Anda di halaman 1dari 6

TUGAS INDIVIDU

Keperawatan Gawat Darurat (GADAR)


Ringkasan Tentang :

“Konsep & Prinsip Pelaksanaan Bantuan Hidup Dasar”


DOSEN MK : Ns. U. B. Ohorella, M.Kep., Sp. Kep.MB

Nama : Mila Amelia Tuahuns


Nim : P07120316 104
Tingkat : II.C

POLTEKKES KEMENKES MALUKU

PRODI KEPERAWATAN MASOHI

T.A 2018-2019
KONSEP & PRINSIP BANTUAN HIDUP DASAR

1. Pengertian Bantuan Hidup Dasar


Basic Life Support adalah dasar untuk menyelamatkan nyawa ketika terjadi henti
jantung. Aspek dasar BLS meliputi penanganan langsung terhadap sudden cardiac arrest
(SCA) dan sistem tanggap darurat, cardiopulmonary resuscitation (CPR) atau resusitasi
jantung paru (RJP) dini, dan defibrilasi cepat dengan (AED) automated external
defibrillator (Berg, et al 2010).
Bantuan hidup dasar atau Basic Life Support merupakan sekumpulan intervensi
yang bertujuan untuk mengembalikan dan mempertahankan fungsi vital organ pada
korban henti jantung dan henti nafas. Intervensi ini terdiri dari pemberian kompresi dada
dan bantuan nafas (Hardisman, 2014).
Menurut Krisanty (2009) bantuan hidup dasar adalah memberikan bantuan eksternal
terhadap sirkulasi dan ventilasi pada pasien henti jantung atau henti nafas melalui RJP/
CPR.
2. Tujuan dari Bantuan Hidup Dasar
Tujuan Bantuan Hidup Dasar ini adalah memberikan bantuan dengan cepat
mempertahankan pasok oksigen ke otak, jantung dan alat-alat vital lainnya sambil
menunggu pengobatan lanjutan.
Adapun tujuan lain dari bantuan hidup dasar ialah sebagai berikut :
a. Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi.
b. Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi dari korban    yang
mengalami henti jantung atau henti nafas melalui Resusitasi Jantung Paru (RJP).
c. Menyelamatkan nyawa korban.
d. Mencegah cacat.
e. Memberikan rasa nyaman dan menunjang proses penyembuhan.
3. Indikasi Bantuan Hidup Dasar (BHD)
Bantuan Hidup Dasar (BHD) dilakukan pada pasien-pasien dengan keadaan sebagai
berikut:
a. Henti nafas (respiratory arrest)
Henti nafas ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran udara
pernapasan dari korban/pasien. Henti nafas merupakan kasus yang harus
dilakukan tindakan bantuan hidup dasar. Henti nafas dapat erjadi pada keadaan :
1) Tenggelam
2) Stroke
3) Obstruksi jalan napas
4) Epiglotitis
5) Overdosis obat-obatan
6) Tersengat listrik
7) Infark miokard
8) Tersambar petir
9) Koma akibat berbagai macam kasus
b. Henti Jantung (cardiac arrest)
Pada saat terjadi henti jantung secara langsung akan terjadi henti sirkulasi. Henti
sirkulasi iini akan dengan cepat menyebabkan otak dan organ vital kekurangan
oksigen. Pernapasan yang terganggu (tersengal-sengal) merupakan tanda awal akan
terjadinya henti jantung.
Penyebab henti jantung:
1) Cardiac : penyakit jantung koroner, aritmia, kelainan katup jantung, tamponade
jantung, pecahnya aorta
2) Extra-Cardiac: sumbatan jalan napas, gagal napas, gangguan elektrolit, syok,
overdosis obat, keracunan
4. Langkah-langkah Pemberian Bantuan Hidup Dasar (BHD)
Menurut AHA Guidelines tahun 2015, tindakan BHD ini dapat disingkat teknik ABC pada
prosedur CPR (Cardio Pulmonary Resuscitation) yaitu:
a. A (Airway) : Menjaga jalan nafas tetap terbuka
b. B (Breathing) : Ventilasi paru dan oksigenasi yang adekuat
c. C (Circulation) : Mengadakan sirkulasi buatan dengan kompresi
jantung paru.

Ada beberapa langkah yang diberikan dalam usaha kita memberikan BHD ini. Langkah-
langkah pemberian bantuan hidup dasar dan kita mengenalnya dengan istilah yang mudah
diingat yaitu A-B-C dan bentuk ABC dalam resusitasi jantung paru tersebut adalah dengan :
a. Airway

Berhasil tidaknya dalam memberikan resusitasi jantung paru ini berawal dari
cepatnya dalam pemberian bantuan pembukaan jalan nafas. Cara mmebuka jalan
nafas korban henti jantung ini adalah dengan segera menekuk kepala korban ke
belakang sejauh mungkin, posisi terlentang kadang-kadang sudah cukup menolong
karena sumbatan anatomis akibat lidah jatuh ke belakang dapat dihilangkan. Kepala
harus dipertahankan dalam posisi ini.
Bila tindakan ini tidak menolong, maka rahang bawah ditarik ke depan. Caranya
ialah:
1) Tarik mandibula ke depan dengan ibu jari sambil,
2) Mendorong kepala ke belakang dan kemudian,
3) Buka rahang bawah untuk memudahkan bernafas melalui mulut atau hidung.
Penarikan rahang bawah paling baik dilakukan bila penolong berada pada
bagian puncak kepala korban. Bila korban tidak mau bernafas spontan,
penolong harus pindah ke samping korban untuk segera melakukan pernafasan
buatan mulut ke mulut atau mulut ke hidung
b. Breathing (Pernafasan)

Dalam memberikan bantuan pernafasan ini bisa dilakukan dengan cara melakukan
pernafasan mulut ke mulut penolong menggunakan satu tangan di belakang leher
korban sebagai ganjalan agar kepala tetap tertarik ke belakang, tangan yang lain
menutup hidung korban (dengan ibu jari dan telunjuk) sambil turut menekan dahi
korban ke belakang. Penolong menghirup nafas dalam kemudian meniupkan udara
ke dalam mulut korban dengan kuat. Ekspirasi korban adalah secara pasif, sambil
diperhatikan gerakan dada waktu mengecil. Siklus ini diulang satu kali tiap lima detik
selama pernafasan masih belum adekuat.
Pernafasan yang adekuat dinilai tiap kali tiupan oleh penolong, yaitu perhatikan :
1) gerakan dada waktu membesar dan mengecil
2) merasakan tahanan waktu meniup dan isi paru korban waktu mengembang
3) dengan suara dan rasakan udara yang keluar waktu ekspirasi.
Tiupan pertama ialah 4 kali tiupan cepat, penuh, tanpa menunggu paru korban
mengecil sampai batas habis.
c. Circulation (Sirkulasi Buatan)

Sering disebut juga dengan Kompresi Jantung Luar. Henti jantung (cardiac arrest)
ialah hentinya jantung dan peredaran darah secara tiba-tiba, pada seseorang yang
tadinya tidak apa-apa dan hal ini merupakan keadaan darurat yang paling gawat.
REFERENSI

https://www.scribd.com/document/361446074/MAKALAH-BHD

https://www.coursehero.com/file/p55hj7g/konsep-Dan-prinsip-gawat-darurat-konsep-dan-
prinsip-pelaksanaan-BHD-Bantuan/

http://www.academia.edu/8188003/BANTUAN_HIDUP_DASAR_RESUSITASI_

Anda mungkin juga menyukai