DISUSUN OLEH :
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
OPEN FRAKTUR PATELLA
B. Klasifikasi Fraktur
Klasifikasi patah tulang (fraktur) secara umum adalah:
1. Berdasarkan hubungan dengan dunia luar
a. Fraktur tertutup (closed)
Bila tidak ada hubungan antara fragmen tulang dengan dunia
luar,disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa
komplikasi
b. Fraktur terbuka (open / compound)
Bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar
karena adanya perlukaan kulit.
Fraktur jenis ini dibagi menjadi:
1) Grade 1 : robekan kulit dengan kerusakan kulit otot
2) Grade 2 : seperti grade 1, dengan memar kulit dan otot
3) Grade 3 : luka sebesar 6 – 8 cm dengan kerusakan pembuluh darah
dan saraf otot dan kulit
2. Berdasarkan luas dan garis
a. Fraktur komplit
Bila garis patah menyeberang dari satu sisi ke sisi lain dan
mengenai seluruh korteks.
b. Fraktur inkomplit
Bila garis patah tidak menyeberang sehingga masih ada
korteks yang utuh.
1) Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan
mekanisme trauma
- Fraktur spiral
Fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan
trauma rotasi
- Fraktur transversal
Fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan akibat
trauma angulasi atau langsung.
- Fraktur kompresi
Fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong
tulang ke arah permukaan lain.
- Fraktur oblik
Fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu
tulang dan merupakan akibat trauma angulasie.
- Fraktur avulsi
Fraktur yang diakibatkan trauma tarikan atau traksi otot pada
insersinya pada tulang.
3. Berdasarkan jumlah garis patah
- Fraktur kominutif
Garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan
- Fraktur segmental
Garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan
- Fraktur multiple
Garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang sama
4. Berdasarkan pergeseran fragmen tulang
- Fraktur undisplaced (tidak bergeser)
Garis patah lengkap tapi kedua fragmen tidak bergeser dan
periosteum masih utuh
- Fraktur displaced (bergeser)
Terjadi pergeseran fragmen tulang yang disebut juga dislokasi
- Fraktur kelelahan : fraktur yang diakibatkan tekanan yang berulang-
ulang.
- Fraktur patologis : fraktur yang disebabkan proses patologis tulang
C. Etiologi Fraktur
Menurut Smeltzer dan Bare (2010), fraktur terjadi jika tulang dikenai
stress yang lebih besar dari yang dapat di absorpsinya. Fraktur dapat
disebabkan oleh pukulan langsung, gaya remuk, gerakan puntir mendadak,
dan bahkan kontraksi otot ekstrem. Meskipun tulang patah,jaringan
sekitarnya juga akan berpengaruh mengakibatkan edema jaringan lunak,
perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi sendi, rupture tendon, kerusakan
saraf, dan kerusakan pembuluh darah. Menurut Corwin (2009), penyebab
fraktur tulang paling sering adalah trauma, terutama pada anak-anak dan
dewasa muda. Beberapa fraktur dapat terjadi setelah trauma minimal atau
tekanan ringan apabila tulang lemah (fraktur patologis) fraktur patologis
sering terjadi pada lansia yang mengalami osteoporosis, atau individu yang
menglami tumor tulang, infeksi, atau penyakit lain. Fraktur stress atau
fraktur keletihan dapat terjadi pada tulang normal akibat stress tingkat
rendahyang berkepanjangan atau berulang,biasanya menyertai peningkatan
yangcepat tingkat latihan atlet atau permulaan aktivitas fisik yang baru
(Corwin, 2009). Patah tulang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan
jaringan lunak di sekitar tulang yang akan menentukan apakah fraktur
yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. Penyebab terjadinya fraktur
adalah trauma, stres kronis dan berulang maupun pelunakan tulang yang
abnormal.
Sebagian besar patah tulang merupakan akibat dari cedera,seperti
kecelakan mobil, olah raga atau karena jatuh. Patah tulang terjadi jika
tenaga yang melawan tulang lebih besar dari pada kekuatan tulang. Jenis
dan beratnya patah tulang dipengaruhi oleh:
- Arah, kecepatan dan kekuatan dari tenaga yang melawan
tulang.
- Usia penderita.
- Kelenturan tulang.
- Jenis tulang.
D. Patofisiologi Fraktur
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya
pegas untuk menahan tekanan (Apley, A. Graham,2009). Tapi apabila
tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang,
maka terjadilah trauma langsung/ tidak langsung pada tulang yang
mengakibatkan jaringan tidak kuat sehingga rusaknya ataupun terputusnya
kontinuitas tulang (Crpnito, Lynda Juall, 2013). Hal inilah yang
menyebabkan farktur terjadi, setelah terjadi fraktur, periosteum dan
pembuluh darah serta saraf dalam konteks, marrow, dan jaringan lunak
yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan
tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medulla tulang. Jaringan
tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang
mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang
ditandai denagn vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi
sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasardari proses
penyembuhan tulang nantinya.
Trauma
langsung /
tidak langsung
Fraktur
Operatif
Konservatif (ORIF)
Pen /
Gips Kelemahan /
Jaringan Kuman masuk
kehilangan fungsi Kerusakan jaringan
syaraf rusak / ke dalam luka
gerak pembuluh darah
menurun
Imobilitas
Tekanan pembuluh
Otak menerjemahkan darah meningkat Resiko
impuls nyeri perdarahan
Gangguan
mobilitas fisik
Produksi darah
meningkat Gangguan
integritas
Nyeri akut
Resiko jatuh
Edema
Resiko tinggi
gangguan perfusi
jaringan
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang Menurut (Rasjad, Chairuddin. 2012),
pemeriksaan penunjang fraktur berupa:
1) Pemeriksaan radiologis (rontgen), pada daerah yang dicurigai
fraktur, harus mengikuti aturan role of two, yang terdiri dari :
• Mencakup dua gambaran yaitu anteroposterior (AP) dan lateral.
• Memuat dua sendi antara fraktur yaitu bagian proximal dan
distal.
• Memuat dua extremitas (terutama pada anak-anak) baik yang
cidera maupun yang tidak terkena cidera (untuk membandingkan
dengan yang normal)
• Dilakukan dua kali, yaitu sebelum tindakan dan sesudah
tindakan.
2) Pemeriksaan laboratorium, meliputi:
• Darah rutin,
• Faktor pembekuan darah,
• Golongan darah (terutama jika akan dilakukan tindakan
operasi),
• Urinalisa,
• Kreatinin (trauma otot dapat meningkatkan beban kreatinin
untuk kliren ginjal).
3) Pemeriksaan arteriografi dilakukan jika dicurigai telah terjadi
kerusakan vaskuler akibat fraktur tersebut.
H. Penatalaksanaan Fraktur
1. Fraktur Terbuka
2. Merupakan kasus emergensi yang dapat terjadi kontaminasi oleh
bakteri dan disertai perdarahan yang hebat dalam waktu 6-
8 jam (golden period).
Kuman belum terlalu jauh meresap dilakukan:
- Pembersihan luka
- Exici
- Hecting situasi
- Antibiotik
3. Seluruh Fraktura
a. Rekognisis/Pengenalan
Riwayat kejadian harus jelas untuk mentukan diagnosa dan
tindakanselanjutnya. Menyangkut diagnosa fraktur pada
tempat kejadian kecelakaan dan kemudian dirumah sakit:
- Riwayat kecelakaan
- Parah tidaknya luka
- Diskripsi kejadian oleh pasien
- Menentukan kemungkinan tulang yang patah
- Krepitus
b. Reduksi/Manipulasi/Reposisi
Reposisi fragmen fraktur sedekat mungkin dengan letak
normalnya. Reduksi terbagi menjadi dua yaitu:
- Reduksi tertutup: untuk mensejajarkan tulang secara
manual dengan traksiatau gips
- Reduksi terbuka: dengan metode insisi dibuat dan
diluruskan melalui pembedahan, biasanya melalui internal
fiksasi dengan alat misalnya; pin, platyang langsung
kedalam medula tulang.
c. Retensi/Immobilisas
Setelah fraktur di reduksi, fragmen tulang harus dimobilisasi
untuk membantutulang pada posisi yang benar hingga
menyambung kembali.
d. Rehabilitasi
Menghindari atropi dan kontraktur dengan fisioterapi. Segala
upaya
diarahkan pada penyembuhan tulang dan jaringan lunak. Redu
ksi danimobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan.
Status neurovaskuler (mis. pengkajian peredarandarah, nyeri,
perabaan, gerakan) dipantau,dan ahli bedah ortopedi
diberitahu segera bila ada tanda gangguan neurovaskuler.
Kegelisahan, ansietas dan ketidaknyamanan dikontrol dengan
berbagai pendekatan (mis. meyakinkan, perubahan
posisi,strategi peredaan nyeri, termasuk analgetika)
I. Komplikasi Fraktur
1. Komplikasi Awal
a. Kerusakan Arteri
b. Kompartement Syndrom
d. Infeksi
e. Avaskuler Nekrosis
f. Shock
a. Delayed Union
b. Nonunion
c. Malunion
f. Keuntungan:
1) Reduksi akurat
Dikaji pola tidur klien, mengenai waktu tidur, lama tidur, kebiasaan
mengantar tidur serta kesulitan dalam hal tidur. Semua klien fraktur
timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga hal ini dapat
mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien.
4) Pola Aktivitas
c. Pemeriksaan Fisik
9) Paru- paru
10) Jantung
12) Ekstermitas
13) Genitalia
d. Data Psikologis
1) Citra tubuh
2) Ideal diri
3) Harga diri
Status dan posisi klien sebelum dirawat dan kepuasan klien terhadap
status dan posisinya.
5) Peran
7) Stresor
8) Koping Mekanisme
c. Pemeriksaan Laboratorium
B. Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (post orif fraktur
patella)
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
muskuloskeletal (post oriffraktur patella)
3. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma destruksi jaringan tulang
4. Resiko jatuh berhubungan dengan kondisi post op (post orif patella)
5. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan penurunan
mobilitas
C. RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa
No. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional
Keperawatan
1. Nyeri akut Setelah diberikan tindakan 3 x
berhubungan agen 24 jam diharapkan rasa nyeri 1. Lakukan pengkajian nyeri secara 1. Mengetahui skla nyeri yang
cedera fisik (post orif berkurang dengan kriteria hasil: komperhensif(PQRST) dirasakan pasien
fraktur patella) 1. Klien mampu mengontrol 2. Kontol lingkungan pasien yang 2. Memberikan kenyamanna
nyeri (tahu penyebab nyeri dapat mempengaruhi nyeri bagi pasien
dan mmapu menggunakan seperti suhu ruangan, 3. Mengalihkan rasa nyeri
teknik non farmakologik pencahayaan, dan kebisingan yang dirasakan pasien
untuk mengurangi nyeri) 3. Ajarkan tentang teknik non 4. Manajemen control nyeri
2. Mampu mengenali nyeri farmakologik seperti teknik nafas pasien
(skla. Intensitas, frekuensi) dalam 5. Mengevaluasi hasil
3. klien menyatkan rasa nyaman 4. Tingkatkan istirahat tindakan dan menentukan
setelah nyeri berkurang 5. Evaluasi keesfektifan control intervensi lanjutan
nyeri
2. Gangguan mobilitas Setelah dilakukan tindakan
fisik berhubungan keperawatan 3 x 24 jam 1. Kaji kemampuan fungsi otot dan 1. Mengidentifikasi kekuatan
dengan kerusakan diharapkan tingkat mobilitas sendi pasien / kelemahan dapat
muskuloskeletal (post optimal dengan kriteria hasil: 2. Atur posisi tiap 2 jam. (supinasi, membantu memberi
oriffraktur patella) 1. Peningkatan aktivitas pasien sidelying) terutama pada bagian informasi yang diperlukan
2. Memperagakan alat bantu yang sakit untuk membantu pemilihan
untuk mobilisasi 3. Ajarkan memulai ROM ,aktif intervensi
untuk semua ekstremitas 2. Menurunkan resiko iskemia
(distraksi/relaksasi) jaringan injury, disisi yang
sakit biasanya kekurangan
sirkulasi dan sensasi yang
buruk serta lebih mudah
terjadi kerusakan
3. Meminimalkan atropi otot,
meningkatkan sirkulasi,
membantu mencegah
kontraktur, menurunkan
resiko hiperkalsirea dan
osteoporosis pada pasien
dengan haemorrhagic.
3 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan teknik aseptic 1. Mencegah persebaran
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam 2. Tingkatkan intake nutrisi kuman dan bakteri
trauma destruksi diharapkan infeksi tidak terjadi 3. Monitor tanda-tanda vital , dan 2. Memonitor status infeksi
jaringan tulang dengan kriteria hasil: hasil laboratorium 3. Meningkatkan status imun
1. Pasien bebas dari tanda 4. Intruksi pengunjung untuk untuk meningkatkan daya
infeksi mencuci tangan dan tahan tubuh
2. Jumlah leukosit dalam batas mengggunakan baju yang yang 4. Mencegah dan
normal diperbolehkan masuk ruangan meminimalisir jumlah
pasien kuman dan bakteri
4 Resiko jatuh Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi sumber 1. Menghindari hal yang
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam ketidaknyaman an pasien membuat pasien tidak
kondisi post op (post diharapkan jatuh tidak terjadi 2. Fasilitasi kenyamanan nyaman
orif patella) dengan kriteria hasil: lingkungan ketika pasien 2. Memberikan fasilitas bel
1. Pasien bebas dari resiko meminta bantuan pada tempat tidur yang
jatuh 3. Ajurkan keluarga untuk mudah dijangkau
2. Pasien dapat membantu aktifitas pasien 3. Memberikan bantu kepada
meminimalisir resiko pasien bila mengalami
jatuh kesulitan aktifitas
5 Gangguan integritas Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kulit dan identifikasi pada 1. Mengetahui sejauh mana
kulit/jaringan keperawatan 3 x 24 jam tahap perkembangan kulit perkembangan luka
berhubungan dengan mencapai penyembuhan luka 2. Kaji lokasi, ukuran, warna, bau memudahkan dalam
penurunan mobilitas dengan kriteria hasil: serta,jumlah atau tipe cairan melakukan tindakan yang
1. Tidak ada tanda infeksi 3. Berikan perawatan luka dengan tepat
seperti pus tehnik aseptic 2. Mengidentifikasi tingkat
2. Luka bersih tidak lembab, keparahan luka akan
bau dan kotor memudahkan intervensi
3. Tanda- tanda vital dalam 3. Teknik aseptic membantu
batas normal atau dapat mempercepat
ditoleransi penyembuhan luka dan
mencegah terjadinya
infeksi
D. EVALUASI
No Diagnosa Evaluasi
1 Nyeri akut berhubungan agen cedera fisik (post orif - Mampu mengontrol nyeri
fraktur patella) - Melaporkan bahwa nyeri berkurang
dengan menggunakan manajemen
nyeri
- Mampu mengenali nyeri
- Menyatakan rasa nyaman setelah
nyeri berkurang
3 Resiko infeksi berhubungan dengan trauma destruksi - Terbebas dari tanda dan gejala
jaringan tulang infeksi
- Mendeskripsikan proses penularan
penyakit, factor yang mempengaruhi
penularan serta penatalaksanaanya
- Menunjukkan kemampuan untuk
mencegah timbulnya infeksi
4 Resiko jatuh berhubungan dengan kondisi post op (post - Menunjukan kemampuan untuk
orif patella) mencegah resiko jatuh
- Terbebas dari tanda- tanda jatuh
- Menunjukkan pemahaman tentang
resiko akibat jatuh
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Tn. H No. RM : 121xxx
Usia : 17 tahun Tgl.MRS : 24 Mei 2021
Jenis : Laki-laki Tgl. Pengkajian : 25 Mei 2021
Kelamin
Alamat : PatokPicis Sumber Informasi : Pasien dan
RT/RW:23/06 keluarga
Kel.Patokpicis
Kec.Wajak
Kab.Malang
Status : Belum menikah Nama Keluarga : Ny.S
pernikahan dekat yang dapat
dihubungi
Agama : Islam Alamat : PatokPicis
RT/RW:23/06
Kel.Patokpicis
Kec.Wajak
Kab.Malang
Pendidikan : SMP Status : Kakak dari ibu
Pendidikan : SMA
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
X : Meninggal
P : Pasien
------- : Tinggal serumah
: Garis pernikahan
: Garis keturunan
Imunologi
Tes Antigen Negatif nrgatif
Sarc Cov 2
Antigen
Kesimpulan
Hasil non reaktif (negatif)
b. Radiologi
RADIOLOGI
RADIOLOGI
Do:
1. Skala nyeri : 2
2. Tampak gramace
menahan nyeri dengan
ekspresi wajah
meringis
3. Pasien tidak fokus saat
diajak berbicara
4. TD : 92/60 mmHg
5. S : 36.5 º C
6. N : 107 x/menit
7. RR : 20x/menit
8. SpO2 : 97%
2. Ds : Gangguan Gangguan
1. Pasien mengatakan sulit musculoskeletal mobilitas fisik
25/05/ menggerakkan ekstremitas b.d gangguan
2021 bawah musculoskeletal
d.d kekuatan otot
Do : menurun
1. Pasien tampak badrest (D.0054)
2. TD : 92/60mmHg
3. S : 36.5 º C
4. N : 107 x/menit
5. RR : 20x/menit
6. SpO2 : 97%
1.
3. DS : Penurunan Gangguan
Pasien mengatakan kaki yang mobilitas integritas
25/05/ patah sebelah kiri tersebut kulit/jaringan b.d
2021 sudah di operasi 1 hari yang penurunan
lalu mobilitas d.d
DO: kerusakan
1. Luka dibagian kaki kiri jaringan/lapisan
setelah operasi tampak di kulit (D.0129)
pasang pen/gips untuk
mengobati patah tulang
2. TD : 92/60mmHg
3. S : 36.5 º C
4. N : 107 x/menit
5. RR : 20x/menit
6. SpO2 : 97%
1 Nyeri akut b.d agen pencedera fisik d.d pasien tampak meringis dan
sulit tidur (D. 0077)
2 Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan musculoskeletal d.d kekuatan
otot menurun (D.0054)
B:
1 : Meningkat
2: Cukup meningkat
3 : Sedang
4 : Cukup menurun
5 : Menurun
B:
1 : Menurun
2: Cukup menurun
3 : Sedang
4 : Cukup meningkat
5 : meningkat
A : Masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
7. Kolaborasi dengan
fisioterapis
mengembangkan
program latihan
4. Nyeri akut b.d SIKI : Manajemen nyeri S :
agen pencedera (1.03119) Pasien mengatakan
27/05/ fisik d.d pasien 1. Identifikasi lokasi, nyeri di kaki sebelah
2021 tampak karakteristik, durasi, kiri sudah berkurang
meringis dan frekuensi, kualitas, P:
sulit tidur
intensitas nyeri. Pasien mengatakan
(D. 0077)
2. Identifikasi skala nyeri berkurang
nyeri
3. Identifikasi respon Q:
nyeri non verbal Pasien mengatakan
4. Identifikasi factor nyeri terkadang muncul
yang memperberat R:
dan memperingan
Pasien mengatakan
nyeri
5. Fasilitasi istirahat dan nyeri berfokus pada
tidur kaki kiri
6. Pertimbangkan jenis S:
dan sumber nyeri Pasien mengatakan
dalam memelihara skala nyeri 1
strategi meredahkan T:
nyeri
Pasien mengatakan
7. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri sudah tidak sering
nyeri muncul saat dibuat
8. Jelaskan strategi pergerakan
meredakan nyeri
9. Kolaborasi pemberian
analgesic O:
- Kemampuan
menuntaskan
aktivitas (3)
- Keluhan nyeri (5)
- Meringis (5)
- Gelisah (5)
- Kesulitan tidur (5)
- TD : 105/60 mmHg
- N : 113 x/menit
- S : 36,7o C
- SPO :96%
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi
dihentikan
5. Gangguan SIKI : Dukungan S:
mobilitas fisik Mobilisasi (1.05173) Klien mengatakan
27/05/ b.d gangguan 1. Identifikasi adanya sudah bisa untuk
2021 musculoskeletal nyeri atau keluhan
melakukan pergerakan
d.d kekuatan fisik lainnya
otot menurun 2. Identifikasi toleransi hanya diatas tempat
(D.0054) fisik melakukan tidur
pergerakan
3. Monitor kondisi
umum selama O:
melakukan - Pergerakan
mobilisasi
ekstremitas (4)
4. Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan - Kukuatan otot (4)
alat bantu - Rentang gerak
5. Fasilitasi melakukan (ROM) (4)
pergerakan, jika - Nyeri (5)
perlu - TD : 105/60 mmHg
6. Jelaskan tujuan dan - N : 113x/menit
prosedur mobilisasi
- S : 36,7o C
Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus - SPO :96%
dilakukan ( duduk di
tempat tidur, duduk A : Masalah teratasi
disisi tempat tidur, sebagian
pindah dari tempat
tidur ke kursi) P : Intervensi
dihentikan
6. Gangguan S:
integritas SIKI : Latihan Pasien mengatakan luka
27/05/ kulit/jaringan Rentang Gerak pada kaki terasa sedikit
2021 b.d penurunan (L.05177)
membaik
mobilitas d.d
kerusakan 1. Identifikasi indikasi
jaringan/lapisan dilakukan latihan O:
kulit (D.0129)
2. Identifikasi
- Kerusakan jaringan
keterbatasan
pergerakan sendi (4)
- Kerusakan lapisan
3. Monitor lokasi kulit (4)
ketidaknyamanan - Nyeri (5)
atau nyeri pada saat - Elastisitas (3)
bergerak
- TD : 105/60 mmHg
4. Cegah terjadinya - N : 113 x/menit
cedera selama latihan - S : 36,7o C
rentang gerak - SPO :97%
dilakukan
5. Jelaskan tujuan dan A : Masalah teratasi
prosedur latihan
sebagian
6. Ajarkan rentang P : Intervensi
gerak aktif sesuai
dihentikan
dengan program
latihan
7. Kolaborasi dengan
fisioterapis
mengembangkan
program latihan