Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF

ASUHAN KEPERAWATAN BEDAH JANTUNG

DISUSUN KELOMPOK 6

AULIA KAURI

BUDIANTO

I MADE DEDE KRESNA

NOVI PRATIWI

RENI RAHMAWATI

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG

DIV KEPERAWATAN

2016

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penyusun sehingga penyusun
dapat menyelesaikan makalah Asuhan keperawatan bedah jantung.
Dalam penyusunan makalah ini penyusun telah banyak mendapat bantuan
dan bimbingan dari banyak pihak. Untuk itu penyusun tidak lupa menyampaikan
banyak terima kasih kepada orang yang telah memberikan bantuan dan bimbingan
kepada penyusun sehingga penyusun bisa menyelesaikan makalah ini dengan
baik.

Penyusun juga menyadari dalam mengerjakan makalah ini banyak


kekurangan baik dari segi bahasa maupun isi karena keterbatasan pengetahuan
yang dimiliki. Penyusun akan sangat berterima kasih dan menerima dengan
senang hati masukan dan kritikan serta saran untuk menyempurnakan makalah ini.

Akhir kata penyusun berharap makalah ini dapat berguna dan menjadi
acuan pembuatan makalah yang akan datang dapat menjadi lebih baik.

Bandar Lampung, Oktober 2016

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Tujuan.......................................................................................................2

BAB II LAPORAN PENDAHULUAN..............................................................3


2.1 Pengertian bedah jantung ...................................................................3
2.2 Tujuan bedah jantung..........................................................................3
2.3 Jenis-jenis Bedah Jantung....................................................................4
2.4 PatofiologiBedah Jantung....................................................................6
2.5 Indikasi Bedah Jantung........................................................................7
2.6 Toleransi dan Perkiraan Resiko Operasi..............................................7
2.7 Persiapan Pra Bedah............................................................................8
2.8 Perawatan Intra Bedah.........................................................................11
2.9 Perawatan Pasca Bedah.......................................................................12

BAB III PEMBAHASAN....................................................................................19


3.1 Pra bedah jantung................................................................................19
3.2 Intra bedah jantung..............................................................................19
3.3 Pascabedah jantung.............................................................................23

BAB IV PENUTUP..............................................................................................27
4.1 Kesimpulan .........................................................................................27
4.2 Saran ...................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................28

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bedah jantung dilakukan untuk menangani berbagai masalah jantung.


Prosedur yang sering mencakup angioplasti koroner perkutan, revaskularisasi
arteri koroner dan perbaikan penggantian katup jantung yang rusak.
Dengan prosedur diagnostik yang canggih yang memungkinkan
diagnostik dimulai lebih awal dan lebih akurat, menyebabkan penanganan
dapat dilakukan jauh sebelum terjadi kelemahan yang berarti.Penanganan
dengan teknologi dan farmakoterapi yang baru terus dikembangkan dengan
cepat dan dengan keamanan yang semakin meningkat..
Perkembangan yang paling revolusioner dalam perkembangan
pembedahan jantung adalah teknik pintasan jantung-paru. Pertama kali
digunakan dengan berhasil pada manusia di tahun 1951.Di masa kini lebih
dari 250.000 prosedur yang dilakukan dengan menggunakan pintasan jantung
paru.Terbanyak (lebih dari 200.000) dilakukan di Amerika Utara. Kebanyakan
prosedur adalah graft pintasan arteri koroner (CABG = coronary artery bypass
graft) dan perbaikan atau penggantian katup.
Kemajuan dalam diagnostik, penatalaksanaan medis, teknik bedah dan
anestesia, dan pintasan jantung paru, dan juga perawatan yang diberikan di
unit perawatan kritis serta program rehabilitasi telah banyak membantu
pembedahan menjadi pilihan penanganan yang aman untuk pasien dengan
penyakit jantung.

1.2 Tujuan
A. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengerti dan menjelaskan asuhan keperawatan pada
pasien bedah jantung yang dimulai dari perawatan pra bedah, intra bedah
hingga perawatan pasca bedah jantung.
B. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian bedah jantung
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan bedah jantung
3. Mahasiswa mampu menjelaskan jenis-jenis bedah jantung
4. Mahasiswa mampu menjelaskan patofiologi bedah jantung
5. Mahasiswa mampu menjelaskan indikasi bedah jantung
6. Mahasiswa mampu menjelaskan toleransi dan perkiraan resiko operasi

1
7. Mahasiswa mampu menjelaskan persiapan pra bedah jantung
8. Mahasiswa mampu menjelaskan perawatan intra bedah jantung
9. Mahasiswa mampu menjelaskan perawatan pasca bedah jantung
10. Mahasiswa mampu memahami hal-hal yang perlu diperhatikan pada
saat pra bedah jantung
11. Mahasiswa mampu memahami hal-hal yang perlu diperhatikan pada
saat intra bedah jantung
12. Mahasiswa mampu memahami hal-hal yang perlu diperhatikan pada
saat pasca bedah jantung

BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN

2.1 Pengertian Bedah Jantung


Bedah jantung dilakukan untuk menangani berbagai masalah
jantung. Prosedur yang sering mencakup angioplasti koroner perkutan,
revaskularisasi arteri koroner dan perbaikan penggantian katup jantung

2
yang rusak. Bedah jantung adalah Usaha atau operasi yang dikerjakan
untuk melakukan koreksi kelainan anatomi atau fungsi jantung.
Operasi jantung dibagi atas 2 pembagian yaitu :
1. Operasi jantung terbuka, yaitu operasi yang dijalankan dengan
membuka rongga jantung dengan memakai bantuan mesin jantung
paru (mesin extra corporal).
2. Operasi jantung tertutup, yaitu setiap operasi yang dijalankan tanpa
membuka rongga jantung misalnya ligasi PDA, Shunting
aortopulmonal.

2.2 Tujuan Bedah Jantung


Operasi jantung dikerjakan dengan tujuan bermacam-macam antara
lain :
1. Transposition Of Great Arteri (TGA). Umumnya tindakan ini dikerjakan
terutama pada anak-anak (pediatrik) yang mempunyai kelainan bawaan.
2. Operasi paliatif, yaitu melakukan operasi sementara untuk tujuan
mempersiapkan operasi yang definitive atau total koreksi karena operasi
total belum dapat dikerjakan saat itu, misalnya shunt aortopulmonal pada
TOF, Pulmonal atresia.
3. Repair yaitu operasi yang dikerjakan pada katub jantung yang mengalami
insufisiensi.
4. Replacement katup yaitu operasi penggantian katup yang mengalami
kerusakan.
5. Bypass koroner yaitu operasi yang dikerjakan untuk mengatasi
stenosis/sumbatan arteri koroner.
6. Pemasangan inplant seperti kawat ‘pace maker’ permanen pada anak-anak
dengan blok total atrioventrikel.
7. Transplantasi jantung yaitu mengganti jantung seseorang yang tidak
mungkin diperbaiki lagi dengan jantung donor dari penderita yang
meninggal karena sebab lain.
2.3 Jenis-jenis Bedah Jantung
Dalam dunia medis, yang dimaksud operasi jantung adalah
prosedur pembedahan yang bertujuan mengganti fungsi pembuluh darah
yang menyempit yang membuat aliran darah ke jantung terhambat.
Metode operasi jantung yang banyak dilakukan adalah bypass
jantung. Namun, ada juga beberapa jenis operasi jantung lainnya. Berikut
jenis-jenis operasi jantung adalah :

3
 Operasi Jantung Bypass
Operasi jantung jenis ini biasanya digunakan untuk mengobati penyakit
jantung koroner. Metode operasi jantung ini ialah dengan membuat saluran
baru sebab saluran pada pembuluh darah arteri jantung telah menyempit
atau terhambat. Dengan begitu, diharapkan proses aliran darah bisa
kembali lancar sehingga oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah dapat
sampai ke otot jantung. Dalam sebuah operasi jantung bypass, dokter
bedah maksimal dapat memperbaiki empat pembuluh darah yang
terhambat. Saluran baru biasanya diambil dari dada, kaki, atau bagian
tertentu pasien. Operasi jantung bypass dalam istilah medis dikenal dengan
nama Coronary Artery Bypass Graft (CABG). Dalam penyembuhan sakit
jantung, operasi bypass termasuk yang paling sering dilakukan.
 Operasi Penggantian/Perbaikan Katup Jantung
Katup jantung berfungsi untuk mengatur aliran darah satu arah. Setiap
katup terdiri dari sekumpulan penutup. Saat katup terbuka, aliran darah
akan mengalir langsung dari bilik jantung menuju arteri. Sebaliknya, saat
katup menutup, aliran darah akan berhenti. Tujuan operasi perbaikan katup
adalah untuk membuka katup yang tertutup yang mengakibatkan aliran
darah menjadi terganggu.

 Operasi Jantung Laser


Dalam dunia kedokteran, operasi jantung laser dikenal dengan nama
transmyocardial laser revascularization (TLR). Operasi jantung laser
biasanya dilakukan saat penanganan-penanganan sebelumnya telah gagal.
Pada operasi jantung jenis ini, dokter akan menggunakan teknologi laser
untuk membuat saluran di otot jantung. Tujuannya agar saluran tersebut
mampu membuat darah mengalir lebih lancar.
 Operasi Pembengkakan Jantung
Pembengkakan jantung adalah terjadinya pembengkakan yang tidak wajar
pada otot jantung atau pada dinding arteri. Pembengkakan jantung biasa
terjadi pada bagian jantung sebelah kiri. Bila tak cepat ditangani, penyakit
pembengkakan jantung ini bisa semakin memburuk dan bahkan pecah
yang potensial menyebabkan perdarahan dalam tubuh. Tidak hanya itu,

4
serangan jantung pun sangat mungkin terjadi. Oleh karena itu, ahli bedah
biasanya akan berusaha untuk mengatasi bagian jantung yang
membengkak tersebut melalui operasi pembengkakan jantung.
 Operasi Cangkok Jantung
Pencangkokan jantung atau yang juga disebut dengan transplantasi jantung
biasanya diterapkan untuk pasien yang mengalami lemah jantung.
Lemahnya jantung membuat jantung tidak cukup kuat untuk memompa
darah ke seluruh tubuh. Terganggunya aliran darah, jelas akan berbahaya
bagi tubuh. Karena itu, dokter akan menyarankan melakukan operasi
pencangkokan jantung. Operasi jantung ini bertujuan untuk mengganti
jantung yang lemah dengan jantung sehat. Tapi biasanya ini menjadi
pilihan terakhir, saat penanganan lemah jantung lainnya telah gagal.
Operasi transplantasi jantung ini biasanya juga tidak mudah sebab harus
ada orang yang mau mendonorkan jantungnya.

2.4 Patofisiologi Bedah jantung

5
Gambar 2.4.1 patofisiologi Infark miokard akut

Gambar 2.4.2 patofisiologi gagal jantung


2.5 Indikasi Dilakukan Operasi
1. “Left to rigth shunt” sama atau lebih dari 1,5 (aliran paru dibandingkan
aliran ke sistemik ³ 1,5).
2. “Cyanotic heart disease “.
3. Kelainan anatomi pembuluh darah besar dan koroner
4. Stenosis katub yang berat (symtomatik).
5. Regurgitasi katub yang berat (symtomatik)
6. Angina pektoris kelas III dan IV menurut Canadian Cardiology Society
(CCS).
7. “Unstable angina pectoris”.
8. Aneurisma dinding ventrikel kiri akibat suatu infark miokardium akut.
9. Komplikasi akibat infark miokardium akut seperti VSD dan mitral
regurgitasi yang berat karena ruptur otot papilaris.
10. “Arrhytmia” jantung misalnya WPW syndrom.
11. Endokarditis/infeksi katub jantung.
12. Tumor dalam rongga jantung yang menyebabkan obstruksi pada katub
misalnya myxoma.
13. Trauma jantung dengan tamponade atau perdarahan.

2.6 Toleransi dan Perkiraan Resiko Operasi

6
Toleransi terhadap operasi diperkirakan berdasarkan keadaan
umum penderita yang biasanya ditentukan dengan klasifikasi fungsional
dari New York Heart Association.
 Klas I : Keluhan dirasakan bila bekerja sangat berat misalnya berlari
 Klas II : Keluhan dirasakan bila aktifitas cukup berat misalnya berjalan
cepat.
 Klas III : Keluhan dirasakan bila aktifitas lebih berat dari pekerjaan
sehari-hari.
 Klas IV : Keluhan sudah dirasakan pada aktifitas primer seperti untuk
makan dan lain-lain sehingga penderita harus tetap berbaring
ditempat tidur.
Waktu terbaik (Timing) untuk melakukan operasi hal ini ditentukan
berdasarkan resiko yang paling kecil.Misalnya umur yang tepat untuk
melakukan total koreksi Tetralogi Fallot adalah pada umur 3 – 4 tahun. Hal
ini yaitu berdasarkan klasifikasi fungsional di mana operasi katub aorta
karena suatu insufisiensi pada klas IV adalah lebih tinggi dibandingkan
pada klas III.Hal ini adalah saat operasi dilakukan.Operasi pintas koroner
misalnya bila dilakukan secara darurat resikonya 2x lebih tinggi bila
dilakukan elektif.
Pembagian Waktu dibagi atas :
1. Emergensi yaitu operasi yang sifatnya sangat perlu untuk menyelamatkan
jiwa penderita. Untuk bypass coroner hal ini dilakukan kapan saja
tergantung persiapan yang diperlukan.
2. Semi Elektif yaitu operasi yang bisa ditunda 2 - 3 hari atau untuk koroner
dilakukan 3 X 24 jam setelah dilakukan kateterisasi jantung.
3. Elektif yaitu operasi yang direncanakan dengan matang atas indikasi
tertentu, waktunya lebih dari 3 hari.

2.7 Persiapan Pra Bedah


Setelah penderita diputuskan untuk operasi maka perlu dipersiapkan
agar operasi dapat berlangsung sukses. Persiapan terdiri dari :
a. Persiapan mental
Menyiapkan klien secara mental siap menjalani operasi, menghilangkan
kegelisahan menghadapi operasi. Hal ini ditempuh dengan cara wawancara
dengan dokter bedah dan kardiolog tentang indikasi operasi, keuntungan
operasi, komplikasi operasi dan resiko operasi. Diterangkan juga hal-hal

7
yang akan dialami/akan dikerjakan di kamar operasi dan ICU dan alat
yang akan dipasang, juga termasuk puasa, rasa sakit pada daerah operasi
dan kapan drain dicabut.
b. Persiapan medikal
1. Obat-obatan
 Semua obat-obatan antikoagulan harus dihentikan 1 minggu sebelum
operasi (minimal 3 hari sebelum operasi).
 Aspirin dan obat sejenis dihentikan 1 minggu sebelum operasi.
 Digitalis dan diuretik dihentikan 1 hari sebelum operasi.
 Antidiabetik diteruskan dan bila perlu dikonversi dengan insulin
injeksi selama operasi.
 Obat-obat jantung diteruskan sampai hari operasi.
 Antibiotika hanya diberikan untuk propilaksis dan diberikan waktu
induksi anestesi di kamar operasi, hanya diperlukan test kulit sebelum
operasi apakah ada alergi.
2. Laboratorium 1 hari sebelum operasi antara lain :
 Hematologi lengkap + hemostasis.
 LFT.
 Ureum, Creatinin.
 Gula darah.
 Urine lengkap.
 Enzim CK dan CKMB untuk CABG.
 Hb S Ag.
 Gas darah.
Bila ada kelainan hemostasis atau faktor pembekuan harus diselidiki
penyebabnya dan bila perlu operasi ditunda sampai ada kepastian bahwa
kelainan tersebut tidak akan menyebabkan perdarahan pasca bedah.
3. Persiapan darah untuk operasi.
Permintaan darah ke PMI terdiri dari :
 Packad cell : 750 cc
 Frash Frozen Plasma : 1000 cc
 Trombosit : 3 unit.
Permintaan darah ke PMI minimal 24 jam sebelum operasi elektif dan
tentu tergantung persediaan darah yang ada di PMI saat itu.
4. Mencari infeksi fokal.
Biasanya dicari gigi berlobang atau tonsilitis kronis dan ini konsultasikan
ke bagian THT dan gigi. Kelainan kulit seperti dermatitis dan

8
furunkolosis/bisul harus diobati dan juga tidak dalam masa
inkubasi/infeksi penyakit menular.

5. Fisioterapi dada.
Untuk melatih dan meningkatkan fungsi paru selama di ICU dan untuk
mengajarkan bagaimana caranya mengeluarkan sputum setelah operasi
untuk mencegah retensi sputum. Bila penderita diketahui menderita
asthma dan penyakit paru obstruktif menahun (PPOM) maka fisioterapi
harus lebih intensif dikerjakan dan kadang-kadang spirometri juga
membantu untuk melihat kelainan yang dihadapi. Bila perlu konsultasi ke
dokter ahli paru untuk problem yang dihadapi.
 Perawatan sebelum operasi.
Saat ini perawatan sebelum operasi dengan persiapan yang matang dari
poliklinik maka perawatan sebelum operasi dapat diperpendek misalnya 1
- 2 hari sebelum operasi. Hal ini untuk mempersiapkan mental klien dan
juga supaya tidak bosan di Rumah Sakit.
Untuk menetapkan suatu penyakit jantung sampai kepada suatu
diagnosis maka diperlukan tindakan investigasi yang cukup. Mulai dari
anamnesa, pemeriksaan fisik/jasmani, laboratorium, maka untuk jantung
diperlukan pemeriksaan tambahan sebagai berikut :
1. Elekt rokardiografi (EKG) yaitu penyadapan hantaran listrik dari
jantung memakai alat elektrokardiografi.
2. Foto polos thorak PA dan kadang-kadang perlu foto oesophagogram untuk
melihat pembesaran atrium kiri (foto lateral).
3. Fonokardiografi
4. Ekhocardiografi yaitu pemeriksaan jantung dengan memakai gelombang
pendek dan pantulan dari bermacam-macam lapisan di tangkap kembali.
Sehingga terlihat gambaran rongga jantung dan pergerakan katup jantung.
Selain itu sekarang ada lagi Dopler Echocardiografi dengan warna, dimana
dari gambaran warna yang terlihat bisa dilihat shunt, kebocoran katup atau
kolateral.
5. Nuklir kardiologi yaitu pemeriksaan jantung dengan memakai isotop intra
vena kemudian dengan “scanner” ditangkap pengumpulan isotop pada
jantung.
6. Kateterisasi jantung yaitu pemeriksaan jantung dengan memakai kateter
yang dimasukan ke pembuluh darah dan didorong ke rongga jantung.

9
Kateterisasi jantung kanan melalui vena femoralis, kateterisasi jantung kiri
melalui arteri femoralis. Tujuan pemeriksaan dengan kateterisasi ini adalah
:
 Pemeriksaan tekanan dan saturasi oksigen rongga jantung,
sehingga diketahui adanya peningkatan saturasi pada rongga
jantung kanan akibat suatu shunt dan adanya hypoxamia pada
jantung bagian kiri.
 Angiografi untuk melihat rongga jantung atau pembuluh darah
tertentu misalnya LV grafi, aortografi, angiografi koroner dll.
 Pemeriksaan curah jantung pada keadaan tertentu.
 Pemeriksaan enzym khusus, yaitu pemeriksaan enzym creati
kinase dan fraksi CKMB untuk penentuan adanya infark pada
keadaan “ unstable angin pectoris”.

2.8 Perawatan Intra Operasi


1. Airway (jalan nafas) Persiapkan alat untuk mempertahankan Airway
antara lain: guedel, laringoskop, ETT berbagai ukuran, system hisab lendir
2. Breathing (pernafasan) persiapan alat untuk terapi O2 antara lain: kanula,
sungkup, bagging dan ventilator
3. Circulation (sirkulasi):
a. Pemasangan EKG, sering digunakan lead II untuk memantau
dinding miokard bagian inferior dan V5 untuk antero lateral
b. Kanulasi arteri dipasang untuk memantau tekanan arteri dan
analisa gas darah
c. Pemasangan CVP untuk pemberian darah autologus dan infuse
kontinu serta obat-obatan yang perlu diberikan
d. Temperature: sering digunakan nasofaringeal atau rektal untuk
mengevaluasi status pasien dari cooling dan rewarning, tingkat
proteksi miokard, adekuatnya perfusi perifer dan hipertermi
maligna
e. Pada beberapa sentra sering dipasang elektro encephalogram untuk
memantau kejadian akut seperti iskemia atau injuri otak
f. Pemberian obat-obatan: untuk anastesi dengan tujuan tidak sadar,
amnesia, analgesia, relaksasi otak dan menurunkan respons stress,
sedang obat lain seperti inotropik, kronotropik, antiaritmia,
diuretic, anti hipertensi, anti kuagulan dan kuagulan juga perlukan.

10
4. Defibrillator
Alat ini disiapkan untuk mengantisipasi aritmia yang mengancam jiwa
5. Deathermi
Melakukan pemasangan ground pad harus disesuaikan dengan ukuran
untuk mencegah panas yang terlalu tinggi pada tempat pemasangan
1. Posisi pasien dimeja operasi
Mengatur pasien tergantung dari prosedur operasi yang akan dilakukan.
Hal yang perlu diperhatikan: posisi harus fisiologis, system
muskuloskeletal harus terlindung, lokasi operasi mudah terjangkau, mudah
dikaji oleh anastesi,beri perlindungan pada bagian yang tertekan (kepala,
sacrum, scapula, siku, dan tumit)
8. Menjaga tindakan asepsis
Kondisi asepsis dicapai dengan: cuci tangan, melakukan proparasi kulit
dan drapping. Menggunakan gaun dan sarung tangan yang steril.

2.9 Perawatan Pasca Bedah


Perawatan pasca bedah dimulai sejak penderita masuk ke
ICU.Untuk mengetahui problem pasca bedah dianjurkan untuk mengetahui
problem penderita pra bedah sehingga dapat diantisipasi dengan
baik.Misalnya problem pernapasan, diabetes dan lain-lain.
1. Perawatan di ICU.
a. Monitoring Hemodinamik.
Setelah penderita pindah di ICU maka serah terima antara perawat
yang mengantar ke ICU dan petugas/perawat ICU yang bertanggung
jawab terhadap penderita tersebut : Dianjurkan setiap penderita satu
perawat yang bertanggung jawab menanganinya selama 24 jam.
Pemantauan yang dikerjakan harus secara sistematis dan mudah :
 CVP, RAP, LAP.
 Denyut jantung.
 Wedge presure dan PAP.
 Tekanan darah.
 Curah jantung.
 Obat-obat inotropik yang digunakan untuk support fungsi
jantung dosisnya, rutenya dan lain-lain.
 Alat lain yang dipakai untuk membantu seperti IABP,
pacuh jantung dll.
b. EKG
Pemantauan EKG setiap saat harus dikerjakan dan dilihat irama
dasar jantung dan adanya kelainan irama jantung seperti AF, VES,

11
blok atrioventrikel dll. Rekording/pencatatan EKG lengkap minimal
1 kali dalam sehari dan tergantung dari problem yang dihadapi
terutama bila ada perubahan irama dasar jantung yang
membahayakan.
c. Sistem pernapasan
Biasanya penderita dari kamar operasi masih belum sadar dan
bahkan diberikan sedasi sebelum ditransfer ke ICU. Sampai di ICU
segera respirator dipasang dan dilihat :
 Tube dan ukuran yang diapakai, melalui mulut / hidung.
 Tidalvolume dan minut volume, RR, FiO2, PEEP.
 Dilihat aspirat yang keluar dari bronkhus / tube, apakah
lendirnya normal, kehijauan, kental atau berbusa
kemerahan sebagai tanda edema paru ; bila perlu dibuat
kultur.
d. Sistem neurologis
Kesadaran dilihat dari/waktu penderita mulai bangun atau masih
diberikan obat-obatan sedatif pelumpuh otot. Bila penderita mulai
bangun maka disuruh menggerakkan ke 4 ektremitasnya.

e. Fungsi ginjal
Dilihat produksi urine tiap jam dan perubahan warna yang terjadi
akibat hemolisis dan lain-lain. Pemerikasaan ureum / kreatinin bila
fasilitas memungkinkan harus dikerjakan.
f. Gula darah
Bila penderita adalah diabet maka kadar gula darah harus dikerjakan
tiap 6 jam dan bila tinggi mungkin memerlukan infus insulin.
g. Laboratorium
Setelah sampai di ICU perlu diperiksa :
 HB,HT,trombosit.
 ACT.
 Analisa gas darah.
 LFT / Albumin.
 Ureum, kreatinin, gula darah.
 Enzim CK dan CKMB untuk penderita bintas koroner.
h. Drain
Drain yang dipasang harus diketahui sehingga perdarahan dari mana
mungkin bisa diketahui. Jumlah drain tiap satuan waktu biasanya
tiap jam tetapi bila ada perdarahan maka observasi di kerjakan tiap
½ jam. Atau tiap ¼ jam. Perdarahan yang terjadi lebih dari 200 cc

12
untuk penderita dewasa tiap jam dianggap sebagai perdarahan pasca
bedah dan mungkin memerlukan retorakotomi untuk menghentikan
perdarahan.
i. Foto thoraks
Pemerikasaan foto thoraks di ICU segera setelah sampai di ICU
untuk melihat ke CVP, Kateter Swan Ganz.Perawatan pasca bedah di
ICU harus disesuaikan dengan problem yang dihadapi seperti
komplikasi yang dijumpai.Umumnya bila fungsi jantung normal,
penyapihan terhadap respirator segera dimulai dan begitu juga
ekstratubasi beberapa jam setelah pasca bedah.

j. Fisioterapi.
Fisioterapi harus segera mungkin dikerjakan termasuk penderita
dengan ventilator.Bila sudah ekstubasi fisioterapi penting untuk
mencegah retensi sputum (napas dalam, vibrilasi, postural drinase).

2.10 Diagnosa Keperawatan


A. Nyeri akut berhubungan dengan Trauma saraf intraoperasi
B. Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan Penurunan kontraktilitas
miokard sekunder terhadap faktor sementara (Bedah dinding ventrikuler)
C. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan ventikulasi
D. Perubahan krisis peran berhubungan dengan krisis situasi (peran
tergantung)/proses penyembuhan
Tujuan dan Intervensi Keperawatan
Dx 1
Nyeri akut berhubungan dengan Trauma saraf intraoperasi
Tujuan : Nyeri hilang/berkurang.
Kriteria hasil :
 Menyatakan nyeri hilang.
 Menunjukkan postur tubuh rileks.
 Kemampuan istirahat/tidur cukup.
 Membedakan ketidaknyamanan bedah dari angina/nyeri jantung pra
operasi.
a) Intervensi : Dorong pasien untuk melaporkan lokasi, dan intensitas nyeri
rentang skala sampai 10. Tanyakan pasien bagaimana membandingkan
dengan nyeri pada operasi dengan nyeri dada.

13
Rasional : Nyeri dirasakan, dimanifestasikan dan ditoleransi secara
individual. Penting untuk pasien membedakan nyeri insisi dari tipe lain
nyeri dada, contoh angina
b) Intervensi : Observasi cemas, mudah terangsang, menangis, gelisah,
gangguan tidur
Rasional : Pertunjuk non verbal ini dapat mengidentifikasikan adanya atau
derajat nyeri yang dialami.
c) Intervensi : Pantau tanda – tanda vital
Rasional : Kecepatan jantung biasanya meningkat karena nyeri, meskipun
respon brakikadi dapat terjadi pada penyakit jantung berat. Tekanan darah
mungkin meningkat karena ketidaknyamanan insisi tapi dapat menurun
atau tidak stabil bila terjadi nyeri dada berat kerusakan dan atau miokardia.
d) Intervensi : Berikan tindakan nyaman (contoh ; pijatan punggung, perubah
posisi ), bantu aktivitas perawatan diri dan dorong aktivitas senggang
sesuai indikasi.
Rasional : Dapat meninggkatkan relaksasi dan perhatian tak langsung dan
menurunkan frekuensi atau kebutuhan dosis analgesic
e) Intervensi : Kolaborasi berikan obat sesuai indikasi contoh proksifene dan
asetaminofen (darvoset-N), asetaminofen dan oksikodon (Tylox)
Rasional : Biasanya diberikan untuk control nyeri adekuat dan
menurunkan tegangan otot, yang memperbaiki kenyamanan pasien dan
meningkatkan penyembuhan.
Dx 2
Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan Penurunan kontraktilitas miokard
sekunder terhadap faktor sementara (Bedah dinding ventrikuler).
Tujuan : Mengembalikan curah jantung untuk menjaga/mencapai gaya hidup yang
diinginkan
Kriteria Evaluasi:
 Parameter hemodinamik dalam batas normal
 Drainase dada melalui selang pada 4-6 jam pertama kurang dari 300
ml/jam
 Tanda-tanda vital stabil
 Nyeri terbatas pada luka operasi
 EKG negative terhadap perubahan iskemik
a) Intervensi : Pantau/catat kecenderungan frekuensi jantung dan td,
khususnya mencatat hipotesis waspada terhadap batas sistolik/diastolic
khusus pada pasien.

14
Rasional : Hipotensi dapat terjadi akibat kekurangan cairan, disritmia,
gagal jantung/syok.
b) Intervensi : Catat suhu kulit/warna dan kualitas/kesamaan nadi perifer.
Rasional : Kulit hangat/merah muda, dan nadi kuat adalah indicator umum
curah jantung adekuat.
c) Intervensi : Pantau program aktifitas. Catat respon pasien, tanda vital
sebulum/selama/setelah aktivitas, terjadinya disritmia.
Rasional : Merangsang sirkulasi/tonur kardiovaskuler dan meningkatkan
rasa sehat. Kemajuan aktifitas tergantung toleransi jantung.
d) Intervensi : Berikan O2 tambahan sesuai indikasid.
Rasional : Meningkatkan oksigenasi maksimal, yang menurunkan kerja
jantung, alat dalam memperbaiki iskemia jantung dan disritmia jantung.
Dx 3
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan ventikulasi
Tujuan : Inefektif pola nafas tidak terjadi.
Kriteri hasil : Pasien menunjukan pola nafas adekuat.
a) Intervensi : Observasi penyimpangan dada. Selidiki penurunan ekspansi
atau ketidak simetrisan gerakan dada.
Rasional : Udara atau cairan pada area pleural mencegah ekspansi lengkap
(biasanya satu sisi) dan memerlukan pengkajian lanjut status ventilasi.
b) Intervensi : Liat kulit dan membrane mukosa untuk adanya sianosis.
Rasional : Sianosis bibir, kuku, atau daun telinga atau keabu-abuan umum
menunjukkan kondisi hipoksia sehubungan dengan gagal jantung atau
komplikasi paru.
c) Intervensi : Evaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman. Catat upaya
pernafasan contoh adanya dipsnea, penggunaan otot bantu nafas, pelebaran
nasal.
Rasional : Respon pasien bervariasi kecepatan dan upaya mungkin
meningkat karena nyeri, takut, demam, penurunan volume sirkulasi
(kehilangan darah atau cairan), akumulasi secret, hipoksia, atau distensi
gaster.
d) Intervensi : Tekankan menahan dada dengan bantal selama nafas dalam
atau batuk.
Rasional : Menurunkan tegangan pada insisi, menuingkatkan ekspansi
paru, dan meningkatkan upaya upaya batuk efektif.
e) Kolaborasi : Berikan tambahan oksigen dengan kanul atau masker, sesuai
indikasi.

15
Rasional : Meningkatkan pengiriman oksigen ke paru untuk kebutuhan
sirkulasi, khususnya pada adanya penurunan atau gangguan ventilasi.
Dx 4
Perubahan krisis peran berhubungan dengan krisis situasi (peran
tergantung)/proses Penyembuhan
a) Intervensi : Kaji peran pasien dalam hubungan keluarga idetifikasi
masalah tentang disfungsi peran atau gangguan, contoh : penyembuhan,
transisi sehat sakit.
Rasional : Membantu mengetahui tanggung jawab pasien bagaimana efek
penyakit terhadap peran ini. Peran tergantung pasien menimbulkan cemas
dan masalah tentang bagaimana pasien akan mampu menangani tanggung
jawab peran biasanya.
b) Intervensi : Kaji tingkat cemas, persepsi pasien tentang derajat ancaman
terhadap diri atau hidup.
Rasional : Informasi memberikan dasar untuk identifikasi atau
perencanaan perawatan individual.
c) Intervensi : Bantu pasien atau orang terdekat mengembangkan strategi
untuk menerima perubahan, contoh : pembagian tanggung jawab untuk
anggota keluarga lain atau teman atau tetangga: menerima bantuan
sementara (perawatan rumah atau petugas kebun) ; selidiki adanya bantuan
finansial.
Rasional : Perencanaan untuk perubahan yang dapat terjadi atau
meningkatkan rasa control dan mnyeselsaikan tanpa kehilangan harga diri.
d) Intervensi : Pertahankan prilaku positif terhadap pasien, berikan
kesempatan untuk pasien melakukan latihan control sebanyak mungkin.
Rasional : Membantu pasien menerima perubahan yang terjadi dan mulai
menyadari control terhadap diri sendiri.

BAB III
PEMBAHASAN

KASUS : Coronary Artery Bypass Graft

3.1 PRA OPERASI CABG


A. Persiapan sebelum pelaksanaan operasi CABG

16
1. Persiapan pasien :
a) Informed concern
b) Persiapan mental pasien
c) Obat – obatan pra operasi : aspirin, nitrogliserin, nifedipin, diltiazem
d) Pemeriksaan laboratorium lengkap terutama : Hb, Hematokrit, jumlah
leukosit, kadar elektrolit, faal hemotasis, foto thorak, EGC, serta tes
fungsi paru – paru ( vital capacity )
e) Persiapan darah 6 – 10 bag sesuai golongan darah pasien
f) Puasa malam 10 – 12 jam
g) Fisioterapi dada
h) Latihan nafas dalam dan batuk efektif yang akan digunakan paska
operasi
i) Pencukuran area pembedahan
j) Lepaskan perhiasan, kontak lensa, mata palsu, gigi palsu ( identifikasi
dan simpan yang aman atau berikan keluarganya ).
k) Cek benda – benda asing dalam mulut.

3.2 INTRA OPERASI CABG


a. Peran perawat kamar bedah
1. Pemeliharaan Keselamatan
a. Atur posisi pasien
 Kesejajaran fungsional
 Pemajanan area pembedahan
 Mempertahankan posisi sepanjang prosedur operasi
b. Memasang alat grounding ke pasien
c. Memberikan dukungan fisik
d. Memastikan bahwa jumlah spongs, jarum dan instrumen tepat.
2. Pematauan Fisiologis
a. Memperhitungkan efek dari hilangnya atau masuknya cairan
secara berlebihan pada pasien
b. Membedakan data kardiopumonal yang normal dengan yang
abnormal
c. Melaporkan perubahan-perubahan pada nadi, pernafasan, suhu
tubuh dan tekanan darah pasien.
3. Dukungan Psikologis (sebelum induksi dan jika pasien sadar)
a. Memberikan dukungan emosional pada pasien
b. Berdiri dekat dan menyentuh pasien selama prosedur dan
induksi
c. Terus mengkaji status emosional pasien

17
d. Mengkomunikasikan status emosional pasien ke anggota tim
perawatan kesehatan lain yang sesuai.
4. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Memberikan keselamatan untuk pasien
b. Mempertahankan lingkungan aseptik dan terkontrol
c. Secara efektif mengelola sumber daya manusia.

b. Persiapan alat dan bahan penunjang operasi :


 Bahan habis pakai (spuit, masker, jarum, benang, dll)
 Alat penunjang kamar operasi
 Linen set ( 3 set )
 Instrument dasar (1 set dasar bedah jantung dewasa )
 Instrumen tambahan ( 1 set tambahan bedah jantung )
 Intrumen AV graft ( 1 set )
 Instrument mikrocoroner ( 1 set )
 Instrument kateter (1 set )
c. Penatalaksanaan
1) Pemasangan CVP pada vena jugularis dekstra atau vena subklavia
dekstra, arteri line dan saturasi oksigen.
2) Pasien dipindah dari ruang premedikasi ke kamar operasi.
3) Pasang kateter dan kabel monitor pasien.
4) Posisi pasien supine, dibawah punggung tepat di scapula diganjal
guling kecil.
6) Bagian lutut kaki diganjal guling, untuk memudahkan pengambilan
graft vena.
7) Menganastesi untuk membuat pasien tidak sadar.
8) Petugas anestesi memasang ETT memulai ventilasi mekanik.
9) Melakukan desinfeksi dengan betadin 10 % mulai dari batas dagu
dibawah bibir kesamping leher melewati mid aksila samping kanan
kiri, kedua kaki sampai batas malleolus ke pangkal paha (kedua kaki
diangkat) kemudian daerah pubis dan kemaluan didesinfeksi terakhir
selnjutnya didesinfeksi dengan larutan hibitan 1% seperti urutan
tersebut diatas dan dikeringkan dengan kasa steril.
10) Dada dibuka melalui jalur median sternotomi dan operator mulai
memeriksa jantung.
11) Pembuluh darah yang sering digunakan untuk bypass grafting ini
antara lain ; arteri thoracic internal, arteri radial, dan vena saphena.
12) Saat dilakukan pemotongan arteri tersebut, klien diberi heparin untuk
mencegah pembekuan darah.

18
13) Pada operasi “off pump”, operator menggunakan alat untuk
menstabilkan jantung.
Off Pump CABG :
Operasi bedah jantung ini tidak memakai mesin jantung paru atau
CPB. Dengan teknik ini jantung tetap berdetak normal dan paru-paru
berfungsi seperti biasa.
a. Kriteria pasien off pump:
 Pasien yang direncanakan operasi elektif
 Hemodinamik stabil
 Ejection friction normal
 Pembuluh distal cukup besar
b. Keuntungan dari tehnik off pump
 Meminimalkan efek trauma operasi
 Mobilisasi paska operasi dapat dilakukan lebih dini
 Drainage paska bedah minimal
 Tranfusi darah dan komponennya minimal
 Dapat cepat kembali pada pekerjaan semula
 Tersedia akses sternotomi untuk re-operasi
Mid CABG (bedah minimal invasif bypass jantung) prosedur ini
dilakukan dengan sayatan yang lebih kecil sekitar 3-4 cm. Dapat
dilakukan tanpa jantung berhenti, dan beberapa pasien dapat keluar
RS dalam waktu 48 jam, karena tidak ada pemotongan di tulang dada,
masa pemulihan menjadi lebih cepatdengan rasa sakit yang berkurang,
masa rawat lebih singkat dan bekas luka lebih kecil. Tetapi prosedur ini
hanya dilakukan pada pasien yang penyumbatannya hanya dapat di
bypass dengan sayatan kecil dengan resiko komplikasi rendah
14) Pada operasi “on Pump”, maka ahli bedah membuat kanul ke dalam
jantung dan menginstruksikan kepada petugas perfusionist untuk
memulai cardiopulmonary bypass (CPB).
On pump CABG
Operasi ini dilakukan dengan memakai mesin pintas jantung
paru atau CPB. Dengan teknik ini jantung tidak berdenyut, dengan
menggunakan obat yang disebut cardioplegik. Sementara itu,
peredaran darah dan pertukaran gas diambil alih oleh mesin pintas
jantung paru.
1. Prinsip cairan kardioplegik yang digunakan yaitu:
2. Konsentrasi kalium cukup tinggi sehingga cepat terjadi arrest

19
3. Dextrose sebagai sumber energi
4. Buffer pH untuk mencegah asidosis
5. Hiper osmolaritas untuk mencegah edema interstitial miokardium
6. Anastesi lokal untuk stabilitas membran sel
Pada teknik operasi ini, suhu diturunkan menjadi 28°- 30° C,
yang bertujuan untuk menurunkan kebutuhan jaringan akan oksigen
seminimal mungkin, heart rate di pertahankan 60 – 80 x/menit, tekanan
arteri 70 – 80 mmHg. Suhu diturunkan dengan cara pendingina topikal,
yaitu:
 Irigasi otot jantung dengan Ringer dingin (4° C), jantung
direndam dengan cairan tersebut.
 Memakai Ringer dingin seperti bubur (ice slush).
15) Setelah CPB terpasang, operator ditempat klem lintas aorta (aortic
cross clamp) diseluruh aorta dan mengintruksikan perfusionist untuk
memasukkan cardioplegia untuk menghentikan jantung.
16) Ujung setiap pembuluh darah grefting dijahit pada arteri koronaria
diluar daerah yang diblok dan ujung alin dihubungkan pada aorta.
17) Jantung dihidupkan kembali; atau pada operasi “off pump” alat
stabilisator dipisahkan. Pada beberapa kasus, aorta didukung sebagian
oleh klem C-Shaped, jantung dihidupkan kembali dan penjahitan
jaringan grafting ke aorta dilakukan sembari jantung berdenyut.
18) Protamin diberikan untuk memberikan efek heparin .
19) Sternum dijahit bersamaan dan insisi dijahit kembali.
20) Pasien akan dipindahkan ke unit perawatan intensif (ICU) untuk
penyembuhan.
21) Setelah keadaan sadar dan stabil di ICU (sekitar 1 hari), pasien bisa
dipindah ke ruang rawat sampai pasien siap untuk pulang.

3.3 PASCA OPERASI


Setelah operasi selesai, pasien segera dipindahkan ke ruang
Intensive Care Unit (ICU). Segera setelah pasien tiba di ICU, perawat
harus segera melakukan pengkajian meliputi semua sistem organ untuk
menentukan status pascaoperasi dibandingkan dengan preoperasi dan
mengetahui perubahan yang mungkin terjadi selama pembedahan.
1. Perawatan di ICU
a. Monitoring Hermodinamik

20
Setiap pasien dianjurkan 1 perawat yang bertanggungjawab
menangani selama 24 jam. Pemantantauan yang dikerjakan harus
secara sistematis dan mudah :
 CVP, RAP, LAP
 Denyut Jantung
 “Wedge pressure” dan PAP
 Tekanan Darah
 Curah jantung
 Obat-obatan inotropik yang digunakan untuk support fungsi
jantung dosis, rute dan lain-lain.
b. EKG
Pemantauan ini harus dikerjakan dan dilihat irama dasar jantung
dan adanya kelainan irama jantung seperti AV, VES, blok
atrioventrikel. Pencatatan EKGini harus lengkap minimal 1 kali
sehari dan tergantung dari problem yang dihadapi terutama bila ada
perubahan irama dasar jantung yang membahayakan.
c. Sistem Pernapasan
Biasanya pasien dari kamar operasi masih belum sadar. Sampai di
ICU segera respirator dipasang dan dilihat:
 Tube dan ukuran yang dipakai, melalui mulut atau hidung
 Tidak volume dan minut volume, RR, Fi O 2, PEEP.
 Dilihat aspirat yang keluar dari bronchus atau tube, apakah
lendirnya normal, kehijauan, kental, atau berbusa
kemerahan sebagai tanda edema paru.
d. Sistem Neurologis
Kesadaran dilihat dari atau waktu pasien mulai bangun atau masih
diberikan obat-obatan sedative pelumpuh obat. Bila pasien mulai
bangun maka disarankan untuk menggerakan ke 4 ekstremitasnya.
e. Sistem Ginjal
Dilihat produksi urin tiap jam dan perubahan warna yang terjadi
akibat hemolisis dan lain-lain.
f. Gula darah
Bila pasien diabet maka kadar gula darah harus di kerjakan tiap 6
jam dan bila tinggi mungkin memerlukan infuse insulin.
g. Laboratorium
Setelah di ICU perlu diperiksa:
 HB, HT, trombosit
 ACT
 Analisa gas darah

21
 LFT/ Albumin
 Ureum, kretinin, gula darah
 Enzim CK dan CKMB untuk penderita bintas koroner
h. Drain
Drain yang dipasang harus diketahui sehingga perdarahan dari
mana mungkin bisa diketahui. Jumlah drain tiap waktu biasanya
tiap jam tetapi bila ada perdarahan maka observasi dikerjakan tiap
½ jam atau ¼ jam.
i. Foto Thoraks
Pemeriksaan ini segera setelah di ICU untuk melihat ke CVP,
kateter swan ganz. Bila jantung normal, penyapihan terhadap
respirator segera di mulai dan begitu juga ekstratubasi beberapa
jam setelah pasca bedah.
j. Fisioterapi
Harus segera dikerjakan termasuk penderita dengan ventilator. Bila
sudah ekstubasi fisioterapi penting untuk mencegah retensi sputup
(napas dalam, vibrilasi, postural drinase).

2. Perawatan di ruang perawatan


Setelah keluar dari ICU maka pemantauan terhadap fungsi semua
organ terus dilanjutkan. Pemeriksaan hematologi rutin dan thoraks foto
telah dikerjakan termasuk laboratorium LFT, Enzim CK dan CKMB. Hari
berikutnya periksa dan lihat keadaanya antara lain:
 Elektrolit thrombosis
 Ureum
 Gula darah
 Thorak foto
 EKG 12 lead
Hari ke 4 : Lihat keadaan, pemeriksaan atas indikasi
Hari ke 5 : Hematologi, LFT, Ureum dan bila perlu elektrolit, foto
thorak
Hari ke 6 sampai 10 pemeriksaan atas indikasi, misalnya thrombosis.
Diberikan obat-obatan seperti analgetik karena rasa sakit daerah dada
waktu batuk akan mengganggu pernapasan pasien. Obat-obatan lain seperti
hipertensi, anti diabet, dan vitamin harus sudah dimulai, expectoransia,
bronchodilator, juga diperlukan untuk mengeluarkan sputum yang banyak
sampai hari ke 7 atau sampai pasien pulang.
Pada perawatan luka, bila ada tanda-tanda infeksi seperti kemerahan dan
bengkok pada luka apalagi dengan tanda-tanda panas, lekositosis, maka luka

22
harus dibuka jahitannya sehingga nanah yang ada bisa keluar. Dan
dikompres dengan antiseptik.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Bedah jantung adalah usaha atau operasi yang dikerjakan untuk
melakukan koreksi kelainan anatomi atau fungsi jantung. Operasi Jantung
Dibagi Atas :
 Operasi jantung terbuka, yaitu operasi yang dijalankan dengan membuka
rongga jantung dengan memakai bantuan mesin jantung paru (mesin extra
corporal).
 Operasi jantung tertutup, yaitu setiap operasi yang dijalankan tanpa
membuka rongga jantung misalnya ligasi PDA, Shunting aortopulmonal.
Dengan prosedur diagnostik yang canggih yang memungkinkan
diagnostik dimulai lebih awal dan lebih akurat, menyebabkan penanganan
dapat dilakukan jauh sebelum terjadi kelemahan yang berarti.Penanganan
dengan teknologi dan farmakoterapi yang baru terus dikembangkan
dengan cepat dan dengan keamanan yang semakin meningkat.

23
Perawatan dan asuhan keperawatan perlu dilakukan kepada pasien
yang akan menjalani pembedahan baik pada saat pra bedah, intra bedah
maupun pasca bedah.

4.2 Saran
Adapun saran yang kepada pembaca agar pembaca dapat memahami
konsep tentang lampu bedah dan meja operasi. Kemudian penulis juga menerima
saran dari pembaca agar pembuatan makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Effendy, Christantie dan Ag. Sri Oktri Hastuti, 2005, Kiat Sukses menghadapi
Operasi, Sahabat Setia, Yogyakarta.

https://www.deherba.com/5-jenis-operasi-jantung.html diakses tanggal 24 oktober


2016 pada jam 17.10 WIB

http://fzee.blogspot.co.id/2008/08/bedah-jantung.html diakses tanggal 24 oktober


2016 pada jam 17.10 WIB

https://inkesehatan.blogspot.co.id/2015/06/inilah-5-jenis-jenis-operasi-
jantung.html diakses tanggal 24 oktober 2016 pada jam 17.10 WIB

Muttaqin, Arif dan Kumala Sari.2009.Asuhan Keperawatan Perioperatif Konsep,


Proses, dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika.

Shodiq, Abror. 2004. Operating Room, Instalasi Bedah Sentral RS dr. Sardjito
Yogyakarta, Tidak dipublikasikan : Yogyakarta.

Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare, 2002, Buku Ajar Keperawatan


Medikal Bedah: Brunner Suddarth, Vol. 1, EGC, Jakarta

Wibowo, Soetamto, dkk. 2001. Pedoman Teknik Operasi OPTEK, Airlangga


University Press : Surabaya.

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC :

24
Jakarta.

25

Anda mungkin juga menyukai