Oleh:
10542 0267 11
PEMBIMBING :
FAKULTAS KEDOKTERAN
2017
HALAMAN PENGESAHAN
Telah menyelesaikan tugas tersebut dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian
Pembimbing,
Syukur alhamdulillahi Robbil ‘alamin, tiada kata terindah selain puja dan
puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam atas segala
rahmat dan karuniaNya yang telah memberikan nikmat kesehatan dan hidayah-
Nya kepada penulis sehingga referat ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai
dengan waktu yang telah direncanakan. Salawat serta salam selalu tercurah
kepada tauladan sepanjang masa, Nabi Muhammad SAW, beserta para keluarga,
sahabat, dan para pengikutnya yang senantiasa istiqomah dalam sunnahnya hingga
akhir zaman.
Kata demi kata terangkai sehingga menjadi sebuah kalimat dan kalimat
menjadi sebuah paragraf yang bermakna yang akhirnya menjadi sebuah referat
dengan judul “Resusitasi Jantung Paru” disusun sebagai suatu tugas dalam
kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Anestesi Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Kepada dokter pembimbing, dr. Zulfikar Tahir, Sp.An, penulis mengucapkan
terima kasih atas bimbingan dan ilmu yang diberikan, dan kesabarannya dalam
membimbing penulis sampai referat ini selesai.
Akhir kata, Penulis menyadari referat ini masih jauh dari ukuran
kesempurnaan oleh karena itu saran dan kritikan yang membangun sangat
diperlukan untuk perbaikan laporan kasus ini. Semoga ada manfaat yang bisa di
ambil untuk para pembaca. Amin.
Sebagian besar korban henti jantung adalah orang dewasa, tetapi ribuan bayi
dan anak juga mengalaminya setiap tahun. Henti jantung akan tetap menjadi
penyebab utama kematian yang premature, dan perbaikan kecil dalam usaha
penyelamatannya akan menjadi ribuan nyawa yang dapat diselamatkan setiap
tahun. 1,2
Bantuan hidup dasar boleh dilakukan oleh orang awam dan juga orang yang
terlatih dalam bidang kesehatan. Ini bermaksud bahwa RJP boleh dilakukan dan
dipelajari dokter, perawat, para medis dan juga orang awam. 1,2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Resusitasi Jantung Paru yang biasa kita kenal dengan nama RJP atau
Cardiopulmonary Resuscitation adalah usaha untuk mengembalikan fungsi
pernafasan dan atau sirkulasi akibat terhentinya fungsi dan atau denyut jantung.
Resusitasi sendiri berarti menghidupkan kembali, dimaksudkan sebagai usaha-
usaha untuk mencegah berlanjutnya episode henti jantung menjadi kematian
biologis. Dapat diartikan pula sebagai usaha untuk mengembalikan fungsi
pernapasan dan atau sirkulasi yang kemudian memungkinkan untuk hidup normal
kembali setelah fungsi pernafasan dan atau sirkulasi gagal.3
2. 2 Indikasi
Henti nafas ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran udara
pernafasan dari korban atau pasien. Henti nafas merupakan kasus yang harus
dilakukan tindakan Bantuan Hidup dasar. Henti nafas dapat terjadi dalam keadaan
seperti: 7
Pada awal henti nafas, oksigen masih dapat masuk ke dalam darah untuk
beberapa menit dan jantung masih dapat mensirkulasikan darah ke otak dan organ
vital lainnya, jika henti napas mendapat pertolongan segera, maka hidup pasien
akan terselamatkan dan sebaliknya jika terlambat akan berakibat henti jantung
yang mungkin menjadi fatal.3
Henti jantung primer ( cardiac arrest ) ialah ketidak sanggupan curah jantung
untuk memenuhi kebutuhan oksigen ke otak dan organ vital lainnya secara
mendadak dan dapat kembali normal jikadilakukan tindakan yang tepat atau dapat
menyebabkan kematian atau kerusakan otak menetap jika tindakan tidak adekuat.
Henti jantung terminal akibat usia lanjut atau penyakit kronis tertentu tidak
termasuk henti jantung atau cardiac arrest.
Sebagian besar henti jantung disebabkan oleh fibrilasi ventrikel atau takikardi
tanpa denyut ( 80 – 90 % ) terutama jika terjadi di luar rumah sakit, kemudian
disusul ventrikel asistol ( ±10% ) dan terakhir oleh disosiasi elektro-mekanik ( ±
5% ).
Henti jantung ditandai ditandai oleh denyut nadi besar tidak teraba ( karotis,
femoralis, radialis ), disertai kebiruan ( sianosis ) atau pucat, pernapasan berhenti
atau satu- satu ( gasping, apneu ), dilatasi pupil, refleks pupil tidak ada dan pasien
dalam keadaan tidak sadar.
Tujuan bantuan hidup dasar ialah untuk oksigenasi darurat secara efektif
pada organ vital seperti otak dan jantung melalui ventilasi buatan dan sirkulasi
buatan sampai paru dan jantung dapat menyediakan oksigen dengan kekuatan
sendiri secara normal. Resusitasi mencegah agar supaya sel-sel tidak rusak akibat
kekurangan oksigen. Bantuan hidup dasar (Basic Life Support) atau resusitasi
kardiopulmoner berarti menjaga jalan napas tetap paten (A), membuat napas
buatan (B) dan membuat sirkulasi buatan dengan pijatan jantung (C). Tindakan ini
dilakukan tanpa alat atau dengan alat yang sederhana dan harus dilakukan dengan
cepat dalam waktu kurang dari 4 menit pada suhu normal secara baik dan terarah.3
Menurut AHA Guidlines tahun 2005, tindakan BHD ini dapat disingkat
dengan teknik ABC pada prosedur RJP, yaitu :
Jika dipastikan tidak ada denyut jantung berikan bantuan sirkulasi atau
kompresi jantung luar dengan cara:
Jika diagnosis henti jantung telah ditegakkan, maka resusitasi harus segera
dimulai. Letakkan pasien pada posisi telentang pada alas keras ubin atau selipkan
papan jika pasien diatas kasur. Jika tonus otot pasien hilang, lidah menyumbat
faring dan epiglottis akan menyumbat laring. Lidah dan epiglottis penyebab utama
tersumbatnya jalan napas pada pasien tidak sadar.3 Untuk menghindari hal ini,
maka dilakukan beberapa tindakan atau parasat misalnya:
Jika henti jantung terjadi diluar rumah sakit: letakan pasien dalam posisi
terlentang, lakukan ‘manuever triple airway’ (kepala tengadah, rahang didorong
kedepan, mulut dibuka) dan jika mulut ada cairan, lender atau benda asing
lainnya, bersihkan dahulu sebelum memberikan napas buatan.3
(a) (b)
Gambar 2. Pembebasan Jalan Nafas teknik Head tilt chin lift (a) dan tehnik jaw thrust manuver
(b)
2. Berguna:
a. Isoproterenol: Merupakan obat pilihan untuk pengobatan segera (bradikardi hebat
karena complete heart block). Ia diberikan dalam infus dengan jumlah 2 sampai
20 mg/menit (1-10 ml larutan dari 1 mg dalam 500 ml dectrose 5 %), dan diatur
untuk meninggikan denyut jantung sampai kira-kira 60 kali/menit. Juga berguna
untuk sinus bradikardi berat yang tidak berhasil diatasi dengan Atropine(4).
b. Propanolol: Suatu beta adrenergic blocker yang efek anti aritmianya terbukti
berguna untuk kasus-kasus takhikardi ventrikel yang berulang atau fibrilasi
ventrikel berulang dimana ritme jantung tidak dapat diatasi dengan Lidocaine.
Dosis umumnya adalah 1 mg iv, dapat diulang sampai total 3 mg, dengan
pengawasan yang ketat(4).
c. Kortikosteroid: Sekaranfg lebih disukai kortikosteroid sintetis (5 mg/kgBB
methyl prednisolon sodium succinate atau 1 mg/kgBB dexamethasone fosfat)
untuk pengobatan syok kardiogenik atau shock lung akibat henti jantung. Bila ada
kecurigaan edema otak setelah henti jantung, 60-100 mg methyl prednisolon
sodium succinate tiap 6 jam akan menguntungkan. Bila ada komplikasi paru
seperti pneumonia post aspirasi, maka digunakan dexamethason fosfat 4-8 mg tiap
6 jam(4).
2.4.2.2. E (EKG)
Untuk diagnosis elektrokardigrafis untuk mengetahui adanya fibrilasi
ventrikel dan monitoring.
Gambar 8. Defibrilasi
Tabel perbandingan dasar BLS pada dewasa, anak-anak dan bayi (termasuk RJP
pada neonatus).
2.6. Bebrapa Perbedaan RJP 2010 dan 2015
Pada AHA 2015, Penolong tidak terlatih harus memberikan RJP hanya
kompresi dengan atau tanpa panduan operator untuk korban serangan jantung
dewasa. Penolong harus melanjutkan RJP hanya kompresi hingga AED atau
penolong dengan pelatihan tambahan tiba. Semua penolong tidak terlatih, pada
tingkat minimum harus memberikan kompresi dada untuk serangan jantung.
Selain itu, jika penolong terlatih mampu melakukan napas buatan, ia harus
menambahkan napas buatan dalam rasio 30 kompresi berbanding 2 napas buatan.
Pada orang dewassa yag menjadi korban serangan jantung, penolong perlu
melakukan kompresi dada dengan kecepatan 100 – 120 x / menit. Penolong harus
melakukan kompresi dada hingga kedalaman minimum 2 inci ( 5cm ) untuk
dewasa rata-rata, dengan tetap menghindari kedalaman kompresi dada yang
berlebihan ( lebih dari 2,4 inci ( 6 cm )).
Sedangkan pada AHA 2010, jika tidak menerima pelatihan tentang RJP,
endamping harus memberikan RJP hanya kompresi untuk korban dewasa yang
jatuh mendadak, dengan menegaskan untuk “ kuat dan cepat” dengan kecepatan
kompresi dada pada kecepatan minimum 100 x/menit. Tulang dada orang dewasa
harus ditekan minimum sedalam 2 inci ( 5 cm).
Anjuran dan larangan BLS untuk CPR pada orang dewasa 2015
KESIMPULAN
Resusitasi jantung paru adalah usaha yang dilakukan untuk apa-apa yang
terlebih dahulu dalam kasus yang terdapat henti pernafasan atau henti jantung
karena setiap detik yang tidak dilakukan kompresi merugikan sirkulasi darah dan
mengurangkan survival rate korban. Prosedur RJP terbaru adalah kompresi dada
30 kali dengan 2 kali napas buatan. Fase-fase pada RJP adalah Bantuan Hidup
Dasar, Bantuan Hidup Lanjut dan Bantuan terus-menerus. Sistem RJP yang
dilakukan sekarang adalah adaptasi dan pembahauan dari pedoman yang telah
diperkenalkan oleh Peter Safar dan kemudiannya diadaptasi oleh American Heart
Association.
DAFTAR PUSTAKA
Circulation Journal.
Circulation Journal
FKUI. Jakarta.
http://www.scribd.com/doc/4535323/bantuan-hidup-dasar.
5. Siahaan, Olan SM. Resusitasi Jantung Paru dan Otak. Cermin Dunia
Kedokteran. 1992.
http://itja.wordpress.com/2010/10/07/resusitasi-jantung-paru/.
http://www.scribd.com/doc/4535323/bantuan-hidup-dasar.
http://www.mayoclinic.com/health/first-aid-cpr/FA00061
jantung-paru-pada-kegawatan-kardiovaskuler/