Disusun Oleh :
YOGI ANDRIANSYAH
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor Fisiologi
a) Menurunnya kapasitas pengingatan O2 seperti pada
anemia.
b) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada
obstruksi saluran napas bagian atas.
c) Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun
mengakibatkan transport O2 terganggu.
d) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi,
demam, ibu hamil, luka, dan lain-lain.
e) Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada
seperti pada kehamilan, obesitas, muskulus skeleton yang
abnormal, penyalit kronik seperti TBC paru.
2) Faktor Perkembangan
a) Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukan
surfaktan.
b) Bayi dan toddler adanya risiko infeksi saluran pernapasan
akut.
c) Anak usia sekolah dan remaja, risiko infeksi saluran
pernapasan dan merokok.
d) Dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak sehat,
kurang aktivitas, stress yang mengakibatkan penyakit
jantung dan paru-paru.
e) Dewasa tua : adanya proses penuaan yang
mengakibatkan kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas
menurun, ekspansi paru menurun.
3) Faktor Perilaku
a) Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan
penurunan ekspansi paru, gizi yang buruk menjadi anemia
sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet yang tinggi
lemak menimbulkan arterioklerosis.
b) Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
c) Merokok : nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh
darah perifer dan koroner.
d) Substansi abuse (alcohol dan obat-obatan) : menyebabkan
intake nutrisi/Fe menurun mengakibatkan penurunan
hemoglobin, alcohol, menyebabkan depresi pusat
pernapasan.
e) Kecemasan : menyebabkan metabolism meningkat
4) Faktor Lingkungan
a) Tempat kerja
b) Suhu lingkungan
c) Ketinggian tempat dan permukaan laut.
4. Patofisiologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan
trasportasi. Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen
yang masuk dan keluar dari dan ke paru-paru), apabila pada proses
ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan baik
dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda
asing yang menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi
(penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang terganggu akan
menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan
pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi
seperti perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan
kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran gas
(Brunner & Suddarth, 2002).
5. Tanda dan Gejala
Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi menjadi tanda
gangguan oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan
otot nafas tambahan untuk bernafas, pernafasan nafas faring (nafas
cuping hidung), dispnea, ortopnea, penyimpangan dada, nafas
pendek, nafas dengan mulut, ekspirasi memanjang, peningkatan
diameter anterior-posterior, frekuensi nafas kurang, penurunan
kapasitas vital menjadi tanda dan gejala adanya pola nafas yang
tidak efektif sehingga menjadi gangguan oksigenasi (NANDA, 2013).
Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu
takikardi, hiperkapnea, kelelahan, somnolen, iritabilitas, hipoksia,
kebingungan, sianosis, warna kulit abnormal (pucat, kehitam-
hitaman), hipoksemia, hiperkarbia, sakit kepala ketika bangun,
abnormal frekuensi, irama dan kedalaman nafas (NANDA, 2013).
6. Pemeriksaan Fisik
a. Mata
1) Konjungtiva pucat (karena anemia)
2) Konjungtiva sianosis (karena hipoksemia)
3) Konjungtiva terdapat pethechia (karena emboli lemak
atau endokarditis)
b. Kulit
1) Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran
darah perifer)
2) Penurunan turgor (dehidrasi)
3) Edema.
4) Edema periorbital.
c. Jari dan kuku
1) Sianosis
2) Clubbing finger.
d. Mulut dan bibir
1) Membrane mukosa sianosis
2) Bernapas dengan mengerutkan mulut.
e. Hidung
Pernapasan dengan cuping hidung.
f. Vena leher
Adanya distensi / bendungan.
g. Dada
1) Retraksi otot Bantu pernapasan (karena peningkatan
aktivitas pernapasan, dispnea, obstruksi jalan pernapasan)
2) Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada kanan.
3) Tactil fremitus, thrills (getaran pada dada karena udara/suara
melewati saluran/rongga pernapasan
4) Suara napas normal (vesikuler, bronchovesikuler, bronchial)
5) Suara napas tidak normal (creklerlr/rales, ronkhi,
wheezing, friction rub/pleural friction)
6) Bunyi perkusi (resonan, hiperesonan, dullness)
h. Pola pernapasan
1) Pernapasan normal (eupnea)
2) Pernapasan cepat (tacypnea)
3) Pernapasan lambat (bradypnea)
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui
adanya gangguan oksigenasi yaitu:
a. Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran
gas secara efisien.
b. Pemeriksaan gas darah arteri
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane
kapiler alveolar dan keadekuatan oksigenasi.
c. Oksimetri
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
d. Pemeriksaan sinar X dada
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-
proses abnormal.
e. Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel
sputum/benda asing yang menghambat jalan nafas.
f. Endoskopi
Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.
g. Fluoroskopi
Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja jantung
dan kontraksi paru.
h. CT-SCAN
Untuk mengintifikasi adanya massa abnormal.
8. Masalah Kebutuhan Oksigen
a. Hipoksia
Merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan
oksigen dalam tubuh akibat defisiensi oksigen.
b. Perubahan Pola Nafas
1) Takipnea, merupakan pernafasan dengan frekuensi lebih dari
24x/ menit karena paru-paru terjadi emboli.
2) Bradipnea, merupakan pola nafas yang lambat abnormal, ±
10x/ menit.
3) Hiperventilasi, merupakan cara tubuh mengompensasi
metabolisme yang terlalu tinggi dengan pernafasan lebih cepat
dan dalam sehingga terjadi jumlah peningkatan O2 dalam
paru-paru.
4) Kussmaul, merupakan pola pernafasan cepat dan dangkal.
5) Hipoventilasi merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan
CO2 dengan cukup, serta tidak cukupnya jumlah udara yang
memasuki alveoli dalam penggunaan O2.
6) Dispnea, merupakan sesak dan berat saat pernafasan.
7) Ortopnea, merupakan kesulitan bernafas kecuali dalam posisi
duduk atau berdiri.
8) Stridor merupakan pernafasan bising yang terjadi karena
penyempitan pada saluran nafas
3. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Perencanaan
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Ketidakefektif Tupan : 1. Auskultasi 1. Pernafasan
an bersihan Setelah dilakukan dada untuk rochi, wheezing
jalan nafas tindakan karakter bunyi menunjukkan
b/d keperawatan nafas dan tertahannya
peningkatan selama ….x24 jam adanya secret. secret obstruksi
sputum jalan nafas bersih. jalan nafas
ditandai 2. Membantu
dengan batuk Tupen : 2. Berikan air mengencerkan
produktif. Setelah dilakukan minum hangat secret
asuhan 3. Memudahkan
keperawatan 3. Beri posisi pasien untuk
selama ….x24 jam, yang nyaman bernafas
jalan nafas bersih seperti posisi
kriteria : semi fowler 4. Pakaian yang
- Bu 4. Sarankan ketat
nyi nafas keluarga agar menyulitkan
vasikuler tidak pasien untuk
- Fre memakaikan bernafas
kuensi nafas 16 pakaian ketat
sampai dengan kepada pasien
20 kali permenit. 5. Kolaborasi 5. Kelembapan
- Sat penggunaan mempermudah
urasi oksigen nebulizer pengeluaran dan
diatas 90% mencegah
- Ca pembentukan
pilarry Refil Time mucus tebal
<3 detik pada bronkus
- Tid dan membantu
ak ada pernafasan
penggunaan otot
bantu nafas
- Ma
mpu melakukan
perbaikan
bersihan jalan
nafas
Disusun Oleh :
YOGI ANDRIANSYAH
No Usia Presentase
.
2. Dewasa :
Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit
dan nonelektrolit. Non elektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai
dalam larutan dan tidak bermuatan listrik, seperti : protein, urea,
glukosa, oksigen, karbon dioksida dan asam-asam organik.
Sedangkan elektrolit tubuh mencakup natrium (Na+), kalium (K+),
Kalsium (Ca++), magnesium (Mg++), Klorida (Cl-), bikarbonat
(HCO3-), fosfat (HPO42-), sulfat (SO42-).
Konsenterasi elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi pada satu
bagian dengan bagian yang lainnya, tetapi meskipun konsenterasi ion
pada tiap-tiap bagian berbeda, hukum netralitas listrik menyatakan
bahwa jumlah muatan-muatan negatif harus sama dengan jumlah
muatan-muatan positif.
Ekstraselular Intraselular
No. Elektrolit
Plasma Intersisial
1. Natrium 144,0 137,0 10
2. Kalium 5,0 4,7 141
3. Kalsium 2,5 2,4 0
4. Magnesium 1,5 1,4 31
5. Klorida 107,0 112,7 4
6. Bikarbonat 27,0 28,3 10
7. Fosfat 2,0 2,0 11
8. Sulfat 0,5 0,5 1
9. Protein 1,2 0,2 4
1) Intake Cairan :
KEBUTUHAN CAIRAN
BERAT BADAN
NO UMUR
(KG)
(mL/24 Jam)
2) Output Cairan :
a) Urine :
c) Keringat :
d) Feces :
3. PATOFISIOLOGI
Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh antara lain :
a. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena
usia akan berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme,
dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami
gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia
lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan
gangguan fungsi ginjal atau jantung.
b. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan
kelembaban udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan
tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang yang
beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai
dengan 5 L per hari.
c. Diet
Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit.
Ketika intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar
protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan
protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam
proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan
edema.
d. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah,
dan pemecahan glykogen otot. Mrekanisme ini dapat meningkatkan
natrium dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat
meningkatkan volume darah.
e. Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh Misalnya :
f. Tindakan Medis
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh seperti : suction, nasogastric tube dan lain-
lain
g. Pengobatan
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat
berpengaruh pada kondisi cairan dan elektrolit tubuh
h. Pembedahan
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi
mengalami gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh,
dikarenakan kehilangan darah selama pembedahan.
Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Tubuh
• Osmolalitas
• Komposisi
1. Ketidakseimbangan Volume:
d. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap : pemeriksaan ini meliputi
jumlah sel darah, hemoglobin (Hb), dan hematokrit (Ht).
a) Ht naik : adanya dehidrasi berat dan gejala syok
b) Ht turun : adanya pendarahan akut, masif, dan reaksi
hemolitik
c) Hb naik : adanya hemokonsentrasi
d) Hb turun : adanya pendarahan hebat, reaksi hemolitik
2) Pemeriksaan elektrolit serum : pemeriksaan ini dilakukan
untuk mengetahui kadar natrium, kalium, klorida, ion
bikarbonat.
3) pH dan berat jenis urin : berat jenis menunjukkan
kemampuan ginjal untuk mengatur konsentrasi urine,
normalnya pH urine adalah 4,5-8 dan berat jenisnya 1,003-
1,030.
4) Analisa gas darah : biasanya yang biasa diperiksa adalah
pH, PO, HCO, PCO, dan saturasi O2.
a) PCO2 normal : 35-40 mmHg
b) PO2 normal : 80-100 Hg
c) HCO3 normal : 25-29 mEq/l
d) Saturasi O2 adalah perbandingan oksigen dalam darah
dengan jumlah oksigen yang dapat dibawa oleh darah,
normalnya di arteri (95%-98%) dan vena (60%-85%)
(Tarwoto & Wartonah, 2010)
2. Diagnosa Keperawatan
a. Aktual/resiko defisit volume cairan
Definisi: Kondisi dimana pasien mengalami resiko kekurangan
cairan pada ekstraseluler dan vaskuler.
Kemungkinan berhubungan dengan:
1) Kehilangan cairan secara berlebihan
2) Berkeringat secara berlebihan
3) Menurunnya intake oral
4) Penggunaan deuretik
5) Pendarahan
Kemungkinan data yang ditemukan:
1) Hipotensi
2) Takhikardia
3) Pucat
4) Kelemahan
5) Konsentrasi urin pekat
Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:
1) Penyakit Addison
2) Koma
3) Ketoasidosis pada diabetik
4) Pendarahan gastrointestinal
5) Muntah, diare
6) Intake cairan tidak adekuat
7) AIDS
8) Pendarahan
9) Ulcer kolon
(Tarwoto & Wartonah, 2010)
b. Volume cairan berlebih
Definisi: Kondisi dimana terjadi peningkatan retensi dan edema,
Kemungkinan berhubungan dengan:
1) Retensi garam dan air
2) Efek dari pengobatan
3) Malnutrisi
Kemungkinan data yang ditemukan:
1) Orthopnea
2) Oliguria
3) Edema
4) Distensi vena jugularis
5) Hipertermi
6) Distres pernapasan
7) Anasarka
8) Edema paru
Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:
1) Obesitas
2) Hipothiroidism
3) Pengobatan dengan kortikosteroid
4) Imobilisasi yang lama
5) Cushings syndrome
6) Gagal ginjal
7) Sirosis hepatis
8) Kanker
9) Tosemia
(Tarwoto & Wartonah, 2010)
3. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Perencanaan
N
Keperawata
o Tujuan Intervensi Rasional
n
1 Aktual/resiko Tupan : 1. Ukur dan catat 1. Menentukan
defisit volume Setelah dilakukan setiap 4 jam: kehilangan dan
cairan tindakan kebutuhan
a) Intake dan
keperawatan selama output cairan cairan
….x24 jam b) Warna
kekurangan volume muntahan,
cairan teratasi. urine, dan
feses
Tupen : c) Monitor turgor
Setelah dilakukan kulit
asuhan keperawatan d) Tanda vital
selama 3x24 jam, e) Monitor IV
kekurangan volume infus
cairan teratasi f) CVP
dengan kriteria : g) Elektrolit,
- Mem BUN,
pertahankan hematokrit,
keseimbangan hemoglobin
cairan. h) Status mental
- Men i) Berat badan
unjukkan adanya 1. Berikan 2. Memenuhi
keseimbangan makanan dan kebutuhan
cairan seperti cairan makan dan
output urine minum
adekuat, tekanan
2. Berikan 3. Menunjukkan
darah stabil,
pengobatan pergerakan
membran mukosa
seperti usus dan
mulut lembap, antidiare dan muntah
turgor kulit baik. antimuntah
- Seca 3. Berikan 4. Meningkatkan
ra verbal pasien dukungan konsumsi
mengatakan verbal dalam yang lebih
penyebab pemberian
kekurangan cairan cairan
dapat teratasi. 4. Lakukan 5. Meningkatkan
kebersihan nafsu makan
mulut sebelum
makan
5. Ubah posisi 6. Meningkatkan
pasien setiap 4 sirkulasi
jam
6. Berikan 7. Meningkatkan
pendidikan informasi dan
kesehatan kerja sama
tentang:
a) Tanda dan
gejala
dehidrasi
b) Intake dan
output
cairan
c) Terapi
2 Volume Tupan : 1. Ukur dan 1. Dasar
cairan Setelah dilakukan monitor: pengkajian
berlebih tindakan a. Intake dan kardiovaskuler
keperawatan selama output dan respons
….x24 jam cairan, terhadap
keseimbangan berat penyakit
volume cairan dapat badan,
tercapai. tensi, CVP
distensi
Tupen : vena,
Setelah dilakukan jugularis,
asuhan keperawatan dan bunyi
selama 3x24 jam, paru
keseimbangan 2. Monitor rontgen 2. Mengetahui
volume cairan dapat paru adanya
tercapai dengan edema paru
kriteria :
3. Kolaborasi 3. Kerja sama
- Mem
dengan dokter disiplin ilmu
pertahankan
dalam dalam
keseimbangan
pemberian perawatan
intake dan
cairan, obat,
outpun cairan
dan efek
- Men
pengobatan
urunkan 4. Hati-hati dalam 4. Mengurangi
kelebihan cairan pemberian kelebihan
cairan cairan
Disusun Oleh :
YOGI ANDRIANSYAH
2
Jumlah dan tipe makanana mempengaruhi output urine, seperti
protein dan sodium mempengaruhi jumlah urine yang keluar.
2. Respon keinginan awal untuk berkemih
Beberapa masyarakat mempunyai kebiasaan yang
mengabaikan respon awal untuk berkemih dan hanya pada akhir
keinginan berkemih menjadi lebih kuat. Akibatnya urine banyak
tertahan dalam kandung kemih. Masyarakat ini mempunyai kapasitas
kamdung kemih yang lebih dari normal.
3. Gaya hidup
Banyak segi gaya hidup mempengaruhi seseorang dalam hal
eliminasi urine. Tersedianya fasilitas toilet atau kamar mandi dapat
mempengaruhi frekuensi eliminasi. Praktek eliminasi keluarga dapat
mempengaruhi tingkah laku.
4. Stress psikologi
Meningkatnya stres seseorang dapat meningkatkan frekuensi
keinginan berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitif untuk
keinginan berkemih dan atau meningkatnya jumlah urine yang
diproduksi.
5. Tingkat aktivitas
Aktifitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus otot.
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik
untuk tonus spingter internal dan eksternal.
6. Tingkat perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga akan
mempengaruhi pola berkemih. Pada wanita hamil kapasitas kandung
kemihnya menurun karena adanya tekanan dari fetus atau adanya
7. Kondisi patologis
Saat seseorang dalam keadaan sakit,produksi urinnya sedikit
hal ini disebabkan oleh keinginan untuk minum sedikit.
b. Eliminasi Fekal
1. Tingkat perkembangan
Pada bayi sistem pencernaannya belum sempurna. Sedangkan
pada lansia proses mekaniknya berkurang karena berkurangnya
kemampuan fisiologis sejumlah organ.
2. Diet
Ini bergantung pada kualitas, frekuensi, dan jumlah makanan
yang dikonsumsi. Sebagai contoh, makanan berserat akan
mempercepat produksi feses. Secara fisiologis, banyaknya makanan
yang masuk kedalam tubuh juga berpengaruh terhadap keinginan
defekasi.
3. Asupan Cairan
Asupan cairan yang kurang akan menyebabkan feses lebih
keras. Ini karena jumlah absorpsi cairan dikolon meningkat.
4. Tonos Otot
Tonus otot terutama abdomen yang ditunjang dengan aktivitas
yang cukup akan membantu defekasi. Gerakan peristaltik akan
memudahkan materi feses bergerak disepanjang kolon.
5. Faktor psikologis
Perasaan cemas atau takut akan mempengaruhi peristaltik atau
motilitas usus sehingga dapat menyebabkan diare.
6. Pengobatan
Beberapa jenis obat dapat menimbulkan efek konstipasi.
Laksatif dan katartik dapat melunakkan feses dan meningkatkan
peristaltik. Akan tetapi, jika digunakan dalam waktu lama, kedua obat
tersebut dapat menurunkan tonus usus sehingga usus menjadi kurang
responsif terhadap stimulus laksatif. Obat-obat lain yang dapat
mengganggu pola defekasi antara lain: analgesik narkotik,opiat, dan
anti kolinergik.
7. Penyakit
Beberapa penyakit pencernaan dapat menyebabkan diare atau
konstipasi.
8. Gaya hidup
Aktivitas harian yang biasa dilakukan, bowel training pada saat
kanak-kanak, atau kebiasaan menahan buang air besar.
9. Aktivitas fisik
Orang yang banyakn bergerak akan mempengaruhi mortilitas
usus.
10. Posisi selama defekasi
Posisi jongkok merupakan posisi paling sesuai untuk defekasi.
Posisi tersebut memungkinkan individu mengerahkan tekanan yang
terabdomen dan mengerutkan otot pahanya sehingga memudahkan
proses defekasi.
11. Kehamilan
Konstipasi adalah masalah umum ditemui pada trimester akhir
kehamilan . seiring bertambahnya usia kehamilan , ukuran janin dapat
menyebabkan obstruksi yang akan menghambat pengeluaran feses.
Akibatnya, ibu hamil sering kali mengalami hemoroid permanen
karena seringnya mengedan saat defekasi .
3. KLASIFIKASI
Eleminasi urine
1. Retensi urine
Retensi urine adalah akumulasi urine yang nyata didalam kandung kemih
akibat ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih .
2. Dysuria
Adanya rasa setidaksakit atau kesulitan dalam berkemih .
3. Polyuria
Produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal , seperti 2500
ml / hari , tanpa adanya intake cairan .
4. Inkontinensi urine
Ketidaksanggupan sementara atau permanen otot spingter eksternal
untuk mengontrol keluarnya urine dari kantong kemih .
5. Urinari suppresi
Adalah berhenti mendadak produksi urine
Eleminasi fekal
1. Konstipasi
Konstipasi adalah penurunan frekuensi defekasi , yang diikuti oleh
pengeluaran feses yang lama atau keras dan kering .
2. Impaksi
3. Diare Imfaksi feses merupakan akibat dari konstipasi yang tidak diatasi . Imfaksi
5. PEMERIKSAAN FISIK
Eleminasi urine
1. Abdomen, kaji dengan cermat adanya pembesaran , distensi kandung
kemih , pembesaran ginjal , nyeri tekan pada kandung kemih .
2. Genitalia. Kaji kebersihan daerah genetalia . Amati adanya bengkak ,
rabas , atau radang pada meatus uretra .
3. Urine, kaji karakteristik urine klien bandingkan dengan karakteristik urine
normal.
Eleminasi fekal
1. Abdomen, pemeriksaan dilakukan pada posisi terlentang , hanya pada
bagian yang tampak saja
- Inspeksi. Amati abdomen untuk melihat bentuknya , simetrisitas ,
adanya distensi atau gerak peristaltik .
- Auskultasi , dengarkan bising usus , lalu perhatikan intensitas ,
frekuensi dan kualitasnya.
- Perkusi , lakukan perkusi pada abdomen untuk mengetahui
adanya distensi berupa cairan , massa , atau udara . mulailah pada
bagian kanan atas dan seterusnya .
- Palpasi , lakukan palpasi untuk mengetahui konstitensi abdomen
serta adanya nyeri tekan atau massa di permukaan abdomen .
2. Rektum dan anus , pemeriksaan dilakukan pada posisi litotomi atau sims.
3. Feses , amati feses klien dan catat konstitensi, bentuk , bau , warna , dan
jumlahnya .
Eliminasi Fekal
1. Pengkajian
Riwayat Keperawatan
Tanyakan pada klien tentang hal-hal sebagai berikut:
a. Pola defekasi
- Frekuensi (berapa kali perhari/minggu?)
- Apakah frekuensi tersebut pernah berubah?
- Apa penyebabnya?
b. Perilaku defekasi
- Apakah klien menggunakan laksatif?
- Bagaimana cara klien mempertahankan pola defekasi?
c. Deskripsi feses
- Warna?
- Tekstur?
- Bau?
d. Diet
- Makanan apa yang mempengaruhi perubahan pola defekasi
klien?
- Makanan apa yang biasa klien makan?
- Makanan apa yang klien hindari atau pantang?
- Apakah klien makan secara teratur?
e. Cairan. Jumlah dan jenis minuman yang dikonsumsi setiap hari
f. Aktivitas
- Kegiatan sehari-hari(misal olahraga)
- Kegiatan spesifik yang dilakukan klien( misal penggunaan
laksatif, enema atau kebiasaan mengonsumsi sesuatu sebelum
defekasi)
g. Penggunaan medikasi. Apakah klien bergantung pada obat-obatan
yang dapat mempengaruhi pola defikasinya.
h. Stress
- Apakah klien mengalami stres yang berkepanjangan?
- Koping apa yang klien gunakan dalam menghadapi stress?
- Bagaimana respon klien terhadap stres? Positif atau negatif?
i. Pembedahan atau penyakit menetap
- Apakah klien pernah mengalami tindakan bedah yang dapat
Mengganggu pola defekasi?
- Apakah klien pernah menderita penyakit yang mempengaruhi
sistem gastrointestinalnya?
2. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko devisit volume cairan yang berhubungan dengan diare yang
lama.
3. Rencana Tindakan
Kriteria evaluasi :
1. Berkemih dengan jumlah yang cuk
2. Tidak teraba distensi kandung kemih
Intervensi Rasional
1. Dorong pasien 1. Meminimal
utnuk berkemih tiap 2-4 jam dan bila tiba- kan retensi urin distensi berlebihan
tiba dirasakan. pada kandung kemih.
2. Tekanan
2. Tanyakan pasien tentang inkontinensia
ureteral tinggi menghambat
stres.
pengosongan kandung kemih.
3. Observasi aliran urin, perhatikan 3. Berguna
ukuran dan ketakutan. untuk mengevaluasi obsrtuksi dan
4. Awasi dan catat waktu dan jumlah tiap pilihan intervensi.
berkemih. 4. Retensi
urin meningkatkan tekanan dalam
5. Perkusi/palpasi area suprapubik
saluran perkemihan atas.
5. Distensi
kandung kemih dapat dirasakan
diarea suprapubik.
LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA : ISTIRAHAT TIDUR
Disusun Oleh :
YOGI ANDRIANSYAH
2
meningkatnya level aktivitas dibandingkan pada tahap NREM. Manfaat tidur
REM berkaitan dengan perbaikan dalam proses mental dan kesehatan
emosi.
a. Non Rapid Eye Movement (NREM)
Terjadi kurang lebih 90 menit pertama setelah tertidur. Terbagi
menjadi empat tahapan yaitu:
1) Tahap I
Merupakan tahap transisi dari keadaan sadar menjadi tidur.
Berlangsung beberapa menit saja, dan gelombang otak menjadi
lambat. Tahap I ini ditandai dengan :
a) Mata menjadi kabur dan rileks.
b) Seluruh otot menjadi lemas.
c) Kedua bola mata bergerak ke kiri dan ke kanan.
d) Tanda-tanda vital dan metabolisme menurun.
e) EEG: penurunan Voltasi gelombang-gelombang Alfa.
f) Dapat terbangun dengan mudah.
g) Bila terbangun terasa sedang bermimpi.
2) Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus
menurun. Berlangsung 10-20 menit, semakin rileks, mudah terjaga,
dan gelombang otak menjadi lebih lambat. Tahap II ini ditandai
dengan :
a) Kedua Bola mata berhenti bergerak.
b) Suhu tubuh menurun.
c) Tonus otot perlahan-lahan berkurang.
d) Tanda-tanda vital turun dengan jelas.
e) EEG: Timbul gelombang beta Frekuensi 15-18 siklus / detik yang
disebut gelombang tidur.
3) Tahap III
Merupakan awal tahap tidur nyenyak. Tahap ini berlangsung
15-30 menit. Tahap III ini ditandai dengan:
a) Relaksasi otot menyeluruh.
b) Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur.
c) EEG: perubahan gelombang Beta menjadi 1-2 siklus / detik.
d) Sulit dibangunkan dan digerakkan.
4) Tahap IV
Tahap Tidur Nyenyak, berlangsung sekitar 15-30 menit. Tahap
ini ditandai dengan :
a) Jarang bergerak dan sangat sulit dibangunkan.
b) Tanda-tanda vital secara signifikan lebih rendah dari pada jam
bangun pagi.
c) Tonus Otot menurun (relaksasi total).
d) Denyut jantung dan pernapasan menurun sekitar 20-30 %.
e) EEG: hanya terlihat gelombang delta yang lambat dengan
frekwensi 1-2 siklus/detik.
f) Gerak bola mata mulai meningkat.
g) Terjadi mimpi dan terkadang tidur sambil berjalan serta enuresis
(mengompol).
b. Rapid Eye Movement (REM)
Tahap tidur yang sangat nyenyak. Pada orang dewasa REM
terjadi 20-25 % dari tidurnya.
1) Tahap REM ditandai dengan:
a) Bola mata bergerak dengan kecepatan lebih tinggi dari tahap-
tahap sebelumnya.
b) Mimpi yang berwarna dan nyata muncul.
c) Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah tidur dimulai.
d) Terjadi kejang otot kecil, otot besar imobilisasi.
e) Ditandai oleh respons otonom yaitu denyut jantung dan
pernapasan yang berfluktuasi, serta peningkatan tekanan darah
yang berfluktuasi.
f) Metabolisme meningkat.
g) Lebih sulit dibangunkan.
h) Sekresi ambung meningkat.
i) Durasi tidur REM meningkat dengan setiap siklus dan rata-rata
20 menit.
2) Karakteristik tidur REM
a) Mata : Cepat tertutup dan terbuka.
b) Otot-otot : Kejang otot kecil, otot besar immobilisasi.
c) Pernapasan : tidur teratur, kadang dengan apnea.
d) Nadi : Cepat dan ireguler.
e) Tekanan darah : Meningkat atau fluktuasi.
f) Sekresi gaster : Meningkat.
g) Metabolisme : Meningkat, temperatur tubuh naik.
h) Gelombang otak : EEG aktif.
i) Siklus tidur : Sulit dibangunkan.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tidur
a. Penyakit
Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih
banyak dari normal. Namun demikian keadaan sakit menjadikan
pasien kurang tidur atau tidak dapat tidur. Misalnya pada pasien
dengan gangguan pernapasan seperti asma, bronkhitis, penyakit
kardiovaskuler, dan penyakit persarafan.
b. Lingkungan
Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan
nyaman, kemungkinan terjadi perubahan suasana seperti gaduh
maka akan menghambat tidurnya.
c. Motivasi
Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan
keinginan untuk tetap bangun dan waspada menahan kantuk.
d. Kelelahan
Dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM.
e. Kecemasan
Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf
simpatis sehingga mengganggu tidurnya.
f. Alkohol
Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan
minum alkohol dapat mengakibatkan insomnia dan cepat marah.
g. Obat-obatan
Beberapa obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara
lain Diuretik (menyebabkan insomnia), Anti depresan (supresi REM),
Kaffein (Meningkatkan saraf simpatis), Beta Bloker (Menimbulkan
insomnia), dan Narkotika (Mensupresi REM).
3. Gangguan Tidur
Ganguan tidur adalah suatu kondisi yang jika tidak diobati, umunya
menyebabkan tidur terganggu yang menghasilkan salah satu dari tiga
masalah insomnia yaitu : gerakan abnormal atau sensasi saat tidur atau
ketika terbangun di malam hari, atau kantuk yang berlebihan di siang hari
( Maslow, 2005).
a. Insomnia
Insomnia adalah gejala yang dialami klien ketika mereka
mengalami kesulitan tidur kronis, sering terbangun dari tidur, dan atau
tidur pendek atau tidur non retoratif (Edinger dan Sarana, 2005).
Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara kualitas
maupun kuantitas. Umumnya ditemui pada individu dewasa.
Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau karena faktor mental
seperti perasaan gundah dan gelisah. Ada tiga jenis insomnia yaitu
Initial insomnia adalah kesulitan untuk memulai tidur, Intermitten
insomnia adalah kesulitan untuk tetap tertidur karena seringnya
terjaga, terminal insomnia adalah bangun terlalu dini dan sulit untuk
tidur kembali.
b. Parasomnia
Adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat
seseorang tidur, dan bisanya terjadi pada anak-anak daripada orang
dewasa. Misalnya tidur berjalan, mengigau, teror malam, mimpi buruk,
nokturnal, enuresis (mengompol), badan goyang, dan bruksisme (gigi
bergemeretak).
c. Hipersomnia
Adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berlebihan
terutama pada siang hari.
d. Narkolepsi
Gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara
tiba-tiba pada siang hari. Seseorang dengan narkolepsi sering
mengalami mimpi seperti nyata yang terjadi ketika seseorang tertidur.
Mimpi-mimpi ini sulit dibedakan dari kenyataan. Kelumpuhan tidur,
perasaan tidak mampu bergerak, atau berbicara sesaat sebelum
bagun atau tidur adalah gejala lainnya (Guilleminaultt dan Fromberz,
2005).
e. Apnea saat Tidur dan Mendengkur
Merupakan gangguan yang ditandai oleh kurangnya aliran udara
melalui hidung dan mulut untuk periode 10 detik atau lebih pada saat
tidur. Ada tiga jenis tidur apnea yaitu : apnea sentral, obstruktif, dan
campuran. Bentuk yang paling umum adalah apnea obstruktif atau
Obstruktif Sleep Apnea (OSA). OSA mempengaruhi 10-15% dari
dewasa menengah (Groth, 2005), Namun sering terjadi juga pada
wanita menopause, serta wanita muda dan anak-anak (Mendez, dan
Olson, 2006). OSA terjadi ketika otot atau struktur dari rongga mulut
atau tenggorakan mengalami relaksasi saat tidur. Saluran napas
tersumbat sebagian atau seluruhnya, mengurangi aliran udara hidung
(hiponea) atau menghentikannya (apnea) selama 30 detik
(Guilleminault dan Bassiri, 2005). Seseorang masih mencoba untuk
bernapas karena dada dan perut terus bergerak, sehingga sering
menghasilkan dengkuran keras dan suara mendengus atau
mendengkur. Ketika pernapasan menjadi sebagian atau seluruhnya
berkurang, setiap gerakan diafragma berturut-turut menjadi kuat
sampai penyumbatan terbuka. Mendengkur bukan dianggap sebagai
gangguan tidur, namun bila disertai apnea maka bisa menjadi
masalah.
f. Mengigau
Hampir semua orang pernah mengigau, hal itu terjadi sebelum
tidur REM.
B. Tanda dan Gejala
1. Dewasa
a. Data Mayor : Kesulitan untuk tertidur atau tetap tidur
b. Data Minor
1) Keletihan saat bangun atau letih sepanjang hari
2) Perubahan mood
3) Agitasi
4) Mengantuk sepanjang hari
2. Anak
a. Gangguan pada anak sering kali dihubungkan dengan ketakutan,
enuresis, atau respons tidak konsisten dari orang tua terhadap
permintaan anak untuk mengubah peraturan dalam tidur seperti
permintaan untuk tidur larut malam.
b. Keengganan untuk istirahat, keinginan untuk tidur bersama orang tua.
c. Sering bangun saat malam hari.
C. Pohon Masalah
Disusun Oleh :
YOGI ANDRIANSYAH
B. Tujuan Mobilisasi
1. Untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia
2. Untuk mencegah terjadinya trauma
3. Untuk mempertahankan tingkat kesehatan
4. Untuk mempertahankan interaksi social dan peran sehari – hari
5. Untuk mencegah hilangnya kemampuan fungsi tubuh
2
terdapat pada otot paha, otot betis, otot dada. Kontraksinya
sangat cepat dan kuat.
Otot Polos
Otot polos merupakan otot tidak berlurik dan involunter (bekerja
secara tak sadar). Jenis otot ini dapat ditemukan pada dinding
berongga seperti kandung kemih dan uterus, serta pada dinding
tuba, seperti pada sistem respiratorik, pencernaan, reproduksi,
urinarius, dan sistem sirkulasi darah. Kontraksinya kuat dan
lamban.
Otot Jantung
Otot Jantung juga otot serat lintang involunter, mempunyai
struktur yang sama dengan otot lurik. Otot ini hanya terdapat
pada jantung. Bekerja terus-menerus setiap saat tanpa henti,
tapi otot jantung juga mempunyai masa istirahat, yaitu setiap kali
berdenyut.
2) Berdasarkan gerakannya dibedakan menjadi :
Otot Antagonis, yaitu hubungan antarotot yang cara kerjanya
bertolak belakang/tidak searah, menimbulkan gerak berlawanan.
Otot Sinergis, yaitu hubungan antar otot yang cara kerjanya
saling mendukung/bekerjasama, menimbulkan gerakan searah.
Contohnya pronator teres dan pronator kuadrus.
D. Etiologi
Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan otot,
ketidakseimbangan, dan masalah psikologis. Osteoartritis merupakan
penyebab utama kekakuan pada usia lanjut. Gangguan fungsi kognitif berat
seperti pada demensia dan gangguan fungsi mental seperti pada depresi juga
menyebabkan imobilisasi. Kekhawatiran keluarga yang berlebihan dapat
menyebabkan orangusia lanjut terus menerus berbaring di tempat tidur baik di
rumah maupun dirumah sakit (Setiati dan Roosheroe, 2007).
Penyebab secara umum:
1. Kelainan postur
2. Gangguan perkembangan otot
3. Kerusakan system saraf pusat
4. Trauma lanngsung pada system mukuloskeletal dan neuromuscular
5. Kekakuan otot
E. Patofisiologi
Mobilisasi atau kemampuan seseorang untuk bergerak bebas merupakan
salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi. Tujuan mobilisasi
adalah memenuhi kebutuhan dasar (termasuk melakukan aktifitas hidup sehari-
hari dan aktifitas rekreasi), mempertahankan diri (melindungi diri dari trauma),
mempertahankan konsep diri, mengekspresikan emosi dengan gerakan tangan
non verbal. Immobilisasi adalah suatu keadaan di mana individu mengalami
atau berisiko mengalami keterbatasan gerak fisik. Mobilisasi dan immobilisasi
berada pada suatu rentang. Immobilisasi dapat berbentuk tirah baring yang
bertujuan mengurangi aktivitas fisik dan kebutuhan oksigen tubuh, mengurangi
nyeri, dan untuk mengembalikan kekuatan. Individu normal yang mengalami
tirah baring akan kehilangan kekuatan otot rata-rata 3% sehari (atropi disuse).
Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem
otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf.
Otot Skeletal mengatur gerakan tulang karena adanya kemampuan otot
berkontraksi dan relaksasi yang bekerja sebagai sistem pengungkit. Ada dua
tipe kontraksi otot: isotonik dan isometrik. Pada kontraksi isotonik, peningkatan
tekanan otot menyebabkan otot memendek. Kontraksi isometrik menyebabkan
peningkatan tekanan otot atau kerja otot tetapi tidak ada pemendekan atau
gerakan aktif dari otot, misalnya, menganjurkan klien untuk latihan kuadrisep.
Gerakan volunter adalah kombinasi dari kontraksi isotonik dan isometrik.
Meskipun kontraksi isometrik tidak menyebabkan otot memendek, namun
pemakaian energy meningkat. Perawat harus mengenal adanya peningkatan
energi (peningkatan kecepatan pernafasan, fluktuasi irama jantung, tekanan
darah) karena latihan isometrik. Hal ini menjadi kontra indikasi pada klien yang
sakit (infark miokard atau penyakit obstruksi paru kronik).
Postur dan Gerakan Otot merefleksikan kepribadian dan suasana hati
seseorang dan tergantung pada ukuran skeletal dan perkembangan otot
skeletal. Koordinasi dan pengaturan dari kelompok otot tergantung dari tonus
otot dan aktifitas dari otot yang berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan
gravitasi. Tonus otot adalah suatu keadaan tegangan otot yang seimbang.
Ketegangan dapat dipertahankan dengan adanya kontraksi dan relaksasi yang
bergantian melalui kerja otot. Tonus otot mempertahankan posisi fungsional
tubuh dan mendukung kembalinya aliran darah ke jantung. Immobilisasi
menyebabkan aktifitas dan tonus otot menjadi berkurang.
Skeletal adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe
tulang: panjang, pendek, pipih, dan ireguler (tidak beraturan). Sistem skeletal
berfungsi dalam pergerakan, melindungi organ vital, membantu mengatur
keseimbangan kalsium, berperan dalam pembentukan sel darah merah.
Sendi adalah hubungan di antara tulang. Ligamen adalah ikatan jaringan
fibrosa yang berwarna putih, mengkilat, fleksibel mengikat sendi menjadi satu
sama lain dan menghubungkan tulang dan kartilago. Tendon adalah jaringan
ikat fibrosa berwarna putih, mengkilat, yang menghubungkan otot dengan
tulang. Kartilago adalah jaringan penghubung pendukung yang tidak
mempunyai vaskuler, terutama berada di sendi dan toraks, trakhea, laring,
hidung, dan telinga.
Propriosepsi adalah sensasi yang dicapai melalui stimulasi dari bagian
tubuh tertentu dan aktifitas otot. Proprioseptor memonitor aktifitas otot dan
posisi tubuh secara berkesinambungan. Misalnya proprioseptor pada telapak
kaki berkontribusi untuk memberi postur yang benar ketika berdiri atau
berjalan. Saat berdiri, ada penekanan pada telapak kaki secara terus menerus.
Proprioseptor memonitor tekanan, melanjutkan informasi ini sampai
memutuskan untuk mengubah posisi.
F.Manifestasi Klinis
1. Respon fisiologik dari perubahan mobilisasi, adalah perubahan pada:
a. muskuloskeletal seperti kehilangan daya tahan, penurunan massa otot,
atropi dan abnormalnya sendi (kontraktur) dan gangguan metabolisme
kalsium
b. kardiovaskuler seperti hipotensi ortostatik, peningkatan beban kerja
jantung, dan pembentukan thrombus
c. pernafasan seperti atelektasis dan pneumonia hipostatik, dispnea
setelah beraktifitas
d. metabolisme dan nutrisi antara lain laju metabolic; metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein; ketidakseimbangan cairan dan elektrolit;
ketidakseimbangan kalsium; dan gangguan pencernaan (seperti
konstipasi)
e. eliminasi urin seperti stasis urin meningkatkan risiko infeksi saluran
perkemihan dan batu ginjal
f. integument seperti ulkus dekubitus adalah akibat iskhemia dan anoksia
jaringan
g. neurosensori: sensori deprivation
2. Respon psikososial dari antara lain meningkatkan respon emosional,
intelektual, sensori, dan sosiokultural. Perubahan emosional yang paling
umum adalah depresi, perubahan perilaku, perubahan dalam siklus tidur-
bangun, dan gangguan koping.
3. Keterbatasan rentan pergerakan sendi
4. Pergerakan tidak terkoordinasi
5. Penurunan waktu reaksi ( lambat )
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Fisik
a. Mengkaji skelet tubuh
Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang
abnormal akibat tumor tulang. Pemendekan ekstremitas, amputasi dan
bagian tubuh yang tidak dalam kesejajaran anatomis. Angulasi
abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik selain sendi
biasanya menandakan adanya patah tulang.
b. Mengkaji tulang belakang
Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang)
Kifosis (kenaikan kurvatura tulang belakang bagian dada)
Lordosis (membebek, kurvatura tulang belakang bagian pinggang
berlebihan)
c. Mengkaji system persendian
Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif, deformitas, stabilitas,
dan adanya benjolan, adanya kekakuan sendi
d. Mengkaji system otot
Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan
ukuran masing-masing otot. Lingkar ekstremitas untuk mementau
adanya edema atau atropfi, nyeri otot.
e. Mengkaji cara berjalan
Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila salah
satu ekstremitas lebih pendek dari yang lain. Berbagai kondisi
neurologist yang berhubungan dengan cara berjalan abnormal
(mis.cara berjalan spastic hemiparesis – stroke, cara berjalan
selangkah-selangkah – penyakit lower motor neuron, cara berjalan
bergetar – penyakit Parkinson).
f. Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer
Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas atau
lebih dingin dari lainnya dan adanya edema. Sirkulasi perifer dievaluasi
dengan mengkaji denyut perifer, warna, suhu dan waktu pengisian
kapiler.
g. Mengkaji fungsional klien
Kategori tingkat kemampuan aktivitas
TINGKAT KATEGORI
AKTIVITAS/ MOBILITAS
0 Mampu merawat sendiri secara penuh
1 Memerlukan penggunaan alat
2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang
lain
3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain,
dan peralatan
4 Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan
atau berpartisipasi dalam perawatan
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Sinar –X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, dan
perubahan hubungan tulang.
b. CT scan (Computed Tomography) menunjukkan rincian bidang tertentu
tulang yang terkena dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak
atau cidera ligament atau tendon. Digunakan untuk mengidentifikasi
lokasi dan panjangnya patah tulang didaerah yang sulit dievaluasi.
c. MRI (Magnetik Resonance Imaging) adalah tehnik pencitraan khusus,
noninvasive, yang menggunakan medan magnet, gelombang radio, dan
computer untuk memperlihatkan abnormalitas.
d. Pemeriksaan Laboratorium:
Hb ↓pada trauma, Ca↓ pada imobilisasi lama, Alkali Fospat ↑, kreatinin
dan SGOT ↑ pada kerusakan otot.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan sensori
presepsi
2 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Perencanaan
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Gangguan Tupan : Exercise therapy : 1. Pernafasan
mobilitas fisik Setelah dilakukan ambulation rochi, wheezing
berhubungan tindakan 1. monitoring vital menunjukkan
dengan keperawatan sign sebelum tertahannya
kerusakan selama ….x24 jam dan sesudah secret obstruksi
sensori mobilitas fisik latihan dan lihat jalan nafas
presepsi terpenuhi. respon pasien 2.
saat latihan
Tupen : 2. konsultasikan
Setelah dilakukan dengan terapi
asuhan fisik tentang
keperawatan rencana
selama ….x24 jam, ambulansi
mobilitas fisik sesuai dengan
terpenuhi dengan kebutuhan
kriteria : 3. bantu klien
- klie untuk
n meningkat menggunakan
dalam aktivitas tongkat saat
fisik berjalan dan
- me cegah terhadap
ngerti tujuan dari cedera
peningkatan 4. ajarkan pasien
mobilitas atau tenaga
- me kesehatan lain
mverbalisasikan tentang tehnik
perasaan dalam ambulansi
meningkatkan 5. kaji
kekuatan dan kemampuan
kemampuan pasien dalam
dalam berpindah pemenuhan
- me kebutuhan
mperagakan ADLs secara
penggunaan alat mandiri sesuai
bantu untuk kemampuan
mobilisasi 6. dampingi dan
(walker) bantu pasien
saat mobilisasi
dan bantu
penuhi
kebutuhan
ADLs klien
7. berikan alat
bantu jika klien
membutuhkan
8. ajarkan pasien
bagaimana
merubah posisi
dan berikan
bantuan jika
diperlukan
2. Intoleransi Tupan : 1. observasi 1. menunjukkan
aktivitas Setelah dilakukan kehilangan / perubahan
berhubungan tindakan gangguan neurology karena
dengan keperawatan keseimbangan defisiensi vitamin
kelemahan selama ….x24 jam gaya jalan dan B12
umum aktivitas terpenuhi. kelemahan otot mempengaruhi
keamanan
Tupen : pasien/ resiko
Setelah dilakukan cidera
asuhan 2. observasi TTV 2. manifestasi
keperawatan sebelum dan kardio pulmonal
selama ….x24 jam, sesudah dr upaya jantung
aktivitas terpenuhi aktivitas dan paru untuk
dengan kriteria : membawa
- klie jumlah oksigen
n meningkat adekuat ke
dalam aktivitas jaringan.
fisik 3. berikan 3. meningkatkan
- akr lingkungan istirahat untuk
al hangat tenang batasi menurunkan
- scl pengunjung kebutuhan
era normal dan kurangi oksigen tubuh
- con suara bising, dan menurunkan
jungtiva normal pertahankan regangan
- tur tirah baring bila jantung dan
gor kulit elastis di indikasikan paru.
4. anjurkan klien 4. meningkatkan
istirahat bila aktivitas secara
terjadi bertahap sampai
kelelahan dan normal dan
kelemahan,anj memperbaiki
urkan pasien tonus otot.
melakukan
aktivitas
semampunya
5. tim medis 5. mengganti cairan
dalam dan elektrolit
pemberian secara adekuat.
terapi infuse
dan
memberikan
transfuse
darah.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Konsep Dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba
Medika.
Perry & Potter. 2006. Buku Ajar Fundal Mental Keperawatan Konsep, Proses
Dan Praktik. Edisi 4. Jakarta : EGC.
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika
Tarwoto & Wartonah, 2003. Kebutuhan Dasar Manusia & Proses Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika.
LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA : THERMOREGULASI
Disusun Oleh :
ILHAM ROHMAT FEBRIAN
2
terbuka dengan lingkungan yang dingin dapat menyebabkan habisnya
cadangan glikogen dan menyebabkan asidosis.
1. Produksi panas atau Thermogenesis
Ditempat yang terbuka dan lingkungan yang dingin bayi baru
memerlukan penambahan panas. Bayi mempunyai mekanisme fisiologi
untuk meningkatkan produksi panas dipengaruhi oleh karena :
Meningkatnya Metabolisme Rate, Aktifitas otot dan Thermogenesis
Kimiawi :
a. Basal Metabolisme Rate
Basal metabolisme rate adalah jumlah energi yang digunakan
tubuh selama istirahat mutlak dan keadaan sadar. Pada bayi baru
lahir, gerakan tubuh, menggigil merupakan mekanisme penting untuk
memproduksi panas. Gerakan menggigil terjadi ketika reseptor kulit
menurun pada suhu lingkungan yang dingin, dan kondisi tersebut
akan diteruskan kesusunan saraf pusat yang akan menstimuli sistem
saraf simpatis untuk menggunakan cadangan lemak coklat, yang
merupakan sumber panas yang utama untuk mengatasi stres dingin.
Pelepasan norephineprin oleh kelenjar adrenal dan saraf lokal
berakhir pada lemak coklat yang menyebabkan trigliserid dapat
dimetabolisme menjadi gliserol dan fatty acid (asam lemak).
Oksidasi asam lemak ini meningkatkan produksi panas. Jika suplai
lemak coklat habis maka respon metabolisme terhadap keadaan
dingin akan berkurang.
Oksidasi asam lemak pada bayi tergantung dari tersedianya
oksigen, glukosa, Adenosin Tri Phospat (ATP) dan kemampuan bayi
untuk mengubah menjadi panas.Kemampuan bayi untuk
menghasilkan panas dapat berubah pada keadaan patologis seperti
hipoksia, asidosis, dan hipoglikemi.
b. Aktifitas otot
Menggigil adalah bentuk dari aktifitas otot yang disebabkan
karena suhu yang dingin. Produksi panas terjadi melalui peningkatan
metabolisme rate dan aktifitas otot. Jika bayi tidak menggigil berarti
metabolisme rate pada bayi sudah cukup.
c. Thermogenesis Kimiawi
Disebabkan karena pelepasan norephineprin dan ephineprin
oleh rangsang saraf simpatis.
d. Aliran Darah ke Kulit
Kecepatan aliran darah yang tinggi menyebabkan konduksi
panas yang disalurkan dari inti tubuh ke kulit sangat efisien. Efek
aliran darah kulit pada konduksi panas dari inti tubuh permukaan
kulit menggambarkan peningkatan konduksi panas hampir delapan
kali lipat. Oleh karena itu “Kulit merupakan sistem pengatur radiator
panas yang efektif “, dan aliran darah ke kulit adalah mekanisme
penyebaran panas yang paling efektif dari inti tubuh ke kulit. Dengan
meletakan bayi telungkup didada ibu akan terjadi kontak kulit
langsung ibu dan bayi sehingga bayi akan memperoleh kehangatan
karena ibu merupakan sumber panas yang baik bagi bayi.
B. Etiologi
1. Hilangnya Panas dari Tubuh Bayi
Hilangnya panas pada bayi merupakan keadaan yang merugikan, karena
itu suhu tubuh normal pada bayi harus dipelihara. Menurut buku Maternal
and Neonatal Nursing, 1994, hilangnya panas pada bayi baru lahir melalui
empat cara yaitu :
a. Radiasi
Radiasi yaitu : transfer panas dari bayi kepermukaan yang lebih
dingin, dan obyek yang tidak berhubungan langsung dengan bayi. Hal
tersebut dapat diartikan, panas tubuh bayi memancar ke lingkungan
sekitar bayi yang lebih dingin.
Contoh : udara dingin pada dinding luar dan jendeladan penyekat
tempat tidur bayi yang dingin
b. Evaporasi
Evaporasi yaitu : hilangnya panas ketika air dari kulit bayi menguap.
Kondisi tersebut disebabkan karena adanya cairan ketuban yang
membasahi kulit bayi menguap.
Contoh : Bayi lahir tidak langsung dikeringkan dari cairan ketuban,
Selimut atau popok basah bersentuhan dengan kulit bayi.
c. Konduksi
Konduksi yaitu : transfer panas yang terjadi ketika bayi kontak
langsung dengan permukaan obyek yang dingin. Pernyataan tersebut
dapat dijelaskan bahwa pindahnya panas tubuh bayi karena kulit bayi
langsung kontak dengan permukaan yang lebih dingin.
Contoh : Tangan perawat yang dingin, tempat tidur, selimut, stetoskop
yang dingin
d. Konveksi
Konveksi yaitu : Hilangnya panas pada bayi yang terjadi karena aliran
udara yang dingin menyentuk kulit bayi. Hal tersebut terjadi karena
aliran udara sekliling bayi yang dingin.
Contoh : Bayi diletakan didekat pintu atau jendela yang terbuka, aliran
udara dari pipa AC.
Bayi baru lahir mudah sekali terkena hipotermi. Hal ini
disebabkan oleh karena :
a. Pusat pengaturan suhu tubuh pada bayi belum berfungsi dengan
sempurna
b. Permukaan tubuh bayi relatif lebih luas
c. Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas
d. Bayi belum mampu mengatur posisi tubuh dan pakaiannya agar
tidak kedinginan
e. Lemak subcutan sedikit dan Epidermis tipis
f. Pembuluh darah mudah dipengaruhi suhu lingkungan
g. Kelenturan tubuh bayi menurun
h. Jaringan adiposa sedikit
2. Pnyebab peningkatan suhu tubuh.
Hipertermi dapat disebabkan gangguan otak atau akibat bahan toksik
yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu . zat yang dapat
menyebabkan efek perangsangan terhadap pusat pengaturan suhu
sehingga menyebabkan demam disebut pirogen . zat pirogen ini dapat
berupa protein , pecahan protein , dan zat lain . terutama toksin
polisakarida , yang dilepas oleh bakteri toksik / pirogen yang dihasilkan
dari degenerasi jaringan tubuh dapat menyebabkan demam selama
keadaan sakit .
C. Klasifikasi
1. Penilaian Hipotermi Bayi Baru Lahir
a. Gejala Hipotermi Bayi Baru Lahir
- Bayi tidak mau minum atau menetek
- Bayi tampak lesu atau mengantuk saja
- Tubuh bayi teraba dingin
- Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun dan kulit
tubuh bayi mengeras(Skleremia)
b. Tanda-Tanda Hipotermi Sedang (Stress Dingin)
- Aktifitas berkurang, letargis
- Tangisan lemah
- Kulit berwarna tidak rata
- Kemampuan menghiisap lemah
- Kaki teraba dingin
c. Tanda-Tanda Hipotermi Berat (Cedera Dingin)
- Sama dengan hipotermi sedang
- Bibir dan kuku kebiruan
- Pernafasan lambat
- Pernafasan tidak teratur
- Bunyi jantung lambat
- Selanjutnya mungkin timbul hipoglikemi dan asidosis metabolik
d. Tanda-Tanda Stadium Lanjut Hipotermi
- Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang
- Bagian tubuh lainnya pucat
- Kulit memgeras dan timbul kemerahan pada punggung, kaki dan
tangan (Sklerema).
2. Fase – fase terjadinya hipertermi
a. Fase I : awal
- Peningkatan denyut jantung .
- Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan .
- Menggigil akibat tegangan dan kontraksi obat .
- Kulit pucat dan dingin karena vasokonstriksi .
- Merasakan sensasi dingin .
- Dasar kuku mengalami sianosis karena vasokonstriksi .
- Rambut kulit berdiri .
- Pengeluaran keringat berlebih .
- Peningkatan suhu tubuh .
b. Fase II : proses demam
- Proses menggigil lenyap .
- Kulit terasa hangat / panas .
- Merasa tidak panas / dingin .
- Peningkatan nadi & laju pernapasan .
- Peningkatan rasa haus .
- Dehidrasi ringan sampai berat .
- Mengantuk , delirium / kejang akibat iritasi sel saraf .
- Lesi mulut herpetik .
- Kehilangan nafsu makan .
- Kelemahan , keletihan dan nyeri ringan pada otot akibat
katabolisme protein .
c. Fase III : pemulihan
- Kulit tampak merah dan hangat .
- Berkeringat .
- Menggigil ringan .
- Kemungkinan mengalami dehidrasi .
D. Patofisiologi
Respon Bayi terhadap Hipotermi : Pada saat suhu kulit mulai turun,
thermoreseptor menyebarkan impuls kesusunan saraf pusat, distimuli sistem
saraf simpatis, norephineprin dilepaskan oleh kelenjar adrenal dan saraf
setempat yang berakhir dengan lemak coklat dimetabolisme untuk
memproduksi panas.
E. Pengkajian keperawatan
Pengkajian
Adalah pengkajian dasar proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan tentang penderita agar dapat mengidentifikasi kebutuhan
serta masalahnya .
1. Riwayat Keperawatan
a. Adanya riwayat kejang demam pada pasien dan keluarga
b. Adanya riwayat infeksi seperti saluran pernafasan atis, OMA,
pneumonia, gastroenteriks, Faringiks, brontrope, umoria,
morbilivarisela dan campak.
c. Adanya riwayat peningkatan suhu tubuh
d. Adanya riwayat trauma kepala
2. Pengkajian fisik
a. Adanya peningkatan : suhu tubuh, nadi, dan pernafasan, kulit teraba
hangat
b. Ditemukan adanya anoreksia, mual, muntah dan penurunan berat
badan
c. Adanya kelemahan dan keletihan
d. Adanya kejang
e. Pada pemeriksaan laboratorium darah ditemukan adanya peningkatan
kalium, jumlah cairan cerebrospiral meningkat dan berwarna kuning
3. Riwayat Psikososial atau Perkembangan
a. Tingkat perkembangan anak terganggu
b. Adanya kekerasan penggunaan obat – obatan seperti obat penurun
panas
c. Pengalaman tantang perawatan sesudah/ sebelum mengenai
anaknya pada waktu sakit.
4. Pengetahuan keluarga
a. Tingkatkan pengetahuan keluarga yang kurang
b. Keluarga kurang mengetahui tanda dan gejala kejang demam
c. Ketidakmampuan keluarga dalam mengontrol suhu tubuh
d. Keterbatasan menerima keadaan penyakitnya
F. Diagnosa Keperawatan
Hipertermia b.d. penyakit/ trauma
G. Rencana tindakan keperawatan
Diagnosa Keperawatan : Hipertermia b.d. penyakit/ trauma.
NOC : Thermoregulation
Kriteria hasil:
a. Suhu tubuh dalam rentang normal
b. Nadi dan RR dalam rentang norma
Skala : 1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
NIC : Fever Treatment
1. Monitor suhu sesering mungkin.
2. Monitor tekanan darah, nadi, dan RR.
3. Monitor intake dan output.
4. Berikan antipiretik.
5. Kolaborasi pemberian cairan intravena.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, aziz alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta :
Salemba.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, ed 2. Jakarta: EGC.
Sataf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2000. Buku Kuliah Dua
Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Percetakan Info Medika Jakarta
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. (2002). Ilmu Kebidanan, jakarta :
JNPKKR-POGI.
LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA : INTEGRITAS KULIT
Disusun Oleh :
ILHAM ROHMAT FEBRIAN
I. Konsep Teori
A. Anatomi dan Fisiologi Kulit
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan
membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5
m2 dengan berat kira-kira 15% BB. Kulit merupakan organ yang esensial
dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga
sangat kompleks, elastis dan sensitive, bervariasi pada keadaan iklim,
umur, seks, ras dan juga bergantung pada lokasi tubuh ( Atmadja; 3: 1987).
Menurut Evelin Pearce (1999, hal 239-241), Kulit dibagi menjadi
dua lapisan yaitu Epidermis dan Dermis.
1. Epidermis tersusun atas epitelium berlapis dan terdiri atas sejumlah
lapisan sel yang tersusun atas dua lapisan tampak : selapis lapisan
tanduk dan selapis zona germinalis. Lapisan tanduk terletak paling luar
dan tersusun atas tiga lapisan sel yang membentuk epidermis yaitu :
a. Stratum Korneum : Selnya tipis, datar, seperti sisik dan terus
menerus dilepaskan
b. Stratum Lusidum : Selnya mempunyai batas tegas tetapi tidak
ada intinya.
c. Statum granulosum : Selapis sel yang jelas tampak berisi inti dan
juga granulosum.
d. Zona Germinalis : Terletak dibawah lapisan tanduk dan terdiri
atas dua lapis sel epitel yang berbentuk tegas
yaitu :
1) Sel berduri : Sel dengan fibril halus yang menyambung sel
satu dengan yang lainnya.
2) Sel basal : Sel ini terus memproduksi sel epidermis
baru.
2. Dermis adalah lapisan kulit yang tersusun atas jaringan fibrus dan
jaringan ikat yang elastik. Lapisan kulit yang lebih tebal berisi ikatan
kolagen dan serat elastis menyokong epidermis. Ujung akhir saraf
sensoris, yaitu puting peraba, terletak di dalam dermis.
Pelengkap Kulit : rambut, kuku, dan kelenjar sebaseus.
2
Kulit mempunyai fungsi ( Wikipedia, 2010 ) yaitu :
1. Perlindungan
Lapisan epidermis atau lapisan terkematu merupakan lapisan
perlindungan daripada kemasukan bakteria, ini merupakan
perlindungan tahap pertama. Lapisan berkematu yang senantiasa
gugur, menyebabkan bakteria sukar membiak dan bertapak tetap
pada kulit.
2. Mencegah Dehidrasi
Lapisan berkematu mencegah kehilangan air kepersekitaran.
Lapisan ini amat berkesan untuk mencegah kehilangan air.
3. Rangsangan luar
Lapisan kulit atau lapisan dermis yang mempunyai banyak
reseptor, membolehkan kulit peka terhadap perubahan
persekitaran. Reseptor-reseptor ini boleh mengesan pelbagai
rangsang seperti tekanan, suhu, sentuhan dan sebagainya.
4. Menyimpan lemak
Lapisan paling bawah kulit merupakan lapisan lemak subkulitan.
Lapisan ini merupakan lapisan yang kaya dengan lemak. Lapisan
lemak ini juga merupakan penebat haba.
5. Sintesis vitamin D
Apabila lapisan kulit ini terdedah kepada sinaran ultraungu,
sinaran ultraungu ini akan diserap oleh kulit dan bertindak ke atas
prekursor, seterusnya menukarkannya kepada vitamin D.
6. Menghasilkan bau dan penyamaran
Bau berguna untuk tujuan pertahanan terutama bagi haiwan
yang diburu oleh pemangsa. Bau juga bertujuan untuk membeza
antara haiwan-haiwan lain. Pigmen dalam kulit sesetengah haiwan,
mampu meniru atau mengikut perubahan warna persekitaran.
7. Pengaturan suhu
Ini adalah proses homeostasis.
B. Jenis dan Tipe Luka
1. Definisi
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh.
Keadaan ini dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul,
perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan
(R. Sjamsuhidajat dan Wim De Jong, 2004).
Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :
a. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ.
b. Respon stress simpatis.
c. Pendarahan dan pembekuan darah.
d. Kontaminasi bakteri.
e. Kematian sel.
10
perubahan tanda vital seperti kenaikan denyut nadi, kenaikan
pernapasan, penurunan tekanan darah.
Mengidentifikasikan keadaan fisik luka dalam tiga kategori
utama, yaitu :
a. Vasculer ulcers, yaitu dengan mengevaluasi kulit, kuku,
rambut, warna, capillary refill, temperatur, nadi, edema
extremitas dan hemosiderin.
b. Arterial ulcers, ditandai dengan adanya kelemahan atau
hilangnya denyut nadi, kulit, dan hilangnya rambut pada
ekstremitas.
c. Neuropathic ulcers dengan menggunakan Wagner scale
seperti pada pengkajian luka tekan ( pressure ulcer ).
Mengenai pengkajian luka meliputi cara mengkaji,
mendokumentasikan lokasi dan gambaran luka serta area
disekitar luka.
a. Lokasi
Pengkajian diawali dengan mengamati lokasi misalkan
terdapat sepuluh jahitan diarea keadran kanan bawah.
b. Ukuran
Ukuran luka mengacu pada panjang sejajar dari kepala ke
kaki dan lebar sejajar dengan potongan horizontal badan.
c. Gambaran umum luka
Pengkajian dan dokumentasi gambaran luka meliputi warna,
bau, cairan yang keluar, dari luka serta gambaran area
sekitarnya. Lakukan inspeksi dan palpasi khususnya daerah
sekitar luka.
1. Inspeksi : -Penampilan luka, kaji tanda penyembuhan luka
-Adanya perdarahan
-Pinggiran luka terikat/melekat bersama
-Adanya gejala inflamasi ( rubor, kolor, dolor,
tumor, functiolesa)
-Kedalaman luka
-Luas luka
-Tempat luka
-Produksi cairan
-Bau dan warna cairan
2. Palpasi : -Kedalaman luka
-Nyeri
-Pembengkakan
d. Nyeri
Pengkajian dan dokumentasi nyeri daerah luka meliputi
intensitas nyeri dan perubahan intensitas nyeri dikaitkan
dengan perubahan yang ada pada luka. Luka incisi post
operasi biasanya masih dirasakan sampai hari ke tiga.
e. Data Laboratorium
Pemeriksaan kultur drainase luka dikerjakan untuk
menentukan apakah luka mengalami infeksi atau tidak serta
untuk mengetahui organisme penyebab infeksinya. Infeksi
dapat diketahui dari adanya peningkatan jumlah leukosit.
Penurunan leukosit mengindikasikan resiko terhadap infeksi.
Pemeriksaan albumin dilakukan untuk menentukan
perkembangan penyembuhan luka.
Pemeriksaan laboraturium :
1. Hb
2. Produksi cairan luka
3. Leukosit
4. Koagulasi
5. Protein dan glukosa
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosis keperawatan pada pasien yang mengalami luka difokuskan
pada upaya pencegahan terjadinya komplikasi dan peningkatan proses
penyembuhan.
Berikut ini contoh diagnosis keperawatan menurut NANDA :
No S P E
1 -Melaporkan rasa sakit Nyeri akut( pasopersi -gg/ luka pada kulit/
( skala nyeri) intervensi bedah) jaringan/integritas otot
-Perubahan tonus otot. dan trauma
Wajah menunjukan musculosketal
rasa sakit -Adanya
-Pemfokuskan diri selang/saluran
-Distraktif/perilaku
protektif
2 Resiko tinggi terhadap -Kulit yang rusak.
infeksi Trauma jaringan
_ -Prosedur invasive,zat
pathogen/kontaminan
Kolaborasi
Intervensi Rasionalisasi
Analgesik IM Segera mencapai pusat rasa sakit,
efektif dengan dosis kecil. IM butuh
waktu lama dan tergantung tingkat
absorpsi.
Analgesik dikontrol pasien (ADP ) Sangat efektif untuk pascaopersi, dosis
kecil, instruksi harus detil dan dipantau
ketat
Anestesi local, misal : blok epidural Mungkin diinjeksikan ke lokasi opersi
yang tetap terlindung pada
pascaoperasi yang segera untuk
mencegah rasa sakit
Kolaborasi
Intervensi Rasionalisasi
Dapatkan spesimen darah cairan luka Identifikasi terhadap portal entri dan
mikroorganisme, penting dalam
pengobatan
Berikan obat antiinfeksi sesuai Dapat membasmi bakteri/memberi
pentujuk imun sementara untuk mengulangi
infeksi
Bantu dengan/siapkan insisi dan Memberikan kemudahan untuk
drainase luka, irigasi, penggunaan memindahkan material purulen/jaringan
sabun hangat/lembab sesuai indikasi nekrotik
Kolaborasi
Intervensi Rasionalisme
Gunakan korset pada daerah luka jika Memberi pergencangan tambahan
perlu pada insisi beresiko tinggi (pada pasien
obesitas)
Berikan es pada daerah luka jika perlu Mencegah edema
Irigrasi luka, dendan debrideman Membuang jaringan mati/eksidat
sesuai kebutuhan
Kolaborasi
Intervensi Rasionalisasi
Diskusikan adanya berbagai sumber, Untuk membantu adaptasi lebih lanjut,
contoh : konseling psikiantrik, terapi pengoptimalan, dan rehabilitasi.
kejuruan.
20
mengumpulkan energi untuk
kesembuhan.
Beri pengertian diet nutrisi dan cairan Untuk regenerasi/ penyembuhan
adekuat. jaringan, mengurangi perfusi jaringan,
dan meningkatkan fungsi organ.
Tekankan pentingnya kunjungan Untuk memantau perkembangan
lanjutan. penyembuhan dan evaluasi keefektifan
regimen.
Libatkan orang terdekat dalam Memberi sumber info tambahan.
pengajaran, menyediakan intruksi
tertulis/ materi pengajaran.
Identifikasi sumber info lain, seperti Mendukung penyembuhan pasien,
layanan perawatan dirumah, kunjungan memberi evaluasi tambahan pada
perawat, terapi diluar, nomor telepon kebutuhan kebutuhan yang sedang
untuk saling berhubungan dan berjalan/ perhatian baru.
bertanya.
DAFTAR PUSTAKA
Disusun Oleh :
ILHAM ROHMAT FEBRIAN
4. Frekuensi jantung
Dengan meningkatnya frekuensi jantung akan memperberat
pekerjaan jantung.
D. Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada sistem
sirkulasi
1. Arteriosklerosis yaitu pengerasan pembuluh nadi karena endapan
lemak berbentuk plak (kerak) yaitu jaringan ikat berserat dan sel-sel
otot polos yang di infiltrasi oleh lipid (lemak).
2. Emboli yaitu tersumbatnya pembuluh darah karena benda yang
bergerak.
3. Anemia atau biasa disebut penyakit kurang darah yaitu rendahnya
kadar haemoglobin dalam darah atau berkurangnya jumlah eritrosit
dalam darah.
4. Varises yaitu pelebaran pembuluh darah.
5. Thrombus yaitu tersumbatnya pembuluh darah karena benda yang
tidak bergerak.
6. Hemofili yaitu kelainan darah yang menyebabkan darah sukar
membeku (diturunkan secara hereditas).
7. Leukemia (kanker darah) yaitu peningkatan jumlah eritrosit secara
tidak terkendali.
8. Erithroblastosis fetalis yaitu rusaknya eritrosit bayi/janin akibat
aglutinasi dari antibodi yang berasal dari ibu.
9. Thalasemia yaitu anemia yang diakibatkan oleh rusaknya gen
pembentuk haemoglobin yang bersifat menurun.
10. Hipertensi atau tekanan darah tinggi terjadi akibat arteriosklerosis.
11. Hemoroid (ambeien) pelebaran pembuluh darah di sekitar dubur.
1. Riwayat keperawatan
a. Keluhan utama
b. Riwayat kesehatan sekarang
c. Riwayat kesehatan dahulu
d. Riwayat kesehatan keluarga
2. Pemeriksaan fisik: data focus
a. Aktivitas istirahat
Gejala : Kelelahan umum, kelemahan, letih, nafas pendek, gaya
hidup
Tanda :
- Frekuensi jantung meningkat
- Perubahan trauma jantung (takipnea)
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi ateros klerosis, penyakit jantung
koroner / katup dan penyakit screbiovakuolar, episode palpitasi,
perpirasi.
Tanda :
- Kenaikan tekanan darah (pengukuran serial dan kenaikan
TD diperlukan untuk menaikkan diagnosis.
- Hipotensi postural (mungkin berhubungan dengan regimen
otak).
- Nada denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis.
- Denyut apical : Pm, kemungkinan bergeser dan sangat kuat.
- Frekuensi/irama : Tarikardia berbagai distrimia.
- Bunyi, jantung terdengar S2 pada dasar S3 (CHF dini)
S4 (pengerasan vertikel kiri / hipertrofi vertical kiri).
c. Integritas ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi eufuria
atau jarah kronis (dapat mengidentifikasi kerusakan serebral ) faktor-
faktor inulhfel, hubungan keuangan yang berkaitan dengan
pekerjaan.
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontiniu
perhatian, tangisan yang meledak, gerak tangan empeti otot muka
tegang (khususnya sekitar mata) gerakkan fisik cepat, pernafasan
mengelam peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal sakit ini atau yang lalu
e. Makanan/Cairan
Gejala : Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan
tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolestrol, mual, muntah, perubahan
berat badan (meningkatkan/menurun) riwayat pengguna diuretik.
Tanda :
- Berat badan normal atau obesitas
- Adanya edema (mungkin umum atau tertentu)
- Kongestiva
- Glikosuria (hampir 10% hipertensi adalah diabetik).
f. Neurosensori
Gejala :
- Keluhan pening/pusing
- Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan
menghilang secara spontan setelah beberapa jam)
- Episode kebas dan kelemahan pada satu sisi tubuh
- Gangguan penglihatan
- Episode epistaksis
Tanda : - Status mental perubahan keterjagaan orientasi, pola isi
bicara, efek, proses fikir atau memori.
g. Nyeri/Ketidak nyamanan
Gejala :
- Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung)
- Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudikasi
- Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi
sebelumnya
- Nyeri abdomen / massa
h. Pernapasan
Gejala :
- Dispenea yang berkaitan dengan aktivitas kerja
- Riwayat merokok, batuk dengan / tanpa seputum
Tanda:
- Distres respirasi
- Bunyi nafas tambahan
- Sianosis
i. Keamanan
Gejala :
- Gangguan koordinas / cara berjalan
- Hipotesia pastural
Tanda :
- Frekuensi jantung meningkat
- Perubahan trauma jantung (takipnea)
j. Pembelajaran/Penyebab
Gejala : Faktor resiko keluarga : hipertensi, aterosporosis,
penyakit jantung, DM
3. Pemeriksaan penunjang
a. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
b. Pemeriksaan retina
c. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ
seperti ginjal dan jantung
d. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
e. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
f. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal,
pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urine.
g. Foto dada dan CT scan
C. Perencanaan
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Penurunan curah jantung NOC : NIC :
b/d gangguan irama jantung, Cardiac Pump Evaluasi adanya nyeri da d
stroke volume, pre load dan effectiveness Catat adanya disritmia jan
afterload, kontraktilitas Circulation Status Catat adanya tanda dan g
jantung. Vital Sign Status penurunan cardiac putput
Tissue perfusion: Monitor status pernafasan
DO/DS: perifer menandakan gagal jantung
Aritmia, takikardia, Setelah dilakukan asuhan Monitor balance cairan
bradikardia selama … x 24 jam Monitor respon pasien ter
Palpitasi, oedem penurunan kardiak output efek pengobatan antiaritmia
Kelelahan klien teratasi dengan kriteria Atur periode latihan dan is
Peningkatan/penurun hasil: untuk menghindari kelelahan
an JVP Tanda Vital Monitor toleransi aktivitas
Distensi vena dalam rentang normal Monitor adanya dyspneu,
jugularis (Tekanan darah, Nadi, tekipneu dan ortopneu
Kulit dingin dan respirasi) Anjurkan untuk menurunk
lembab Dapat stress
Penurunan denyut mentoleransi aktivitas, Monitor TD, nadi, suhu, d a
nadi perifer tidak ada kelelahan Monitor VS saat pasien
Oliguria, kaplari refill Tidak ada berbaring, duduk, atau berdiri
lambat edema paru, perifer, dan Auskultasi TD pada kedua
Nafas pendek/ sesak tidak ada asites dan bandingkan
nafas Tidak ada Monitor TD, nadi, RR, seb
Perubahan warna penurunan kesadaran selama, dan setelah aktivitas
kulit AGD dalam Monitor jumlah, bunyi dan
Batuk, bunyi jantung batas normal jantung
S3/S4 Tidak ada Monitor frekuensi dan ira m
Kecemasan distensi vena leher pernapasan
Warna kulit Monitor pola pernapasan
normal abnormal
Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing tr
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistol
Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
Jelaskan pada pasien tuju
pemberian oksigen
Sediakan informasi untuk
mengurangi stress
Kelola pemberian obat ant
aritmia, inotropik, nitrogliserin
vasodilator untuk mempertah
kontraktilitas jantung
Kelola pemberian antikoag
untuk mencegah trombus per
Minimalkan stress lingkun
DAFTAR PUSTAKA
Ganong, W.F. (1998). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 17. Jakarta: Penerbit
buku kedokteran
Guyton, A.C. (1991). Buku Teks Fisiologi Kedokteran. Alih Bahasa Adji
Dharmadan P. Lukmanto. Jakarta: EGC
Hidayat, A. A. (2009). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika
Sherwood, L. (2001). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi Kedua.
Penerbit: ECG
Sloane, E. (2007). Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia. Jakarta: Penerbit buku
kedokteran
LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA : NUTRISI
Disusun Oleh :
ILHAM ROHMAT FEBRIAN
Elemen Nutrisi
Menurut Tarwoto, Wartonah (2006), Elemen nutrient/zat gizi terdiri atas:
2
1. Karbohidrat.
2. Protein.
3. Lemak.
4. Vitamin.
5. Mineral.
6. Air.
Karbohidrat, lemak, dan protein disebut energi nutrient karena
merupakan sumber energi dari makanan; sedangkan vitamin, mineral, dan air
merupakan substansi penting untuk membangun, mempertahankan, dan
mengatur metabolisme jaringan tubuh.Fungsi zat gizi adalah:
1. Sebagai penghasil energi bagi fungsi organ, gerakan, dan kerja
fisik.
2. Sebagai bahan dasar untuk pembentukan dan perbaikian jaringan.
3. Sebagai pelindung dan pengatur.
1. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama. Hampir 80%
energi dihasilkan dari karbohidrat. Setiap 1 gram karbohidrat
mengahasilkan 4 kilokalori (kkal). Karbohidrat yang disimpan dalam hati
dan otot berbentuk glikogen dengan jumlah yang sangat sedikit.
Glikogen adalah sintesis dari glukosa. Pemecahan energi selama masa
istirahat/puasa. Kelebihan energi karbohidrat berbentuk asam lemak.
a. Jenis karbohidrat
Berdasarkan susunan kimianya karbohidrat digolongkan
menjadi tiga jenis yaitu monosakarida, disakarida, dan polisakarida.
1) Monosakarida
Monosakarida merupakan jenis karbohidrat yang paling
sederhana dan merupakan molekul yang paling kecil. Dalam
bentuk ini molekul dapat langsung diserap oleh pembuluh
darah. Jenis dari monosakarida adalah glukosal dektrosa yang
banyak terdapat pada buah-buahan dan sayuran, fruktosa
banyak terdapat pada buah, sayuran, madu, dan galaktosa
yang berasal dari pecahan disakarida.
2) Disakarida
Jenis disakarida adalah sukrosa, maltose, dan laktosa.
Sukrosa dan maltose banyak pada makanan nabati,
sedangkan laktosa yaitu merupakan jenis gula dalam air susu
baik susu ibu maupun susu hewan.
3) Polisakarida
Merupakan gabungan dari beberapa molekul monosakarida.
Jenis polisakarida adalah zat pati, glikogen, dan selulosa.
b. Fungsi karbohidrat
1) Sumber energi yang murah.
2) Sumber energi utama bagi otak dan saraf.
3) Membuat cadangan tenaga tubuh.
4) Pengaturan metabolisme lemak.
5) Untuk efesiensi penggunaan protein.
6) Memberikan rasa kenyang.
c. Sumber karbohidrat
Sumber karbohidrat umumnya adalah makanan pokok,
umumnya berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti beras, jagung,
kacang, sagu, singkong, dan lain-lain. Sedangkan pada karbohidrat
hewani berbentuk glikogen.
d. Metabolisme karbohidrat
Proses dari makanan sampai dapat digunakan oleh tubuh
melalui pencernaan, absorpsi, dan metabolisme.
e. Metabolisme karbohidrat
Proses dari makanan sampai dapat digunakan oleh tubuh
melalui pencernaan, absorpsi, dan metabolisme.Pencernaan adalah
memecahkan makanan menjadi bagian yang lebih kecil dan dapat
diabsorpsi melalui cairan tubuh. Mekanisme pencernaan bisa secara
mekanik maupun secara kimia. Pencernaan secara mekanik
melibatkan fungsi saraf dan otot untuk memindahkan makanan dalam
saluran pencernaan melalui kontraksi otot, pencernaan secara kimia
melalui tipe sekresi yang diproduksi pada saluran pencernaan. Ada 4
tipe produk sekresi yang dapat membantu pencernaan yaitu enzym
yang spesifik, Hcl, mucus, air, dan elektrolit.
Zat gizi diabsorpsi oleh usus kecil dan bagian proksimal usus
besar metabolisme karbohidrat mengandung tiga proses :
1) Perubahan dari katabolisme glikogen menjadi glukosa, kabon
dioksida, dan air disebut Glikogenolisis.
2) Perubahan dari anabolisme glukosa menjadi glikogen disebut
Glikogenesis.
3) Perubahan dari asam amino dan gliserol menjadi glukosa disebut
Glukoneogenesis.
f. Masalah-masalah yang terkait dengan karbohidrat
Penyakit Kurang Kalori dan Protein (KKP) atau Protein Energi
Malnutrisi (PEM) dan penyakit kegemukan karena ketidakseimbangan
antara asupan dengan energi yang dibutuhkan. Penyakit akibat
gangguan metabolisme karbohidrat tampak pada Diabetes Mellitus.
2. Protein
Protein berfungsi sebagai pertumbuhan, mempertahankan dan
mengganti jaringan tubuh. Setiap 1gram protein menghasilan 4 kkal.
Bentuk sederhana dari protein adalah asam amino. Asam amino disimpan
dalam jaringan dalam bentuk hormone dan enzim. Asam amino esensial
tidak dapat disintesis dalam tubuh tetapi harus didapat dari makanan.
Jenis asam amino esensial diantaranya lisin, triptofan, fenilalanin,
leusin.Berdasarkan susunan kimianya, protein dapat dibagi menjadi tiga
golongan yaitu:
a) Protein sederhana
Jenis protein ini tidak berkaitan dengan zat lain, misalnya abumin dan
globulin.
b) Protein bersenyawa
Protein ini dapat membentuk ikatan dengan zat lain seperti glikogen
membentuk glikoprotein, dengan hemoglobin membentuk
kromoprotein.
c) Turunan atau devirat dari protein
Termasuk dalam turunan protein adalam albuminosa, pepton, dan
gelatin.
a. Fungsi Protein
1) Untuk keseimbangan cairan yaitu dengan meningkatkan tekanan
osmotik koloid, keseimbangan asam.
2) Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan.
3) Pengaturan metabolisme dalam bentuk enzim dan homon.
4) Sumber energi di samping karbohidrat dan lemak.
5) Dalam bentuk kromosom, protein berperan sebagai tempat
menyimpan dan meneruskan sifat-sifat keturunan dalam bentuk
genes.
b. Sumber Protein
1) Protein hewani yaitu protein yang berasal dari hewan seperti susu,
daging, telur, hati, udang, ikan, kerang, ayam, dan sebagainya.
2) Protein nabati yaitu protein yang berasal dari tumbuhan seperti
jagung, kedelai, kacang hijau, terigu, dan sebagainya.
c. Metabolisme Protein
Jika makanan yang sudah berada dalam lambung, maka akan
dikeluarkan enzim protease yaitu pepsin. Pepsin mengubah protein
menjadi albuminosa dan pepton. Albuminosa dan pepton di dalam
usus halus diubah menjadi asam-asam amino dengan bantuan enzim
tripsin dari pankreas dan selanjutnya diserap atau berdisfusi ke aliran
darah yang menuju ke hayi. Asam-asam amino disebar oleh hati ke
jaringan tubuh untuk mengganti sel-sel yang rusak dan sebagian
digunakan untuk membuat protein darah. Karena protein dapat larut
dalam air sehingga umumnya dapat dicerna secara sempurna
sehingga hampir tidak tersisa protein makanan dalam feses.
Asam amino yang tidak dapat digunakan ditranspor kembali ke
hati kemudian dilepaskan ikatan nitrogennya seghingga terpecah
menjadi dua macam zat yaitu asam organik dan amoniak (NH3).
Amoniak dibuang melalui ginjal, sedangkan asam organic
dimanfaatkan sebagai sumber energi.
Faktor-faktor yang memengaruhi kebutuhan protein di antaranya:
1) Berat badan individu.
2) Aktivitas.
3) Keadaan pertumbuhan, bayi: 3gr/kg BB, anak-anak: 1,75-
2,5gr/kg BB, dan pada remaja sampai dengan lanjut usia:
1,25-1,75gr/kg BB.
4) Pada wanita hamil ditambah 10gr/hari.
5) Pada ibu menyusui ditambah 20gr/hari.
6) Keadaan/kondisi kesehatan.
3. Lemak
Lemak atau lipid merupakan sumber energi paling besar.
Berdasarkan ikatan kimianya lemak dibedakan menjadi:
a) Lemak murni yaitu lemak yang terdiri atas asam lemak dan gliserol.
b) Zat-zat yang mengandung lemak misalnya fosfolipid yaitu ikatan
lemak dengan garam fosfor, glikolipid yaitu ikatan lemak dengan
glikogen.
a. Fungsi lemak
1) Memberikan kalori, di mana setiap 1 gram lemak dalam peristiwa
oksidasi akan memberikan kalori sebanyak 9 kkal.
2) Melarutkan vitamin sehingga dapat diserap oleh dinding usus.
3) Memberikan asam-asam lemak esensial.
b. Sumber lemak
Menurut sumbernya lemak berasal dari nabati dan hewani.
Lemak nabati mengandung lebih banyak asam lemak tak jenuh
seperti yang terdapat pada kacang-kacangan, kelapa, dan lain-lain.
Sedangkan lemak hewani banyak mengandung asam lemak jenuh
dengan rantai panjang seperti pada daging sapi, kambing, dan lain-
lain.
c. Metabolisme lemak
Pencernaan lemak dimulai dari lambung dengan bantuan
enzim lipase yang berasal dari pankreas. Di dalam duodenum
trigliserida dipecah menjadi diglyserida, monoglysakarida, dan asam
lemak bebas dengan bantuan lipase. Asam lemak bebas rantai
panjang tidak larut dalam air tetapi berkaitan dengan garam-garam
empedu dan dapat larut (emulsi). Lemak kemudian diserap ke darah
menuju ke hati. Di dalam hati sebagian digunakan untuk energi,
sebagian diubah menjadi zat keton, dan sebagian lagi disimpan dalam
bentuk lemak badan. Apabila tubuh kehabisan glikogen maka lemak
badan akan diambil kembali. Mula-mula lemak badan menjadi
fosfolipid, kemudian dalam hati dalam bentuk lemak bebas, jika dalam
makanan terdapat kelebihan karbohidrat atau lemak dari kebutuhan
tubuh maka kelebihan tersebut disimpan sebagai cadangan tenaga.
Lemak cadangan disimpan disekitar jantung, paru-paru, ginjal, dan
alat tubuh yang lain. Simpanan lemak dalam tubuh digunakan
sebagai:
1) Cadangan tenaga/energi.
2) Bantalan bagi alat-alat tubuh seperti ginjal, biji mata.
3) Mempertahankan panas tubuh.
4) Perlindungan tubuh terhadap trauma, zat-zat kimia berbahaya.
5) Membentuk postur tubuh.
4. Mineral
Mineral adalah elemen anorganik esensial untuk tubuh karena
perannya sebagai katalis dalam reaksi biokimia. Mineral dapat
diklasifikasikan menjadi makromineral yaitu jika kebutuhan tubuh 100mg
atau lebih; dan mikromineral jika kebutuhan tubuh kurang dari 100mg.
Termasuk dalam makromineral adalah kalsium, magnesium fosfat
sedangkan yang termasuk dalam mikromineral adalah klorida, yodium,
iron, zinc.
Secara umum fungsi dari mineral adalah:
1) Membangun jaringan tulang.
2) Mengatur tekanan osmotik dalam tubuh.
3) Memberikan elektrolit untuk keperluan otot-otot dan saraf.
4) Membuat berbagai enzim.
5. Vitamin
Vitamin adalah sustansi organik, keberadaannya sangat sedikit
pada makanan dan tidak dapat dibuat dalam tubuh. Vitamin sangat
berperan dalam proses metabolisme karena fungsinya sebagai
katalisator. Vitamin dapat dikasifikasikan menjadi:
1) Vitamin yang larut dalam air: Vitamin B kompleks, B1, B2, B3, B12,
folic acid, serta vitamin C.
2) Vitamin yang larut dalam lemak: Vitamin A, D, E, K.
Fungsi utama vitamin adalah untuk pertumbuhan, perkembangan,
dan pemeliharaan kesehatan.
6. Air
Air adalah komponen tubuh yang sangat penting karena fungsi sel
bergantung pada lingkungan air.Air membentuk 60-70% berat tubuh total.
Persentase air dalam seluruh tubuh lebih besar untuk orang kurus
daripada orang yang obesitas karena otot terdiri atas lebih banyak air
daripada jaringan yang lain, kecuali darah. Bayi memiliki persentase total
air yang paling besar dalam tubuh, dan lansia memiliki persentase total
air yang paling sedikit. Saat kehilangan air, seseorang tidak akan mampu
bertahan hidup lebih dari beberapa hari.
Individu memenuhi cairan yang dibutuhkan dengan minum air dan
makan makanan yang tinggi air, seperti buah-buahan, dan sayur-sayuran
segar. Air juga di produksi selama proses pencernaan saat makanan
dioksidasi. Pada individu yang sehat, asupan cairan dari berbagai sumber
sama dengan keluaran cairan melalui eleminasi, respirasi dan keringat.
Seseorang yang sakit memiliki kebutuhan cairan yang
meningkat.Sebaliknya, seseorang yang sakit juga mengalami penurunan
kemampuan untuk mengekskresikan cairan yang menyebabkan
dibutuhkannya restriksi cairan.
Status Nutrisi
Tubuh membutuhkan bahan bakar untuk menyediakan energi
untuk metabolisme dan perbaikan sel, fungsi organ, pertumbuhan, serta
pergerakan tubuh.Laju metabolisme basal (Basal Metabolic Rate/ BMR)
adalah energi yang di butuhkan untuk memepertahankan aktivitas
kelangsungan hidup (bernapas, sirkulasi, denyut jantung, dan suhu) pada
periode waktu tertentu saat istirahat. Faktor-faktor seperti usia, berat
badan, jenis kelamin, demam, kelaparan, menstruasi, penyakit, cidera,
infeksi, tingkat aktivitas, atau fungsi tiroid dapat memengaruhi kebutuhan
energi. Penggunaan energi istirahat (Resting Energy Expenditure/ REE)
atau laju metabolisme istirahat adalah jumlah energi yang dibutuhkan
oleh individu selama 24 jam sehingga tubuh dapat mempertahankan
semua aktivitas kerja internal saat beristirahat. Faktor yang memengaruh
metabolisme adalah penyakit, kehamilan, laktasi, dan tingkat aktivitas. Di
rumah sakit, hitung kebutuhan energi dengan menghitung konsumsi
oksigen, produksi karbon dioksida, dan ekskresi nitrogen rata-rata pada
table metabolisme (Potter and Perry, 2010 :274).
Pemecahan makanan, pencernaan, absorpsi, dan asupan
makanan merupakan faktor penting dalam menentukan status
nutrisi(Wartonah Tarwoto, 2006 : 26-29).
Keseimbangan energi
Energi adalah kekuatan untuk bekerja. Manusia membutuhkan
energi untuk terus-menerus berhubungan dengan lingkungannya.
6 Keadaaan sakit
Pada orang sakit suhu tubuh meningkat. Peningkatan suhu
tersebut akan mempercepat reaksi kimia, di mana peningkatan
1derajat celcius akan meningkatkan Bmr sebanyak 14%.
7 Keadaan hamil
Konsumsi oksigen pada orang hamil meningkat untuk memenuhi
kebutuhan dan pertumbuhan janin, sehingga metabolisme juga
akan meningkat.
8 Keadaan stres dan ketegangan
Keadaan stres dan keterangan akan merangsang produksi
katekolamin yang mempunyai efek peningkatan metabolisme.
Karakteristik status nutrisi ditentukan dengan adanya Body
Mass Index (BMI) dan Ideal Body Weight (IBW).
1 Body Mass Index (BMI)
Merupakan ukuran dari gambaran berat badan seseorang
dengan tinggi badan. BMI dihubungkan dengan total lemak dalam
tubuh dan sebagai panduan untuk mengkaji kelebihan berat
badan (over weight) dan obesitas.
Rumus BMI diperhitungkan:
BB ( Kg ) BB ( pon ) x
TB ( M ) atau 704,5
2
2 Ideal Body Weight TB (inci)
(IBW)
Merupakan perhitungan berat badan optimal dalam fungsi
tubuh yang sehat. Berat badan ideal adalah jumlah tinggi dalam
sentimeter dikurangi dengan 100 dan dikurangi 10% dari jumlah
itu.
Kegiatan yang membutuhkan energi, antara lain:
1) Vital kehidupan, pernapasan sirkulasi darah, suhu tubuh, dan
lain-lain.
2) Kegiatan mekanik otot.
3) Aktivitas otot dan saraf.
4) Energi kimia untuk membangun jaringa, enzim, dan hormon.
5) Sekresi cairan pencernaan.
6) Absorpsi zat-zat gizi di saluran pencernaan.
7) Pengeluaran hasil metabolisme
6) Hipertensi
Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh
berbagai masalah pemenuhan kebutuhan seperti penyebab dari
obesitas, serta asupan kalsium, natrium dan gaya hidup yang
berlebihan.
7) Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung coroner merupakan gangguan nutrisi yang sering
disebabkan oleh adanya peningkatan kolesterol darah dan merokok.
Gangguan ini sering dialami karena adanya perilaku atau gaya hidup
yang tidak sehat, obesitas, dan lain-lain.
8) Kanker
Kanker merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang disebabkan oleh
konsumsi lemak secara berlebihan.
9) Anoreksia Nervosa
Anoreksia Nervosa merupakan penurunan berat badan secara
mendadak dan berkepanjangan, ditandai dengan adanya konstipasi,
pembengkakan badan, nyeri abdomen, kedinginan, letargi, dan
kelebihan energi.
C. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemerikasaan diagnose dapat dilakukan melalui pemeriksaan
laboratorium dengan ketentuan nilai normal yakni sebagai berikut:
Albumin (N: 4-5,5 mg/100 ml).
Ransferin (N: 170-25 mg/100 ml).
Hb (N: 12 mg %).
BUN (N: 10-20 mg/100 ml).
Ekskresi kreatinin untuk 24 jam (N: laki-laki: 0,6-1,3 mg/100 ml,wanita:
0,5- 1,0 mg/100 ml).
D. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pelaksanaan (Tindakan) yang dapat dilakukan pada klien yang
mengalami ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah
sebai berikut:
1. Pemberian Nutrisi Melalui Oral
Pemberian nutrisi melalui oral merupakan tindakan keperawatan yang
dilakukan pada pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi
secara sendiri dengan cara membantu memberikan makan/nutrisi melalui
oral (mulut), bertujuan memenuhi kebutuhan nutrisi pasien dan
membangkitkan selera makan pada pasien.
2. Pemberian Nutrisi Melalui Pipa Penduga/Lambung
Pemberian nutrisi melalui pipa penduga/lambung merupakan
keperawatan yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu memenuhi
kebutuhan nutrisi secara oral atau tidak mampu menelan dengan cara
memberi makanan melalui pipa lambung atau pipa penduga. Tujuannya
adalah untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
1. Tinggi badan
Pengukuran tinggi badan pada individu dewasa dan alita
dilakukan dalamposisi berdiri tanpa alas kaki, sedangkan pada
bayi pada posisi terbaring. Satuan tinggi badan adalah cm atau
inchi.
2. Berat badan
Alat ukur berat badan yang lazim digunakan adalah timbangan
manual, meskipun ada alat ukur yang mengunakan sistem digital
elektrik. berat badan yang ideal: (TB-100)± 10% atau 0.9 x (tinggi
badan – 100). Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengukur
berat badan:
a) Alat ukur skala ukur yang digunakan tetap sama setiap kali
menimbang
b) Menimbang tanpa alas kaki
c) Pakaian diusahakan tidak tebal dan relatif sama beratnya
setiap kali menimbang
d) Waktu (jam) penimbangan relatif sama, misalnya sebelum
dan sesudah makan.
3. Tebal lipatan kulit
Bertujuan untuk menentukan presentase lemak pada tubuh,
mengkaji kemungkinan malnutrisi, berat badan normal, atau
obesitas. Area yang sering digunakan untuk pengukuran ini adalah
lipatan kulit trisep (trisep skinfold [TSF] skapula, dan
suprailiaka.Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran
antara lain:
a) Anjuran klien unutk membuka baju guna mencegah
kesalahan pada hasil pengukuran.
b) Perhatikan selalu privasi dan rasa nyaman klien
c) Dalam pengukuran TSF, utamakan lengan klien yang tidak
dominan
d) Pengukuran TSF dilakukan pada titik tengah lengan atas,
antara akronim dan olekranon
e) Klien dianjurkan untuk rileks saat pengukuran
f) Alat ukur yang digunakan adalah kapiler.
g) Nilai normal wanita : 16,5-18 cm
Pria : 12,5-16,5cm
h) Lingkar Tubuh
Umumnya area tubuh yang digunakan untuk pengukuran
ini kepala, dada, dan otot bagian lengan atas (LILA).
b. Biochemical data
Pengkajian status nutrisi klien ditunjang dengan pemeriksaan
laboratorium. Klien diperiksa darah dan urinnya yang meliputi
pemeriksaan hemoglobin, hemaktokrit, albumin. Albumin berfungsi
untuk memelihara kesembangan cairan dan elektrolit serta untuk
transportasi nutrisi dan hormone.
1. Hemoglobin normal
Pria : 13-16 g/dl
Wanita : 12-14 g/dl
2. Hematokrit normal
Pria : 40-48 vol %
Wanita : 37-43 vol%
3. Albumin normal
Pria dan wanita: 4-5,2 g/dl
c. Clinical sign of nutrional status
Klien dengan maslah nutrisi akan memperhatikan tanda-tanda
abnormal tersebut bukan saja pada organ-organ fisiknya tetapi juga
fisiologisnya. Tanda-tanda klinik untuk mengetahui status individu:
3. Maramus
Sindrom akibat defisiensi calorie d protein. Defisiensi kalori
dan protein berakibat: kelaparan, hilangnya jaringan-jaringan
tubuh, BB < dari normal, diarePCM juga berakibat kurang baiknya
penanganan klien selama menjalani proses perawatan di berbagai
fasilitas kesehatan
4. Obesitas
Status obesitas dapat ditegakkan apabila berat badan lebih
dari normal (20-30%>normal)
5. Over weight
Suatu keadaan berat badan 10% melebihi berat badan
ideal
d. Dietery history
Masyarakat pada umumnya pernah melakukan diet. Akan tetapi
cara ini hanya merangsang pengeluaran cairan, bukan perubahan
kebiasaan makanan (Moore Courney, Mary, 1997). Pola makan dan
kebiasaan makan dipengaruhi oleh budaya, latar belakang, status sosial
ekonomi, aspek psikologi. Faktor yang perlu dikaji dalam riwayat
konsumsi nutrisi/diet klien:
Pola diet/makan Vegetarian, tidak makan ikan laut, dll
Pengetahuan tentang nutrisi Penentuan tingkat pengetahuan klien mengenai
kebutuhan nutrisi
Kebiasaan Makanan MI melihat bersama-sama, makan sambil
mendengarkan musik, makan sambil melihat
televisi
Makanan kesukaan Suka makan lalap, suka sambel, suka coklat, suka
roti
Pemasukan cairan Jumlah cairan tiap hari yang diminum, jenis
minuman, jarang minum
Problem diet Sukar menelan, kesulitan mengunyah
Tingkat aktivitas Jenis pekerjaan, waktu bekerja siang/malam, perlu
makanan tambahan atau tidak
Riwayat kesehatan/ Adanya riwayat penyakit diabetus melitus, adanya
pengkomsumsian obat alergi
E. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Intervensi Diagnosa : Defisit Nutrisi
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan … x 24
jam diharapkan masalah keperawatan defisit nutrisi
dapat teratasi dengan kriteria hasil:
1 Adanya peningkatan berat badan sesuai
dengan tujuan
2 Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
3 Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
4 Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
5 Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan
dari menelan
6 Tidak terjadi penurunan berat badan yang
berarti
Mandiri
a. Intervensi :Buat tujuan berat badan minimum dan kebutuhan
nutrisi harian.
Rasional :Malnutrisi adalah kondisi gangguan minat yang
menyebabkan depresi, agitasi, dan mempengaruhi
kondisi kognitif atau pengambilan keputusan.
Perbaikan status nutrisi meningkatkan kemampuan
berpikir dan kerja psikologis
b. Intervensi :Gunakan pendekatan konsisten. Duduk dengan
pasien saat
makan, sediakan dan buang makanan tanpa
persuasi dan/atau komentar.tingkatkan lingkungan
yang nyaman dan catat masukan.
Rasional :Pasien mendeteksi pentingnya dan dapat bereaksi
terhadap tekanan. Komentar apapun yang dapat
terlihat sebagai paksaan memberikan focus pada
makanan. Bila staf berespons secara konsisten,
pasien dapat mulai memepercayai respons staf.
c. Intervensi :Buat pilihan menu yang ada dan diizinkan pasien
untuk
mengontrol pilihan sebanyak mungkin.
Rasional :Pasien yang meningkat kepercayaan dirinya dan
merasa mengontrol lingkungan lebih suka
menyediakan makanan untuk makan.
d. Intervensi :Sadari pilihan – pilihan makanan rendah
kalori/minuman,
menimbun makanan, membuang makanan dalam
berbagai tempat seperti saku atau kantung
pembuangan.
Rasional :Pasien akan mencoba menghindari mengambil
makanan bila tampak mengandung banyak kalori
dan mau makan lama untuk menghindari makan.
e. Intervensi :Pertahankan jadwal penimbangan berat badan
teratur , seperti
Minggu, Rabu, Jumat sebelum makan pagi pada
pakaian yang sama, dan gamnbaran hasilnya.
Rasional :Memberikan catatan lanjut penuruanan dan/atau
peningkatan berat badan yang akurat. Juga
menurunkan obsesi tentang peningkatan dan/atau
penurunan.
Kolaborasi
f. Intervensi :Berikan terapi nutrisi dalam program pengobatan
rumah sakit
sesuai indikasi.
Rasional : Pengobatan masalah dasar tidak terjadi tanpa
perbaikan status nutrisi. Perawatan di rumah sakit
memberikan control lingkungan dimana masukan
makanan, muntah/eliminasi ,obat , dan aktivitas
dapat dipantau.
g. Intervensi :Libatkan pasien dalam penyusunan /melakukan
program
perubahan prilaku. Berikan penguatan untuk
peningkatan berat badan seperti dinyatakan oleh
penentuan individu ; abaikan penurunan
Rasional :Memberikan situasi terstuktur untuk makan
sementara
memungkinkan pasien mengontrol beberapa
pilihan. Perubahan perilaku dapat efektif pada
kasus ringan atau untuk peningkatan berat badan
jangka pendek.