ASUHAN KEPERAWATAN
PRA dan POST OPERASI BEDAH JANTUNG
Dalam Memenuhi Tugas SistemKardiovaskulerII
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT, yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya kepada kita,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tanpa hambatan sesuatu apapun.
Sholawat serta salam semoga terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi besar, Nabi Muhammad SAW,
beserta keluarga dan sahabat-Nya yang telah membimbing kita dari jaman jahiliyah menuju jaman Islamiyah.
1. Drs.H Budi Utomo,Amd kep. M.Kes selaku ketua STIKES Muhammadiyah Lamongan
2. Arifal Aris S.Kep Ns, M.Kes selaku ketua prodi S-1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah lamongan
3. Sri Hananto Ponco S.Kep, Ns selaku dosen pembimbing
Dan beberapa pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu, yang membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami mengharap saran dan kritik
yang membangun agar lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kami khususnya dan
pembaca umumnya. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................ ......
DAFTAR ISI ................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. ......
B. Rumusan Masalah ............................................................................
C. Tujuan .............................................................................................. ......
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi.............................................................................................
B. Klasifikasi........................................................................................
C. Tujuan Operasi Bedah Jantung........................................................
D. Toleransi dan Perkiraan Resiko Operasi...........................................
E. Diagnosis Penderita Penyakit Jantung.............................................
F. Perawatan Perioperatif Dikamar Operasi.........................................
G. Perawatan Pasca Bedah...................................................................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................
B. Saran.................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.3Tujuan
Tujuan Instuksional Umum
Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien intra bedah jantung.
Tujuan Instuksional Khusus
1) Mengetahui pengertian dari bedah jantung
2) Mengetahui klasifikasi bedah jantung
3) Mengetahui Tujuan operasi bedah jantung
4) Mengetahui toleransi dan perkiraan resiko operasi
5) Mengetahui diagnose penderita penyakit jantung
6) Mengetahui perawatan perioperative dikamar operasi
7) Mengetahui perawatan pasca bedah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Bedah jantung adalahUsaha atau operasi yang dikerjakan untuk melakukan koreksi kelainan anatomi atau
fungsi jantung.
2.2 Klasifikasi
1. Operasi jantung terbuka, yaitu operasi yang dijalankan dengan membuka rongga jantung dengan memakai
bantuan mesin jantung paru (mesin extra corporal).
2. Operasi jantung tertutup, yaitu setiap operasi yang dijalankan tanpa membuka rongga jantung misalnya ligasi
PDA, Shunting aortopulmonal.
1. Koreksi total dari kelainan anatomi yang ada, misalnya penutupan ASD, Pateh VSD, Koreksi Tetralogi Fallot.
2. Transposition Of Great Arteri (TGA). Umumnya tindakan ini dikerjakan terutama pada anak-anak (pediatrik)
yang mempunyai kelainan bawaan.
3. Operasi paliatif, yaitu melakukan operasi sementara untuk tujuan mempersiapkan operasi yang definitive atau
total koreksi karena operasi total belum dapat dikerjakan saat itu, misalnya shunt aortopulmonal pada TOF,
Pulmonal atresia.
4. Repair yaitu operasi yang dikerjakan pada katub jantung yang mengalami insufisiensi.
5. Replacement katup yaitu operasi penggantian katup yang mengalami kerusakan.
6. Bypass koroner yaitu operasi yang dikerjakan untuk mengatasi stenosis/sumbatan arteri koroner.
7. Pemasangan inplant seperti kawat ‘pace maker’ permanen pada anak-anak dengan blok total atrioventrikel.
8. Transplantasi jantung yaitu mengganti jantung seseorang yang tidak mungkin diperbaiki lagi dengan jantung
donor dari penderita yang meninggal karena sebab lain.
1. Elektrokardiografi (EKG) yaitu penyadapan hantaran listrik dari jantung memakai alat elektrokardiografi.
2. Foto polos thorak PA dan kadang-kadang perlu foto oesophagogram untuk melihat pembesaran atrium kiri (foto
lateral).
3. Fonokardiografi
4. Ekhocardiografi yaitu pemeriksaan jantung dengan memakai gelombang pendek dan pantulan dari bermacam-
macam lapisan di tangkap kembali. Sehingga terlihat gambaran rongga jantung dan pergerakan katup jantung.
Selain itu sekarang ada lagi Dopler Echocardiografi dengan warna, dimana dari gambaran warna yang terlihat
bisa dilihat shunt, kebocoran katup atau kolateral.
5. Nuklir kardiologi yaitu pemeriksaan jantung dengan memakai isotop intra vena kemudian dengan “scanner”
ditangkap pengumpulan isotop pada jantung.
6. Kateterisasi jantung yaitu pemeriksaan jantung dengan memakai kateter yang dimasukan ke pembuluh darah
dan didorong ke rongga jantung. Kateterisasi jantung kanan melalui vena femoralis, kateterisasi jantung kiri
melalui arteri femoralis.
Pemeriksaan Diagnose
EKG: untuk mengetahui disaritmia
Chest x-ray
Hasil laboratarium: darah lengkap, koagulasi, elektrolit, urium, kreatinin, BUN, Hb.
Kateterisasi
Ekhocardiografi
4. Defibrillator : Alat ini disiapkan untuk mengantisipasi aritmia yang mengancam jiwa
5. Deathermi : Melakukan pemasangan ground pad harus disesuaikan dengan ukuran untuk mencegah panas
yang terlalu tinggi pada tempat pemasangan
Mengatur pasien tergantung dari prosedur operasi yang akan dilakukan. Hal yang perlu diperhatikan: posisi harus
fisiologis, system muskuloskeletal harus terlindung, lokasi operasi mudah terjangkau, mudah dikaji oleh anastesi,beri
perlindungan pada bagian yang tertekan (kepala, sacrum, scapula, siku, dan tumit)
Kondisi asepsis dicapai dengan: cuci tangan, melakukan proparasi kulit dan drapping. Menggunakan gaun dan
sarung tangan yang steril.
2.7Perawatan Pasca-bedah
Perawatan pasca bedah dimulai sejak penderita masuk ke ICU.Untuk mengetahui problem pasca bedah
dianjurkan untuk mengetahui problem penderita pra bedah sehingga dapat diantisipasi dengan baik.Misalnya
problem pernapasan, diabetes dan lain-lain.
h. Drain
Drain yang dipasang harus diketahui sehingga perdarahan dari mana mungkin bisa diketahui. Jumlah drain tiap
satuan waktu biasanya tiap jam tetapi bila ada perdarahan maka observasi di kerjakan tiap ½ jam. Atau tiap ¼ jam.
Perdarahan yang terjadi lebih dari 200 cc untuk penderita dewasa tiap jam dianggap sebagai perdarahan pasca
bedah dan mungkin memerlukan retorakotomi untuk menghentikan perdarahan.
i. Foto thoraks
Pemerikasaan foto thoraks di ICU segera setelah sampai di ICU untuk melihat ke CVP, Kateter Swan
Ganz.Perawatan pasca bedah di ICU harus disesuaikan dengan problem yang dihadapi seperti komplikasi yang
dijumpai.Umumnya bila fungsi jantung normal, penyapihan terhadap respirator segera dimulai dan begitu juga
ekstratubasi beberapa jam setelah pasca bedah.
j. Fisioterapi.
Fisioterapi harus segera mungkin dikerjakan termasuk penderita dengan ventilator.Bila sudah ekstubasi fisioterapi
penting untuk mencegah retensi sputum (napas dalam, vibrilasi, postural drinase).
Obat – obatan ini biasanya diberikan analgetik karena rasa sakit daerah dada waktu batuk akan mengganggu
pernapasan klien. Obat-obat lain seperti anti hipertensi, anti diabet, dan vitamin harus sudah dimulai, expectoransia,
bronchodilator, juga diperlukan untuk mengeluarkan sputum yang banyak sampai hari ke 7 atau sampai klien pulang.
Perawatan luka, dapat tertutup atau terbuka. Bila ada tanda-tanda infeksi seperti kemerahan dan bengkak pada
luka apalagi dengan tanda-tanda panas, lekositosis, maka luka harus dibuka jahitannya sehingga nanah yang ada
bisa bebas keluar. Kadang-kadang perlu di kompres dengan antiseptik supaya nanah cepat kering. Bila luka sembuh
dengan baik jahitan sudah dapat di buka pada hari ke delapan atau sembilan pasca bedah. Untuk klien yang gemuk,
diabet kadang-kadang jahitan dipertahankan lebih lama untuk mencegah luka terbuka.
Fisioterapi, setelah klien exstubasi maka fisioterapi harus segera dikerjakan untuk mencegah retensi sputum yang
akan menyebabkan problem pernapasan. Mobilisasi di ruangan mulai dengan duduk di tempat tidur, turun dari
tempat tidur, berjalan disekitar tempat tidur, berjalan ke kamar mandi, dan keluar dari ruangan dengan dibimbing oleh
fisioterapis atau oleh perawat.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas
Nama : tidak berpengaruh
Umur : kebanyakan disemua umur (pada anak-anak juga bisa seperti pada kelainan jantung bawaan) (pada orang
dewasa juga bisa dilakukan dengan indikasi gagal jantung) tapi lebih sering pada anak-anak
Jenis kelamin : kebanyakan terjadi pada laki-laki tapi tidak menutup kemungkinan terjadi juga pada perempuan
3.1.2 Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Biasanya pasien-pasien yang akan dilaksanakan operasi bedah jantung kebanyakan datang dengan keluhannya
sesak nafas, nyeri dada, syanosis, kelemahan, palpitasi dan nafas cepat
Riwayat Penyakit Sekarang
Sesak nafas, nyeri dada, syanosis, kelemahan, nafas cepat, palpitasi
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sebelumnya pernah merasa sesak dan nyeri pada dada tapi hilang dengan obat warung
Pasien mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika ada keluarga yang sakit maka akan segera dibawa
ke pelayanan kesehatan terdekat.
2. Pola nutrisi dan metabolik
Pasien tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya karena adanya sesak dan nafas pendek.
5. Pola istirahat tidur
Pasien tidak bisa istirahat total seperti biasanya karena ada nyeri di dada
6. Pola persepsi sensori dan kognitif
Pasien sudah mengerti tentang keadaanya dan merasa harus segera berobat
7. Pola hubungan dengan orang lain
Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara baik tetapi akibat kondisinya pasien malas untuk keluar dan
memilih untuk istirahat.
8. Pola reproduksi / seksual
Pasien berjenis kelamin laki –laki dan akibat penyakitnya pasien tidak bisa berhubungan seksual .
9. Pola persepsi diri dan konsep diri
Pasien ingin cepat sembuh dan tidak ingin mengalami penyakit seperti ini lagi
10. Pola mekanisme koping
Pasien beragama islam dan yakin akan cepat sembuh menganggap ini merupakan cobaan dari Allah SWT.
Do :
Do:
1 Penurunan cardiac output Setelah dilakukan prosesObservasi TTV 1. Mengetahui keadaan umum
berhubungan dengan keperawatan selama 1x24 pasien
penurunan kontraktilitas jam diharapkan
miokard. keseimbangan heart 2. disritmia khusus lebih jelas
rate dan frekuensi jantung terdeteksi dengan
dapat terjaga dengan KH : pendengaran dari pada
2. Auskultasi bunyi dengan palpasi.
K : pasien dan keluarga jantung, catat Pendenganaran terhadap
pasien mengetahui apa frekuensi, irama. bunyi jantung ekstra atau
yang menyebabkan dari Catat adaya denyut penurunan nadi membantu
menurunnya cardiac jantung ekstra, mengidentifikasi disritmia
output. penurunan nadi. pada pasien tak terpantau
- Peralatan pemantau
hemodinamik
memperlihatkan hasil
normal ( tekanan vena
central (CVP) normal
antara 2-8 mmHg atau 3- 4. Catat warna kulit,
11 cm air, curah jantung adanya kuwalitas
normal antara 3-5L/menit, pulse .
tekanan kapiler pulmonal
(PCWP) normal yaitu 6-12
mmHg, indeks jantung
normal 2,5-3,5 L/mnt/mm2,
tekanan vaskuler sistemik
normal antara 600-1400
dynes/sec, rerata tekanan
arteri normal 70-
100mmHg)
5. Pantau status
kardivaskuler setiap
jam sampai stabil
melalui parameter
hemodinamik
2 Gangguan intoleransi Setelah dilakukan proses 1. Observasi TTV 1. Mengetahui keadaan umum
aktifitas berhubungan keperawatan selama 1x24 pasien
dengan adanya jam pasien dapat
ketidakseimbangan antar melakukan aktivitas seperti 2. Penurunan/ketidakmampuan
a suplay oksigen biasa dan tidak mudah miokardium untuk
lelah meningkatkan volume
2. Catat respon sekuncup selama aktivitas,
dengan KH : kardiopulmonal dengan menyebabkan
terhadap aktivitas, peningkatan segera pada
K : pasien dan keluarga catat takikardi, frekuensi jantung dan
pasien mengetahui disritmia, dispnea, kebutuhan oksigen, juga
penyebab dari gangguan berkeringat, pucat. peningkatan kelelahan dan
intoleransi aktivitas kelemahan.
3. Observasi warna
kulit, membran
mukosa dan kuku.
Catat adanya
sianosis perifer
(kuku) atau sianosis
sentral.
4. Evaluasi
peningkatan
intoleransi aktivitas.
5. Anjurkan untuk
menarik nafas
dalam, batuk efektif,
berpindah posisi,
memakai spirometer
dan mematuhi terapi
nafas.
3 Kelebihan volume cairan Setelah dilakukan proses 1. Observasi TTV. 1. Untuk mengetahui keadaan
berhubungan dengan keperawatan selama 1x24 umum pasien.
menurunnya filtrasi jam diharapkan
glomelurus. keseimbangan cairan 2. Output urine mungkin
dalam tubuh dapat sangat sedikit dan pekat,
tercapaidengan KH: karena menurunnya perfusi
2. Observasi output jaringan
K : pasien dan keluraga urine, catat jumlah
pasien mengetahui dan warnanya 3. Dengan posisi berbaring
penyebab dari kelebihan semi fowler meningkatkan
volume cairan filtrasi glomerulus dan
mengurangi produksi ADH
A : pasien dan keluarga sehingga menambah
pasien mampu diuresis.
menunjukan bagaimana
cara menangani kelebihan 4. Retensi cairan yang
volume cairan berlebihan dimanifestasikan
3. Atur posisi semi
dengan adanya edema.
fowler selama fase
P : pasien dan keluarga Meningkatnya kongesti
akut
pasien mampu mengatasi vaskuler yang akhirnya
kelebihan volume cairan mengakibatkan edema
jaringan sistemik.
P : - TTV normal :
(TD : 110/70-120/80 5. Bertambah beratnya gagal
mmHg, Suhu: 36,5-37,50 C, jantung menambah kongesti
RR: 16-24 x/mnt, Nadi: 60- vena , mengakibatkan
100 x/mnt distensi perut dan nyeri. Ini
dapai merubah fungsi hati
- Gambaran adanya dan merugikan metabolisme
kestabilan volume cairan obat.
dengan seimbangnya
intake output. 6. Diuretic (Furosemic),
Meningkatkan aliran urine
- tidak ada edema. dan menghalangi reabsorsi
dari sodium/klorida didalam
4. Periksa tubuh dari tubulus ginjal. Thiazide
edema dengan/tanpa (Spironolactone),
pitting, catat adanya Meningkatnya diuresis
edema seluruh tubuh tanpa kehilangan potassium
(anasarka) yang berlebihan.
5. Palpasi adanya
hepatomegali. Catat
keluhan nyeri pada
kwadran atas bagian
kanan
6. Kolaborasi dengan
tim kesehatan
dengan pemberian
diuretic, thiazide dan
pengganti potasium.
3.2.2Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Apatis
Keadaan umun: biasanya dalam keadaan lemas
TTV
- Nadi : 55-80 x/menit
- TD : 90/65-120/85 mmHg
- RR : 22-27 x/menit
- Suhu : 37,5-38.5 ̊ C
Kepala dan Leher
Rambut : Keriting, ada lesi, distribusi merata.
Wajah : Normal, konjungtiva agak merah muda
Hidung : Tidak ada polip
Mulut : Bersih
Leher : Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
Thorax
Jantung
Inspeksi : terdapat bekas jahitan luka operasi
Palpasi : adanya nyeri tekan
Perkusi : -
Auskultasi : terdengar BJ 1 dan 2
Paru
Inspeksi : pengembangan paru kanan-kiri simetris
Palpasi : tidak ada otot bantu pernafasan
Perkusi : -
Auskultasi : weezing
Abdomen
Inspeksi : Bulat datar
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : -
Auskultasi : Bising usus (+)
Ekstremitas
Eks. Atas : Ada clubbing fingers, terdapat oedema
Eks. Bawah :Ada clubbing fingers, terdapat oedema
Sistem Integumen : turgor kulit kembali > 1 detik
Genetalia : bersih, normal, tidak ada penyakit kelamin, tidak ada hemoroid, dan terpasang kateter
Bila pasien telah dipindahkan ke unit perawatan kritis, 4-12 jam sesudahnya, harus dilakukan pengkajian yang lengkap
mengenai semua system untuk menetukan status pascaoperasi pasien dibandingkan dengan garis dasar
perioperative dan mengetahui perubahan yang mungkin terjadi selama pembedahan. Parameter yang dikaji adalah
sebagai berikut :
1. Status neurologis :tingkat responsivitas, ukuran pupil dan reaksi terhadap cahaya, refleks, gerakan ekstremitas, dan
kekuatan genggaman tangan.
2. Status Jantung :frekuensi dan irama jantung, suara jantung, tekanan darah arteri, tekanan vena sentral (CVP),
tekanan arteri paru, tekanan baji arteri paru (PAWP = pulmonary artery wedge pressure). tekanan atrium kiri (LAP),
bentuk gelombang dan pipa tekanan darah invasif, curah jantung atau indeks. tahanan pembuluh darah sistemik dan
paru, saturasi oksigen arteri paru bila ada, drainase rongga dada, dan status serta fungsi pacemaker.
3. Status respirasi : gerakan dada, suara napas, penentuan ventilator (frekuensi, volume tidal, konsentrasi oksigen,
mode [mis, SIMV], tekanan positif akhir ekspirasi [PEEP], kecepatan napas, tekanan ventilator, saturasi oksigen
anteri (SaO2), CO2 akhir tidal, pipa drainase rongga dada, gas darah arteri.
4. Status pembuluh darah perifer :denyut nadi perifer, warna kulit, dasar kuku, mukosa, bibir dan cuping telinga, suhu
kulit, edema, kondisi balutan dan pipa invasif.
5. Fungsi ginjal :haluaran urin, berat jenis urin, dan osmolaritas.
6. Status cairan dan elektrolit asupan : haluaran dan semua pipa drainase. semua parameter curah jantung, dan
indikasi ketidakseimbangan elektrolit berikut:
a. Hipokalemia : intoksikasi digitalis, disritmia (gelombang U, AV blok, gelombang T yang datar atau terbalik).
b. Hiperkalemia : konfusi mental, tidak tenang, mual, kelemahan, parestesia eksremitas, disrirmia (tinggi, gelombang T
puncak, meningkatnya amplitudo, pelebaran kompleks QRS; perpanjangan interval QT).
c. Hiponatremia : kelemahan, kelelahan, kebingungan, kejang, koma.
d. Hipokalsemia parestesia, spasme tangan dan kaki, kram otot, tetani.
e. Hiperkalsemia intoksikasi digitalis, asistole.
7. Nyeri :sifat, jenis, lokasi, durasi, (nyeri karena irisan harus dibedakan dengan nyeri angina), aprehensi, respons
terhadap analgetika.
Beberapa pasien yang telah menjalani CABG dengan arteri mamaria interna akan mengalami parestesis nervus
ulnaris pada sisi yang sama dengan graft yang diambil. Parestesia tersebut bisa sementara atau permanen. Pasien
yang menjalani CABG dengan arteri gastroepiploika juga akan mengalami ileus selama beberapa waktu
pascaoperatif dan akan mengalami nyeri abdomen pada tempat insisi selain nyeri dada.
Pengkajian juga mencakup observasi segala peralatan dan pipa untuk menentukan apakah fungsinya baik: pipa
endotrakheal, ventilator, monitor CO2 akhir tidal, monitor SaO2, kateter arteri paru, monitor saturasi oksigen arteri
paru (SavO2), pipa arteri dan vena, alat infus intravena dan selang, monitor jantung, pacemaker, pipa dada, dan
sistem drainase urin.
1. Ds: keluarga klien mengatakan Kehilangan darah dan Penurunan curah jantung
bahwa pasien mengalami gangguan miokardium
keletihan, berdebar-debar, nafas
pendek, bingung
Do:
- Peralatan pemantau
hemodinamik memperlihatkan
hasil tidak normal
- Terdapat edema
2. Ds: keluarga klien mengatakan Trauma pembedahan dada Gangguan pertukaran gas
bahwa pasien sesak, nafas ekstensif
pendek,
Do:
Do:
- skala nyeri 5
- TTV : TD: 120/80-140/90
mmHg, Nadi: 100-110 x/menit,
RR: 20-24x /menit, Suhu : 370C-
380C
- S : 5,
- T : waktu bergerak
Do:
- Adanya kemerahan
-Adanya bengkak
3.2.4 Diagnosa Keperawatan
1. Menurunnya curah jantung berhubungan dengan kehilangan darah dan fungsi jantung yang terganggu.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan trauma akibat pembedahan dada ekstensi.
4. Terjadinya hipertermi berhubungan dengan terjadinya infeksi atau sindrom pasca perikardiotomi.
3.2.5Proses Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan KH Intervensi Rasional
5. Berikan fisioterapi
dadasesuai resep
6. Anjurkan untuk menarik
nafas dalam, batuk efektif,
berpindah posisi,
memakai spirometer dan
mematuhi terapi nafas.
3.3Contoh Implementasi
NO. DX TGL/JAM IMPLEMENTASI RESPON TTD
25-11-2012
08.00
1,2,3,4 1. Mengobservasi TTV 1. DS : keluarga pasien
mengatakan pasien agak
mendingan
1,2
4. DS : pasien mengatakan akan
segera minum obat
2 11.00 wib
8. mengajarkan teknik relaksasi,
kompres air hangat dan fisioterapi
dada
4 12.00 wib
2,3,4 13.00 wib
3.4 Evaluasi
NO.
TGL/JAM EVALUASI TTD
DX
1 25-11-2012 S:-
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
P : intervensi dihentikan
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Bedah jantung adalahUsaha atau operasi yang dikerjakan untuk melakukan koreksi kelainan anatomi atau
fungsi jantung.
1. Pemeliharaan keselamatan
2. Pematauan fisiologis
3. Dukungan psikologis
4. Penatalaksanaan keperawatan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA