Anda di halaman 1dari 32

TATALAKSANA ANESTESI

PADA DIABETES MELLITUS


dr. M. Arief Kurniawan,SpAn, FIP
CURRICULUM VITAE
• Nama : dr. Mohammad Arief Kurniawan,SpAn, FIP
• TTL : Semarang, 19 Januari 1983
• Pendidikan :
• S1 FK UNDIP, Semarang lulus tahun 2007
• Pendidikan Spesialis Anestesi FK UNDIP, Semarang lulus tahun 2016
• Fellowship Interventional Pain Management, KATI lulus tahun 2019
• Pelatihan :
• Fundamental Critical Care Course
• TOT EWS & Codeblue Perdatin
• Percutaneus Dilatational Tracheostomi (PDT)
• Clinical teaching FK UNPAD
• Clinical teaching FK UNTAR
• Clinical Teaching FK UKI
• Pekerjaan :
• Dokter Spesialis Anestesi RSUD Cibinong Kab Bogor
• Kepala Instalasi Diklat RSUD Cibinong
• Dosen Pembimbing Klinik FK Untar dan FK UKI
DIABETES MELLITUS
• Diabetes adalah penyakit kronis serius yang
terjadi karena pankreas tidak menghasilkan
cukup insulin (hormon yang mengatur gula
darah atau glukosa), atau ketika tubuh tidak
dapat secara efektif menggunakan insulin
yang dihasilkannya.
• Diabetes adalah masalah kesehatan
masyarakat yang penting, menjadi salah satu
dari empat penyakit tidak menular prioritas
yang menjadi target tindak lanjut oleh para
pemimpin dunia. Jumlah kasus dan
prevalensi diabetes terus meningkat selama
beberapa dekade terakhir. (WHO Global
Report, 2016).
PATOFISIOLOGI
DIABETES
MELLITUS
KLASIFIKASI DM
KRITERIA DIAGNOSIS

• Kecurigaan adanya DM perlu


dipikirkan apaila terdapat
keluhan:
• Keluhan klasik: poliuri,
polidipsia, polifagia dan
penurunan berat badan
yang tidak adap
dijelaskan sebabnya
• Keluhan lain: lemah
badan, kesemutan, gatal,
mata kabur, disfungsi
ereksi pada pria, pruritus
vulva pada wanita
Hasil pemeriksaan yang tidak memenuhi kriteria normal atau kriteria
DM digolongkan ke dalam kelompok prediabetes yang meliputi
toleransi glukosa terganggu (TGT) dan glukosa darah puasa terganggu
(GDPT)
Komplikasi DM

Metabolik Poliuria, hipokalemia, hipofosfatemia, hipomagnesemia, faal


Hiperglikemia lekosit yang menurun dengan peningkatan risiko infeksi.

Risiko penyakit jantung meningkat 5 kali lipat


Aterosklerosis
pada DMT II. Risiko akan bertambah seiring dengan adanya
Penyakit makrovaskuler
obesitas, hipertensi, hiperlipidemia dan hiperglikemia. Pada DMT
Penyakit jantung koroner Penyakit pembuluh
I dan II kecen-derungan untuk risiko kardiovaskuler dan
darah perifer
serebrovaskuler meningkat 2-3 kali lipat. Risiko penyakit
Penyakit
pembuluh darah perifer mencapai 8-12 kali lipat. Penderita
serebrovaskuler Penyakit mikrovaskuler Disfungsi
diabetes juga cenderung menderita ”silent myocardial infarction”
endotelial
dan menjadi penyebab terjadinya ”sudden death” perioperatif.

Neurologik
Neuropati sensorik perifer Disfungsi otonom
Ulkus diabetik, infeksi, dan peningkatan insidensi henti kardio-
Gangguan pengosongan lambung (gastroparesis
respirasi perioperatif. Gastroparesis ditemukan pada 50 %
atau early satiety) Hipotensi ortostatik Takikardi
diabetes yang disertai hipertensi lama.
istirahat (resting tachycardia) Penurunan
variabilitas irama jantung Anhidrosis
KOMPLIKASI DM

Insufisiensi renal kronis; merupakan nefropati yang


didapatkan pada 30-40 % penderita DMT I dan 10 %
Renal
DMT II. Mikroproteinuria ditemukan pada stadium awal
Nefropati diabetika Hipertensi
nefropati dengan hipertensi sebagai akibat dari
kelainan ginjal tersebut.
Mikroaneurisma ditemukan pada 90 % penderita
diabetes yang memerlukan insulin dalam 20 tahun
Mikroangiopati
perjalanan penyakitnya. Retinopati proliferativa pada
Retinopati
lebih dari 60 % populasi dalam 40 tahun. Adanya
peningkatan insidensi katarak.
Penyakit kolagen Berhubungan dengan DMT I dengan ditandai oleh
(pada persendian) immobilitas persendian (termasuk sendi atlanta-
Stiff-joint syndrome oksipital) dan “waxy skin”.
ANESTESI PADA DM
• Diabetes mellitus merupakan masalah
endokrin yang paling sering dihadapi ahli
anestesi dalam melakukan pekerjaannya.
• Sebanyak 5% orang dewasa di Barat
mengidap diabetes mellitus, lebih dari
50% penderita diabetes mellitus suatu
saat mengalami tindakan pembedahan
dalam hidupnya dan 75 % merupakan
usia lanjut di atas 50 tahun.
• Di Indonesia angka prevalensi penderita
diabetes mellitus adalah 1,5 % dan
diperkirakan 25 % penderita diabetes
mellitus akan mengalami pembiusan dan
pembedahan.
RESPON
METABOLIK
TERHADAP
PEMBEDAHAN
Sepsis
Neuropati autonomik
Aterosklerosis
PENYULIT Ketoasidosis
ANESTESI
Koma hiperglikemik hiperosmolar
PADA DM
Hipoglikemi
Gangguan fungsi ginjal
Stiff joint syndrome
Available from: https://www.researchgate.net/figure/Postoperative-Morbidity-and-Mortality-in-
Cardiothoracic-Surgery-Patients-with-and-without_fig1_6572631 [accessed 22 Mar, 2022]
Evaluasi riwayat penyakit dahulu dan sekarang
MANAJEMEN PRE-

Riwayat hipertensi, DM, penyakit jantung, alergi


ANESTESIA

Riwayat pengobatan yang sedang berjalan (obat


oral diabetik, insulin)

Pemeriksaan laboratorium penunjang (darah rutin,


EKG, ureum, creatinin, elektrolit, AGD bila perlu)
Perlu diadakan suatu pendekatan lebih sistematis untuk menilai keadaan
klinis penderita.
• Menentukan tipe diabetesnya
• Penilaian beratnya penyakit ( DM )
• Umur dan onset DM
• Pengobatan yang sedang dijalani/diperlukan ( diet, OAD, Insulin )
• Adanya kondisi yang menunjukkan ketidakstabilan DM, misalnya ketosis,
hipoglikemi berulang karena insulin.
• Masalah metabolik lainnya.
• Komplikasi-komplikasi target/end organ misalnya polineuropati, nefropati, penyulit
jantung atau penyulit pembuluh darah perifer.
• Penggolongan penderita DM dalam 3 kelas:
• Kelas 1 : DM dengan terapi diet atau diet dan OAD.
• Kelas 2 : DM dengan terapi insulin sampai 40 unit/hari
• Kelas 3 : DM dengan terapi insulin lebih dari 40 unit/hari atau juvenile DM
Strategi klinis dalam penatalaksanaan perioperatif komplikasi DM
•Hindari faktor presipitasi
iskemia miokard
•Pemberian obat antagonis
reseptor b adrenergik
•Pengendalian gula darah secara
Penyakit pembuluh darah (at-
Infark mio- kard ketat
erosklerosis)
•Pengendalian kadar lipid darah
•Aspirin (antiplatelet therapy)
•Pengendalian teka- nan darah
(<130/80 mmHg) bila tidak ada
kontraindikasi
•pemberian obat antagonis
reseptor b adre-nergik
•ACE inhibitor/ARB
•Pengendalian gula darah secara
Stroke
ketat
•Pemberian obat anti-agregasi
trombosit sesuai kebutuhan
•Pengendalian kadar lipid darah
• Tidak obat obat anestesi yang merupakan
kontraindikasi, sebaliknya tidak ada pula yang
spesifik untuk penderita DM
MANAJEMEN • Obat-obat anestesi lokal biasanya tidak
berpengaruh pada metabolisme karbohidrat
INTRA • anestesi umum pada penderita DM dan
kelompok kontrol menaikkan kadar gula darah
OPERATIF dan kortisol selama pembedahan, yang normal
kembali dalam 4 jam pasca bedah.
• Respon endokrin terhadap pembedahan
ternyata tidak terjadi pada anestesi spina
Premedikasi
• Tidak ada perbedaan

General • Metoclopramide 10mg dapat digunakan pada penderita DM


untuk memfasilitasi pengosongan lambung pada kondisi

Anestesi (GA) gastroparesis


Induksi Anestesi
• Dapat dipiliih thiopental, midazolam atau propofol dosis
sedasi
• ketamin sebagai obat simpatomimetik dapat memperburuk
ketoadosis,
• Stiff Joint Syndrome
• Gastroparesis à RSI, dekompresi lambung
• Silent myocardial infark à Cardiac Stress Test, pemberian
lidokain 0,5mg/kg/bb
• Pemeliharaan Anestesi
• N2O + agen inhalasi

General • Isofluran à ↑ growth hormon


& glukosa

Anestesi (GA) • Enfluran, halothan à tidak


berpengaruh pada glukosa tapi
pengaruh kortisol dan insulin
Anestesi regional (epidural, spinal, blok
saraf perifer) mempunyai keuntungan
dibandingkan dengan anestesi umum yang
Regional dilakukan pada pasien dengan DM

Anestesi anestesi regional menurunkan respon


neuro-endokrin terhadap stress
pembedahan utamanya refleks adreno
kortikal
• Monitor kadar glukosa harus dilanjutkan pada
periode paska bedah.
• regimen OHO segera dilanjutkan sesudah
penderita diperbolehkan diit oral.
Manajemen • pada prosedur yang berhubungan dengan
post operatif pemakaian radiokontras iodine, OHO
golongan biguanide baru dapat diberikan
setelah 72 jam dan kreatinin serum normal
• Pada pembedahan mayor yang
mengharuskan penderita belum
diperbolehkan diit oral atas indikasi tertentu,
maka infus karbohidrat masih dipertahankan
untuk mencegah hipoglikemia dan ketosis
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai