakologik
 Pemberian cairan dan nutrisi yang adekuat. Hidrasi dengan cairan yang mengandung
elektrolit sampai tercapai hidrasi yang baik, monitoring elektrolit dan produksi urin
dengan balance cairan/24 jam.
 Kalori diberikan dengan mempertimbangkan keseimbangan nitrogen, meminimalkan
balance nitrogen negatif. Kalori dianjurkan sekitar 2000-3000 kilokalori tergantung berat
badan pasien. Karbohidrat dalam jumlah cukup mencegah terjadinya ketosis. Protein
diberikan 0,2-0,5 gr/kgBB/hari yang cukup mengand-ung asam amino esensial.
 Pemberian nutrisi perlu diperhatikan karena nafsu makan biasanya menurun. Perlu nutrisi
yang seimbang dengan kebutuhan kalori dan penurunan fungsi hati maupun ginjal. Jika
sudah terjadi hiperkalemi maka masukan kalium dibatasi sampai hanya 40 mEq/hari. Kadar
natrium tidak boleh terlalu tinggi.
 Pada fase oliguri maksimal 0,5 gram/hari dan pemberian cairan pada fase ini harus
dibatasi.
 Hindari pemberian cairan yang terlalu banyak karena akan membebani kerja hati dan
ginjal. Diperlukan monitoring/balans cairan yang cermat.
Pada pasien dengan muntah hebat atau tidak mau makan diberikan makanan secara
parenteral.
Secara umum sama dengan penyakit sistemik akut yang lain. Rasa sakit diobati
dengan analgetik, gelisah dan cemas dikendalikan dengan sedatif, demam
diberikan antipiretik, jika kejang dikelola dengan antikejang. Gangguan fungsi
hati dikelola dengan diet dan perawatan untuk penyakit hati.
Gangguan fungsi ginjal (gagal ginjal akut) tidak selalu dengan hemodialisis.
Dengan mengendalikan balance cairan sering berhasil tanpa terapi hemodialisis.
Indikasi dialisis:
1. hiperkatabolik
2. produksi ureum > 60 mg/24 jam
3. hiperkalemi (K > 6 meq/l)
4. asidosis metabolik (HCO3 < 12 mwq/l)
5. perdarahan
6. kadar ureum yang sangat tinggi disertai gejala klinis yang sesuai.
 Antibiotik pilihan Suspected case Leptospirosis
1. Doksisiklin 100 mg 2x sehari selama 7 hari atau
2. Amoksisilin atau ampisilin 2 g sehari selama 7 hari

 Antibiotik pilihan Probable case Leptospirosis


1. Injeksi Penisilin G 1,5-2 MU iv tiap 6 jam selama 7 hari, atau
2. Injeksi Seftriaxon 1 g iv sekali sehari selama 7 hari, atau
3. Injeksi Sefotaxim 1 g iv empat kali sehari, atau
4. Injeksi Amoksilin 1 g iv empat kali sehari, atau
5. Injeksi Ampisilin 1 g iv empat kali sehari, atau
6. Injeksi Eritromisin 500 mg iv empat kali sehari
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan proses infeksi dari perjalanan
penyakitnya.
2. Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan
jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, syaraf, inflamasi), ditandai
dengan klien mngatakan nyeri, klien sulit tidur, tidak mampu memusatkan
perhatian, ekspresi nyeri, kelemahan.
3 Pemenuhan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan
intake kurang ditandai dengan klien mengatakan intake tidak adekuat,
hilangnya rasa kecap, kehilangan selera.
DIAGNOSA KEPERAWATAN I
Tujuan : setelah dilakukan tindakan selama 3 x 24 jam suhu tubuh menurun.
KH:
K : pasien mengetahui penyebab meninggkatnya suhu tubuh
A : Pasien mampu menunjukkan cara untuk menurunkan suhu tubuhnya
A : pasien mampu melakukan cara untuk menurunkan suhu tubuhnya dengan
kompres
P : suhu tubuh menurun
TTV normal
1. Bina hubungan baik dengan klien dan keluarga.
 

2.Berikan kompres dingin dan ajarkan cara untuk memakai es/handuk pada
tubuh,khususnya pada aksila/lipatan paha
3.Anjurkan untuk memakai baju tipis yang menyerap keringat.
4.Kolaborasi,berikan cairan IV bila diperlukan,Therapy,monitor hasil leb,HB,elektrolit
Albumin.
Nyeri (akut) b/d dengan proses penyakit penekanan/kerusakan jaringan
syaraf,inflamasi ditandai dengan klien mengatakan nyeri dan sulit tidur.
Tujuan :setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam nyeri
berkurang.
KH:
K : pasien mengetahui penyebab nyeri
A : pasien mampu menunjukkan penyebab nyeri
P: pasien mampu melakuan cara mengurangi nyeri dengan cara distraksi
P : nyeri berkurang
TTV : normal
1.Tentukan riwayat nyeri,lokasi,durasi,dan intensitas.
2. Evaluasi therapi pembedahan,radiasi,khemoterapi,biotherapi ajarkan klien dan
keluarga tentang cara menghadapinya.
3.Berikan pengalihan seperti reposisi dan aktivitas menyenangkan.
4.Berikan analgesik sesuai indikasi seperti morfin,methadone,narkotik dll.

Anda mungkin juga menyukai