Anda di halaman 1dari 10

BANTUAN HIDUP DASAR UNTUK MASYARAKAT UMUM

Makalah ini dibuat untuk menyelesaikan tugas akhir mata kuliah bahasa Indonesia
Yang dibina oleh : Dra. Retno Sulistyowati, M.Pd

Dibuat oleh :
Karunia Rahmawati
2314314201066

STIKES MAHARANI MALANG


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Resusitasi jantung paru (RJP) adalah serangkaian usaha penyelamatan hidup
pada henti jantung. Walaupun pendekatan yang dilakukan dapat berbeda-beda,
tergantung penyelamat, korban dan keadaan sekitar, tantangan mendasar tetap ada,
yaitu bagaimana melakukan RJP yang lebih dini, lebih cepat dan lebih efektif.
Untuk menjawabnya, pengenalan akan adanya henti jantung dan tindakan segera
yang harus dilakukan menjadi prioritas dari tulisan ini.
Henti-jantung-mendadak (Sudden Cardiac Arrest/SCA) adalah penyebab
kematian tertinggi hampir diseluruh dunia, baik di luar rumah sakit maupun di
dalam rumah sakit. Diperkirakan sekitar 350.000 orang meninggal per tahunnya
akibat henti jantung di Amerika dan Kanada. Data American Heart Association
(AHA) tahun 2002 mencatat, setiap dua menit terdapat satu orang meninggal
karena penyakit ini. Sementara Data Departemen Kesehatan tahun 2006
menunjukkan sekitar 30 orang per hari mengalami henti jantung mendadak dengan
kejadian terbanyak dialami penderita jantung koroner (Pusbankes 118 DIY, 2019)
Perkiraan ini tidak termasuk mereka yang diperkirakan meninggal akibat
henti jantung dan tidak sempat diresusitasi. Walaupun usaha untuk melakukan
resusitasi tidak selalu berhasil, lebih banyak nyawa yang hilang akibat tidak
dilakukannya resusitasi. Banyak korban henti-jantung berhasil selamat jika orang
disekitarnya bertindak cepat saat jantung bergetar atau ventrikel fibrilasi (VF)
masih ada, tetapi resusitasi kebanyakan gagal apabila ritme jantung telah berubah
menjadi tidak bergerak
Bantuan hidup dasar boleh dilakukan oleh orang awam dan juga orang yang
terlatih dalam bidang kesehatan. Menurut American Heart Association, rantai
kehidupan mempunyai hubungan erat dengan tindakan resusitasi jantung paru,
kerana penderita yang diberikan RJP, mempunyai kesempatan yang amat besar
untuk dapat hidup kembali.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara melalakukan Bantuan Hidup Dasar (BHD)?
2. Apa saja tujuan memberikan Bantuan Hidup Dasar (BHD)?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu memahami tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD)
2. Tujuan Khusus
a. Mampu memahami definisi dari Bantuan Hidup Dasar (BHD)
b. Mampu memahami tujuan Bantuan Hidup Dasar (BHD)

D. Metode Penulisan
Dalam pembuatan makalah ini, penulis menggunakan metode pustaka, yaitu metode
yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka yang
berhubungan dengan alat, baik berupa buku maupun informasi di internet.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Resusitasi Jantung Paru “RJP” atau Cardiopulmonary Resuscitation “CPR”
adalah suatu tindakan darurat sebagai suatu usaha untuk mengembalikan keadaan henti
nafas atau henti jantung (kematian klinis) ke fungsi optimal, untuk mencegah kematian
biologis. Kematian klinis ditandai dengan hilangnya nadi arteri carotis dan arteri
femoralis, terhentinya denyut jantung dan pembuluh darah atau pernafasan dan
terjadinya penurunan atau kehilangan kesadaran. Kematian biologis dimana
kerusakan otak tidak dapat diperbaiki lagi, dapat terjadi dalam 4 menit setelah
kematian klinis. Oleh karena itu, berhasil atau tidaknya tindakan RJP tergantung
cepatnya dilakukan tindakan dan tepatnya teknik yang dilakukan.
Keadaan-keadaan gagal nafas (henti nafas) ataupun henti jantung bisa juga
terjadi di sekitar kita dalam keadaan dan waktu yang tak terduga. Walaupun kita bukan
tenaga kesehatan. tetapi mengenal akan bagaimana cara memberikan bantuan hidup
dasar secara umum perlu juga kita ketahui. Karena dengan pertolongan awal dalam
memberikan bantuan dasar ini akan bisa bermakna memberikan kehidupan sebelum
mendapatkan pertolongan lebih lanjut. Yang dimaksud dengan pengertian bantuan
hidup dasar ini adalah usaha yang dilakukan untuk menjaga jalan nafas (airway) tetap
terbuka, menunjang pernafasan dan sirkulasi dan tanpa menggunakan alat-alat bantu.
Usaha ini harus dimulai dengan mengenali secara tepat keadaan tanda henti
jantung atau henti nafas dan segera memberikan bantuan sirkulasi dan ventilasi.

B. Tujuan Bantuan Hidup Dasar


Tujuan Bantuan Hidup Dasar ini adalah memberikan bantuan dengan cepat
mempertahankan pasok oksigen ke otak, jantung dan alat-alat vital lainnya sambil
menunggu pengobatan lanjutan. Jika pada suatu keadaan ditemukan korban dengan
penilaian dini terdapat gangguan tersumbatnya jalan nafas, tidak ditemukan adanya
nafas dan atau tidak ada nadi, maka penolong harus segera melakukan tindakan yang
dinamakan dengan istilah bantuan hidup dasar (BHD).
Bantuan hidup dasar terdiri dari beberapa cara sederhana yang dapat membantu
mempertahankan hidup seseorang untuk sementara. Beberapa cara sederhana tersebut
adalah bagaimana menguasai dan membebaskan jalan nafas, bagaimana memberikan
bantuan penafasan dan bagaimana membantu mengalirkan darah ke tempat yang
penting dalam tubuh korban, sehingga pasokan oksigen ke otak terjaga untuk
mencegah matinya sel otak.
Penilaian dan perawatan yang dilakukan pada bantuan hidup dasar sangat
penting guna melanjutkan ketahapan selanjutnya. Hal ini harus dilakukan secara
cermat dan terus menerus termasuk terhadap tanggapan korban pada proses
pertolongan.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Indikasi Bantuan Hidup Dasar (BHD).


1. Henti napas
Henti napas ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran udara
pernapasan dari korban / pasien.
Henti napas merupakan kasus yang harus dilakukan tindakan Bantuan
Hidup Dasar. Henti napas dapat terjadi pada keadaan :
a. Tenggelam
b. Stroke
c. Obstruksi jalan napas
d. Epiglotitis
e. Overdosis obat-obatan
f. Tersengat listrik
g. Infark miokard
h. Tersambar petir
i. Koma akibat berbagai macam kasus

Pada awal henti napas oksigen masih dapat masuk ke dalam darah untuk
beberapa menit dan jantung masih dapat mensirkulasikan darah ke otak dan
organ vital lainnya, jika pada keadaan ini diberikan bantuan napas akan sangat
bermanfaat agar korban dapat tetap hidup dan mencegah henti jantung.
(Pusbankes 118 DIY, 2019)

2. Henti jantung
Pada saat terjadi henti jantung secara langsung akan terjadi henti
sirkulasi. Henti sirkulasi ini akan dengan cepat menyebabkan otak dan organ
vital kekurangan oksigen. Pernapasan yang terganggu (tersengal-sengal)
merupakan tanda awal akan terjadinya henti jantung.
Bantuan hidup dasar merupakan bagian dari pengelolaan gawat darurat
medik yang bertujuan :
a. Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi.
b. Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi dari korban
yang mengalami henti jantung atau henti napas melalui Resusitasi Jantung
Paru (RJP).
Resusitasi Jantung Paru terdiri dari 2 tahap, yaitu :
a. Survei Primer (Primary Surgery), yang dapat dilakukan oleh setiap orang.
b. Survei Sekunder (Secondary Survey), yang hanya dapat dilakukan oleh
tenaga medis dan paramedis terlatih dan merupakan lanjutan dari survei
primer.

B. Survei Primer
Dalam survei primer difokuskan pada bantuan napas dan bantuan sirkulasi
serta defibrilasi. Untuk dapat mengingatkan dengan mudah tindakan survei primer
dirumuskan dengan abjad A, B, C, dan D, yaitu :
1. A : airway (jalan napas)
2. B : breathing (bantuan napas)
3. C : circulation (bantuan sirkulasi)
4. D : defibrilation (terapi listrik)
Sebelum melakukan tahapan A (airway), harus terlebih dahulu dilakukan
prosedur awal pada korban / pasien, yaitu :
a. Memastikan keamanan lingkungan bagi penolong.
b. Memastikan kesadaran dari korban / pasien.
Untuk memastikan korban dalam keadaan sadar atau tidak, penolong harus
melakukan upaya agar dapat memastikan kesadaran korban / pasien, dapat dengan
cara menyentuh atau menggoyangkan bahu korban / pasien dengan lembut dan
mantap untuk mencegah pergerakan yang berlebihan, sambil memanggil namanya
atau Pak !!! / Bu !!! / Mas !!! / Mbak !!!
c. Meminta pertolongan
Jika ternyata korban / pasien tidak memberikan respon terhadap panggilan, segera
minta bantuan dengan cara berteriak “Tolong !!!” untuk mengaktifkan sistem
pelayanan medis yang lebih lanjut.
d. Memperbaiki posisi korban / pasien
Untuk melakukan tindakan BHD yang efektif, korban / pasien harus dalam posisi
terlentang dan berada pada permukaan yang rata dan keras. Jika korban ditemukan
dalam posisi miring atau tengkurap, ubahlah posisi korban ke posisi terlentang.
e. Mengatur posisi penolong
1. A ( Airway) Jalan Napas
Setelah selesai melakukan prosedur dasar, kemudian dilanjutkan dengan melakukan
tindakan :
a. Pemeriksaan jalan napas
Tindakan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya sumbatan jalan napas oleh
benda asing. Jika terdapat sumbatan harus dibersihkan dahulu.
b. Membuka jalan napas
Teknik membuka jalan napas yang direkomendasikan untuk orang awam dan
petugas kesehatan adalah tengadah kepala topang dagu, namun demikian petugas
kesehatan harus dapat melakukan manuver lainnya.
2. B ( Breathing ) Bantuan napas
Terdiri dari 2 tahap :
a. Memastikan korban / pasien tidak bernapas.
b. Memberikan bantuan napas.
3. C (Circulation) Bantuan sirkulasi
Terdiri dari 2 tahapan :
a. Memastikan ada tidaknya denyut jantung korban / pasien.
Ada tidaknya denyut jantung korban / pasien dapat ditentukan dengan meraba
arteri karotis didaerah leher korban / pasien, dengan dua atau tifa jari tangan
b. Melakukan bantuan sirkulasi
Jika telah dipastikan tidak ada denyut jantung, selanjutnya dapat
diberikan bantuan sirkulasi atau yang disebut dengan kompresi jantung luar
4. D (Defibrilation)
Defibrilation atau dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan istilah defibrilasi
adalah suatu terapi dengan memberikan energi listrik
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tindakan Basic Life Support (BLS) atau Bantuan Hidup Dasar (BHD) merupakan
layanan kesehatan dasar yang dilakukan terhadap korban yang mengancam jiwa
sampai penderita tersebut mendapat pelayanan kesehatan secara paripurna di unit
pelayanan kesehatan. Tindakan BLS umumnya dilakukan oleh paramedis, namun di
beberapa negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Kanada serta Inggris dapat
dilakukan oleh kaum awam yang telah mendapatkan pelatihan sebelumnya. Tindakan
Bantuan Hidup Dasar secara garis besar dikondisikan untuk keadaan di luar Rumah
Sakit sebelum mendapatkan perawatan lebih lanjut, sehingga tindakan Tindakan
Bantuan Hidup Dasar dapat dilakukan di luar Rumah Sakit tanpa menggunakan
peralatan medis (Mongkau, 2018)

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis dapat mengemukakan saran – saran
sebagai berikut :
1. Sebagai mahasiswa keperawatan, pentingnya memahami dan memiliki wawasan
tindakan Basic Life Support (BLS) atau Bantuan Hidup Dasar (BHD) sebagai upaya
pertolongan pertama pada kegawatdaruratan.
2. Perlunya dilakukan pelatihan dasar tindakan Basic Life Support (BLS) atau
Bantuan Hidup Dasar (BHD) sebagai keterampilan dasar yang dimiliki oleh semua
masyarakat umum
DAFTAR PUSTAKA

Mongkau, F. M. (2018). PENGARUH PELATIHAN BANTUAN HIDUP DASAR BAGI


MASYARAKAT AWAM TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN
KETERAMPILAN MASYARAKAT DI DESA INOMUNGA. GMNJ, 10-20.
Pusbankes 118 DIY. (2019). Basic Trauma and Cardiac Life Support. DIY: Tim Pusbankes
118 - Persi DIY.

Anda mungkin juga menyukai