Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN PENDAHULUAN PADA SDR.

H DENGAN OPEN FRAKTUR


PATELLA

DI RUANGAN RAWAT INAP ANGREK RSU. MITRA DELIMA

DISUSUN OLEH :

NAMA : Redita Afiani


NIM : 1720056

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN

2021
LAPORAN PENDAHULUAN
OPEN FRAKTUR PATELLA

KONSEP DASAR PENYAKIT


A. Pengertian Fraktur
Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan
eksteral yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang
(Carpenito, 2010). Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa (Mansjoer, 2011). Fraktur
adalah terputusnya jaringan tulang karena stress akibat tahanan yang
datang lebih besar dari daya tahan yang dimiliki oleh tulang. Fraktur
terjadi ketika tekanan yang diterima tulang melebih apa yang dapat
diabsorbsi oleh tulang tersebut. Faktur adalah terputusnya keutuhan tulang
, yang umumnya terjadi akibat adanya trauma (Tambayong, 2000).
Menurut anatominya, patella adalah tempurung lutut. Fraktur patella
adalah terputusnya kontinuitas pada tulang patella. Dari pengertian diatas
dapat disimpulkan bahwa fraktur patella merupakan suatu gangguan
integritas tulang yang ditandai dengan rusaknya atau terputusnya
kontinuitas jaringan tulang dikarenakan tekanan yang berlebihan yang
terjadi pada tempurung lutut.

B. Klasifikasi Fraktur
Klasifikasi patah tulang (fraktur) secara umum adalah:
1. Berdasarkan hubungan dengan dunia luar
a. Fraktur tertutup (closed)
Bila tidak ada hubungan antara fragmen tulang dengan dunia
luar,disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa
komplikasi
b. Fraktur terbuka (open / compound)
Bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar
karena adanya perlukaan kulit.
Fraktur jenis ini dibagi menjadi:
1) Grade 1 : robekan kulit dengan kerusakan kulit otot
2) Grade 2 : seperti grade 1, dengan memar kulit dan otot
3) Grade 3 : luka sebesar 6 – 8 cm dengan kerusakan pembuluh darah
dan saraf otot dan kulit
2. Berdasarkan luas dan garis
a. Fraktur komplit
Bila garis patah menyeberang dari satu sisi ke sisi lain dan
mengenai seluruh korteks.
b. Fraktur inkomplit
Bila garis patah tidak menyeberang sehingga masih ada
korteks yang utuh.
1) Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan
mekanisme trauma
- Fraktur spiral
Fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan
trauma rotasi
- Fraktur transversal
Fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan akibat
trauma angulasi atau langsung.
- Fraktur kompresi
Fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong
tulang ke arah permukaan lain.
- Fraktur oblik
Fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu
tulang dan merupakan akibat trauma angulasie.
- Fraktur avulsi
Fraktur yang diakibatkan trauma tarikan atau traksi otot pada
insersinya pada tulang.
3. Berdasarkan jumlah garis patah
- Fraktur kominutif
Garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan
- Fraktur segmental
Garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan
- Fraktur multiple
Garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang sama
4. Berdasarkan pergeseran fragmen tulang
- Fraktur undisplaced (tidak bergeser)
Garis patah lengkap tapi kedua fragmen tidak bergeser dan
periosteum masih utuh
- Fraktur displaced (bergeser)
Terjadi pergeseran fragmen tulang yang disebut juga dislokasi
- Fraktur kelelahan : fraktur yang diakibatkan tekanan yang berulang-
ulang.
- Fraktur patologis : fraktur yang disebabkan proses patologis tulang

C. Etiologi Fraktur
Menurut Smeltzer dan Bare (2010), fraktur terjadi jika tulang dikenai
stress yang lebih besar dari yang dapat di absorpsinya. Fraktur dapat
disebabkan oleh pukulan langsung, gaya remuk, gerakan puntir mendadak,
dan bahkan kontraksi otot ekstrem. Meskipun tulang patah,jaringan
sekitarnya juga akan berpengaruh mengakibatkan edema jaringan lunak,
perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi sendi, rupture tendon, kerusakan
saraf, dan kerusakan pembuluh darah. Menurut Corwin (2009), penyebab
fraktur tulang paling sering adalah trauma, terutama pada anak-anak dan
dewasa muda. Beberapa fraktur dapat terjadi setelah trauma minimal atau
tekanan ringan apabila tulang lemah (fraktur patologis) fraktur patologis
sering terjadi pada lansia yang mengalami osteoporosis, atau individu yang
menglami tumor tulang, infeksi, atau penyakit lain. Fraktur stress atau
fraktur keletihan dapat terjadi pada tulang normal akibat stress tingkat
rendahyang berkepanjangan atau berulang,biasanya menyertai peningkatan
yangcepat tingkat latihan atlet atau permulaan aktivitas fisik yang baru
(Corwin, 2009). Patah tulang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan
jaringan lunak di sekitar tulang yang akan menentukan apakah fraktur
yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. Penyebab terjadinya fraktur
adalah trauma, stres kronis dan berulang maupun pelunakan tulang yang
abnormal.
Sebagian besar patah tulang merupakan akibat dari cedera,seperti
kecelakan mobil, olah raga atau karena jatuh. Patah tulang terjadi jika
tenaga yang melawan tulang lebih besar dari pada kekuatan tulang. Jenis
dan beratnya patah tulang dipengaruhi oleh:
- Arah, kecepatan dan kekuatan dari tenaga yang melawan
tulang.
- Usia penderita.
- Kelenturan tulang.
- Jenis tulang.

D. Patofisiologi Fraktur
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya
pegas untuk menahan tekanan (Apley, A. Graham,2009). Tapi apabila
tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang,
maka terjadilah trauma langsung/ tidak langsung pada tulang yang
mengakibatkan jaringan tidak kuat sehingga rusaknya ataupun terputusnya
kontinuitas tulang (Crpnito, Lynda Juall, 2013). Hal inilah yang
menyebabkan farktur terjadi, setelah terjadi fraktur, periosteum dan
pembuluh darah serta saraf dalam konteks, marrow, dan jaringan lunak
yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan
tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medulla tulang. Jaringan
tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang
mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang
ditandai denagn vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi
sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasardari proses
penyembuhan tulang nantinya.

E. Tanda dan Gejala Fraktur


Faktur patella dapat ditandai dengan :
1. Pembengkakan.
2. Perubahan bentuk, dapat terjadi angulasi (terbentuk sudut),
rotasi(terputar), atau pemendekan.
3. Terdapat rasa nyeri yang sangat pada daerah fraktur (spasme otot
akibat reflekinvolunter pada otot, trauma langsung pada jaringan,
peningkatan tekanan pada sarafsensori, pergerakan pada daerah
fraktur)
4. Spasme otot respon perlindungan terhadap injuri dan fraktur
5. Deformitas
6. Echimosis: ekstravasasi darah didalam jaringan subkutan
7. Kehilanghan fungsi
8. Crepitasi: pada palpasi adanya udara pada jaringan akibat trauma
terbuka
9. Tes diagnostika.
a. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi: Adanya deformitas, seperti bengkak, pemendekan,
rotasi,angulasi,fragmen tulang (pada fraktur terbuka)
2) Palpasi: Adanya nyeri tekan (tenderness), krepitasi. Palpasi pada
daerahdistalterjadinya fraktur meliputi pulsasi arteri, warna
kulit, capillary refill test
3) Gerakan: Adanya keterbatasan gerak pada daerah fraktur
b. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan radiologis Dilakukan pada daerah yang dicurigai
fraktur, harus mengikuti aturanrole oftwo yang terdiri dari:
▪ Mencakup dua gambaran yaitu anteroposterior dan lateral
▪ Memuat dua sendi antara fraktur, yaitu bagian proksimal
dan distal
▪ Memuat dua ekstremitas (terutama pada anak-anak) baik
yang cedera maupun tidak (untuk membandingkan dengan
yang normal)
▪ Dilakukan 2 kali, yaitu sebelum dan sesudah tindakan
2) Pemeriksaan laboratorium
▪ Hb dan Ht mungkin rendah akibat perdarahan
▪ LED meningkat bila kerusakan jaringan lunak sangat luas
▪ Ca dan P dalam darah meningkat pada masa penyembuhan
3) Pemeriksaan arteriografi
Dilakukan jika dicurigai telah terjadi kerusakan vaskular akibat
fraktu
4) Foto Rontgen
Untuk mengetahui lokasi fraktur dan garis fraktur secara
langsung mengetahuitempat dan type fraktur. Biasanya diambil
sebelum dan sesudah dilakukanoperasi dan selama proses
penyembuhan secara periodic
F. Pathway Etiologi
Kecelakaan

Trauma
langsung /
tidak langsung

Jaringan tidak kuat


/ tidak dapat
menahan dari luar

Fraktur
Operatif
Konservatif (ORIF)

Fiksasi Perubahan letak Kerusakan


ekstern fragmen / Luka terbuka
bagian-bagian
al deformitas yang lunak

Pen /
Gips Kelemahan /
Jaringan Kuman masuk
kehilangan fungsi Kerusakan jaringan
syaraf rusak / ke dalam luka
gerak pembuluh darah
menurun

Gerak terbatas Aliran darah Resiko


Impuls nyeri
meningkat infeksi
dibawa
menuju otak

Imobilitas
Tekanan pembuluh
Otak menerjemahkan darah meningkat Resiko
impuls nyeri perdarahan
Gangguan
mobilitas fisik
Produksi darah
meningkat Gangguan
integritas
Nyeri akut
Resiko jatuh
Edema

Resiko tinggi
gangguan perfusi
jaringan
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang Menurut (Rasjad, Chairuddin. 2012),
pemeriksaan penunjang fraktur berupa:
1) Pemeriksaan radiologis (rontgen), pada daerah yang dicurigai
fraktur, harus mengikuti aturan role of two, yang terdiri dari :
• Mencakup dua gambaran yaitu anteroposterior (AP) dan lateral.
• Memuat dua sendi antara fraktur yaitu bagian proximal dan
distal.
• Memuat dua extremitas (terutama pada anak-anak) baik yang
cidera maupun yang tidak terkena cidera (untuk membandingkan
dengan yang normal)
• Dilakukan dua kali, yaitu sebelum tindakan dan sesudah
tindakan.
2) Pemeriksaan laboratorium, meliputi:
• Darah rutin,
• Faktor pembekuan darah,
• Golongan darah (terutama jika akan dilakukan tindakan
operasi),
• Urinalisa,
• Kreatinin (trauma otot dapat meningkatkan beban kreatinin
untuk kliren ginjal).
3) Pemeriksaan arteriografi dilakukan jika dicurigai telah terjadi
kerusakan vaskuler akibat fraktur tersebut.

H. Penatalaksanaan Fraktur
1. Fraktur Terbuka
2. Merupakan kasus emergensi yang dapat terjadi kontaminasi oleh
bakteri dan disertai perdarahan yang hebat dalam waktu 6-
8 jam (golden period).
Kuman belum terlalu jauh meresap dilakukan:
- Pembersihan luka
- Exici
- Hecting situasi
- Antibiotik
3. Seluruh Fraktura
a. Rekognisis/Pengenalan
Riwayat kejadian harus jelas untuk mentukan diagnosa dan
tindakanselanjutnya. Menyangkut diagnosa fraktur pada
tempat kejadian kecelakaan dan kemudian dirumah sakit:
- Riwayat kecelakaan
- Parah tidaknya luka
- Diskripsi kejadian oleh pasien
- Menentukan kemungkinan tulang yang patah
- Krepitus
b. Reduksi/Manipulasi/Reposisi
Reposisi fragmen fraktur sedekat mungkin dengan letak
normalnya. Reduksi terbagi menjadi dua yaitu:
- Reduksi tertutup: untuk mensejajarkan tulang secara
manual dengan traksiatau gips
- Reduksi terbuka: dengan metode insisi dibuat dan
diluruskan melalui pembedahan, biasanya melalui internal
fiksasi dengan alat misalnya; pin, platyang langsung
kedalam medula tulang.
c. Retensi/Immobilisas
Setelah fraktur di reduksi, fragmen tulang harus dimobilisasi
untuk membantutulang pada posisi yang benar hingga
menyambung kembali.
d. Rehabilitasi
Menghindari atropi dan kontraktur dengan fisioterapi. Segala
upaya
diarahkan pada penyembuhan tulang dan jaringan lunak. Redu
ksi danimobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan.
Status neurovaskuler (mis. pengkajian peredarandarah, nyeri,
perabaan, gerakan) dipantau,dan ahli bedah ortopedi
diberitahu segera bila ada tanda gangguan neurovaskuler.
Kegelisahan, ansietas dan ketidaknyamanan dikontrol dengan
berbagai pendekatan (mis. meyakinkan, perubahan
posisi,strategi peredaan nyeri, termasuk analgetika)

I. Komplikasi Fraktur
1. Komplikasi Awal

a. Kerusakan Arteri

Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya


nadi,CRTmenurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan
dinginpadaekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi
splinting,perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan
pembedahan.

b. Kompartement Syndrom

Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang


terjadikarenaterjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam
jaringan parut.Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang
menekan otot, saraf,dan pembuluh darah. Selain itu karena tekanan dari
luar seperti gips danembebatanyang terlalu kuat.

c. Fat Embolism Syndrom

Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang


seringterjadi padakasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-
sel lemak yang dihasilakan bone marrow kuning masuk ke aliran darah
dan menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang ditandai
dengan gangguan pernafasan, tachykardi, hypertensi, tachypnea,
demam.

d. Infeksi

System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan.


Padatraumaorthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan
masuk kedalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi
bias juga karena penggunaan bahan laindalam pembedahan seperti pin
dan plat.

e. Avaskuler Nekrosis

Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang


rusakatauterganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan
diawali dengan adanya Volkman’s Ischemia.

f. Shock

Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan


meningkatnyapermeabilitaskapiler yang bisa menyebabkan
menurunnya oksigenasi. Inibiasanya terjadi padafraktur.

2. Komplikasi dalam waktu lama (lambat)

a. Delayed Union

Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi


sesuaidengan waktuyang dibutuhkan tulang untuk menyambung.
Inidisebabkan karena penurunansupai darah ke tulang.

b. Nonunion

Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkkonsolidasi danmemprodu


ksisambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9bulan.
Nonunion ditandaidengan adanya pergerakan yang berlebih padasisi
fraktur yang membentuk sendi palsu atau pseudoarthrosis. Ini
jugadisebabkan karena aliran darah yang kurang.

c. Malunion

Malunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan


meningkatnya tingkat kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas).
Malunion dilakukan dengan pembedahan dan reimobilisasi yang baik
J. TINDAKAN PEMBEDAHAN
Tindakan operasi pada fraktur patella yaitu:

1. Orif (open recuction and internal fixation)

a. Insisi dilakukan pada tempat yang mengalami cidera dan


diteruskan sepanjang bidang anatomik menuju tempat yang
mengalami fraktur

b. Fraktur diperiksa dan diteliti

c. Fragmen yang telah mati dilakukan irigasi dari luka

d. Fraktur di reposisi agar mendapatkan posisi yang normal kembali

e. Sesudah reduksi fragmen-fragmen tulang dipertahankan dengan


alat ortopedik berupa; pin, sekrup, plate, dan paku

f. Keuntungan:

1) Reduksi akurat

2) Stabilitas reduksi tinggi

3) Pemeriksaan struktur neurovaskuler

4) Berkurangnya kebutuhan alat imobilisasi eksternal

5) Penyatuan sendi yang berdekatan dengan tulang yang patah

menjadi lebih cepat

6) Rawat inap lebih singkat

7) Dapat lebih cepat kembali ke pola kehidupan normal


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahapan awal dan landasan dalam proses
keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang
masalah-masalah pasien sehingga dapat memberikan arah terhadap
tindakan keperawatan
a. Anamnesa
1) Identitas pasien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang
di pakai,status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, no RM,
tanggal MRS, diagnose medis.
2) Keluhan utama
Pada umumnya keluhan utama klien yang mengalami fraktur
yaitu nyeri setelah mengalami kecelakaan, jatuh, atau terbentur
benda keras.
3) Riwayat penyakit sekarang
Dapat berupa kronologi terjadinya fraktur sehingga bisa
ditentukan kekuatan hantaman atau benturan yang terjadi dan
jenis fraktur yang dialami. Selain itu,dengan mengetahui
mekanisme terjadinya kecelakaan dapat diketahui juga
kemungkinan adanya luka kecelakaan yang lain.
4) Riwayat penyakit dahulu
Penyakit penyakit tertentu seperti kanker tulang dapat
menyebabkan fraktur patologis yang sering sulit untuk
menyambung. Penyakit DM juga dapat menghambat proses
penyembuhan tulang
5) Review of sistem (ROS)
b. Data Biologis dan Fisiologis
1) Pola Nutrisi
Dikaji mengenai makanan pokok, frekuensi makan, makanan
pantangan dan nafsu makan, serta diet yang diberikan. Pada klien
dengan fraktur biasanya mengalami penurunan nafsu makan karena
adanya luka nyeri tekan yang dirasakan. Pada klien fraktur harus
mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-harinya seperti
kalsium, zat besi, protein, vit. C dan lainnya untuk membantu
proses penyembuhan tulang.
2) Pola Eliminasi
Untuk kasus fraktur tidak ada gangguan pada pola eliminasi, tapi
walaupun begitu perlu juga dikaji mengenai pola BAK dan BAB
klien, pada BAK yang dikaji mengenai frekuensi berkemih, jumlah,
warna, bau serta keluhan saat berkemih, sedangkan pada pola BAB
yang dikaji mengenai frekuensi, konsistensi, warna dan bau serta
keluhan-keluhan yang dirasakan. Pada kedua pola ini juga dikaji
ada kesulitan atau tidak.
3) Pola Istirahat dan Tidur

Dikaji pola tidur klien, mengenai waktu tidur, lama tidur, kebiasaan
mengantar tidur serta kesulitan dalam hal tidur. Semua klien fraktur
timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga hal ini dapat
mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien.

4) Pola Aktivitas

Dikaji perubahan pola aktivitas klien. Karena timbulnya nyeri,


keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan klien menjadi
berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh orang
lain.

5) Pola Personal Hygiene

Dikaji kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan personal


hygiene (mandi, oral hygiene, gunting kuku, keramas). Pada klien
dengan fraktur karena keterbatasan gerak, maka memunginkan klien
masih perlu dibantu oleh orang lain.

c. Pemeriksaan Fisik

1) Kepala : Pada klien dengan fraktur tidak ada gangguan yaitu,


simetris, tidak ada penonjolan, tidak ada nyeri kepala, hanya sedikit
luka ringan.
2) Rambut : Pada klien dengan fraktur tidak ada gangguan, rambut
hitam, normal

3) Mata : Pada klien dengan fraktur pada pemeriksaan mata,


penglihatan klien baik, mata simetris kiri dan kanan

4) Telinga : Pada klien dengan fraktur tidak ada gangguan


pendengaran, tidak adanya serumen, telinga klien simetris, dan klien
tidak merasa nyeri ketika di palpasi.

5) Hidung : Klien dengan fraktur biasanya pemeriksaan hidung


simetris, bersih, tidak ada sekret, tidak ada pembengkakan.

6) Mulut : Klien dengan fraktur kebersihan mulut baik, mukosa bibir


lembab

7) Leher : Klien dengan fraktur tidak ada pembengkakan kelenjer


tiroid.

8) Thorak : Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris

9) Paru- paru

- Inspeksi :Klien dengan fraktur dadanya simetris kiri kanan.

- Palpasi : Pada klien dengan fraktur saat dilakuan palpasi


tidak teraba massa.

- Perkusi : Pada klien dengan fraktur saat diperkusi di atas


lapang paru bunyinya normal.

- Auskultasi : klien dengan fraktur suara nafasnya normal.

10) Jantung

- Inspeksi : Klien dengan fraktur ictus cordis tidak terlihat.

- Palpasi : Klien dengan fraktur ictus cordis tidak teraba.

- Perkusi : Suara jantung dengan kasus fraktur berbunyi


normal.

- Auskultasi : Reguler, apakah ada bunyi tambahan atau tidak.


11) Abdomen

- Inspeksi : Klien dengan fraktur abdomen tidak membesar


atau menonjol, Bentuk datar, simetris

- Auskultasi : Peristaltik normal ± 15 kali/menit

- Palpasi : Klien dengan fraktur harus di cek adanya nyeri


tekan atau tidak.

- Perkusi : Klien dengan batu ginjal suara abdomen nya


normal (Timpani).

12) Ekstermitas

Klien dengan fraktur biasanya ekstremitasnya dalam keadaan tidak


normal karena adanya kerusakan tulang akibat benturan yang
terlalu keras.

13) Genitalia

Pada klien dengan fraktur klien tidak ada mengalami gangguan


pada genitalia.

d. Data Psikologis

1) Citra tubuh

Sikap ini mencakup persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh


yang disukai dan tidak disukai.

2) Ideal diri

Persepsi klien terhadap tubuh, posisi, status, tugas, peran,


lingkungan dan terhadap penyakitnya.

3) Harga diri

Penilaian/penghargaan orang lain, hubungan klien dengan orang


lain
4) Identitas diri

Status dan posisi klien sebelum dirawat dan kepuasan klien terhadap
status dan posisinya.

5) Peran

Seperangkat perilaku/tugas yang dilakukan dalam keluarga dan


kemampuan klien dalam melaksanakan tugas.

6) Data Sosial dan Budaya

Dikaji mengenai hubungan atau komunikasi klien dengan keluarga,


tetangga, masyarakat dan tim kesehatan termasuk gaya hidup, faktor
sosial kultural dan support sistem.

7) Stresor

Setiap faktor yang menentukan stress atau menganggu


keseimbangan. Seseorang yang mempunyai stresor akan
mempersulit dalam proses suatu penyembuhan penyakit.

8) Koping Mekanisme

Suatu cara bagaimana seseorang untuk mengurangi atau


menghilangkan stres yang dihadapi.

9) Harapan dan pemahaman klien tentang kondisi kesehatan

Perlu dikaji agar tim kesehatan dapat memberikan bantuan dengan


efisien.

10) Data Spiritual

Pada data spiritual ini menyangkut masalah keyakinan terhadap


tuhan Yang Maha Esa, sumber kekuatan, sumber kegiatan
keagamaan yang biasa dilakukan dan kegiatan keagamaan yang
ingin dilakukan selama sakit serta harapan klien akan kesembuhan
penyakitnya.

11) Data Penunjang


a. Farmakoterapi : Dikaji obat yang diprogramkan serta jadwal
pemberian obat.

b. Prosedur Diagnostik Medik.

c. Pemeriksaan Laboratorium

B. Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (post orif fraktur
patella)
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
muskuloskeletal (post oriffraktur patella)
3. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma destruksi jaringan tulang
4. Resiko jatuh berhubungan dengan kondisi post op (post orif patella)
5. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan penurunan
mobilitas
C. RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosa
No. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional
Keperawatan
1. Nyeri akut Setelah diberikan tindakan 3 x
berhubungan agen 24 jam diharapkan rasa nyeri 1. Lakukan pengkajian nyeri secara 1. Mengetahui skla nyeri yang
cedera fisik (post orif berkurang dengan kriteria hasil: komperhensif(PQRST) dirasakan pasien
fraktur patella) 1. Klien mampu mengontrol 2. Kontol lingkungan pasien yang 2. Memberikan kenyamanna
nyeri (tahu penyebab nyeri dapat mempengaruhi nyeri bagi pasien
dan mmapu menggunakan seperti suhu ruangan, 3. Mengalihkan rasa nyeri
teknik non farmakologik pencahayaan, dan kebisingan yang dirasakan pasien
untuk mengurangi nyeri) 3. Ajarkan tentang teknik non 4. Manajemen control nyeri
2. Mampu mengenali nyeri farmakologik seperti teknik nafas pasien
(skla. Intensitas, frekuensi) dalam 5. Mengevaluasi hasil
3. klien menyatkan rasa nyaman 4. Tingkatkan istirahat tindakan dan menentukan
setelah nyeri berkurang 5. Evaluasi keesfektifan control intervensi lanjutan
nyeri
2. Gangguan mobilitas Setelah dilakukan tindakan
fisik berhubungan keperawatan 3 x 24 jam 1. Kaji kemampuan fungsi otot dan 1. Mengidentifikasi kekuatan
dengan kerusakan diharapkan tingkat mobilitas sendi pasien / kelemahan dapat
muskuloskeletal (post optimal dengan kriteria hasil: 2. Atur posisi tiap 2 jam. (supinasi, membantu memberi
oriffraktur patella) 1. Peningkatan aktivitas pasien sidelying) terutama pada bagian informasi yang diperlukan
2. Memperagakan alat bantu yang sakit untuk membantu pemilihan
untuk mobilisasi 3. Ajarkan memulai ROM ,aktif intervensi
untuk semua ekstremitas 2. Menurunkan resiko iskemia
(distraksi/relaksasi) jaringan injury, disisi yang
sakit biasanya kekurangan
sirkulasi dan sensasi yang
buruk serta lebih mudah
terjadi kerusakan
3. Meminimalkan atropi otot,
meningkatkan sirkulasi,
membantu mencegah
kontraktur, menurunkan
resiko hiperkalsirea dan
osteoporosis pada pasien
dengan haemorrhagic.
3 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan teknik aseptic 1. Mencegah persebaran
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam 2. Tingkatkan intake nutrisi kuman dan bakteri
trauma destruksi diharapkan infeksi tidak terjadi 3. Monitor tanda-tanda vital , dan 2. Memonitor status infeksi
jaringan tulang dengan kriteria hasil: hasil laboratorium 3. Meningkatkan status imun
1. Pasien bebas dari tanda 4. Intruksi pengunjung untuk untuk meningkatkan daya
infeksi mencuci tangan dan tahan tubuh
2. Jumlah leukosit dalam batas mengggunakan baju yang yang 4. Mencegah dan
normal diperbolehkan masuk ruangan meminimalisir jumlah
pasien kuman dan bakteri

4 Resiko jatuh Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi sumber 1. Menghindari hal yang
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam ketidaknyaman an pasien membuat pasien tidak
kondisi post op (post diharapkan jatuh tidak terjadi 2. Fasilitasi kenyamanan nyaman
orif patella) dengan kriteria hasil: lingkungan ketika pasien 2. Memberikan fasilitas bel
1. Pasien bebas dari resiko meminta bantuan pada tempat tidur yang
jatuh 3. Ajurkan keluarga untuk mudah dijangkau
2. Pasien dapat membantu aktifitas pasien 3. Memberikan bantu kepada
meminimalisir resiko pasien bila mengalami
jatuh kesulitan aktifitas
5 Gangguan integritas Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kulit dan identifikasi pada 1. Mengetahui sejauh mana
kulit/jaringan keperawatan 3 x 24 jam tahap perkembangan kulit perkembangan luka
berhubungan dengan mencapai penyembuhan luka 2. Kaji lokasi, ukuran, warna, bau memudahkan dalam
penurunan mobilitas dengan kriteria hasil: serta,jumlah atau tipe cairan melakukan tindakan yang
1. Tidak ada tanda infeksi 3. Berikan perawatan luka dengan tepat
seperti pus tehnik aseptic 2. Mengidentifikasi tingkat
2. Luka bersih tidak lembab, keparahan luka akan
bau dan kotor memudahkan intervensi
3. Tanda- tanda vital dalam 3. Teknik aseptic membantu
batas normal atau dapat mempercepat
ditoleransi penyembuhan luka dan
mencegah terjadinya
infeksi

D. EVALUASI
No Diagnosa Evaluasi

1 Nyeri akut berhubungan agen cedera fisik (post orif - Mampu mengontrol nyeri
fraktur patella) - Melaporkan bahwa nyeri berkurang
dengan menggunakan manajemen
nyeri
- Mampu mengenali nyeri
- Menyatakan rasa nyaman setelah
nyeri berkurang

2 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan - Mampu meningkatkan aktivitas fisik


gangguan muskuloskeletal (post oriffraktur patella) - Mengerti tujuan dan peningkatan
mobilitas
- Memverbalisasikan perasaaan dalam
meningkatkan kekuatan dan
kemampuan berpindah
- Memperagakan penggunaan alat
bantu untuk mobilisasi

3 Resiko infeksi berhubungan dengan trauma destruksi - Terbebas dari tanda dan gejala
jaringan tulang infeksi
- Mendeskripsikan proses penularan
penyakit, factor yang mempengaruhi
penularan serta penatalaksanaanya
- Menunjukkan kemampuan untuk
mencegah timbulnya infeksi
4 Resiko jatuh berhubungan dengan kondisi post op (post - Menunjukan kemampuan untuk
orif patella) mencegah resiko jatuh
- Terbebas dari tanda- tanda jatuh
- Menunjukkan pemahaman tentang
resiko akibat jatuh

5 Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan - Mampu melindungi jaringan dan


penurunan mobilitas mempertahankan kelembabannya
- Menunjukan pemahaman dalam
proses perbaikan jaringandan
mencegah terjadinya cedera berulang
- Mampu mem[ertahankan integritas
jaringna dengan baik
DAFTAR PUSTAKA

Nanda, Buku Saku Diagnosa Keperawatan definisi keperawatan dan klasifikasi


2012-2014, jakarta: EGC
SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP
PPNI.
SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP
PPNI.
SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP
PPNI.
Tamsuri, Anas, 2011 , Klien Gangguan Mata Dan Penglihatan : Keperawatan
Medikal-Bedah. Jakarta : EGC
Wijaya, Saferi A, 2013 , Keperawatan Medikal Bedah keperawatan dewasa teori
dan contoh askep cetakan pertama, Jakarta: Nuha Medika

Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

Carpenito, Lynda Juall. (2010). Rencana Asuhan Keperawatan dan


Dokumentasi keperawatan, Edisi 2. Penerjemag Monica Ester.Jakarta :
EGC
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Redita Afiani Tempat Praktik : R. Anggrek


NIM : 1720056 Tgl. Praktik : 25 Mei 2021

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Tn. H No. RM : 121xxx
Usia : 17 tahun Tgl.MRS : 24 Mei 2021
Jenis : Laki-laki Tgl. Pengkajian : 25 Mei 2021
Kelamin
Alamat : PatokPicis Sumber Informasi : Pasien dan
RT/RW:23/06 keluarga
Kel.Patokpicis
Kec.Wajak
Kab.Malang
Status : Belum menikah Nama Keluarga : Ny.S
pernikahan dekat yang dapat
dihubungi
Agama : Islam Alamat : PatokPicis
RT/RW:23/06
Kel.Patokpicis
Kec.Wajak
Kab.Malang
Pendidikan : SMP Status : Kakak dari ibu

Pekerjaan : Pelajaran Pekerjaan : Swasta

Pendidikan : SMA

2. Status Kesehatan Saat Ini


a. Keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri pada lutut dan kaki sebelah kiri
b. Keluhan Penyerta
Pasien mengatakan terdapat luka robek di kepala kanan bagian
belakang sehingga khawatir/gelisah dengan keadaannya
c. Diagnosa Medis
Open Fraktur Patella
3. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Pasien masuk ke Instalasi Gawat Darurat RSMD tanggal 24 Mei 2021
pukul 02.00 WIB dengan keluhan luka dan nyeri di lutut kaki sebelah kiri
dengan skala nyeri 4. Luka babras multiple di kaki sebelah kiri dan luka
robek di kepala belakang bagian kanan. Keluhan semakin memberat
sejak tadi malam saat digunakan untuk bergerak, nyeri terasa terus
menerus. Mual (-) muntah (-), batuk (-) pilek (-) demam (-) sesak nafas (-
) pusing (-) pingsan (-) lupa kejadian (-) . pasien terlihat pucat pasien
tidak memiliki riwayat alergi obat-obatan dan makanan. Rencana akan
dilakukan tindakan pembedahan pada hari senin pukul 16.45.
P : Pasien mengatakan luka dan nyeri pada kaki kiri sehingga tidur
terasa terganggu
Q : Pasien mengatakan nyeri terasa terus menerus pada kaki kiri
R : Nyeri hanya berfokus pada 1 kaki sebelah sinistra
S : Skala nyeri 4
T : Nyeri muncul ketika digunakan berjalan atau bergerak
4. Riwayat Kesehatan Terdahulu
a. Penyakit yang pernah dialami
1) Kecelakaan (jenis&waktu)
Pasien tidak pernah mengalami kecelakaan sebelumnya
2) Operasi (jenis&waktu)
Pasien tidak pernah mengalami operasi mayor maupun
minor sebelumnya
3) Penyakit
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit
DM (-), HT (-), sesak (-) alergi (-)
4) Terahir masuk RS

b. Alergi (obat, makanan, plester, dll)


pasien tidak memiliki alergi obat, makanan, plester maupun
lainnya.
5. Genogram

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
X : Meninggal
P : Pasien
------- : Tinggal serumah
: Garis pernikahan
: Garis keturunan

6. Pola Aktifitas Fisik Latihan


Rumah Rumah Sakit
Makan/minum (0) (2)
Mandi (0) (3)
Berpakaian/berdandan (0) (2)
Toileting (0) (2)
Mobilitas di tempat (0) (2)
tidur
Berpindah (0) (2)
Berjalan (0) (3)
Naik tangga (0) (3)
Pemberian Skor:
0 = mandiri, 1 = alat bantu, 2 = dibantu orang lain, 3 = tidak mampu
7. Pola Makan Dan Minum
Rumah Rumah Sakit
Jenis diit/makaan Nasi, sayur, lauk Diit Gizi
pauk
Frekuensi/pola 3x sehari 3 porsi 3x sehari 3 porsi
Porsi yang 1 porsi setiap ½ porsi setiap makan
dihabiskan makan habis tidak habis
Komposisi menu Nasi, sayur, lauk Diit Gizi
pauk
Pantangan Tidak ada Tidak ada
Nafsu makan Stabil / sedang Sedikit ada
penurunan nafsu
makan
Jenis minuman Air putih hangat, Air putih
the
Frekuensi/pola 1200 ml- 1400 ml ± 1000 ml
minum
Berapa gelas yang ± 6 - 7 gelas/hari ± 4 gelas/hari
dihabiskan
Sukar menelan Tidak ada Tidak ada
(padat/cair)
Pemakaian gigi Tidak ada Tidak ada
palsu
8. Pola Eliminasi
Rumah Rumah Sakit
BAB
Frekuensi/pola 1-2x/hari Dari awal masuk RS
masih 1 x
Konsistensi Lunak Lunak
Warna&bau Coklat (bau khas) Coklat (bau khas)
Kesulitan Tidak ada Tidak ada
Upaya Tidak ada Tidak ada
mengatasi
BAK
Frekuensi/pola 5-6 x/hari 1-2 x/hari
Konsistensi Cair (cairan urin normal) Cair
Warna&bau Kuning bening (khas Kuning
urin)
Kesulitan Tidak ada Tidak ada
Upaya Tidak ada Tidak ada
mengatasi

9. Pola Tidur Istirahat


Rumah Rumah Sakit
Tidur siang lamanya ± 1-2 jam ±1 jam sering
terbangun
Jam s/d 12.30-14.30 13.00-14.00
Kenyamanan setelah Nyaman Tidak nyaman
tidur
Tidur malam ± 8 jam ± 6 jam Sering
lamanya terbangun
Jam s/d 21.00 s.d 05.00 23.00-05.00
Kenyamanan setelah Nyaman Pasien masih merasa
tidur tidak nyaman
Kebiasaan sebelum Main hp -
tidur
Kesulitan Tidak ada Sering terbangun
karena nyeri

10. Pola Kebersihan Diri


Rumah Rumah sakit
Mandi: frekuensi 2x sehari Diseka 1 kali sehari
Keramas: frekuensi 2 hari 1 kali Belum keramas
Gosok gigi :frekuensi 2 x sehari -
Ganti baju : frekuensi 2 x sehari 1 kali sehari
Memotong kuku: 1 minggu sekali Belum potong kuku
frekuensi
Kesulitan Tidak ada Dibantu keluarga
Upaya yang Tidak ada Dibantu keluarga
dilakukan

11. Pola Toleransi-Koping Stres


a. Pengambilan keputusan :
( ) sendiri (√ ) dibantu orang lain, sebutkan Keluarga (kakak
dari ibu)
b. Masalah utama terkait dengan perawatan di RS atau penyakit
(biaya, perawatan diri, dll) :
Biaya menggunakan umum
c. Yang biasa dilakukan apabila stress/mengalami masalah
Bermain Gadget
d. Harapan setelah menjalani perawatan :
Semakin sehat dan membaik
e. Perubahan yang dirasa setelah sakit :
Badan lemas sehingga sulit untuk beraktifitas dan lebih banyak
istirahat
12. Pola Nilai Dan Kepercayaan
a. Apakah Tuhan, agama, kepercayaan penting untuk Anda :
Ya/Tidak
b. Kegiatan agama/kepercayaan yg dilakukan dirumah (jenis &
frekuensi): Setiap hari pasien rajin untuk beribadah solat 5 waktu
c. Kegiatan agama/kepercayaan tidak dapat dilakukan di RS :
Tidak bisa melakukan
d. Harapan klien terhadap perawat untuk melaksanakan ibadahnya :
hanya bisa bersholawat dan isthifar
13. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum :
1) Kesadaran : 4, 5, 6 Composmentis (Spontan, membuka
mata, mengikuti arahan)
2) Tanda-tanda vital
➢ Tekanan darah : 98/50 mmHg
➢ Suhu : 36.2 º C
➢ Nadi : 90 x/menit
➢ Skala nyeri :4
➢ Pernafasan : 20 x/menit
➢ SpO2 : 98%
b. Keadaan fisik head to toe
1) Kepala
Bentuk bulat simetris, kulit kepala bersih, pertumbuhan
rambut normal, warna rambut hitam, ada luka, (-) lesi atau
benjolan, ekspresi wajah sedikit tegang.
2) Mata
Bentuk bulat simetris, pupil isokor dan reaksi terhadap
cahaya, konjungtiva anemis, pergerakan mata
terkoordinasi, fungsi penglihatan baik.
3) Hidung
Bentuk hidung simetris, (-) nyeri tekan, (-) lumen, (-)
pembengkakan, (-) perdarahan, penciuman baik, mukosa
hidung lembab, (-) pernafasan cuping hidung
4) Mulut
Bentuk mulut simetris, mukosa bibir lembab, gigi bersih
rapih, dan lidah bersih, (-) stomatitis, (-) lesi, (-) massa,(-)
perdarahan gusi, kesulitan menelan (-), (-) sakit
tenggorokan
5) Telinga
Bentuk telinga simetris, (-) nyeri tekan, (-) massa, (-) lesi
dan pendengaran baik/normal.
6) Leher
(-) pembengkakan, (-) nyeri tekan, (-) benjolan/massa, (-)
keterbatasan gerak
7) Thorax
Bentuk dada simetris, tidak ada retraksi otot/dinding dada,
terdengar suara redup pada area jantung, sonor pada area
paru, suara paru vesikuler
8) Abdomen
▪ Inspeksi didapat bentuk simetris, abdomen klien bersih,
(-) bekas luka
▪ Auskultasi abdomen klien didapat bising usus klien
aktif di empat kuadran dengan frekuensi 15 kali/ menit.
▪ Palpasi yang dilakukan yaitu pemeriksaan pada area
kanan bawah (-) nyeri tekan.
▪ Perkusi yang dilakukan terdapat bunyi timpani.
9) Genetalia
Tidak terpasang kateter
10) Anus
Tidak terkaji
11) Ekstremitas
➢ Atas : terpasang infus set makro dengan
cairan NS sebelah kanan
➢ Bawah : Terdapat luka pada kaki sebelah kiri
➢ Kekuatan otot :
5 5
5 1
Keterangan kekuatan otot :
0 : Paralisi, tidak ada kontraksi otot sama sekali
1 : Teraba dan terlihat getaran kontraksi otot terapi
tidak ada gerakan sama sekali
2 : Dapat menggerakan anggota gerak tanpa
gravitasi
3 : Dapat menggerakkan anggota gerak untuk untuk
menahan berat (gravitasi)
4 : Dapat menggerakkan sendi dengan aktif dan
melawan tahanan dengan minimal
5 : Dapat menggerkkan sendi dengan aktif dan
melawan tahanan dengan maksimal (kekuatan
normal)
14. Hasil Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium (Tanggal 24-05-2021, 03.44 wib)
Hasil Laboratorium Tn. H dengan Dx. Open Fraktur Patella
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
Hematologi
Lengkap
Hemoglobin 13,6 g/dL 11.4-15.1
Hematokrit 43,9 % 38-42
Leukosit 16,000 Sel/ul 4.700-
11.300
Eritrosit 5.1 10^6/ul 3.5-5.5
Trombosit 270,000 ul 150.000-
450000
Indeks Eritrosit
MCV 86.0 fL 82-92
MCH 26.7 Pg 27.0-31.0
MCHC 30,9 % 32.0-37.0
RDW-CV 12.8 % 11-17
Hitung jenis
Granulosit 86 % 43-76
Limfosit 10,0 % 15.0-45.0
Monosit 4.0 % 4.0-12.0
Homeostatis
PT Pasien 16.9 detik 11-18
INR 1.00 detik 0.8-1.2
APTT Pasien 31,8 detik 27-42
Kimia Klinik
Gluosa Darah 120 Mg/dl <200
Sewaktu

Imunologi
Tes Antigen Negatif nrgatif
Sarc Cov 2
Antigen
Kesimpulan
Hasil non reaktif (negatif)
b. Radiologi
RADIOLOGI

Nama : Sdr H Umur : 17 tahun


Alamat : Wajak RM : 121811
Pemeriksaan : Foto Genu AP/Lat Pengirim : dr.Rangga Sp.OT
Diagnosa : Post OP Tanggal : 25 Mei 2021
Foto Tgl : 24/05/2021
YTH. TS. Hasil pemeriksaan foto Genu Ap/Lat :
- Tampak mal Alignment, tampak fracture communitive os patella
- Trabeculasi tulang tampak normal
- Sub Chondral Bpne Layer normal
- Tak tampak lesi osteoliyik/osteoblastic
- Tak tampak osteophyte
- Tak tampak penyempitan celah sendi
- Tampak soft tissue swelling

Kesimpulan : - fracture communitive os patella kiri

RADIOLOGI

Nama : Sdr H Umur : 17 tahun


Alamat : Wajak RM : 121811
Pemeriksaan : Foto Genu AP/Lat Pengirim : dr.Yudha
Diagnosa : Susp Open Tanggal : 25 Mei 2021
Foto Tgl : 24/05/2021
YTH. TS. Hasil pemeriksaan foto Genu kiri Ap/Lat (Post Op) :
- Alignment baik,tak tampak garis fracture
- Angulasi (-)
- Callus Formation (-)
- Tak tampak lesi luscency
- Tampak terpasang internal fiksasi di os patella, posisi baik
- Tak tampak soft tissue swelling / tanda Osteomyelitis
RADIOLOGI

Nama : Sdr H Umur : 17 tahun


Alamat : Wajak RM : 121811
Pemeriksaan : Foto Thorak AP Pengirim : dr.Rangga Sp.OT
Diagnosa : Post OP Tanggal : 25 Mei 2021
Foto Tgl : 24/05/2021
YTH. TS. Hasil pemeriksaan foto thorak AP :
Cor : Ukuran, bentuk dan posisi tampak normal
Aorta : Klasifikasi Aorta Knob (-), Elongatio (-), Dilatasi (-)
Pulmo : Tak tampak infiltrat/nodul, corekan bronchovascular tampak normal
Sinus phrenicocostallis kanan kiri : Tajam
Hemidiaphragma Kanan kiri : Normal
Trachea : Di tengah
Tulang- tulang : Intak

Kesimpulan : Foto Thorak AP tak tampak kelainan

15. Terapi Pengobatan


a. Cefoperazone 2 x 1 gr
b. Ketorolac 3 x 30 mg
c. Ranitidin 1 x 50 mg
d. Infus makro dengan cairan RL 500 gr (20tpm)
ANALISA DATA
Nama : Sdr H
Umur : 17 thn No.RM : 121881

NO DATA ETIOLOGI SDKI


1. Ds: Agen pencedera Nyeri akut b.d
1. Pasien mengatakan nyeri fisik agen pencedera
25/05/ di lutut dan kaki sebelah fisik d.d tampak
2021 kiri meringis dan
2. Pasien mengeluh sulit sulit tidur
tidur (D. 0077)
P : Pasien mengatakan
nyeri menyebabkan sulit
tidur
Q : Pasien mengatakan
nyeri terasa terus menerus
R : Pasien mengatakan
nyeri berfokus pada kaki
sebelah kiri
S : Pasien mengatakan
skala nyeri 2
T : Pasien mengatakan
nyeri muncul ketika
digunakan pergerakan

Do:
1. Skala nyeri : 2
2. Tampak gramace
menahan nyeri dengan
ekspresi wajah
meringis
3. Pasien tidak fokus saat
diajak berbicara
4. TD : 92/60 mmHg
5. S : 36.5 º C
6. N : 107 x/menit
7. RR : 20x/menit
8. SpO2 : 97%
2. Ds : Gangguan Gangguan
1. Pasien mengatakan sulit musculoskeletal mobilitas fisik
25/05/ menggerakkan ekstremitas b.d gangguan
2021 bawah musculoskeletal
d.d kekuatan otot
Do : menurun
1. Pasien tampak badrest (D.0054)
2. TD : 92/60mmHg
3. S : 36.5 º C
4. N : 107 x/menit
5. RR : 20x/menit
6. SpO2 : 97%
1.
3. DS : Penurunan Gangguan
Pasien mengatakan kaki yang mobilitas integritas
25/05/ patah sebelah kiri tersebut kulit/jaringan b.d
2021 sudah di operasi 1 hari yang penurunan
lalu mobilitas d.d
DO: kerusakan
1. Luka dibagian kaki kiri jaringan/lapisan
setelah operasi tampak di kulit (D.0129)
pasang pen/gips untuk
mengobati patah tulang
2. TD : 92/60mmHg
3. S : 36.5 º C
4. N : 107 x/menit
5. RR : 20x/menit
6. SpO2 : 97%

DIAGNOSA KEPERAWATAN SDKI


NO DIAGNOSA (SDKI)

1 Nyeri akut b.d agen pencedera fisik d.d pasien tampak meringis dan
sulit tidur (D. 0077)
2 Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan musculoskeletal d.d kekuatan
otot menurun (D.0054)

3 Gangguan integritas kulit/jaringan b.d penurunan mobilitas d.d


kerusakan jaringan/lapisan kulit (D.0129)
INTERVENSI KEPERWATAN
Nama : Sdr H
Umur : 17 thn No. RM : 121811

N SDKI SLKI SIKI


O
1. Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan SIKI : Manajemen
/ b.d agen keperawatan selama 2 x 24 jam nyeri (1.03119)
25/ pencedera yang diharapkan tingkat nyeri 1. Identifikasi lokasi,
05/ fisik d.d menurun dengan kriteria hasil: karakteristik, durasi,
20 tampak SLKI: Tingkat Nyeri frekuensi, kualitas,
21 meringis dan (L.08066) intensitas nyeri.
sulit tidur N Indikator 1 2 3 4 5 2. Identifikasi skala
(D. 0077) o nyeri
1 Kemamp 1 2 3 4 5 3. Identifikasi respon
nyeri non verbal
A uan
4. Identifikasi factor
menuntas yang memperberat
kan dan memperingan
aktivitas nyeri
2 Keluhan 1 2 3 4 5 5. Fasilitasi istirahat
B Nyeri dan tidur
3 Meringis 1 2 3 4 5 6. Pertimbangkan jenis
B dan sumber nyeri
5 Gelisah 1 2 3 4 5 dalam memelihara
B strategi meredahkan
nyeri
6 Kesulitan 1 2 3 4 5
7. Jelaskan penyebab,
B tidur
periode, dan pemicu
Keterangan: nyeri
A: 8. Jelaskan strategi
1 : Menurun meredakan nyeri
2 : Cukup menurun 9. Kolaborasi
3 : Sedang pemberian analgesic
4 : Cukup meningkat
5 : Meningkat

B:
1 : Meningkat
2: Cukup meningkat
3 : Sedang
4 : Cukup menurun
5 : Menurun

2. Gangguan Setelah dilakukan asuhan SIKI : Dukungan


/ mobilitas keperawatan selama 2 x 24 jam Mobilisasi (1.05173)
25/ fisik b.d diharapkan mobilitas fisik
1. Identifikasi adanya
05/ gangguan meningkat dengan kriteria hasil :
nyeri atau keluhan
2021 musculoskel SLKI : Tingkat mobilitas fisik
fisik lainnya
etal d.d (L.05042) 2. Identifikasi toleransi
kekuatan N Indikator 1 2 3 4 5 fisik melakukan
otot o pergerakan
menurun 1 Pergeraka 1 2 3 4 5 3. Monitor kondisi
(D.0054) B n umum selama
ekstremit melakukan mobilisasi
4. Fasilitasi aktivitas
as
mobilisasi dengan
3 Kekuatan 1 2 3 4 5 alat bantu
B otot 5. Fasilitasi melakukan
pergerakan, jika perlu
10 Rentang 1 2 3 4 5 6. Jelaskan tujuan dan
B gerak prosedur mobilisasi
(ROM) 7. Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
1 Nyeri 1 2 3 4 5 dilakukan ( duduk di
A tempat tidur, duduk
Keterangan: disisi tempat tidur,
A: pindah dari tempat
1 : Meningkat tidur ke kursi)
2 : Cukup meningkat
3 : Sedang
4 : Cukup menurun
5 : Menurun

B:
1 : Menurun
2: Cukup menurun
3 : Sedang
4 : Cukup meningkat
5 : meningkat

3. Gangguan Setelah dilakukan asuhan


/ integritas keperawatan selama 2 x 24 jam SIKI : Latihan
25/ kulit/jaringa diharapkan tingkat jatuh Rentang Gerak
05/ n b.d menurun dengan kriteria hasil : (L.05177)
2021 penurunan SLKI :Integritas Kulit dan
mobilitas Jaringan (L.14125) 1. Identifikasi indikasi
d.d N Indikator 1 2 3 4 5 dilakukan latihan
kerusakan o
jaringan/lap 2. Identifikasi
3 Kerusaka 1 2 3 4 5 keterbatasan
isan kulit B n jatingan
(D.0129) pergerakan sendi
3 Kersakan 1 2 3 4 5
B lapisan 3. Monitor lokasi
kulit ketidaknyamanan
atau nyeri pada saat
10 Nyeri 1 2 3 4 5 bergerak
B
1 Elastisitas 1 2 3 4 5 4. Cegah terjadinya
cedera selama
A
latihan rentang
Keterangan: gerak dilakukan
A:
1 : Menurun 5. Jelaskan tujuan dan
2 : Cukup menurun prosedur latihan
3 : Sedang
4 : Cukup meningkat 6. Ajarkan rentang
5 : Meningkat gerak aktif sesuai
dengan program
latihan
B:
1 : Meningkat 7. Kolaborasi dengan
2: Cukup meningkat fisioterapis
3 : Sedang mengembangkan
4 : Cukup menurun program latihan
5 : Menurun

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


Nama : Sdr H
Umur : 17 thn No.RM : 121811

No SDKI IMPLEMENTASI EVALUASI


1. Nyeri akut b.d SIKI : Manajemen nyeri S:
agen pencedera (1.03119) Pasien mengatakan
26/05/ fisik d.d pasien 1. Identifikasi lokasi, masih merasakan nyeri
tampak karakteristik,
2021 di kaki sebelah kiri dan
meringis dan durasi, frekuensi,
sulit tidur kualitas, intensitas masih sulit tidur
(D. 0077) nyeri. P : Pasien
2. Identifikasi skala mengatakan nyeri
nyeri menyebabkan sulit tidur
3. Identifikasi respon Q : Pasien
nyeri non verbal mengatakan nyeri masih
4. Identifikasi factor
terasa terus menerus
yang memperberat
dan memperingan R : Pasien
nyeri mengatakan nyeri di
5. Fasilitasi istirahat kaki kiri
dan tidur S : Pasien
6. Pertimbangkan
mengatakan skala nyeri
jenis dan sumber
nyeri dalam 2
memelihara T : Pasien
strategi mengatakan nyeri masih
meredahkan nyeri muncul ketika
7. Jelaskan digunakan pergerakan
penyebab,
periode, dan
O:
pemicu nyeri
8. Jelaskan strategi - Kemampuan
meredakan nyeri menuntaskan
9. Kolaborasi aktivitas (2)
pemberian - Keluhan nyeri (4)
analgesic - Meringis (4)
- Gelisah (4)
- Kesulitan tidur (4)
- TD : 90/60 mmHg
- N : 78 x/menit
- S : 36,0o C
- RR : 20
- SPO :97%

A : Masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi

2. Gangguan SIKI : Dukungan S:


mobilitas fisik Mobilisasi (1.05173) Pasien mengatakan
26/05/ b.d gangguan 1. Identifikasi adanya masih sulit untuk
2021 musculoskeletal nyeri atau keluhan
melakukan pergerakan
d.d kekuatan otot fisik lainnya
menurun 2. Identifikasi kaki kiri
(D.0054) toleransi fisik
melakukan O:
pergerakan - Pergerakan
3. Monitor kondisi ekstremitas (3)
umum selama - Kekuatan otot (3)
melakukan
- Rentang gerak
mobilisasi
4. Fasilitasi aktivitas (ROM)(3)
mobilisasi dengan - Nyeri (4)
alat bantu - TD : 90/60 mmHg
5. Fasilitasi - N : 78 x/menit
melakukan - S : 36,0o C
pergerakan, jika - SPO : 97%
perlu
6. Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi A : Masalah belum
7. Ajarkan mobilisasi teratasi
sederhana yang
P : Lanjutkan intervensi
harus dilakukan (
duduk di tempat
tidur, duduk disisi
tempat tidur,
pindah dari tempat
tidur ke kursi)
3. Gangguan S:
integritas SIKI : Latihan Pasien mengatakan luka
26/05/ kulit/jaringan Rentang Gerak pada kaki terasa memar
2021 b.d penurunan (L.05177)
sehingga sulit
mobilitas d.d
kerusakan 1. Identifikasi indikasi melakukan pergerakan
jaringan/lapisan dilakukan latihan
kulit (D.0129) O:
2. Identifikasi
keterbatasan
pergerakan sendi - Kerusakan jaringan
(2)
3. Monitor lokasi - Kerusakan lapisan
ketidaknyamanan kulit (2)
atau nyeri pada saat - Nyeri (4)
bergerak
- Elastisitas (2)
4. Cegah terjadinya - TD : 90/60 mmHg
cedera selama latihan - N : 78 x/menit
rentang gerak - S : 36,0o C
dilakukan - SPO :97%
5. Jelaskan tujuan dan
prosedur latihan
A : Masalah belum
6. Ajarkan rentang teratasi
gerak aktif sesuai
dengan program P : Lanjutkan intervensi
latihan

7. Kolaborasi dengan
fisioterapis
mengembangkan
program latihan
4. Nyeri akut b.d SIKI : Manajemen nyeri S :
agen pencedera (1.03119) Pasien mengatakan
27/05/ fisik d.d pasien 1. Identifikasi lokasi, nyeri di kaki sebelah
2021 tampak karakteristik, durasi, kiri sudah berkurang
meringis dan frekuensi, kualitas, P:
sulit tidur
intensitas nyeri. Pasien mengatakan
(D. 0077)
2. Identifikasi skala nyeri berkurang
nyeri
3. Identifikasi respon Q:
nyeri non verbal Pasien mengatakan
4. Identifikasi factor nyeri terkadang muncul
yang memperberat R:
dan memperingan
Pasien mengatakan
nyeri
5. Fasilitasi istirahat dan nyeri berfokus pada
tidur kaki kiri
6. Pertimbangkan jenis S:
dan sumber nyeri Pasien mengatakan
dalam memelihara skala nyeri 1
strategi meredahkan T:
nyeri
Pasien mengatakan
7. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri sudah tidak sering
nyeri muncul saat dibuat
8. Jelaskan strategi pergerakan
meredakan nyeri
9. Kolaborasi pemberian
analgesic O:
- Kemampuan
menuntaskan
aktivitas (3)
- Keluhan nyeri (5)
- Meringis (5)
- Gelisah (5)
- Kesulitan tidur (5)
- TD : 105/60 mmHg
- N : 113 x/menit
- S : 36,7o C
- SPO :96%

A : Masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi
dihentikan
5. Gangguan SIKI : Dukungan S:
mobilitas fisik Mobilisasi (1.05173) Klien mengatakan
27/05/ b.d gangguan 1. Identifikasi adanya sudah bisa untuk
2021 musculoskeletal nyeri atau keluhan
melakukan pergerakan
d.d kekuatan fisik lainnya
otot menurun 2. Identifikasi toleransi hanya diatas tempat
(D.0054) fisik melakukan tidur
pergerakan
3. Monitor kondisi
umum selama O:
melakukan - Pergerakan
mobilisasi
ekstremitas (4)
4. Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan - Kukuatan otot (4)
alat bantu - Rentang gerak
5. Fasilitasi melakukan (ROM) (4)
pergerakan, jika - Nyeri (5)
perlu - TD : 105/60 mmHg
6. Jelaskan tujuan dan - N : 113x/menit
prosedur mobilisasi
- S : 36,7o C
Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus - SPO :96%
dilakukan ( duduk di
tempat tidur, duduk A : Masalah teratasi
disisi tempat tidur, sebagian
pindah dari tempat
tidur ke kursi) P : Intervensi
dihentikan
6. Gangguan S:
integritas SIKI : Latihan Pasien mengatakan luka
27/05/ kulit/jaringan Rentang Gerak pada kaki terasa sedikit
2021 b.d penurunan (L.05177)
membaik
mobilitas d.d
kerusakan 1. Identifikasi indikasi
jaringan/lapisan dilakukan latihan O:
kulit (D.0129)
2. Identifikasi
- Kerusakan jaringan
keterbatasan
pergerakan sendi (4)
- Kerusakan lapisan
3. Monitor lokasi kulit (4)
ketidaknyamanan - Nyeri (5)
atau nyeri pada saat - Elastisitas (3)
bergerak
- TD : 105/60 mmHg
4. Cegah terjadinya - N : 113 x/menit
cedera selama latihan - S : 36,7o C
rentang gerak - SPO :97%
dilakukan
5. Jelaskan tujuan dan A : Masalah teratasi
prosedur latihan
sebagian
6. Ajarkan rentang P : Intervensi
gerak aktif sesuai
dihentikan
dengan program
latihan

7. Kolaborasi dengan
fisioterapis
mengembangkan
program latihan

Anda mungkin juga menyukai