Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

PENYAKIT THALASEMIA DI RUANG WIJAYA KUSUMA 2


RSUD CIAMIS

DISUSUN OLEH :
WITA NURMALA
NIM. 1490122104

PROGRAM PROFESI NERS PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS GALUH
TAHUN AKADEMIK
2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian

Thalasemia merupakan penyakkit kelainan darah dengan kondisi

sel darah merah lebih mudah rusak atau umurnya lebih pendek dari sel

darah merah yang normal (<120 hari) (Susyanti dan Prayustira, 2016).

Thalasemia merupakan sindrom kelainan darah yang diwariskan dan

merupakan kelompok penyakit hemoglobinopati, yaitu kelainan yang

disebabkan oleh gangguan sintesis hemoglobin akibat mutasi didalam atau

dekat gen globin (Nurafif dan Kusuma, 2015).

Thalasemia merupakan suatu sindrom kelainan darah yang diwariskan

(inherited) dan merupakan kelompok penyakit hemoglobinopati, yaitu

kelainan yang disebabkan oleh gangguan sintesis hemoglobin akibat mutasi di

dalam atau dekat gen globin. Kelainan hemoglobin pada penderita thalasemia

akan menyebabkan eritrosit mudah mengalami destruksi, sehingga usia sel-sel

darah merah menjadi lebih pendek dari normal yaitu berusia 120 hari (Marnis,

Indriati, & Nauli, 2018).

Penyakit thalassemia merupakan salah satu penyakit genetic

tersering di dunia. Penyakit ini disebabkan oleh ketidakmampuan sumsum

tulang membentuk protein yang dibutuhkan untuk memproduksis

hemoglobin. Hemoglobin merupakan protein kaya zat besi yang berada

dalam sel darah merah yang berfungsi untuk menganggkut oksigen dari

paru-paru ke selurruh tubuh (Saausan, 2020).


B. Etiologi

Thalassemia merupakan penyakit anemia hemolitik herediter yang

diturunkan secara resesif. ditandai oleh defisiensi produksi globin pada

hemoglobin. Dimana terjadi kerusakan sel darah merah di dalam pembuluh

darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek (kurang dari 100 hari).

kerusakan tersebut karena hemoglobin yang tidak normal (hemoglobinopatia).

Sebagian besar penderita thalassemia terjadi karena factor turunan genetic

pada sintesis hemoglobin yang diturunkan oleh orang tua (Suriadi, 2006).

Sementara menurut Ngastiyah (2006) Penyebab kerusakan tersebut

karena hemoglobin yang tidak normal (hemoglobinopatia) dan kelainan

hemoglobin ini karena adanya gangguan pembentukan yang disebabkan oleh

gangguan structural pembentukan hemoglobin (hemoglobin abnormal)

misalnya pada HbS, HbF, HbD dan sebagainya, selain itu gangguan jumlah

(salah satu/beberapa) rantai globin seperti pada thalassemia.

Ketidakseimbangan dalam rantai protein globin alfa dan beta, yang

diperlukan dalam pembentukan hemoglobin, disebabkan oleh sebuah gen

cacat yang diturunkan. Untuk menderita penyakit ini, seseorang harus

memiliki 2 gen dari kedua orang tuanya. Jika hanya 1 gen yang diturunkan,

maka orang tersebut hanya menjadi pembawa tetapi tidak menunjukkan

gejala-gejala dari penyakit ini.


C. Manifestasi Klinik

1. Thalassemia Minor / thalassemia trait

Tampilan klinik normal, splenomegaly dan hepatomegaly ditemukan

pada sedikit penderita, hiperplassia eritroid stipples ringan sampai

sedang pada sumsum tulang, bentuk homozigot, anemia ringan, MCV

rendah. Pada penderita yang berpasangan harus diperiksa. Karena

karier minor pada kedua pasangan dapat menghasilkan keturunan

dengan thalassemia mayor.

Pada anak yang besar dapat dijumpai adanya:

1) Gizi buruk

2) Perut buncit karena pembesaran limpa dan hati yang mudah diraba

3) Aktivitas tidak aktif karena pembesaran limpa dan hati

(hepatomegaly)

2. Thalassemia mayor

Gejala klinik yang terlihat sejak anak baru berumur kurang dari 1

tahun:

1) Anemia simtomatik pada usia 6-12 bulan, sering dengan turunnya

kadar hemoglobin fetal

2) Anemia mikrostik berat, terdapat sel target dan sel darah merah

yang berinti pada drah perifer, tidak terdapat HbA. Kadar Hb

rendah mencapai 3 atau 4 %’

3) Lemah dan pucat


4) Pertumbuhan dan perkembanagannnya terhambat, kurus,

penebalan, tulang tengkorak, splenomegaly, ulkus pada kaki, dan

gambaran patognomonik “hair on end”

5) Berat badan kurang

6) Tidak dapat hidup tanpa transfuse

3. Thalassemia intermedia

1) Anemia mikrositik, bentuk heterezigot

2) Tingkat keparahannya berada diantara thalassemia minor dan

thalassemia mayor. Masih memproduki sejumlah kecil HbA

3) Anemia agak berat 7-9 g/dL dan splenomegaly

4) Tidak tergantung pada transfuse.

Gejala khas :

1) Bentuk muka mongoloid yaitu hidung pesek, tamppangkal hidung, jarak

antara kedua mata lebar dan tulang dahi lebar

2) Keadaan kuning pucat pada kulit, jika sering ditransfusi kulitnya menjadi

kelabu karena penimbunan besi


D. Patofisiologi
Penyebab primer: Penyebab sekunder :
1. Sintesis Hb A 1. Defisiensi asam folat
2. Eritropoisis tidak efektif 2. Hemodelusi
3. Destruksi eritrosit 3. Detruksi eritrosit oleh s.
intramedular retikuloendotelial

Mutase DNA

Produksi rantai alfa dan beta Hb berkurang

Kelainan pada eritrosit

Pengikatan O2 berkurang

Kompensator pada rantai alfa

Rantai beta produksi terus menerus

Hb defectif

Ketidakseimbangan polipeptida Risiko

hemolisis Anemia berat

Suplai O2 Transfuse darah


berkurang berulang

Ketidakseimbangan sulai O2 Suplai O2 ke jaringan


dari kebutuhan tubuh perifer berlebih

Hipoksia Ketidakefektipan perfusi


jaringan perifer
E. D. Pemeriksaan
Diagnostik
F. 1. Pemeriksaan fungsi
paru
G. Untuk mengetahui
kemampuan paru dalam
melakukan pertukaran
gas secara
H. efisien.
I. 2. Pemeriksaan gas
darah arteri
J. Untuk memberikan
informasi tentang
difusi gas melalui
membrane kapiler
K. alveolar dan
keadekuatan oksigenasi.
L. 3. Oksimetri
M. Untuk mengukur
saturasi oksigen kapiler
N. 4. Pemeriksaan sinar
x dada
O. Untuk pemeriksaan
adanya cairan, massa,
fraktur, dan proses-
proses abnormal.
P. 5. Bronkoskopi
Q. Untuk memperoleh
sampel biopsy dan
cairan atau sampel
sputum/benda asing
R. yang menghambat
jalan nafas.
S. 6. Endoskopi
T. Untuk melihat lokasi
kerusakan dan adanya
lesi.
U. 7. Fluoroskopi
V. Untuk mengetahui
mekanisme
radiopulmonal, misal:
kerja jantung dan
W. kontraksi paru.
X. 8. CT-Scan
Y. Untuk mengintifikasi
adanya massa abnorma
G. Komplikasi

Berikut ini adalah beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada

penderita thalassemia.

a. Komplikasi Jantung

Kerusakan jantung akibat terlalu banyak zat besi dapat

menyebabkan penurunan kekuatan pompa jantung, gagal jantung, aritmia

atau detak jantung yang tidak beraturan, dan terkumpulnya cairan di

jaringan jantung. Ada beberapa pemeriksaan rutin yang harus dilakukan

penderita thalasemia beta mayor, yaitu pemeriksaan tiap enam bulan sekali

untuk memeriksa fungsi jantung, dan setahun sekali pemeriksaan

menyeluruh untuk memeriksa konduksi aliran listrik jantung menggunakan

electrocardiogram oleh dokter spesialis jantung. Perawatan untuk

meningkatkan fungsi jantung dapat dilakukan dengan terapi khelasi yang

lebih menyeluruh dan mengonsumsi obat penghambat enzim konversi

angiotensin.

b. Komplikasi pada Tulang


Sumsum tulang akan berkembang dan memengaruhi tulang akibat

tubuh kekuerangan sel darah merah yang sehat. Komplikasi tulang yang

dapat terjadi adalah sebagai berikut:

1. Nyeri persendian dan tulang

2. Osteoporosis

3. Kelainan bentuk tulang

4. Risiko patah tulang meningkat jika kepadatan tulang menjadi rendah.

5. Pembesaran Limpa (Splenomegali)

Pembesaran limpa terjadi karena limpa sulit untuk mendaur ulang sel

darah yang memiliki bentuk tidak normal dan berakibat kepada

meningkatnya jumlah darah yang ada di dalam limpa, membuat limpa

tumbuh lebih besar. Transfusi darah yang bertujuan meningkatkan sel .

H. Pengkajian

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien gangren kaki

diabetik hendaknya dilakukan secara komperhensif dengan menggunakan

proses keperawatan. Proses keperawatan adalah suatu metode sistematik

untuk mengkaji respon manusia terhadap masalah-masalah dan membuat

rencana keperawatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah

tersebut. Masalah-masalah kesehatan dapat berhubungan

dengan klien keluarga juga orang terdekat atau masyarakat. Proses kepera

watan mendokumentasikan kontribusi perawat dalam mengurangi/

mengatasi masalah-masalah kesehatan. Proses keperawatan terdiri dari

lima tahapan, yaitu : pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi.


1. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses

keperawatan yang mempunyai dua kegiatan pokok, yaitu:

a. Pengumpulan data

Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu

dalam menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita,

mengidentifikasikan kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapat

diperolehmelaluianamnese, pemeriksaan fisik, pemerikasaan laborat

orium serta pemeriksaan penunjang lainnya.

1) Anamnesea

Thalasemia banyak dijumpai pada bangsa di sekitar laut Tengah

(pediteranial) seperti Turkidan Yunani dll. Di Indonesia sendiri 

thalasemia cukup banyak dijumpai pada anak bahkan merupakan

penyakit darah yang paling banyak diderita.

Umur ada penderita thalasemia mayor yang gejala klinisnya jelas

gejala telah terlihat sejak anak berumur kurang dari 1 tahun,

sedangkan pada thalassemia minor biasanya anak akan dibawa ke

setelah usia 7 tahun.

2) Riwayat kesehatan anak anak cenderung mudah terkena infeksi

saluran pernapasan atas atau infeksi lainnya. Ini dikarenakan

rendahnya yang berfungsi sebagai alat transport.

3) Pertumbuhan dan perkembangan*eiring didapatkan data adanya

kecenderungan gangguan terhadap tumbangsejak masih bayi.


Terutama untuk thalasemia mayor pertumbuhan fisik

anakadalah kecil untuk umurnya dan adanya keterlambatan

dalam kematanganseksual seperti tidak ada pertumbuhan

ramput pupis dan ketiak kecerdasananak juga mengalami

penurunan. 'amun pada jenis thalasemia minor seringterlihat

pertumbuhan dan perkembangan anak normal..

%ola makanTerjadi anoreksia sehingga anak sering susah

makan sehingga  rendah dantidak sesuai usia.8.%ola

akti3itas+nak terlihat lemah dan tidak selincah anak seusianya.

+nak lebih banyak tiduristirahat karena anak mudah

lelah.B.;iwayat kesehatan keluargaThalasemia merupakan

penyakit kongenital jadi perlu diperiksa apakah orangtua juga

mempunyai gen thalasemia. Fika iya maka anak beresiko

terkenatalasemia mayor.9.;iwayat ibu saat hamil (+ntenatal <are

(+'<))*elama masa kehamilan hendaknya perlu dikaji

secara mendalam adanyafaktor resiko talasemia. +pabila diduga a

da faktor resiko maka ibu perludiberitahukan resiko yang

mungkin sering dialami oleh anak setelah

lahir.=.Data keadaan fisik anak thalasemia

b. Pemeriksaan laboratorium 

1) Pemeriksaan darah

Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah

puasa >120mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl. 
2) Urine

Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine.

Pemeriksaan dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil

dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ),

kuning ( ++ ), merah ( +++ ), danmerah bata ( ++++ ).

3) Kultur pus

Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan

antibiotik yang sesuai dengan jenis kuman. 

2. Analisa Data

Data yang sudah terkumpul selanjutnya dikelompokan dan

dilakukan analisa serta sintesa data. Dalam mengelompokan data

dibedakan atas data subyektif dan data obyektif dan berpedoman pada

teori Abraham Maslow yang terdiri dari :

a. Kebutuhan dasar atau fisiologis

b. Kebutuhan rasa aman

c. Kebutuhan cinta dan kasih saying

d. Kebutuhan harga diri

e. Kebutuhan aktualisasi diri

3. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon

individu, keluarga atau komunitas terhadap proses kehidupan/ masalah

kesehatan. Aktual atau potensial dan kemungkinan dan

membutuhkan tindakan keperawatan untuk memecahkan masalah


tersebut. Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien

diabetes mellitus adalah sebagai berikut :

1) Gangguan Integritas Kulit (D.0056)


2) Gangguan rasa nyaman (D.0074)
3) Defisit nutrisi (D.00019)
4) Hypovolemia (D.0023)

H. Diagnosa Keperawatan

No SDKI SLKI SIKI

1. Perawatan sirkulasi
(l.02079) :
Tindakan
Observasi
- Periksa sirkulasi
perifer (warna, suhu,
ankle-branchial
index, nadi perifer,
oedem)
- Identifikasi faktor
risiko gangguan
sirkulasi (orang tua,
kolesterol)
- Monitor kepanasan,
nyeri, oedema
Terapeutik
- Hindari pemasangan
infus atau
pengambilan darah
diarea keterbatasan
perfusi
- Hindari penekanan
dan pemasangan
tourniquet pada area
cidera
- Lakukan
pencegahan infeksi
- Lakukan hidrasi
Edukasi
Informasikan tanda
gejala darurat yang
harus
2. Gangguan Integritas Setelah dilakukan Perawatan integritas
Kulit (D.0056) tindakan keperawatan kulit (l.11353) :
Penyebab: selama 1x8 jam, Tindakan
- Ketidakseimbangan diharapkan integritas Observasi
antara suplai dan kulit dan jaringan - Identifikasi
kebutuhan oksigen meningkat dengan penyebab gangguan
- Tirah baring kriteria hasil : integritas kulit
- Kelemahan - Keluhan tidak
- Imobilitas nyaman menurun Terapeutik
- Gaya hidup - Keluhantidur - Ubah posisi setiap 2
monoton terganggu menurun jam jika tirah baring
- Keluhan perut - Bersihkan area luka
Gejala dan Tanda membesar menurun
Mayor (L.14125) Edukasi
Subjektif - Anjurkan
- Mengeluh lelah menggunakan
pelembab
Objektif - Anjurkan minum air
- Frekuensi jantung cukup
meningkat >20% - Anjurkan
dari kondisi sehat meningkatkan
asupan nutrisi
Gejala dan Tanda - Anjurkan hindari
Minor : terpapar suhu
Subjektif : ekstrim
- Dyspnea saat atau
setelah aktivitas Perawatan luka
- Merasa tidak (l.14564)
nyaman setelah Tindakan
beraktivitas Observasi
- Merasa lemah - Monitor
karakteristik luka
Objektif (drainase, warna,
- Tekanan darah ukuran, bau)
berubah >20% dari - Monitor tanda tanda
kondisi sehat infeksi
- Sianosis
- Gambaran ekg Terapeutik
menunjukan aritmia - Lepaskan balutan
saat atau setelah secara perlahan
aktivitas - Cukur rambut
Gambaran ekg disekitar luka
menunjukkan - Bersihkan dengan
iskemi nacl
- Bersihkan jaringan
nekrotik
- Berikan salep dikulit
atau lesi
- Pasang balutan
sesuai jenis luka

Edukasi
- Jelaskan gejala
infeksi
- Ajarkan prosedur
perawatan luka
mandiri
- Anjurkan
mengkonsumsi
makanan tktp
-
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
antibiotic

Terapi aktivitas
(l.01026)
Tindakan
Observasi
- Identifikasi deficit
tingkat aktivitas
- Identifikasi
kemampuan
berpartisipasi dalam
aktifitas tertentu
- Identifikasi sumber
daya aktivitas
- Identifikasi strategi
meningkkatkan
partisipasi dalam
beraktivitas
- Monitor respon
emosional, fisik,
sosial, dan spiritual

Terapeutik
- Fasilitasi fokus pada
kemampuan
- Sepakati komitmen
untuk meningkatkan
frekuensi dan
rentang aktifitas
- Fasilitasi memilih
aktivitas dan
tetapkan tujuan
aktivitas
- Koordinasikan
pemilihan aktivitas
sesuai usia
- Fasilitasi aktivitas
rutin
- Fasilitasi aktivitas
motoric yang
merelaksasi otot
- Fasilitasi
mengembangkan
motivasi dan
penguatan diri
- Berikan penguatan
positif

Edukasi
- Jelaskan metode
aktivitas sehari-hari
- Ajarkan cara
melakukan aktifitas
yang dipilih
- Anjurkan melakaukan
aktivitas fisik, sosial,
spiritual, dan kognitif
dalam menjaga fungsi
dan kesehatan
- Anjurkan keluarga
memberi penguatan
positif
Kolaborasi
Kolaborasi dengan
terapis okupasi dalam
merencanankan dan
memonitor program
aktivitas

2. Gangguan rasa Setelah dilakukan Manajemen energi


nyaman (D.0074) tindakan keperawatan (l.05178)
Penyebab : selama 1x8 jam, Tindakan:
- Gejala penyakit diharapkan status Observasi
- Kurang kenyamanan meningkat - Identifikasi
pengendalian dengan kriteria hasil : gangguan fungsi
situasional - Keluhan tidak tubuh yang
- Ketidakadekuatan nyaman menurun mengakibatkan
sumber daya - Keluhantidur kelelahan
(dukungan finansial, terganggu menurun - Monitor kelelahan
sosial, dan - Keluhan perut fisik dan emosional
pengetahuan) membesar menurun - Monitor pola dan
- Kurangnya privasi (L.08064) jam tidur
- Gaangguan stimulus - Monitor lokasi dan
lingkungan ketidaknyamanan
- Gangguan adaptasi selama melakukan
kehamilan aktivitas
- Sefek samping
terapi Terapeutik
- Sediakan linkungan
Gejala dan Tanda nyaman dan rendah
Mayor : stimulus
Subjektif - Lakuakn latihan
- Gelisah rentang gerak pasif
atau aktif
Objektif - Berikan aktivitas
- Mengeluh tidak distraksi yang
nyaman menenangkan
- Fasilitasi duduk di
Gejala dan Tanda sisi tempat tidur
Minor :
Subjektif Edukasi
- Mengeluh sulit tidur - Anjurkan tirah
- Tidak mampu rileks baring
- Mengeluh - Anjurkan
kedinginan melakukan aktivitas
- Mengeluh mual secara bertahap
- Mengeluh lelah - Anjurkan strategi
koping untuk
Objektif mengurangi
- Menunjukan gejala kelelahan
distress
- Tampak merintih Kolaborasi :
- Postur tubuh - Kolaborasi dengan
berubah ahli gizi tentang
- iritabilitas cara meningkatakan
- pola eliminasi asupan makanan
berubah
Terapi aktivitas
(l.01026)
Tindakan
Observasi
- Identifikasi deficit
tingkat aktivitas
- Identifikasi
kemampuan
berpartisipasi dalam
aktifitas tertentu
- Identifikasi sumber
daya aktivitas
- Identifikasi strategi
meningkkatkan
partisipasi dalam
beraktivitas
- Monitor respon
emosional, fisik,
sosial, dan spiritual

Terapeutik
- Fasilitasi fokus pada
kemampuan
- Sepakati komitmen
untuk meningkatkan
frekuensi dan
rentang aktifitas
- Fasilitasi memilih
aktivitas dan
tetapkan tujuan
aktivitas
- Koordinasikan
pemilihan aktivitas
sesuai usia
- Fasilitasi aktivitas
rutin
- Fasilitasi aktivitas
motoric yang
merelaksasi otot
- Fasilitasi
mengembangkan
motivasi dan
penguatan diri
- Berikan penguatan
positif

Edukasi
- Jelaskan metode
aktivitas sehari-hari
- Ajarkan cara
melakukan aktifitas
yang dipilih
- Anjurkan melakaukan
aktivitas fisik, sosial,
spiritual, dan kognitif
dalam menjaga fungsi
dan kesehatan
- Anjurkan keluarga
memberi penguatan
positif

Kolaborasi
- Kolaborasi dengan
terapis okupasi dalam
merencanankan dan
memonitor program
aktivitas
3 Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen nutrisi
(D.00019) tindakan keperawatan (l.03119) :
Penyebab : selama ….. maka Tindakan
- Ketidakmampuan diharapkan nafsu makan Observasi
menelan makanan dan status nutrisi - Identifikasi status
- Ketidakmampuan membaik dengan kriteria nutrisi
mencerna hasil : - Identifikasi alergi
makanan - Keinginan makan dan intoleransi
- Ketidakmampuan membaik makanan
mengabsorpsi - Asupan makanan - Identifikasi
nutrient membaik makanan yang
- Peningkatan - Kemampuan disukai
kebutuhan merasakan makan - Monitor asupan
metabolismme membaik makanan
- Faktor ekonomi - Porsi makan - Monitor berat badan
- Faktor psikologis dihabiskan - Monitor hasil
Gejala dan Tanda meningkat pemeriksaan
Mayor : - Perasaan cepat laboratorium
Objektif kenyang menurun Terapeutik
- Berat badan (L.03030) dan (L.03024) - Lakukan oral hygen,
menurun minimal jika perlu
10% dibawah - Sajikan makanan
rentang ideal secara menarik dan
suhu sesuai
Gejala dan Tanda - Berikan makanan
Minor : tinggi serat untuk
Subjektif mencegah
- Cepat kenyang koonstipasi
setelah makan - Berikan makanan
- Nyeri abdomen tinggi kalori dan
- Nafsu makan protein
menurun - Berikan seplemen
makanan
Objektif Edukasi
- Bising usus - Anjurkan posisi
hiperaktif duduk
- Otot pengunyah - Ajarkan diet yang
lemah diprogramkan
- Otot menelan Kolaborasi
lemah - Kolaborasi
- Membrane pemberian medikasi
mukosa pucat sebelum makan
- Sariawan Kolaborasi dengan ahli
- Diare gizi
- Rambut rontok
4 Hipovolemia (D.0023) Setelah dilakukan Manajemen
Penyebab: tindakan keperawatan Hipovolemia (I.
- Kehilangan cairan 1x8 jam, diharapkan 03116) tindakan :
aktif status cairan cairan Observasi :
- Kekurangan intake meningkat , dengan - Periksa tanda dan
cairan kriteria hasil : gejala hipovolemia
- Kegagalan - Kekuatan nadi (ortopnea, dyspnea,
mekanisme regulasi meningkat edema, JVP
Gejala dan Tanda - Membrane mukosa meningkat)
Mayor lembab - Identifikasi penyebab
Subjektif - Turgor kulit membaik hipovolemia
- - Tekanan darah - Monitor TTV
Objektif membaik - Monitor intake dan
- Frekuensi nadi (L.03028) output cairan
meningkat
- Nadi teraba lemah Terapeutik
- Tekanan darah - Timbang berat badan
menurun - Batasi asupan cairan
- Volume urin dan garam
menurun - Tinggikan kepala
- Hematocrit tempat tidur 30-40
meningkat derajat

Edukasi :
- Ajarkan cara
memperbanyak
cairan

Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian
diuretic

I. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan.

Kegiatan evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang telah dicapai

setelah implementasi keperawatan dengan tujuan yang diharapkan

dalam perencanaan. Perawat mempunyai tiga alternatif dalam

menentukan sejauh mana tujuan tercapai:

1. Berhasil : prilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu atau

tanggal yangditetapkan di tujuan.

2. Tercapai sebagian : pasien menunujukan prilaku tetapi tidak sebaik

yang ditentukandalam pernyataan tujuan.

3. Belum tercapai. : pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan

prilaku yangdiharapakan sesuai dengan pernyataan tujuan.


REFERENSI

American Diabetes Association. (2013). Diagnosis And Classification Of Diabetes

Mellitus. Diabetes Care, Volume 36.

Canadian Diabetes Association.(2013). Definition, Classification and Diagnosis of

Diabetes, Prediabetes and Metabolic Syndrome.Canadian Diabetes

Journal.Volume 37.

Daniela, R., Patricia, V., Paula, B.A., Eloy, C.F. (2015). Evaluation of Antioxidant,

Antidiabetic and Anticholinesterase Activities of Smallanthun sonchifolius

Landraces and Correlation with Their Phytochemical Profiles.

International Journal of Molecular Sciences. Int. J. Mol. Sci. 2015, 16,

17696-17718; doi: 10.3390/ijms 160817696

De Maura. (2012). Protective effects of yacon (Smallanthus sonchifolius) intake on

experimental colon carcinogenesis. Food and Chemical Toxicology 50

(2012) 2902–2910.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.

Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.

Jakarta: DPP PPNI.


Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.

Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai