Oleh :
PROGRAM S1
2021
2
TINJAUAN PUSTAKA
2. Etiologi
TB paru disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang
dapatditularkan ketika seseorang penderita penyakit paru aktif mengeluarkan
organisme.Individu yang rentan menghirup droplet dan menjaditerinfeksi. Bakteria
di transmisikan ke alveoli dan memperbanyak diri. Reaksi inflamasi menghasilkan
eksudat di alveoli dan bronkopneumonia, granuloma,dan jaringan fibrosa
(Smeltzer&Bare, 2015). Ketika seseorang penderita TBparu batuk, bersin, atau
berbicara, maka secara tak sengaja keluarlah dropletnuklei dan jatuh ke tanah,
lantai, atau tempat lainnya. Menguapnya droplet bakteri ke udara dibantu dengan
pergerakan angin akan membuat bakteri tuberkulosis yang terkandung dalam
3
droplet nuklei terbang ke udara. Apabila bakteri ini terhirup oleh orang sehat, maka
orang itu berpotensi terkena bakteri tuberkulosis (Muttaqin Arif, 2012).
Menurut Smeltzer&Bare (2015), Individu yang beresiko tinggi untuk
tertulartuberculosis adalah:
a) Mereka yang kontak dekat dengan seseorang yang mempunyai TB aktif.
b) Individu imunnosupresif (termasuk lansia, pasien dengan kanker, merekayang
dalam terapi kortikosteroid, atau mereka yang terinfeksi denganHIV).
c) Individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat (tunawisma; tahanan;etnik dan
ras minoritas, terutama anak-anak di bawah usia 15 tahun dandewasa muda antara
yang berusia 15 sampai 44 tahun).
d) Dengan gangguan medis yang sudah ada sebelumnya (misalkan diabetes,gagal
ginjal kronis).
e) Individu yang tinggal didaerah yang perumahan sub standar kumuh
f) Pekerjaan (misalkan tenaga kesehatan, terutama yang melakukan aktivitasyang
beresiko tinggi.
3. Patofisiologi
Mycobacterium tuberculosis yang biasanya ditularkan melalui inhalasi
percikan ludah (droplet), orang ke orang dan mengkolonisasi bronkiolus atau
alveolus. Apabila bakteri tuberculin dalam jumlah yang bermakna berhasil
menembus mekanisme pertahanan sistem pernapasan dan berhasil menempati
saluran napas bawah, maka pejamu akan melakukan respons imun dan peradangan
yang kuat. Karena respons yang hebat ini, akibat diperantarai oleh sel T, maka
hanya sekitar 5 % orang yang terpajan basil tersebut menderita tuberculosis aktif.
Penderita TBC yang bersifat menular bagi orang lain adalah mereka yang mengidap
infeksi tuberculosis aktif dan hanya pada masa infeksi aktif.
Basil mycobacterium tuberculosis sangat sulit dimatikan apabila telah
mengkolonisasi saluran nafas bawah, maka tujuan respons imun adalah lebih untuk
mengepung dan mengisolasi basil bukan untuk mematikannya. Respons selular
melibatkan sel T serta makrofag. Makrofag mengelilingi basil diikuti oleh sel T dan
jaringan fibrosa membungkus kompleks makrofag basil tersebut. Tuberkel akhirnya
mengalami kalsifikasi dan disebut kompleks Ghon, yang dapat dilihat pada
pemeriksaan sinar-x toraks. Sebelum ingesti bakteri selesai, bahan mengalami
perlunakan (perkijuan). Mikro-organisme hidup dapat memperoleh akses ke sistem
4
trakeobronkus dan menyebar melalui udara ke orang lain. Bahkan walaupun telah
dibungkus secara efektif, basil dapat bertahan hidup dalam tuberkel.
Apabila partikel infeksi terisap oleh orang sehat, akan menempel pada jalan
nafas atau paru-paru. Kuman menetap di jaringan paru akan bertumbuh dan
berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Di sini kuman dapat terbawa masuk
ke organ tubuh lainnya. Kuman yang bersarang di jaringan paru-paru akan
membentuk sarang tuberkulosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer.
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi sebagai
suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil. Gumpalan basil yang lebih besar
cenderung tertahan di salurang hidung dan cabang besar bronkus. Basil tuberkel ini
membangkitkan reaksi peradangan.
Kerusakan pada paru akibat infeksi adalah disebabkan oleh basil serta reaksi
imun dan peradangan yang hebat. Edema interstisium dan pembentukan jaringan
parut permanen di alveolus meningkatkan jarak untuk difusi oksigen dan
karbondioksida sehingga pertukaran gas menurun.
5
Mycobacterium menetap/dormant
Resiko tinggi
Kurang informasi Imunitas tubuh menurun
Penyebaran kuman
Bronchus Pleura
Infiltrasi setengah
bagian paru
Iritasi
Menyebabkan
Sesak napas
infiltrasi pleura
Peradangan pada
bronkus
Terjadi gesekan inspirasi dan Distres
eksperasi pernapasan
Batuk Pembuluh
Malaise darah pecah
e. Malaise
Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering
ditemukan berupan anoreksia tidak nafsu makan, berat badan menurun, sakit
7
kepela, meriang, nyeri otot, keringat malam dll. Gejala malaise ini makin lama
semakin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur (Bahar & Amin,
2007).
6. Klasifikasi TB :
a. Tuberkulosis paru
Tuberculosis Paru adalah kuman mikrobakterium tuberkuloso yang menyerang
jaringan paru-paru. Tuberculosis paru dibedakan menjadi dua macam yaitu:
1) Tuberculosis paru BTA posistif (sangat menular).
- Sekurang-kurangnya 2 dari 3 pemeriksaan dahak, memberikan hasil
yang positif.
- Satu periksaan dahak memberikan hasil yang positif dan foto rontgen
dada menunjukan Tuberkulosis aktif
2) Tuberculosis Paru BTA negative
Pemeriksaan dahak positif negative/ foto rontgen dada menunjukan
Tuberkulosis aktif. Positif negative yang dimaksudkan disini adalah “hasilnya
meragukan”, jumlah kuman yang ditemukan pada waktu pemeriksaan belum
memenuhi syarat positif.
b.Tuberculosis ekstra paru
Tuberculosis ekstara paru adalah kuman mikrobakterium tuberkulosa yang
menyerang organ tubuh lain selain paru-paru, misal selaput paru, selaput otak,
selaput jantung, kelenjar getah bening, tulang, persendian kulit, usus, ginjal, saluran
kencing dan lain-lain (Laban, 2008)
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Padila, Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam, 2013) pemeriksaan yang
menunjang untuk mengetahui seseorang dikatakan posistif penderita TB paru yaitu:
a. Darah
- Leukosit sedikit meningkat
- LED meningkat
b. Sputum : BTA
Pada BTA (+) ditemukan sekurang-kurangnya 3 batang kuman pada satu sedian
dengan kata lain 5.000 kuman dalam 1 ml sputum. Untuk mengetahui secara pasti
seseorang penderita penyakit TBC, maka dilakukan pemeriksan dahak/sputumnya.
8
Pemeriksaan dahak dilakukan sebanyak 3 kali dalam 2 hari yang dikenal dengan
istilah SPS (sewaktu, pagi, sewaktu).
1) Sewaktu (Hari pertama) Dahak penderita diperiksa di laboratorium sewaktu
penderita datang pertama kali
2) Pagi (Hari kedua) Sehabis bangun tidur keesokan harinya, dahak penderita
ditampung dalam wadah/ pot kecil yang diberikan oleh petugas laboratorium,
ditutup rapat, dan dibawah ke laboratorium untuk diperiksa.
3) Sewaktu (Hari kedua) Dahak penederita dikeluarkan lagi di laboratorium
(penderita datang ke laboratorium) untuk diperiksa. Jika hasil posistif, maka
orang tersebut dapat dipastikan menderita TB paru.
c. Tes tuberculin : Mantoux Tes
d. Rontgen : Foto PA Pada sebagian besar TB paru, diagnosis terutama ditegakkan
dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis dan tidak memerlukan foto toraks.
Namun pada kondisi tertentu pemeriksaan foto toraks perlu dilakukan sesuai
dengan indikasi sebagai berikut :
1) Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Pada kasus ini
pemeriksaan foto toraks dada diperlukan untuk mendukung diagnosis TB paru
BTA positif.
2) Ketiga spesimen dahak hasilnya tetap negatif setelah 3 spesimen dahak SPS
pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan
setelah pemberian antibiotika non OAT(non fluoroquinolon).
3) Pasien tersebut diduga mengalami komplikasi sesak nafas berat yang
memerlukan penanganan khusus (seperti: pneumotorak, pleuritis eksudativa,
efusi perikarditis atau efusi pleural) dan pasien yang mengalami hemoptisis
berat (untuk menyingkirkan bronkiektasis atau aspergiloma) (Werdhani, 2002)
8. Penatalaksanaan
a. Farmakologi
1) Tujuan pengobatan Tuberkulosis adalah
a) Menyembuhkan pasien dan memperbaiki produktivitas serta kualitas
hidup.
b) Mencegah terjadinya kematian oleh karena Tuberkulosis Paru atau dampak
buruk selanjudnya
c) Mencegah terjadinya kekambuhan Tuberkulosis Paru.
9
a. Non farmakologi
1) Pemberian nutrisi yang adekuat, untuk menjaga daya tahan tubuh klien agar
tidak terjadi penyebaran infeksi ke organ tubuh yang lainnya
2) Tidur cukup dan teratur
3) Olah raga
4) Desinfeksi, mencuci tangan dan peralatan rumah tangga, ventilasi rumah
dan sinar matahari cukup
9. Komplikasi
a. Penyakit paru primer pogresif
Komplikasi infeksi tuberkulosis serius tetapi jarang terjadi pada anak bila
fokus primer membesar dengan mantap dan terjadi pusat perkejuan yang besar.
Pencarian dapat menyebabkan pembentukan kaverna primer yang disertai
dengan sejumlah besar basili. Pembesaran fokus dapat melepaskan debris
nekrotik kedalam bronkus yang berdekatan, menyebabkan penyebaran
intrapulmonal lebih lanjut.
b. Efusi pleura
Efusi pleura tuberkulosis yang dapat lokal dan menyeluruh, mula-mula
keluarnya basili kedalam sela pleura dari fokus paru sub pleura atau limfonodi.
c. Perikarditis
Perikarditis biasanya berasal dari infasi langsung atau aliran limfe dari
limponodi subkranial.
d. Meningitis
Meningitis tuberkulosa mengkomplikasi sekitar 0,3% infeksi primer yang
tidak diobati pada anak. Kadang-kadang meningitis tuberkulosa dapat terjadi
beberapa tahun setelah infeksi primer, bila robekan satu atau lebih tuberkel
subependimal menegeluarkan basil tuberkel kedalam ruang subarakhnoid.
14
e. Tuberkulosis Tulang
Infeksi tulang dan sendi yang merupakan komplikasi tuberkulosis
cenderung menyerang vetebra. Manifestasi klasik spondilitis tuberculosa
berkembang menjadi penyakit Pott, dimana penghancuran corpus vertebra
menyebabkan gibbus dan kifosis. Tuberkulosis skeletona adalah komplikasi
tuberkulosis lambat dan menjadi perwujudan yang jarang sejak terapi
antituberkulosis tersedia.
3) Sesak nafas: bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah
paru-paru.
4) Keringat malam.
5) Nyeri dada: jarang ditemukan, nyeri akan timbul bila infiltrasi radang
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
6) Malaise: ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, sakit kepala, nyeri otot, keringat malam.
7) Sianosis, sesak nafas, kolaps: merupakan gejala atelektasis. Bagian dada
pasien tidak bergerak pada saat bernafas dan jantung terdorong ke sisi yang
sakit. Pada foto toraks, pada sisi yang sakit nampak bayangan hitam dan
diagfragma menonjol keatas.
8) Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya penyakit ini
muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan tetapi merupakan penyakit
infeksi menular.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh
2) Pernah berobat tetapi tidak sembuh
3) Pernah berobat tetapi tidak teratur
4) Riwayat kontak dengan penderita TB paru
5) Daya tahan tubuh yang menurun
6) Riwayat vaksinasi yang tidak teratur
7) Riwayat putus OAT.
d. Riwayat Kesehatan
Keluarga Biasanya pada keluarga pasien ditemukan ada yang menderita TB
paru.Biasanya ada keluarga yang menderita penyakit keturunan seperti
Hipertensi, Diabetes Melitus, jantung dan lainnya.
e. Riwayat Pengobatan Sebelumnya
1) Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan sakitnya
2) Jenis, warna, dan dosis obat yang diminum.
3) Berapa lama pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan penyakitnya
Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir.
f. Riwayat Sosial Ekonomi
1) Riwayat pekerjaan.
Jenis pekerjaan, waktu, dan tempat bekerja, jumlah penghasilan.
16
2) Aspek psikososial.
Merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik diri,
biasanya pada keluarga yang kurang mampu, masalah berhubungan dengan
kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang
banyak, masalah tentang masa depan/pekerjaan pasien, tidak bersemangat
dan putus harapan.
g. Faktor Pendukung:
1) Riwayat lingkungan.
2) Pola hidup: nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat
dan tidur, kebersihan diri.
3) Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang penyakit,
pencegahan, pengobatan dan perawatannya.
h. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: biasanya KU sedang atau buruk TD : Normal ( kadang rendah
karena kurang istirahat) Nadi : Pada umumnya nadi pasien meningkat
Pernafasan : biasanya nafas pasien meningkat (normal : 16- 20x/i) Suhu :
Biasanya kenaikan suhu ringan pada malam hari. Suhumungkin tinggi atau
tidak teratur. Seiring kali tidak ada demam.
1) Kepala Inspeksi : Biasanya wajah tampak pucat, wajah tampak meringis,
konjungtiva anemis, skelra tidak ikterik, hidung tidak sianosis, mukosa
bibir kering, biasanya adanya pergeseran trakea.
2) Thorak Inpeksi : Kadang terlihat retraksi interkosta dan tarikan dinding
dada, biasanya pasien kesulitan saat inspirasi Palpasi : Fremitus paru yang
terinfeksi biasanya lemah Perkusi : Biasanya saatdiperkusi terdapat suara
pekak Auskultasi : Biasanya terdapat bronki
3) Abdomen
Inspeksi : biasanya tampak simetris
Palpasi : biasanya tidak ada pembesaran hepar
Perkusi : biasanya terdapat suara tympani
Auskultasi : biasanya bising usus pasien tidak terdengar
4) Ekremitas atas Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat,
tidak ada edema
5) Ekremitas bawah Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak
pucat, tidak ada edema
17
i. Pemeriksaan Diagnostik
1) Kultur sputum: Mikobakterium TB positif pada tahap akhir penyakit.
2) Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm terjadi
48-72 jam).
3) Poto torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas; pada tahap dini tampak
gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas; pada
kavitas bayangan, berupa cincin; pada klasifikasi tampak bayangan bercak-
bercak padat dengan densitas tinggi.
4) Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atatu kerusakan paru
karena TB paru.
5) Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).
6) Spirometri: penurunan fungsi paru dengan kapasitas vital menurun.
j. Pola Kebiasaan Sehari-hari
1) Aktivitas / istirahat
Gejala : Kelelahan umum dan kelemahan, nafas pendek karena kerja, kesulitan
tidur pada malam atau demam pada malam hari, menggigil dan/atau berkeringat.
Tanda : Takikardi, takipnea/dispnea pada saat kerja , kelelahan otot,nyeri, sesak
(tahap lanjut).
2) Integritas Ego
Gejala : Adanya faktor stres lama, masalah keuangan, perasaan
tidakberdaya/putus asa.Tanda : Menyangkal (khususnya pada tahap dini),
ansietas, ketakutan,mudah terangsang.
3) Makanan dan cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, tidak dapat mencerna, penurunanberat badan.
Tanda : Turgor kulit buruk, kering/kulit bersisik, kehilangan otot/hilanglemak
subkutan.
4) Nyeri dan Kenyamanan
Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, gelisah
5) Pernafasan
Gejala : Batuk, produktif atau tidak produktif , nafas pendek, riwayat
tuberkulosis/terpajan pada individu terinfeksi.
Tanda : Peningkatan frekuensi pernafasan Penyakit luas atau fibrosisparenkim
paru dan pleura). Pengembangan pernafasan tak simetris (effusi pleural). Perkusi
18
pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural atau penebalan pleural). Bunyi
nafas menurun / tak ada secara bilateral atau unilateral (effusi
pleural/pneumotorak). Bunyi nafas tubuler dan / atau bisikan pektoral di atas lesi
luas. Krekel tercatat diatas apek pru selama inspirasi cepat setelah batuk pendek
(krekels pasttussic).
6) Keamanan
Gejala : Adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS, kanker, tes HIVpositif.
Tanda : Demam rendah atau sakit panas akut.
7) Interaksi Sosial
Gejala : Perasaan terisolasi/penolakan karena penyakitmenular,perubahan pola
biasa dalam tanggung jawab/perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan
peran.
8) Penyuluhan
Gejala : Riwayat keluarga TB , ketidakmampuan umum/status kesehatanburuk,
gagal untuk membaik/kambuhnya TB, tidak berpartisipasi dalam terapi.
Rencana Pemulangan :
Memerlukan bantuan dengan/gangguan dalam terapi obat dan bantuan perawatan
diri dan pemeliharaan/perawatan rumah.
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang perlu dikaji pada pasien tuberkulosis paru
menurutWherdhani, (2008), antara lain :Klutur sputum: Positif untuk Mycobacterium
tuberculosis pada tahap aktif penyakit. Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas
kaca untuk usapan
cairan darah): positif untuk basil asam-cepat.
a). Tes kulit (PPD,Mantoux, potongan Vollmer): Reaksi positif (area
indurasi 10 mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi
intradermal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi tidak
secara berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi
bermakna pada pasien yang secara klinis sakit berarti bahwa TB aktif
tidak dapat diturunkan atau infeksi disebabkan oleh mikrovakterium
yang berbeda.
b). ELISA/Westren Blot : Dapat menyatakan adanya HIV
c). Foto Torak : Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas,
simpanan kalsium lesi sembuh primer, atau effusi cairan. Perubahan
19
Suhu tubuh meningkat di Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun Monitor suhu tubuh
Asupan nutrisi tidak Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
metabolisme. Terapeutik:
1 2 3 4 5
Lakukan oral hygiene sebelum makan, Jika perlu
2 Berat Badan atau IMT
Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
1 2 3 4 5
sesuai
3 Frekuensi makan
Hentikan pemberian makanan melalui selang
1 2 3 4 5
nasogastric jika asupan oral dapat ditoleransi
4 Nafsu makan
Edukasi
1 2 3 4 5
Anjurkan posisi duduk, jika mampu
5 Perasaan cepat kenyang
Ajarkan diet yang diprogramkan
1 2 3 4 5 Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan
Promosi Berat Badan
Observasi
25
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, E.J. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta: EGC;
2001.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
27
28