OLEH :
KELOMPOK IX
2. Etiologi
Penyebab sekitar 50% kelahiran premature tidak diketahui. Namun, sepertiga
persalinan premature terjadi setelah ketuban pecah dini (PROM). Komplikasi
kehamilan lain, yang berhubungan dengan persalinan premature, meliputi kehamilan
multi janin,hidramnion, serviks tidak kompeten, plasenta lepas secara premature dan
infeksi tertentu (seperti, polinefritis dan korioamnionitis) (Andersen, Merkatz, 1990).
Pada kebanyakan kasus, penyebab pasti partus prematurus tidak diketahui, namun
menurut Rompas (2004) ada beberapa resiko yang dapat menyebabkan pattus
prematur, yaitu :
a. Faktor resiko mayor
Kehamilan multiple, hidramnion, anomali uterus, serviks terbuka lebih
dari I cm pada kehamilan 32 minggu, riwayat abortus pada trimester Il lebih dari
satu kali, riwayat petsalinan prematur sebelumnya, opetasi abdominal pada
kehamilan preterm, riwayat operasi konisasi dan iritabilitas uterus.
b. Faktor resiko minor :
Penyakit yang disertai demam, perdarahan pervaginam setelah kehamilan
12 minggu, riwayat pielonefitis, merokok lebih dari 10 batang perhari, riwayat
abortus trimester Il, riwayat abortus pada trimester I lebih dari satu kali.
Menurut Manuaba (1998), faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
persalinan preterm (prematur) atau berat badan lahir rendah adalah
l. Faktor ibu .
Gizi saat hamil yang kurang
dengan hidmmnion
Hamil ganda
Perdarahan antepaltum
3. Faktor janin:
Cacat bawaan
3. Manifestasi Klinis
l. Sakit kram seperti menstruasi dapat membingungkan dengan sakit lingkar ligamen.
5. Perubahan karakter jmlah muatan vaginal (lebih tebal, lebih tipis, berair,
berdarah, coklat, atau tak berwarna).
6. Diarrhea.
7. Kontraksi uterus yang tidak normal (sakit atau tidak) terasa lebih sering dari
pada setiap 10 menit untuk I jam atau lebih dan tidak sembuh dengan berbaring.
4. Patofisiologi
Enzim sitokinin dan prostaglandin, ruptur membran, ketuban pecah, aliran darah
ke plasenta yang berkurang mengakibatkan nyeri dan intoleransi aktifitas yang
menimbulkan kontraksi uterus, sehingga menyebabkan persalinan prematur.
Akibat dari persalinan prematur berdampak pada janin dan pada ibu. Pada janin,
menyebabkan kelahira yang belum pada waktunya sehingga terjailah imaturitas
jaringan pada janin. Salah satu dampaknya terjdilah maturitas paru yang
menyebabkan resiko cidera pada janin.
Sedangkan pada ibu, resiko tinggi pada kesehatan yang menyebabkan ansietas
dan kurangnya informasi tentang kehamilan mengakibatkan kurangnya pengetahuan
untuk merawat dan menjaga kesehatan saat kehamilan.
5. Asuhan Keperawatan
5.1 Pengkajian
A. Sirkulasi
Hipertensi, Edema patologis (tanda hipertensi karena kehamilan (HKK)), penyakit
sebelumnya.
B. Intlegitas Ego
C. Makanan / cairan
D. Nyeri / Katidaknyamanan
Kontraksi intermiten sampai regular yang jaraknya kurang dari 10 menit selama paling
sedikit 30 detik dalam 30-60 menit.
E. Pernafasan
F. Keamanan
Infeksi mungkin ada (misalnya infeksi saluran kemih (ISK) dan atau infeksi vagina) G.
Seksualitas
G. Interaksi sosial
H. Pemeriksaan diagnostik
Ultrasonografi : Pengkajian getasi (dengan berat badan janin 500 sampai 2500 gram)
Tes nitrazin : menentukan KPD
Jumlah sel darah putih : Jika mengalami peningkatan, malca itu menandakan adanya
infeksi amniosentesis yaitu radio lesitin tethadap sfingomielin (L/S) mendeteksi
fofatidigliserol (PG) untuk maturitas paru janin, atau infeksi amniotik. Pemantauan
elektronik : memfalidasi aktifitas uterus / status janin.
5.2. Diagnosa
6. Nyeti akut atau ketidaknyamanan berhubungan dengan kontraksi otot dan efek
obat-obatan.
5.3. Intervensi
2. Diagnosa : Keracunan, resiko tinggi. Faktor resiko dapat meliputi toksik yang
berhubungan dengan dosis / efek samping tokolitik
Tujuan : Mencegah atau meminimalkan cedera materal Mandiri.
Intervensi Rasional :
Tempatkan klien pada posisi lateral, tinggikan kepala selama pemberian infus obat
IV Menurunkan iribilitas uterin, meningkatkan perfusi plasenta dan mencegah
hipotensi supme.
Pantau tanda vital, auskultasi paru, perhatikan iregularitas jantung dan laporkan
dispnea / sesak dada. Komplikasi, seperti edema pulmoner, disritmia jantung
takikardia, agitasi , dispnea, nyeri dada dan peningkatan pada volume plasma
mungkin terjadi pada pemberian agnosis reseptor beta (ritrodin, isoxupfin) dan
tetbutalin sulfat, yang merangsang reseptor beta2 (khususnya pada penggunaan
steroid bersama).
Timbang klien setiap hari Memeriksa potensial perubahan perkemihan / retensi
cairan.
Pantau adanya mengantuk, kemerahan karena panas, depresi pernafasan dan depresi
refleks tendon dalam dengan tepat. Tanda deplesi neummuskular, menandakan
meningkatkan kadar MgS04 serum.
Sediakan antidot (Kalsium glukonat untuk MgS04 propanol untuk ritrodin atau
terbulatin sulfat). Pemberian antidot mungkin perlu untuk membalik atau mengatasi
efek agen tokoitik.
Kolaborasi
Intervensi Rasional :
Bantu sesuai kebutuhan dengan pemeriksaan vagina steril Untuk mengkaji status
servikal. Pemerikasaan vaginal dipertahankan minimum, karena hal ini dapat
menambah kepekaan uterus. Keamanan tokolitik bila sewiks berdilatasi lebih dari 4
cm atau menonjol 80% tidak di dokumentasikan dan secara umum di
kontraindikasikan.
Berikan larutan IV atau lobus cairan sesuai indikasi. Hidrasi dapatmenurunkan
aktifitas uterus. Sebelum mulai terapi Obat, hidrasi meningkatkan klirens ginjal dan
meminamalkan hipotensi.
Berikan nifedipine (procardia) di telan dan dikunyah dengan makan clan minum.
Nifedipine dapat diganti dengan terbutalin sulfat. Nifedipin, penyekat saluran
kalsium, digunakan secara percobaan bila Obat Iain gagal untuk menekan aktifitas
uterus.
Pasang kaos kaki antiembolik dan berikan latihan rentang gelka pasif pada kaki setiap
I -2jam. Mencegah pengumpulan darah pada ekstremitas bawah, yang dapat terjadi
karena relaksasi otot halus.
Pasang kateter indwellng sesuai indikasi. Haluaran urin harus dipantaudan
dipertahankan bila memberikan MgS04. Haluaran harus pada sedikitknya 30 ml/jam
atau 100 ml pada periode 4 jam.
Atur untuk memindahkan klien ke fasilitas resiko tinggi atau pusat perawatan tarsier,
bila aktifitas uterus menetap bersamaan dengan pemberian tokolitik. Membantu
menjamin ketersediaan perawatan intensif yang tepat, yang mungkin diperlukan oleh
bayi baru lahir bersamaan dengan kelahiran preterm.
Intervensi Rasional
Kaji kondisi ibu yang di kontraindikasikan terhadap terapi steroid untuk memudahkan
maturitas paru janin. Pada HKK dan korioamnionitis, terapi steroid dapat mempetberat
hipertensi dan menutupi tanda infeksi. Steroid dapat meningkatkan glukosa darah pada
pasien dengan diabetes. Obat tidak akan efektif bila tidak mampu menunda kelahiran
sedikitnya 48 jam.
Kaji DJJ ; perhatikan adanya aktifitas uterus atau perubahan sevikal. Siapkan tethadap
kemungkinan kelahiran preterm. Tokolitik dapat meningkatkan DJJ. Kelahiran dapat
sangat cepat pada bayi kecil bila kontraksi uterus menetap tidak responsifpada
tokolitik, atau bila perubahan servikal berlanjut.
Tekankan pentingnya perawatan tindak Ianjut Jikajanin tidak dilahirkan dalam 7 hari
dari pemberian ateroid, dosis harus diulang setiap minggu.
Berikan terapi tokolitik sesuai pesanan Membantu menurunkan aktifitas smiometrial
untuk mencegah / menunda kelahiran dini.
Orientasikan klien dan pasangan pada lingkungan persalinan. Membantu klien dan orang
terdekat merasa mudah dan lebih nyaman pada sekitar mereka
Anjurkan penggunaan teknik relaksasi Memungkinkan klien mendapatka keuntungan
maksimum dari periode istirrahat, mencegah kelelahan otot dan mempelbaiki aliran
darah uterus.
Anjurkan pengungkapan rasa rasa takuk dan masalah. Dapat membantu menumnkan
ansietas dan merangsang identifikasi perilaku koping.
Berikan sedatif bila tindakan lain tidak berhasil Memberikan efek menenangkan dan
traquiliser.
Mandiri
Intervensi Rasional :
Pastikan pengetahuan klien tentang persalinan pıeterm dan kemungkinan hasil
Membuat data dasar dan mengidentifikasi kebutuhan
Berikan informasi tentang perawatan tindak lanjut bila klien pulang Klien mungkin
perlu kembali untuk keteraturan pemantauan adan atau tindakan
Anjurkan klien mengosongkan kandung kemih setipa 2 jam saat terjaga. Mencegah
tekanan kandung kemih penuh pada uterus yang peka.
Tinjau ulang kebutuhan cairan setiap hafi, misalnya 2 sampai 3 quart (1,9 — 2,81)
cairan dan menghindari kafein. Dehidrasi dap[at menimbulkan peningkatan
kepekaan otot uterus.
Kolaborasi
Intervensi Rasional :
Tekankan untuk menghindari obat yang dijual bebas sementara agen tokolitik
diberikan kecuali dengan izin dokter. Penggunaan bersamaan dengan obat yang dijual
bebas dapat menyebabkan efek mengganggu, khususnya bila obat yang dijual bebas
mempunyai efek samping serupa dengan agen tokolitik (misalnya, antihistamin atau
inhaler dengan efek bronkodilatasi seperti spinefrin).
Berikan informasi tentang menggunkan tokolitik oral bersama makanan. Makanan
memperbaiki toleransi terhadap obat dan penurunan efek samping
6. Diagnosa : Nyeri akut atau ketidaknyamanan berhubungan dengan kontmksi otot dan
efek obat-obatan.
1. Mochtar Rustam, Prof. Dr. MPH, 1998. Sinopsis Obstetti. Jakarta: EGC.
2. Doengoes, E. Marlyn, 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi. Jakarta: EGC.