Anda di halaman 1dari 28

TUGAS KELOMPOK 1

TEORI PENYAKIT DAN TEORI ASKEP TB

Oleh :

1. Ita Lestari (202107001)


2. Elly Yulianti Widiastutik (202107002)
3. Dewi Retna Anggriani (202107003)
4. Dedi Prasetyo (202107005)
5. Rizqi Teguh Imaniyah (202107006)
6. Dice Agnes Ovitarika (202107007)
7. Choiron syarofi (202107008)
8. Nany dwi astutik (202107009)
9. Hevi febriari atika utami (202107010)
10. Uuswatul chasanah (202107011)
11. Achmad munir (202107012)
12. Fitriani khusnul khotimah ( 202107013)

PROGRAM S1

STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO

2021
2

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Pengertian
Tuberculosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman TBC
(Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TBC menyerang paru, tetapi
juga dapat mengenai organ tubuh lainnya.
Tuberkulosis atau TB paru adalah suatu penyakit menular yang paling
seringmengenai parenkim paru, disebabkan oleh Mycobacteriumtuberculosis.TB
paru dapat menyebar ke setiap bagian tubuh, termasukmeningen, ginjal, tulang dan
nodus limfe (Smeltzer&Bare, 2015).Selain ituTB paru adalah penyakit yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis,yakni kuman aerob yang dapat hidup
terutama di paru atau di berbagai organtubuh lainnya yang mempunyai tekanan
parsial oksigen yang tinggi (TabraniRab, 2010). Pada manusia TB paru ditemukan
dalam dua bentuk yaitu: (1)tuberkulosis primer: jika terjadi pada infeksi yang
pertama kali, (2)tuberkulosis sekunder: kuman yang dorman pada tuberkulosis
primer akanaktif setelah bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen
menjadituberkulosis dewasa (Somantri, 2009)Menurut Robinson, dkk (2014),TB
Paru merupakan infeksi akut atau kronisyang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis di tandai dengan adanyainfiltrat paru, pembentukan granuloma dengan
perkejuan, fibrosis sertapembentukan kavitas.

2. Etiologi
TB paru disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang
dapatditularkan ketika seseorang penderita penyakit paru aktif mengeluarkan
organisme.Individu yang rentan menghirup droplet dan menjaditerinfeksi. Bakteria
di transmisikan ke alveoli dan memperbanyak diri. Reaksi inflamasi menghasilkan
eksudat di alveoli dan bronkopneumonia, granuloma,dan jaringan fibrosa
(Smeltzer&Bare, 2015). Ketika seseorang penderita TBparu batuk, bersin, atau
berbicara, maka secara tak sengaja keluarlah dropletnuklei dan jatuh ke tanah,
lantai, atau tempat lainnya. Menguapnya droplet bakteri ke udara dibantu dengan
pergerakan angin akan membuat bakteri tuberkulosis yang terkandung dalam
3

droplet nuklei terbang ke udara. Apabila bakteri ini terhirup oleh orang sehat, maka
orang itu berpotensi terkena bakteri tuberkulosis (Muttaqin Arif, 2012).
Menurut Smeltzer&Bare (2015), Individu yang beresiko tinggi untuk
tertulartuberculosis adalah:
a) Mereka yang kontak dekat dengan seseorang yang mempunyai TB aktif.
b) Individu imunnosupresif (termasuk lansia, pasien dengan kanker, merekayang
dalam terapi kortikosteroid, atau mereka yang terinfeksi denganHIV).
c) Individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat (tunawisma; tahanan;etnik dan
ras minoritas, terutama anak-anak di bawah usia 15 tahun dandewasa muda antara
yang berusia 15 sampai 44 tahun).
d) Dengan gangguan medis yang sudah ada sebelumnya (misalkan diabetes,gagal
ginjal kronis).
e) Individu yang tinggal didaerah yang perumahan sub standar kumuh
f) Pekerjaan (misalkan tenaga kesehatan, terutama yang melakukan aktivitasyang
beresiko tinggi.

3. Patofisiologi
Mycobacterium tuberculosis yang biasanya ditularkan melalui inhalasi
percikan ludah (droplet), orang ke orang dan mengkolonisasi bronkiolus atau
alveolus. Apabila bakteri tuberculin dalam jumlah yang bermakna berhasil
menembus mekanisme pertahanan sistem pernapasan dan berhasil menempati
saluran napas bawah, maka pejamu akan melakukan respons imun dan peradangan
yang kuat. Karena respons yang hebat ini, akibat diperantarai oleh sel T, maka
hanya sekitar 5 % orang yang terpajan basil tersebut menderita tuberculosis aktif.
Penderita TBC yang bersifat menular bagi orang lain adalah mereka yang mengidap
infeksi tuberculosis aktif dan hanya pada masa infeksi aktif.
Basil mycobacterium tuberculosis sangat sulit dimatikan apabila telah
mengkolonisasi saluran nafas bawah, maka tujuan respons imun adalah lebih untuk
mengepung dan mengisolasi basil bukan untuk mematikannya. Respons selular
melibatkan sel T serta makrofag. Makrofag mengelilingi basil diikuti oleh sel T dan
jaringan fibrosa membungkus kompleks makrofag basil tersebut. Tuberkel akhirnya
mengalami kalsifikasi dan disebut kompleks Ghon, yang dapat dilihat pada
pemeriksaan sinar-x toraks. Sebelum ingesti bakteri selesai, bahan mengalami
perlunakan (perkijuan). Mikro-organisme hidup dapat memperoleh akses ke sistem
4

trakeobronkus dan menyebar melalui udara ke orang lain. Bahkan walaupun telah
dibungkus secara efektif, basil dapat bertahan hidup dalam tuberkel.
Apabila partikel infeksi terisap oleh orang sehat, akan menempel pada jalan
nafas atau paru-paru. Kuman menetap di jaringan paru akan bertumbuh dan
berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Di sini kuman dapat terbawa masuk
ke organ tubuh lainnya. Kuman yang bersarang di jaringan paru-paru akan
membentuk sarang tuberkulosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer.
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi sebagai
suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil. Gumpalan basil yang lebih besar
cenderung tertahan di salurang hidung dan cabang besar bronkus. Basil tuberkel ini
membangkitkan reaksi peradangan.
Kerusakan pada paru akibat infeksi adalah disebabkan oleh basil serta reaksi
imun dan peradangan yang hebat. Edema interstisium dan pembentukan jaringan
parut permanen di alveolus meningkatkan jarak untuk difusi oksigen dan
karbondioksida sehingga pertukaran gas menurun.
5

4. Pathway Tuberculosis Paru

Droplet nucler/dahak yang mengandung


basil TBC (Mycobacterium Tuberculosis)

Faktor dari luar: Batuk, bersin


- Faktor toksik (alkohol, Faktor dari dalam:
rokok) - Usia muda/bayi
- Sosial ekonomi rendah - Gizi buruk
- Terpapar penderita TBC Dihirup masuk paru - Lanjut usia
- Lingkungan buruk

Mycobacterium menetap/dormant

Resiko tinggi
Kurang informasi Imunitas tubuh menurun
Penyebaran kuman

Kurang pengetahuan Membentuk sarang TB

Bronchus Pleura
Infiltrasi setengah
bagian paru

Iritasi
Menyebabkan
Sesak napas
infiltrasi pleura

Peradangan pada
bronkus
Terjadi gesekan inspirasi dan Distres
eksperasi pernapasan
Batuk Pembuluh
Malaise darah pecah

Skret kental Nyeri dada


Anoreksia

Batuk darah Resiko kerusakan


pertukaran gas
Nutrisi kurang
dari kebutuhan

Gangguan tumbuh Bersihan jalan napas


Penurunan
kembang tidak efektif
status gizi
6

5. Tanda dan Gejala


Keluahan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam- macam atau malah
banyak pasien TB paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan.
Keluhan yang terbanyak adalah :
a. Demam
Biasanya subfebris menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang panas
dapat mencapai 40-41ºC. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar,
tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitlah seterusnya hilang timbulnya
demam influenza ini, sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari
serangan demam influenza. Keadaan ini dapat dipengaruhi oleh daya tahan
tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman tuberkulosis yang masuk.
b. Batuk / batuk darah
Gejala ini banyak ditemukan, batuk terjadi karena adanya iritasi bronkus.
Batuk ini deperlukan untuk mebuang produk-produk radang keluar. Karena
terlibatnya brongkus pada setiap penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru
dan setelah penyakit berkembang dalam jariang paru yakni setelah berminggu-
minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula. Sifat batuk 8 dimulai dari
batuk kering (non-produktoif) kemudian setalah timbul peradangan menjadi
produktif (menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk
darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah
pada tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi terdapat juga terjadi pada ulkus
dinding bronkus.
c. Sesak napas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) sebelum dirasakan sesak napas.
Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjud, yang
infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru.
d. Nyeri dada
Gejala ini agak jarang ditemukan, nyeri dada timbul bila infiltrasi radang
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua
pleura sewaktu pasien menarik/melepaskan napasnya.

e. Malaise
Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering
ditemukan berupan anoreksia tidak nafsu makan, berat badan menurun, sakit
7

kepela, meriang, nyeri otot, keringat malam dll. Gejala malaise ini makin lama
semakin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur (Bahar & Amin,
2007).

6. Klasifikasi TB :
a. Tuberkulosis paru
Tuberculosis Paru adalah kuman mikrobakterium tuberkuloso yang menyerang
jaringan paru-paru. Tuberculosis paru dibedakan menjadi dua macam yaitu:
1) Tuberculosis paru BTA posistif (sangat menular).
- Sekurang-kurangnya 2 dari 3 pemeriksaan dahak, memberikan hasil
yang positif.
- Satu periksaan dahak memberikan hasil yang positif dan foto rontgen
dada menunjukan Tuberkulosis aktif
2) Tuberculosis Paru BTA negative
Pemeriksaan dahak positif negative/ foto rontgen dada menunjukan
Tuberkulosis aktif. Positif negative yang dimaksudkan disini adalah “hasilnya
meragukan”, jumlah kuman yang ditemukan pada waktu pemeriksaan belum
memenuhi syarat positif.
b.Tuberculosis ekstra paru
Tuberculosis ekstara paru adalah kuman mikrobakterium tuberkulosa yang
menyerang organ tubuh lain selain paru-paru, misal selaput paru, selaput otak,
selaput jantung, kelenjar getah bening, tulang, persendian kulit, usus, ginjal, saluran
kencing dan lain-lain (Laban, 2008)

7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Padila, Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam, 2013) pemeriksaan yang
menunjang untuk mengetahui seseorang dikatakan posistif penderita TB paru yaitu:
a. Darah
- Leukosit sedikit meningkat
- LED meningkat
b. Sputum : BTA
Pada BTA (+) ditemukan sekurang-kurangnya 3 batang kuman pada satu sedian
dengan kata lain 5.000 kuman dalam 1 ml sputum. Untuk mengetahui secara pasti
seseorang penderita penyakit TBC, maka dilakukan pemeriksan dahak/sputumnya.
8

Pemeriksaan dahak dilakukan sebanyak 3 kali dalam 2 hari yang dikenal dengan
istilah SPS (sewaktu, pagi, sewaktu).
1) Sewaktu (Hari pertama) Dahak penderita diperiksa di laboratorium sewaktu
penderita datang pertama kali
2) Pagi (Hari kedua) Sehabis bangun tidur keesokan harinya, dahak penderita
ditampung dalam wadah/ pot kecil yang diberikan oleh petugas laboratorium,
ditutup rapat, dan dibawah ke laboratorium untuk diperiksa.
3) Sewaktu (Hari kedua) Dahak penederita dikeluarkan lagi di laboratorium
(penderita datang ke laboratorium) untuk diperiksa. Jika hasil posistif, maka
orang tersebut dapat dipastikan menderita TB paru.
c. Tes tuberculin : Mantoux Tes
d. Rontgen : Foto PA Pada sebagian besar TB paru, diagnosis terutama ditegakkan
dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis dan tidak memerlukan foto toraks.
Namun pada kondisi tertentu pemeriksaan foto toraks perlu dilakukan sesuai
dengan indikasi sebagai berikut :
1) Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Pada kasus ini
pemeriksaan foto toraks dada diperlukan untuk mendukung diagnosis TB paru
BTA positif.
2) Ketiga spesimen dahak hasilnya tetap negatif setelah 3 spesimen dahak SPS
pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan
setelah pemberian antibiotika non OAT(non fluoroquinolon).
3) Pasien tersebut diduga mengalami komplikasi sesak nafas berat yang
memerlukan penanganan khusus (seperti: pneumotorak, pleuritis eksudativa,
efusi perikarditis atau efusi pleural) dan pasien yang mengalami hemoptisis
berat (untuk menyingkirkan bronkiektasis atau aspergiloma) (Werdhani, 2002)

8. Penatalaksanaan
a. Farmakologi
1) Tujuan pengobatan Tuberkulosis adalah
a) Menyembuhkan pasien dan memperbaiki produktivitas serta kualitas
hidup.
b) Mencegah terjadinya kematian oleh karena Tuberkulosis Paru atau dampak
buruk selanjudnya
c) Mencegah terjadinya kekambuhan Tuberkulosis Paru.
9

d) Menurunkan penularan Tuberkulosis ParuMencegah terjadinya dan


penularan Tuberkulosis Paru resistant
2) Prinsip pengobatan Tuberkulosis Paru
Obat Anti Tuberculosis (OAT) adalah komponen penting dalam pengobatan
TB. Pengobatan TB Paru adalah merupakan salah satu upaya penting efisien
untuk mencegah penyebaran lebih lanjut dari kuman Micobacterium
Tuberculosa. Pengobatan yang adekuat harus memahami prinsip (Kesehatan
R. , 2014) :
- Pengobatan diberikan dalam bentuk panduan OAT yang tepat
mengandung minimal 4 macam oabat untuk mencegah terjadinya
resistensi
- Diberikan dalam dosis yang tepat
- Ditelan secara teratur dan diawasi seraca langsung oleh POM (Pengawas
Menelan Obat) sampai selesai pengobatan
- Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup lama terbagi
dalam tahap awal serta tahap lanjud untuk mencegah kekambuhan.
a. Pengobatan tuberculosis
terbagi menjadi 2 fase:fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7
bulan. Jenis obat anti tuberculosisjenis obat utama yang digunakan adalah :
a. Rifampisin
b. INH
c. Pirazinamid
d. Steptomisin
e. Etambutol
2)Kombinasi dosis tetap
Kombinasi dosis tetap ini terdiri dari 4 obat antituberkulosis yaitu
rifamsinin, INH, pirazinamid dan etambutol dan 3 obat antituberkulosis,
yaitu rifampisin, INH dan pirazinamid.
3) Jenis obat tambahan lainnya
a. Kanamisin
b. Kuinolon
c. Obat lain masih dalam penelitian : makrolid, amaksilin, asam klavulanat
d. Deviyat rimfampisin dan INH
b. Dosis OAT
10

a. Rifampisin 10 mg/kg BB, maksimal 600 mg 2-3 x / minggu atau


BB > 60 kg : 600 mg
BB 40-60 kg : 450 mg
BB < 40 kg : 300 mg
Dosis intermiten 600 mg/ kali
b. INH 5 mg/kg BB, maksimal 300 mg
10 mg/kg BB 3 x seminggu,
15 mg/kg BB 2 x seminggu
300 mg/hari untuk dewasa.
Intermiten : 600 mg / kali
c. Pirazinamid : fase intensif 25 mg/kg BB, 35 mg/kg BB 3 x seminggu, 50
mg/kg BB 2 x seminggu atau :15
BB > 60 Kg : 1500 mg
BB 40-60 kg : 1000 mg
BB < 40 kg : 750 mg
d. Etambutol : fase intensif 20 mg/kg BB, fase lanjutkan 15 mg/kgBB, 30
mg/kg BB 3 x seminggu, 45 mg/kg BB 2 x seminggu atau:
BB > 60 kg : 1500 mg
BB 40-60 kg : 1000 mg
BB < 40 kg : 750 mg
Dosis intermiten 40 mg/kg BB /kali
e. Streptomisin : 15 mg/kg BB/kali
BB > 60 kg : 1000 mg
BB 40-60 kg : 750 mg
BB < 40 kg : sesuai BB
f. Kombinasi dosis tetap
e. Efek samping OAT
1) Insoniazid (INH)
- Efek samping ringan: tanda-tanda keracunan pada syarat tepi,
kesemutan, rasa terbakar di kaki dan nyeri otot. Efek ini dapat
dikurangi dengan pemberian piridoksin dengan dosis 100 mg perhari
atau dengan vitamin B kompleks. Pada keadaan tersebut pengobatan
dapat diteruskan. Kelainan lain ialah menyerupai defisiensi piridoksin
( syndrom pellagra)
11

- Efek samping berat: hepatitis. Hentikan OAT dan pengobatan sesuai


dengan pedoman TB pada keadaan khusus.
2) Rimfapisin
Efek samping ringan yang dapat terjadi dan hanya memerlukan pengobatan
simtomatik ialah :
- Sendrom flu berupa demam, menggigil dan nyeri tulang
- Sindrom perut
- Sindrom kulit seperti gatal-gatal kemerahan
Efek samping yang berat namun jarang :
- Hepatitis
- Purpura, anemia hemolitik yang akut, syok dan gatal ginjal
- Sindrom respirasi yang ditandai dengan sesak napas.
- Rifampisin dapat menyebabkan warna merah pada air seni, keringat.
Air mata, air liur karena proses metabolisme obat.
3) Pirazinamid
Efek samping utama: hepatitis, Nyeri sendi juga dapat terjadi (beri aspirin) dan
kadang-kadang dapat menyebabkan sarangan arthritis Gout, hal ini
kemungkinan disebabkan berkurangnya ekskresi dan penimbuhan asam urat.
Kadang-kadang terjadi reaksi demam, mual, kemerahan dan reaksi kulit yang
lain.
4) Etambutol
Gangguan penglihatan berupa berkurangnya ketajaman, buta warna untuk
warna merah dan hijau. Gangguan penglihatan akan kembali normal dalam
beberapa minggu setelah obat dihentikan. Sebaiknya etambutol tidak diberikan
pada anak karena risiko kerusakan okuler sulit untuk dideteksi.
5) Streptomisin
Efek samping utama: kerusakan syaraf kedelapan yang berkaitan dengan
keseimbangan dan pendengaran. Gejala efekya samping yang terlibat ialah
telinga mendenging (tinitus), pusing dan kehilangan keseimbangan. Reaksi
hipersensitiviti kadang terjadi berupa demam yang timbul tiba-tiba disertai
sakit kepala, muntah dan eritema pada kulit. Efek samping sementara dan
ringan (jarang terjadi) seperti kesemutan sekitar mulut dan telinga yang
mendenging dapat terjadi segera setelah suntikan. Streptomisin dapat
12

menembus barrier plasenta sehingga tidak boleh diberikanpada wanita hamil


sebab dapat merusak syaraf pendengaran janin.
f. Panduan obat anti tuberculosis
1) Kategori I ( 2 HRZE/4H3R3 atau 2 HRZE/4HR atau 2 HRZE/6HE )
- Penderita baru TBC dan BTA (+)17
- Penderita TBC Paru BTA (-) Rontgen (+) yang “sakit berat” dan
Penderita TBC Ekstra Paru berat
2) Kategori II ( 2 HRZES/HRZE/5H3R3E3 atau 2 HRZES/HRZE/5HRE)
- Penderita kambuh (relaps)
- Penderita gagal (failure)
- Penderita denagan pengobatan setelah lalai (after default)
3) Kategori III ( 2HRZ/4 H3R3 atau 2HRZ/4HR atau 2HRZ/6HE )
- Penederita baru BTA (-) dan Rontgen (+) sakit ringan
- Penderita ekstra paru ringan
4) Kategori IV ( sesuai uji resistensi atau INH seumur hidup)
Penderita TB paru kasus kronik
KETERANGAN :
R = Rimfapisisn
Z = Pirazinamid
H = INH
E = Etambutol
S = Streptomisin (injeksi)
Pada kasus dengan resistensi kuman, pilihan obat ditentukan sesuai hasil
uji resistensi.
g. Dosis obat berdasarkan berat badan
Tabel 2.1 Dosis Obat Berdasarkan Berat Badan
Jenis obat BB < 30 kg BB 30 – 50 kg BB > 50 kg

R 300 mg 450 mg 600 mg


H 300 mg 300 mg 400 mg
Z 750 mg 1000 mg 1500 mg
S 500 mg 750 mg 750 mg
E 500 mg 750 mg 1000 mg
13

h. Pengobatan suportif / simtomatif Makan-makanan yang bergizi,


- bila dianggap perlu dapat diberikan vitamin tambahan (tidak ada larangan
makanan untuk penderita tuberkulosis)
- Bila demam  obat penurunan panas/demam
- Bila perlu obat untuk mengatasi gejala batuk, sesak napas atau keluhan
lain(Muttaqien F. , 2010)

a. Non farmakologi
1) Pemberian nutrisi yang adekuat, untuk menjaga daya tahan tubuh klien agar
tidak terjadi penyebaran infeksi ke organ tubuh yang lainnya
2) Tidur cukup dan teratur
3) Olah raga
4) Desinfeksi, mencuci tangan dan peralatan rumah tangga, ventilasi rumah
dan sinar matahari cukup

9. Komplikasi
a. Penyakit paru primer pogresif
Komplikasi infeksi tuberkulosis serius tetapi jarang terjadi pada anak bila
fokus primer membesar dengan mantap dan terjadi pusat perkejuan yang besar.
Pencarian dapat menyebabkan pembentukan kaverna primer yang disertai
dengan sejumlah besar basili. Pembesaran fokus dapat melepaskan debris
nekrotik kedalam bronkus yang berdekatan, menyebabkan penyebaran
intrapulmonal lebih lanjut.
b. Efusi pleura
Efusi pleura tuberkulosis yang dapat lokal dan menyeluruh, mula-mula
keluarnya basili kedalam sela pleura dari fokus paru sub pleura atau limfonodi.
c. Perikarditis
Perikarditis biasanya berasal dari infasi langsung atau aliran limfe dari
limponodi subkranial.
d. Meningitis
Meningitis tuberkulosa mengkomplikasi sekitar 0,3% infeksi primer yang
tidak diobati pada anak. Kadang-kadang meningitis tuberkulosa dapat terjadi
beberapa tahun setelah infeksi primer, bila robekan satu atau lebih tuberkel
subependimal menegeluarkan basil tuberkel kedalam ruang subarakhnoid.
14

e. Tuberkulosis Tulang
Infeksi tulang dan sendi yang merupakan komplikasi tuberkulosis
cenderung menyerang vetebra. Manifestasi klasik spondilitis tuberculosa
berkembang menjadi penyakit Pott, dimana penghancuran corpus vertebra
menyebabkan gibbus dan kifosis. Tuberkulosis skeletona adalah komplikasi
tuberkulosis lambat dan menjadi perwujudan yang jarang sejak terapi
antituberkulosis tersedia.

B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS TB PARU


Menurut Wherdhani, (2015) dasar data pengkajian pasien tergantung pada tahap
penyakit dan derajat yang terkena. Pada pasien dengan tuberkulosis paru
pengkajian pasien meliputi:
1. Pengkajian
Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan TB paru (Irman
Somantri, p.68 2009).
a. Data Pasien
Penyakit TB paru dapat menyerang manusia mulai dari usia anak sampai
dewasa dengan perbandingan yang hampir sama antara laki-laki dan
perempuan. Penyakit ini biasanya banyak ditemukan pada pasien yang tinggal
didaerah dengan tingkat kepadatan tinggi sehingga masuknya cahaya matahari
kedalam rumah sangat minim. TB paru pada anak dapat terjadi pada usia
berapapun, namun usia paling umum adalah antara 1-4 tahun. Anak-anak lebih
sering mengalami TB diluar paru-paru (extrapulmonary) dibanding TB paru
dengan perbandingan 3:1. TB diluar paru-paru adalah TB berat yang terutama
ditemukan pada usia<3 tahun. angka kejadian (prevalensi) TB paru pada usia
5-12 tahun cukup rendah, kemudian meningkat setelah usia remaja dimana TB
paru menyerupai kasus pada pasien dewasa (sering disertai lubang / kavitas
pada paru-paru).
b. Riwayat Kesehatan
keluhan yang sering muncul antara lain:
1) demam: subfebris, (febris 40°C - 41°C) hilang timbul
2) Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus batuk ini terjadi untuk
membuang/mengeluarkan produksi radang yang dimulai dari batuk kering
sampai dengan atuk purulent (menghasilkan sputum).
15

3) Sesak nafas: bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah
paru-paru.
4) Keringat malam.
5) Nyeri dada: jarang ditemukan, nyeri akan timbul bila infiltrasi radang
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
6) Malaise: ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, sakit kepala, nyeri otot, keringat malam.
7) Sianosis, sesak nafas, kolaps: merupakan gejala atelektasis. Bagian dada
pasien tidak bergerak pada saat bernafas dan jantung terdorong ke sisi yang
sakit. Pada foto toraks, pada sisi yang sakit nampak bayangan hitam dan
diagfragma menonjol keatas.
8) Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya penyakit ini
muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan tetapi merupakan penyakit
infeksi menular.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh
2) Pernah berobat tetapi tidak sembuh
3) Pernah berobat tetapi tidak teratur
4) Riwayat kontak dengan penderita TB paru
5) Daya tahan tubuh yang menurun
6) Riwayat vaksinasi yang tidak teratur
7) Riwayat putus OAT.
d. Riwayat Kesehatan
Keluarga Biasanya pada keluarga pasien ditemukan ada yang menderita TB
paru.Biasanya ada keluarga yang menderita penyakit keturunan seperti
Hipertensi, Diabetes Melitus, jantung dan lainnya.
e. Riwayat Pengobatan Sebelumnya
1) Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan sakitnya
2) Jenis, warna, dan dosis obat yang diminum.
3) Berapa lama pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan penyakitnya
Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir.
f. Riwayat Sosial Ekonomi
1) Riwayat pekerjaan.
Jenis pekerjaan, waktu, dan tempat bekerja, jumlah penghasilan.
16

2) Aspek psikososial.
Merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik diri,
biasanya pada keluarga yang kurang mampu, masalah berhubungan dengan
kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang
banyak, masalah tentang masa depan/pekerjaan pasien, tidak bersemangat
dan putus harapan.
g. Faktor Pendukung:
1) Riwayat lingkungan.
2) Pola hidup: nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat
dan tidur, kebersihan diri.
3) Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang penyakit,
pencegahan, pengobatan dan perawatannya.
h. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: biasanya KU sedang atau buruk TD : Normal ( kadang rendah
karena kurang istirahat) Nadi : Pada umumnya nadi pasien meningkat
Pernafasan : biasanya nafas pasien meningkat (normal : 16- 20x/i) Suhu :
Biasanya kenaikan suhu ringan pada malam hari. Suhumungkin tinggi atau
tidak teratur. Seiring kali tidak ada demam.
1) Kepala Inspeksi : Biasanya wajah tampak pucat, wajah tampak meringis,
konjungtiva anemis, skelra tidak ikterik, hidung tidak sianosis, mukosa
bibir kering, biasanya adanya pergeseran trakea.
2) Thorak Inpeksi : Kadang terlihat retraksi interkosta dan tarikan dinding
dada, biasanya pasien kesulitan saat inspirasi Palpasi : Fremitus paru yang
terinfeksi biasanya lemah Perkusi : Biasanya saatdiperkusi terdapat suara
pekak Auskultasi : Biasanya terdapat bronki
3) Abdomen
Inspeksi : biasanya tampak simetris
Palpasi : biasanya tidak ada pembesaran hepar
Perkusi : biasanya terdapat suara tympani
Auskultasi : biasanya bising usus pasien tidak terdengar
4) Ekremitas atas Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat,
tidak ada edema
5) Ekremitas bawah Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak
pucat, tidak ada edema
17

i. Pemeriksaan Diagnostik
1) Kultur sputum: Mikobakterium TB positif pada tahap akhir penyakit.
2) Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm terjadi
48-72 jam).
3) Poto torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas; pada tahap dini tampak
gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas; pada
kavitas bayangan, berupa cincin; pada klasifikasi tampak bayangan bercak-
bercak padat dengan densitas tinggi.
4) Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atatu kerusakan paru
karena TB paru.
5) Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).
6) Spirometri: penurunan fungsi paru dengan kapasitas vital menurun.
j. Pola Kebiasaan Sehari-hari
1) Aktivitas / istirahat
Gejala : Kelelahan umum dan kelemahan, nafas pendek karena kerja, kesulitan
tidur pada malam atau demam pada malam hari, menggigil dan/atau berkeringat.
Tanda : Takikardi, takipnea/dispnea pada saat kerja , kelelahan otot,nyeri, sesak
(tahap lanjut).
2) Integritas Ego
Gejala : Adanya faktor stres lama, masalah keuangan, perasaan
tidakberdaya/putus asa.Tanda : Menyangkal (khususnya pada tahap dini),
ansietas, ketakutan,mudah terangsang.
3) Makanan dan cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, tidak dapat mencerna, penurunanberat badan.
Tanda : Turgor kulit buruk, kering/kulit bersisik, kehilangan otot/hilanglemak
subkutan.
4) Nyeri dan Kenyamanan
Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, gelisah
5) Pernafasan
Gejala : Batuk, produktif atau tidak produktif , nafas pendek, riwayat
tuberkulosis/terpajan pada individu terinfeksi.
Tanda : Peningkatan frekuensi pernafasan Penyakit luas atau fibrosisparenkim
paru dan pleura). Pengembangan pernafasan tak simetris (effusi pleural). Perkusi
18

pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural atau penebalan pleural). Bunyi
nafas menurun / tak ada secara bilateral atau unilateral (effusi
pleural/pneumotorak). Bunyi nafas tubuler dan / atau bisikan pektoral di atas lesi
luas. Krekel tercatat diatas apek pru selama inspirasi cepat setelah batuk pendek
(krekels pasttussic).
6) Keamanan
Gejala : Adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS, kanker, tes HIVpositif.
Tanda : Demam rendah atau sakit panas akut.
7) Interaksi Sosial
Gejala : Perasaan terisolasi/penolakan karena penyakitmenular,perubahan pola
biasa dalam tanggung jawab/perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan
peran.
8) Penyuluhan
Gejala : Riwayat keluarga TB , ketidakmampuan umum/status kesehatanburuk,
gagal untuk membaik/kambuhnya TB, tidak berpartisipasi dalam terapi.
Rencana Pemulangan :
Memerlukan bantuan dengan/gangguan dalam terapi obat dan bantuan perawatan
diri dan pemeliharaan/perawatan rumah.
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang perlu dikaji pada pasien tuberkulosis paru
menurutWherdhani, (2008), antara lain :Klutur sputum: Positif untuk Mycobacterium
tuberculosis pada tahap aktif penyakit. Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas
kaca untuk usapan
cairan darah): positif untuk basil asam-cepat.
a). Tes kulit (PPD,Mantoux, potongan Vollmer): Reaksi positif (area
indurasi 10 mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi
intradermal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi tidak
secara berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi
bermakna pada pasien yang secara klinis sakit berarti bahwa TB aktif
tidak dapat diturunkan atau infeksi disebabkan oleh mikrovakterium
yang berbeda.
b). ELISA/Westren Blot : Dapat menyatakan adanya HIV
c). Foto Torak : Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas,
simpanan kalsium lesi sembuh primer, atau effusi cairan. Perubahan
19

menunjukkan lebih luas TB dapat termasuk rongga, area fibrosa.


d). Histologi atau kultur jaringan (termasuk pembersihan gaster, urine dan
cairan serebrospinal, biopsi kulit) : positif untuk Mycobacterium
tuberculosis.
e). Biopsi jarum pada jaringan paru : Positif untuk granuloma TB, adanya
sel raksasa menunjukkan nekrosis
f). Elektrosit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya
infeksi; contoh hiponatremia disebabkan oleh tak normalnya retensi air
dapat ditemukan pada TB paru kronis luas.
g). GDA : Dapat normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan sisa pada
paru.
h). Pemeriksaan fungsi paru : Penurunan kapasitas vital, peningkatan
ruang mati, peningkatan rasio uadar residu dan kapasitas paru total,
dan penurunan saturasioksigen sekunder terhadap inflitrasi
parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru, dan penyakit pleural (TB
paru meluas) .

2. Diagnosa keperawatan yang sering muncul


1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan denganspasme jalan napas.
2) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
3) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien
4) Resiko infeksi ditandai dengan penyakit kronis
5) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
20

Diagnosa Perencanaan Keperawatan


Keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi

Bersihan Jalan Napas Bersihan jalan nafas Manajemen Jalan Napas


Tidak Efektif
Observasi:
D.0001 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam bersihan
 Monitor pola napas
jalan nafas meningkat
 Monitor bunyi napas tambahan
Pengertian : Kriteria Hasil:  Monitor sputum (jumlah,warna,aroma)
Terapeutik
Ketidakmampuan Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
membersihkan sekret Menurun Meningkat  Pertahankan kepatenan jalan napas
atau obstruksi jalan  Posisikan semi fowler atau fowler
1 Batuk Efektif
napas untuk  Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
mempertahankan jalan 1 2 3 4 5  Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
napas tetap paten  Berikan oksigen, jika perlu
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
Edukasi
Meningkat Menurun
 Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari, jika tidak kontraindikasi
2 Produksi Sputum
Kolaborasi
1 2 3 4 5
 Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik,
3 Mengi jika perlu
Pemantauan Respirasi
1 2 3 4 5
Observasi:
4 Sianosis
21

1 2 3 4 5  Monitor pola nafas


 Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
5 Gelisah
 Monitor saturasi oksigen, monitor nilai AGD
1 2 3 4 5  Monitor adanya sumbatan jalan nafas
 Monitor produksi sputum
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik
Terapeutik
Memburuk Membaik
 Atur Interval pemantauan respirasi sesuai kondisi ps
5 Pola Nafas
Edukasi
1 2 3 4 5
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
22

Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan


Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Hipertermia Termoregulasi Manajemen Hipertermia
D.0130 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x8 jam diharapkan Observasi:
suhu tubuh tetap berada pada rentang normal  Identifikasi penyebab hipertermia (mis. dehidrasi,
Pengertian : Kriteria Hasil: terpapar lingkungan panas, penggunaan inkubator)

Suhu tubuh meningkat di Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun  Monitor suhu tubuh

atas rentang normal Meningkat Menurun  Monitor kadar elektrolit

tubuh 1 Menggigil  Monitor haluaran urine


 Monitor komplikasi akibat hipertermia
1 2 3 4 5
Terapeutik:
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik
 Sediakan lingkungan yang dingin
Memburuk Membaik
 Longgarkan atau lepaskan pakaian
3 Suhu tubuh
 Basahi dan kipasi permukaan tubuh
1 2 3 4 5
 Berikan cairan oral
4 Suhu kulit
 Hindari pemberian antipiretik atau asprin
1 2 3 4 5
 Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
 Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena,
jika perlu
23
24

Diagnosa Perencanaan Keperawatan


Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Defisit Nutrisi Status Nutrisi Manajemen Nutrisi
D.0019 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam status Observasi:
nutrisi meningkat  Identifikasi status nutrisi
Pengertian : Kriteria Hasil:  Identifikasi alergi dan intoleransi makanan

Asupan nutrisi tidak Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat  Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric

cukup untuk Menurun Meningkat  Monitor asupan makanan

memenuhi kebutuhan 1 Porsi makanan yang dihabiskan  Monitor berat badan

metabolisme. Terapeutik:
1 2 3 4 5
 Lakukan oral hygiene sebelum makan, Jika perlu
2 Berat Badan atau IMT
 Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
1 2 3 4 5
sesuai
3 Frekuensi makan
 Hentikan pemberian makanan melalui selang
1 2 3 4 5
nasogastric jika asupan oral dapat ditoleransi
4 Nafsu makan
Edukasi
1 2 3 4 5
 Anjurkan posisi duduk, jika mampu
5 Perasaan cepat kenyang
 Ajarkan diet yang diprogramkan
1 2 3 4 5 Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan
Promosi Berat Badan
Observasi
25

 Identifikasi kemungkinan penyebab BB kurang


 Monitor adanya mual dan muntah
Terapeutik
 Sediakan makanan yang tepat sesuai kondisi pasien
 Berikan pujian kepada pasien untuk peningkatan yang
26

DAFTAR PUSTAKA
Corwin, E.J. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta: EGC;
2001.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
27
28

Anda mungkin juga menyukai