Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA TN. R


DENGAN DIAGNOSA TB PARU DI RUANG BOUGENVILE 2
RSUD CIAMIS

DISUSUN OLEH :
WITA NURMALA
NIM. 1490122104

PROGRAM PROFESI NERS PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS GALUH
TAHUN AKADEMIK
2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Oksigen merupakan salah satu kebutuhan yang diperlukan

dalam proses kehidupan karena oksigen sangat berperan dalam proses

metabolisme tubuh. Kebutuhan oksigen didalam tubuh harus terpenuhi

karena apabila berkurang maka akan terjadi kerusakan pada jaringan otak

dan apabila berlangsung lama akan menyebabkan kematian.

Proses pemenuhan kebutuhan oksigen pada manusia dapat dilakukan

dengancara pemberian oksigen melalui saluran pernafasan, pembebasan jal

an nafas dari sumbatan yang menghalangi masuknya oksigen, memulihkan

organ pernafasan agar berfungsi secara normal (Taqwaningtyas, Ficka

(2013) (Budyasih, 2014).

Oksigen merupakan salah satu unsur penting yang dibutuhkan oleh

tubuh bersama dengan unsur lain seperti hidrogen, karbon, dan nitrogen.

Oksigen merupakan unsur yang diperlukan oleh tubuh dalam setiap

menitke semua proses penting tubuh seperti pernapasan, peredaran, fungsi

otak, membuang zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh, pertumbuhan sel

dan jaringan, serta pembiakan hanya berlaku apabila terdapat banyak

oksigen.Oksigen juga merupakan sumber tenaga yang dibutuhkan untuk

metabolisme tubuh (Atoilah & Kusnadi, 2013).(Eki, 2017).

Oksigenasi merupakan proses penambahan oksigen (O2) ke dalam

sistem tubuh baik itu bersifat kimia atau fisika. Oksigen ditambahkan

kedalam tubuh secara alami dengan cara bernapas. Pernapasan atau

respirasi merupakan proses pertukaran gas antara individu dengan


lingkungan yang dilakukan dengan cara menghirup udara untuk

mendapatkan oksigen dari lingkungan dan kemudian udara dihembuskan

untuk mengeluarkan karbon dioksida ke lingkungan (Saputra, 2013).

Kebutuhan Oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan dasar

manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme tubuh dalam

mempertahankan kelangsungan hidup dan berbagai aktivitas sel tubuh

dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan oksigenasi dipengaruhi beberapa

factor seperti fisiologis, perkembangan, perilaku, dan lingkungan

(Ernawati, 2012).

B. Etiologi
Menurut Ambarwati (2014) dalam Eki (2017), terdapat beberapa

faktor yang dapat mempengaruhi kebutuhan oksigen, seperti faktor

fisiologis, status kesehatan, faktor perkembangan, faktor prilaku, dan

lingkungan.

1. Faktor Fisiologis

Gangguan pada fungsi fisiologis akan berpengaruh pada

kebetuhan oksigen seseorang. Kondisi ini dapat mempengaruhi fungsi

pernafasan diantaranya adalah :

a. Penurunan kapasitas angkut oksigen seperti pada pasien anemia atau

pada saat terpapar zat beracun.

b. Peurunan konsentrasi oksigen yang diinspirasi

c. Hipovolemia

d. Peningkatan laju metabolik


e. Kondisi lain yang mempengaruh pergerakan dinding dada seperti

kehamilan, obesitas, dan penyakit kronis.

2. Status Kesehatan

Pada individu yang sehat, sistem pernapasan dapat menyediakan

kadar opksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan

tetapi, pada individu yang sedang mengalami sakit tertentu, proses

oksigenasi dapat terhambat sehingga mengganggu pemenuhan

kebutuhan oksigen tubuh seperti gangguan pada sistem pernapasan,

kardiovaskuler dan penyakit kronis.

3. Faktor Perkembangan

Tingkat perkembangan juga termasuk salah satu faktor penting

yang mempengaruhi sistem pernapasan individu. Berikut faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi individu berdasarkan tingkat perkembangan.

a. Bayi prematur : kurangnya pembentukan surfaktan

b. Bayi dan todler : adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut

c. Anak usia sekolah dan remaja : risiko infeksi saluran pernapasan dan

merokok

d. Dewasa muda dan paruh baya : diet yang tidak sehat, kurang

aktivitas, dan stress yang mengakibatkan penyakit jantung, paru-

paru, dll.

e. Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan

kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas menurun, dan ekspansi paru

menurun.
4. Faktor Prilaku

Perilaku keseharian individu tentunya juga dapat mempengaruhi

fungsi pernapasan. Status nutrisi, gaya hidup, kebiasaan olahraga,

kondisi emosional, dan penggunaan zat-zat tertentu secara sedikit

banyaknya akan berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan oksigen

tubuh.

5. Lingkungan

Kondisi lingkungan juga dapat mempengaruhi kebutuhan

oksigen. Kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhi pemenuhan

oksigenasi, yaitu :

a. Suhu lingkungan

b. Ketinggian

c. Tempat kerja (polusi)

C. Fisiologi

1. Pernapasan Eksternal

Pernapasan eksternal (pernapasan pulmoner) mengacu pada

keseluruhan pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel

tubuh. Secara umum, proses ini berlangsung dalam langkah, yakni

ventilasi pulmoner , pertukaran gas elveolar, serta transpor oksigen dan

karbondioksida.

a. Ventilasi Pulmoner
Saat bernapas, udara bergantian masuk keluar paru melalui proses

ventilasi sehingga terjadi pertukaran gas antara lingkungan eksternal

dan alveolus. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor,

yaitu jalan nafas yang bersih, sistem saraf pusat dan sistem

pernapasan yang utuh, rongga toraks yang mampu mengembang dan

berkontraksi dengan baik, serta komplian paru yang adekuat.

b. Pertukaran gas elveolar

Setelah oksigen memasuki alveolus, proses pernapasan berikutnya

adalah difusi oksigen dari alveolus ke pembuluh darah oulmoner.

Difusi adalah pergerakan molekul dari area berkonsentrasi atau

bertekanan tinggi ke area berkonsentrasi rendah. Proses ini

berlangsung di alveolus dan membran kapiler yang dipengaruhi oleh

ketebalan membran serta perbedaan tekanan gas.

c. Transpor oksigen dan karbondioksida.

d. Tahap ketiga pada proses pernapasan adalah transport gas-gas

pernapasan pada proses ini, oksigen di angkut dari paru menuju

jaringan dan karbondioksida diangkut dari jaringan kembali menuju

paru.

2. Pernapasan Sistemik

Pernapasan internal mengacu pada proses metabolisme intrasel yang

berlangsung dalam mitokondria, yang menggunakan oksigen dan

menghasilkan karbondioksida selama proses penyerapan energi molekul


nutrien. Pada proses ini, darah yang banyak mengandung oksigen

dibawa keseluruh tubuh hingga mencapai kapiler sistemik.

D. Manifestasi Klinik

1. Suara napas tidak normal

2. Perubahan jumlah pernapasan

3. Batuk disertai dahak

4. Penggunaan otot tambahan pernapasan

5. Dispneu

6. Penurunan pengeluaran urin

7. Penurunan ekspansi paru

8. Takhipneu

E. Patofisiologi

faktor lingkungan, obstruksi jalan nafas,


fisiologi

Inflamasi saluran napas

Produksi mukus meningkat

Penyumbatan aliran udara

Pengembangan paru tidak Penurunan ventilasi


Jalan nafas tersumbat
optimal alveolus

O menurun dan CO meningkat


Pola napas tidak efektif Bersihan jalan napas
Gangguan pertukaran gas tidak efektif

F. Pemeriksaan Penunjang

G. Pemeriksaan fungsi
paru
H. Untuk mengetahui
kemampuan paru dalam
melakukan pertukaran
gas secara
I. efisien.
J. 2. Pemeriksaan gas
darah arteri
K. Untuk memberikan
informasi tentang
difusi gas melalui
membrane kapiler
L. alveolar dan
keadekuatan oksigenasi.
1. Pemeriksaan fungsi paru

Untuk mengetahuimkemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas

secara efisien

2. Pemeriksaan gas darah arteri

Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membran

kapiler alveolar dan keadekuatan oksigenasi

3. Oksimetri

Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler

4. Pemeriksaan sinar X dada

Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur dan proses-proses

abnormal

5. Bronkoskopi

Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel sputum yang

menghambat jalan nafas

6. Endoskopi

Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi

7. Fluoroskopi
Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal kerja jantung dan

kontraksi paru

8. CT-scan

Untuk mengetahui adanya massa abnormal

M. D. Pemeriksaan
Diagnostik
N. 1. Pemeriksaan fungsi
paru
O. Untuk mengetahui
kemampuan paru dalam
melakukan pertukaran
gas secara
P. efisien.
Q. 2. Pemeriksaan gas
darah arteri
R. Untuk memberikan
informasi tentang
difusi gas melalui
membrane kapiler
S. alveolar dan
keadekuatan oksigenasi.
T. 3. Oksimetri
U. Untuk mengukur
saturasi oksigen kapiler
V. 4. Pemeriksaan sinar
x dada
W. Untuk pemeriksaan
adanya cairan, massa,
fraktur, dan proses-
proses abnormal.
X. 5. Bronkoskopi
Y. Untuk memperoleh
sampel biopsy dan
cairan atau sampel
sputum/benda asing
Z. yang menghambat
jalan nafas.
AA. 6. Endoskopi
BB. Untuk melihat
lokasi kerusakan dan
adanya lesi.
CC. 7. Fluoroskopi
DD. Untuk mengetahui
mekanisme
radiopulmonal, misal:
kerja jantung dan
EE.kontraksi paru.
FF. 8. CT-Scan
GG. Untuk
mengintifikasi adanya
massa abnorma
H. Komplikasi

1. Hipoksemiaa

2. Hipoksia

3. Gagal napas

4. Perubahan pola naps

I. Penatalaksanaan

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011), terapi oksigen adalah

tindakan pemberian oksigen melebihi pengambilan oksigen melalui

atmosfir atau FiO2 > 21%. Tujuan terapi oksigen adalah mengoptimalkan

oksigenasi jaringan dan mencegah respirasi respiratorik, mencegah

hipoksia jaringan, menurunkan kerja napas dan kerja otot jantung, serta
mempertahankan PaO2 > 60 % mmHg atau SaO2 > 90%. Indikasi

pemberian oksigen dapat dilakukan pada :

1. Perubahan frekuensi atau pola napas

2. Perubahan atau gangguan pertukaran gas

3. Hipoksemia

4. Menurunya kerja napas

5. Menurunnya kerja miokard

6. Trauma berat

Kebutuhan oksigen dapat dipenuhi dengan menggunakan beberapa

metode, diantaranya adalah inhalasi oksigen (pemberian oksigen),

napas dalam dan batuk efektif serta penghisapan lendir (Abdullah,

2014).

a. Inhalasi oksigen merupakan tindakan keperawatan dengan

memberikan oksigen kedalam paru-paru melalui saluran pernapasan

dengan menggunakan alat bantu oksigen.

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011), terdapat dua sistem inhalasi

oksigen yaitu sistem aliran rendah dan sistem aliran tinggi.

1) Sistem aliran rendah

Sistem ini ditujukkan pada klien yang memerlukan oksigen dan

masih mampu bernapas sendiri dengan pola pernapasan yang

normal. Sistem ini diberikan untuk menambah konsentrasi udara

ruangan. Pemberian oksigen diantaranya menggunakan nasal


kanul, sungkup muka sederhana, sungkup muka dengan kantong

rebreathing dan sungkup muka dengan kantong non rebreathing.

a) Nasal kanula merupakan alat yang sederhana dan dapat

memberikan oksigen dengan aliran 1-6 liter/menit dan

konsentrasi oksigen sebesar 20-40 %.

b) Sungkup muka sederhana diberikan secara selang seling atau

dengan aliran 5-10 liter /menit dengan konsentrasi oksigen 40-

60 %.

c) Sungkup muka dengan kantong rebreathing memiliki kantong

yang terus mengembang baik pada saat inspirasi dan ekspirasi.

Pada saat pasien inspirasi, oksigen akan masuk dari sungkup

melalui lubang antara sungkup dan kantong reservoir,

ditambah oksigen dari udara kamar yang masuk dalam lubang

ekspirasi pada kantong. Aliran oksigen 8-10 liter/menit dengan

konsentrasi 60-80 %.

d) Sungkup muka dengan kantong non rebreathing mempunyai

dua katup, satu katup terbuka pada saat inspirasi dan tertutup

pada saat ekspirasi, dan satu katup yang fungsinya mencegah

udara masuk pada saat inspirasi dan akan membuka pada saat

ekspirasi. Pemberian oksigen dengan aliran 10-12 liter/menit

dengan konsentrasi 80-100 %.

2) Sistem aliran tinggi


Sistem ini memungkinkan pemberian oksigen dengan FiO2 lebih

stabil dan tidak terpengarui oleh tipe pernapasan, sehingga dapat

menambah konsentrasi oksigen yang lebihtepat dan teratur.

Contoh dengan sistem aliran nya tinggi adalah dengan ventury

mask atau sungkup mukan dengan ventury dengan aliran 2-15

liter/menit. Prinsip pemberian oksigen dngan ventury adalah

oksigen yang menuju sungkup diatur dengan alat yang

memungkinkan konsentrasi dapat diatur sesuai warna alat,

misalnya : warna biru 24 %, putih 28 %, jingga 31%, kuning

35%, merah 40%, dan hijau 60%.

b. Fisioterapi Dada

Tindakan keparawatan yang dilakukan dengan cara postural

drainase, clapping dan vibriting pada pasien dengan gangguan sistem

pernapasan. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan

efisiensi pola pernapasan dan membersihkan jalan napas (Eki, 2017).

1) Perkusi

Tindakan menepuk nepuk kulit tangan pada punggung pasien

yang menyerupai mangkok dengan kekuatan penuhyang

dilakukan secara bergantian dengan tujuan melepaskan sekret

pada dinding bronkus sehingga pernapasan menjadi lancar.

2) Vibrasi

Tindakan keperawatan dengan cara memberikan getaran yang

kuat dengan menggunakan kedua tangan diletakkan pada dada


pasien secara mendatar, tindakan ini bertujuan untuk

meningkatkan turbelensi udara yang dihembuskan sehingga

sputum yang ada dalam bronkus terlepas.

3) Postural drainase

Tindakan keperawatan mengeluarkan sekret dari berbagai segmen

paru dengan memanpaatkan gaya gravitasi bumi dan dalam

pengeluaran sekret tersebut dibutuhkan posisi berbeda pada setiap

segmen paru.

4) Napas dalam dan batuk efektif

Latihan napas dalam merupakan cara bernapas untuk

memperbaiki ventilasi alveolus atau memelihara pertukaran gas,

mencegah atelektasis, meningkatkan efisiensi batuk, dan

mengurangi stress, latihan batuk efektif merupakan cara untuk

melatih pasien untuk memiliki kemampuan batuk secara efektif

untuk membersihkan laring, trakea dan bronkiolus dari sekret di

jalan napas (Eki, 2017).

5) Penghisapan lendir

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang tidak

mampu mengeluarkan sekret untuk membersihkan jalan napas

dan memenuhi kebutuhan oksigen (Eki, 2017).

J. Pengkajian

1. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan

membantu dalam menentukan status kesehatan dan pola

pertahanan penderita , mengidentifikasikan,kekuatan dan kebutuha

n penderita yang dapat diperoleh melalui anamnese, pemeriksaanfis

ik, pemerikasaan laboratorium serta pemeriksaan penunjanglainnya

2. Anamnesa

1) Identitas Pasien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,

pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, 

nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis

2) Keluhan Utama

Batuk, sesak nafas, dahak tidak bisa keluar dan demam

tidakterlalu tinggi tiga hari yang lalu.

3) Riwayat kesehatan sekarang

Berisi tentang kapan terjadinya sesak nafas, penyebab

terjadinya sesak nafas, serta upaya yang telah dilakukan

oleh pasien untuk mengatasinya.

4) Riwayat kesehatan dahulu

Adanya riwayat sesak nafas atau penyakit-penyakit lain yang

ada kaitannya dengan pernafasan pada kasus terdahulu serta

tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang

biasa digunakan oleh penderita.


5) Riwayat kesehatan keluarga

Adanya riwayat sakit yang sama pada keluarga atau penyakit

lain yang berpotensi menurun atau menular pada anggota

keluarga lain.

6) Riwayat Psikososial

Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi

yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta

tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.

3. Pemeriksaan Fisik

1) Status kesehatan umum

Meliputi keadaan pasien, kesadaran, suara bicara,

tinggi badan, berat badan dan tanda -tanda vital.

2) Kepala dan leher

Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah

pembesaran pada leher, telinga kadangkadang berdenging, ada

kah gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah

menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak

dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia,

lensa mata keruh.

3) Sistem Integument
Kaji seluruh permukaan kulit, adakah turgor kulit

menurun,luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban

dan suhukulit, tekstur rambut dan kuku

4) Sistem pernapasan

Biasanya terdapat sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada

dan terdapat retraksi dinding dada, serta suara tambahan nafas

5) Sistem kardiovaskuler

Pengkajian untuk mengetahui adakah perfusi jaringan

menurun, nadi perifer lemah atau berkurang, takikardi

/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.

6) Sistem gastrointestinal

Pengkajian untuk mengetahui adakah polifagi, polidipsi,

mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase, perubahan

berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.

7) Sistem Urinary

Pengkajian untuk mengetahui adakah poliuri, retensio

urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.

8) Sistem muskuloskeletal

Kaji penyebaran lemak, penyebaran masa otot,

perubahntinggi badan, apakah cepat lelah, lemah dan nyeri,

apakah adanya gangren di ekstrimitas.

9) Sistem Neurologis
Pengkajian untuk mengetahui apakah terjadi penurunan

sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek

lambat, kacau mental, dan disorientasi.

4. Pemeriksaan Laboratorium

1) Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil

meninggi, sedangkan leukosit dapat meninggi atau

normal,walaupun terdapat komplikasi asma.

2) Analisa gas darah :

a. Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila

terdapat peninggian PaCO2 maupun penurunan pH

menunjukkan prognosis yang buruk.

b. Kadang kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang

meninggi.

c. Hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi.

d. Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi

pada waktu serangan, dan menurun pada waktu penderita

bebas dari serangan.

3) Pemeriksaan sputum

a. Kristal-kristal charcotleyden yang merupakan degranulasi

dari kristal eosinofil.

b. Terdapatnya Spiral Curschman, yakni spiral yang

merupakan silinder sel-sel cabang-cabang bronkus.


c. Terdapatnya Creole yang merupakan fragmen dari

epitel bronkus.

d. Terdapatnya neutrofileosinofil

4) Pemeriksaan radiologi

Foto thorak :

a. Jika disertai dengan bronkhitis, bercakanhilus

akan bertambah.

b. Jika terdapat komplikasi emfisema (COPD)

menimbulkangambaran yang bertambah.

c. Jika terdapat komplikasi pneumonia maka terdapat

gambaraninfiltrat pada paru.

5) Lain-lain

a. Tes fungsi paru: Untuk mengetahui fungsi paru,

menetapkanluas beratnya penyakit, mendiagnosis keadaan.

b. Spirometristatik: Mengkaji jumlah udara yang diinspirasi.

K. Diagnosa Keperawatan

No SDKI SLKI SIKI

1. Bersihan jalan napas Setelah Manajemen jalan

tidak efektif (D.0001) dilakukan napas (l.01011) :

Penyebab : tindakan Tindakan

- Spasme jalan napas keperawatan Observasi

- Hipersekresi jalan selama ….. - Monitor pola napas

napas maka (frekuensi,


- Disfungsi diharapkan kedalaman, usaha

neuromuskuler bersihan jalan napas)

- Proses infeksi napas - Monitor bunyi napas

- Efek alergi membaik tambahan

dengan kriteria - Monitor sputum

Gejala dan Tanda hasil : (warna, jumlah,

Mayor : - Produksi aroma)

Objektif sputum Terapeutik

- Batuk tidak efektif menurun - Pertahankan

- Tidak mampu - Batuk kepatenan jalan

batuk efektif napas dengan head

- Sputum berlebih meningkat tilt dan chin lift

- Mengi, wheezing, - Pola napas - Posisikan semi

dan ronkhi kering membaik fowler atau fowler

- Mekonium di jalan (L.01001) - Berikan minum air

napas hangat

- Lakukan fisioterapi

Gejala dan Tanda dada

Minor : - Lakukan

Subjektif penghisapan lendir

- Dispneu - Berikan oksigen

- Sulit bicara Edukasi

Objektif - Anjurkan asupan


- Gelisah cairan 2000ml/hari

- Sianosis - Ajarkan tehnik

- Bunyi napas batuk efektif

menurun Kolaborasi

- Frekuensi nafas - Kolaborasi

berubah pemberian

- Pola napas berubah bronkodilator,

ekspektoran.

2. Gangguan pertukaran Setelah Pemantauan respirasi

gas (D.0003) dilakuakn (l.01014)

Penyebab: tindakan ….. Tindakan:

- Ketidakseimbangan maka Observasi

ventilasi-perfusi diharapkan - monitor frekuensi,

- Perubahan menurun pertukaran gas irama, kedalaman

alveolus-kapiler membaik dan upaya napas

dengan kriteria - monitor pola napas

Gejala dan Tanda hasil : - monitor kemampuan

Mayor - bunyi napas batuk efektif

Subjektif tambahan - monitor adanya

- Dispneu menurun produksi spututm

Objektif - pola napas - monitor adanya

- PCO2 meningkat membaik sumbatan jalan


atau menurun (L.01003) napas

- Takikardi - monitor saturasi

- PO2 menurun oksigen

- pH arteri - auskultasi bunyi

mengingkat napas

- bunyi napas - monitor hasil x-ray

tambahan dan AGD

Terapeutik

Gejala dan Tanda - atur interval

Minor : pemantauan respirasi

Subjektif : - dokumentasikan hasil

- pusing pemantauan

- penglihatan menurun Edukasi

- jelaskan tujuan dan

Objektif prosedur

- sianosis pemantauan

- gelisah - informasikan hasil

- napas cuping hidung pemantauan

- warna kuli abnormal

- kesadaran menurun Terapi oksigen

- pola napas abnormal (l.01026)

Tindakan

Observasi
- monitor kecepatan
oksigen
-
Terapeutik

- Bersihkan sekret

pada mulut, hidung

- Pertahankan

kepatenan jalan

napas

Edukasi

- Ajarkan pasien dan

keluarga cara

menggunakan oksigen

Kolaborasi

- Kolaborasi penentuan

dosis oksigen

- Kolaborasi

penggunaan oksigen

saat aktivitas juga

enak

3. Pola napas tidak efektif Setelah Manajemen jalan

(D.0005) dilakukan napas (l.01011) :

Penyebab : tindakan ….. Tindakan

- Hambatan upaya maka


napas diharpakan Observasi

- Penurunan energi pola napas - Monitor pola napas

- Gangguan membaik (frekuensi,

neuromuskular dengan kriteria kedalaman, usaha

hasil : napas)

Gejala dan Tanda - Frekuensi - Monitor bunyi napas

Mayor napas dan tambahan

Subjektif kedalaman - Monitor sputum

- Dispneu napas (warna, jumlah,

Objektif membaik aroma)

- Penggunaan otot (L.01004) Terapeutik

bantu pernapasan - Pertahankan

- Fase ekspirasi kepatenan jalan

memanjang napas dengan head

- Pola napas abnormal tilt dan chin lift

- Posisikan semi

Gejala dan Tanda fowler atau fowler

Minor - Berikan minum air

Subjektif hangat

- Orthopneu - Lakukan fisioterapi

dada

Objektif - Lakukan

- Pernapasan cuping penghisapan lendir


hidung - Berikan oksigen

- Ventilasi semenit Edukasi

menuruna - Anjurkan asupan

- Tekanan ekspira cairan 2000ml/hari

- Ajarkan tehnik

batuk efektif

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian

bronkodilator,

ekspektoran.

REFERENSI

Ambara, Y. (2019). Konsep Kebutuhan Dasar Oksigenasi. 6-53.

Budyasih, S. (2014). Asuhan Keperawatan pada…, Fakultas Ilmu Kesehatan

UMP.

Eki. (2017). Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigen

pada Pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF) di Irna Penyakit

Dalam RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2017.

Khoirunnisa, L. (2021). Asuhan Keperawatan Dasar Pada Tn. D dengan

Diagnosa Kebutuhan Oksigenasi. Kediri: 2021.


Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.

Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.

Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.

Jakarta: DPP PPNI.

Widianti. (2012). Gangguan Oksigenasi pada Pasien Obstruksi Dispneu.

Purbalingga: 2012.

Anda mungkin juga menyukai