Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN CHF

Oleh :

SITI AFIYAH
03.20.047

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA MOJOKERTO


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Keperawatan pada klien dengan CHF,

Telah disetujui pada,

Hari :
Tanggal :

Mengetahui,
Pembimbing Akademik

Anik Supriani, S.Kep.,Ns.,M.Kes


NPP: 10.02.183
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Definisi
Congestive Heart Failure (CHF) merupakan salah satu masalah
kesehatan dalam system kardiovaskular, yang angka kejadiannya terus
meningkat.Pasien CHF pada kenyataannya mengalami berbagai segala
keterbatasaanya dalam melakukan aktivitasnya menjadi sangat rentan
untuk mengalami depresi, cemas, sulit mengendalikan emosi.Hal ini dapat
terjadi 3 mengingat segala kemampuan dalam beraktivitas secara mandiri
menjadi hilang setelah menderita CHF.(Fayers and Machin, 2015).
Gagal jantung sering disebut dengan gagal jantung kongestif
adalah ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah yang adekuat
untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi (kasron,
2012).
Gagal jantung kongestive adalah keadaan saat terjadi bendungan
sirkulasi akibat gagal jantung dan mekanisme kompensatoriknya. Gagal
jantung kongestive perlu dibedakan dari istilah yang lebih umum yaitu
kongestive sirkulasi, yang hanya berarti kelebuhan beban sirkulasi akibat
bertambahannya volume darah pada gagal jantung atau akibat sebab-sebab
diluar jantung (misalnya, tranfusi berlebihan atau anuria) (Sylvia Price &
Wilson, 2013).
2. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi Jantung
Sistem peredaran darah terdiri atas jantung, pembuluh
darah, dan saluran limfe. Jantung merupakan organ pemompa besar
yang memelihara peredaran melalui seluruh tubuh. Arteri
membawa darah dari jantung. Vena membawa darah ke jantung.
kapiler menggabungkan arteri dan vena, terentang diantaranya dan
merupakan jalan lalu lintas antara makanan dan bahan buangan.
Disini juga terjadi pertukaran gas dalam cairan ekstraseluler dan
interstisial.
Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut,
berongga, basisnya diatas, dan puncaknya dibawah. Apeksnya
(puncaknya) miring kesebelah kiri. Berat jantung kira-kira 300
gram.
 Lapisan Jantung terdiri atas 3 lapisan yaitu :
1. Epikardium merupakan lapisan terluar, memiliki struktur yang
samma dengan perikardium viseral.
2. Miokardium, merupakan lapisan tengah yang terdiri atas otot
yang berperan dalam menentukan kekuatan kontraksi.
3. Endokardium, merupakan lapisan terdalam terdiri atas jaringan
endotel yang melapisi bagian dalam jantung dan menutupi
katung jantung
 Katup jantung : berfungsi untuk mempertahankan aliran darah
searah melalui bilik jantung. ada dua jenis katup, yaitu katup
atrioventrikular dan katup semilunar.
1. Katup atrioventrikular, memisahkan antara atrium dan
ventrikel. Katup ini memungkinkan darah mengalir dari
masing –masing atrium ke ventrikel saat diastole ventrikel dan
mencegah aliran balik ke atrium saat sistole ventrikel. Katup
atrioventrikuler ada dua, yaitu katup triskupidalis dan katup
biskuspidalis. Katup triskupidalis memiliki 3 buah daun katup
yang terletak antara atrium kanan dan ventrikel kanan. Katup
biskuspidalis atau
katup mitral memiliki 2 buah dauh katup dan terletak antara
atrium kiri dan ventrikel kiri.
2. Katup semilunar, memisahkan antara arteri pulmonalis dan
aorta dari ventrikel. Katup semilunar yang membatasi ventrikel
kanan dan arteri pulmonaris disebut katup semilunar pulmonal.
Katup yang membatasi ventikel kiri dan aorta disebut katup
semilunar aorta. Adanya katup ini memungkinkan darah
mengalir dari masing-masing ventrikel ke arteri pulmonalis
atau aorta selama sistole ventrikel dan mencegah aliran balik
ke ventrikel sewaktu diastole ventrikel
 Ruang jantung : jantung memiliki 4 ruang, yaitu atrium kanan,
atrium kiri, ventrikel kiri, dan ventrikel kanan. Atrium terletak
diatas ventrikel dan saling berdampingan. Atrium dan ventrikel
dipisahkan oleh katup satu arah. Antara organ rongga kanan
dan kiri dipisahkan oleh septum.
b. Fisiologi Jantung
Siklus jantung adalah rangkaian kejadian dalam satu irama
jantung. Dalam bentuk yang paling sederhana, siklus jantung
adalah kontraksi bersamaan kedua atrium, yang mengikuti suatu
fraksi pada detik berikutnya karena kontraksi bersamaan kedua
ventrikel.
Sisklus jantung merupakan periode ketika jantung kontraksi
dan relaksasi. Satu kali siklus jantung sama dengan satu periode
sistole (saat ventrikel kontraksi) dan satu periode diastole ( saat
ventrikel relaksasi). Normalnya, siklus jantung dimulai dengan
depolarisasi spontan sel pacemarker dari SA node dan berakhir
dengan keadaan relaksasi ventrikel.
Pada siklus jantung, sistole(kontraksi) atrium diikuti sistole
ventrikel sehingga ada perbedaan yang berarti antara pergerakan
darah dari ventrikel ke arteri. Kontraksi atrium akan diikuti
relaksasi atrium dan ventrikel mulai ber kontraksi. Kontraksi
ventrikel menekan darah melawan daun katup atrioventrikuler
kanan dan kiri dan menutupnya. Tekanan darah juga membuka
katup semilunar aorta dan pulmonalis. Kedua ventrikel
melanjutkan kontraksi, memompa darah ke arteri. Ventrikel
kemudian relaksasi bersamaan dengan pengaliran kembali darah ke
atrium dan siklus kembali.
Curah jantung merupakan volume darah yang dipompakan
selama satu menit. Curah jantung ditentukan oleh jumlah denyut
jantung permenit dan stroke volume. Isi sekuncup ditentukan oleh :
1) Beban awal (pre-load)
- Pre-load adalah keadaan ketika serat otot ventrikel kiri
jantung memanjang atau meregang sampai akhir diastole.
Pre-load adalah jumlah darah yang berada dalam ventrikel
pada akhir diastole.
- Volume darah yang berada dalam ventrikel saat diastole ini
tergantung pada pengambilan darah dari pembuluh vena
dan pengembalian darah dari pembuluh vena ini juga
tergantung pada jumlah darah yang beredar serta tonus
otot.
- Isi ventrikel ini menyebabkan peregangan pada serabut
miokardium.
- Dalam keadaan normal sarkomer (unit kontraksi dari sel
miokardium) akan teregang 2,0 µm dan bila isi ventrikel
makin banyak maka peregangan ini makin panjang.
- Hukum frank starling : semakin besar regangan otot
jantung semakin besar pula kekuatan kontraksinya dan
semakin besar pula curah jantung. pada keadaan preload
terjadi pengisian besar pula volume darah yang masuk
dalam ventrikel.
- Peregangan sarkomet yang paling optimal adalah 2,2 µm.
Dalam keadaan tertentu apabila peregangan sarkomer
melebihi 2,2 µm, kekuatan kontraksi berkurang sehingga
akan menurunkan isi sekuncup.
2) Daya kotraksi
- Kekuatan kontraksi otot jantung sangat berpengaruh
terhadap curah jantung, makin kuat kontraksi otot jantung
dan tekanan ventrikel.
- Daya kontraksi dipengaruhi oleh keadaan miokardium,
keseimbangan elektrolit terutama kalium, natrium,
kalsium, dan keadaan konduksi jantung.
3) Beban Akhir
- After load adalah jumlah tegangan yang harus dikeluarkan
ventrikel selama kontraksi untuk mengeluarkan darah dari
ventrikel melalui katup semilunar aorta.
- Hal ini terutama ditentukan oleh tahanan pembuluh darah
perifer dan ukuran pembuluh darah. Meningkatnya tahanan
perifer misalnya akibat
hipertensi artau vasokonstriksi akan menyebabkan beban
akhir.
- Kondisi yang menyebabkan baban akhir meningkat akan
mengakibatkan penurunan isi sekuncup.
- Dalam keadaan normal isi sekuncup ini akan berjumlah
±70ml sehingga curah jantung diperkirakan ±5 liter.
Jumlah ini tidak cukup tetapi dipengaruhi oleh aktivitas
tubuh.
- Curah jantung meningkat pada waktu melakukan kerja
otot, stress, peningkatan suhu lingkungan, kehamilan,
setelah makan, sedang kan saat tidur curah jantung akan
menurun.

3. Etiologi

Secara umum penyebab gagal jantung dikelompokkan sebagai berikut :


(Aspani,2016)
a. Disfungsi miokard
b. Beban tekanan berlebihan-pembebanan sistolik (sistolic overload).
1) Volume : defek septum atrial, defek septum ventrikel, duktus
arteriosus paten
2) Tekanan : stenosis aorta, stenosis pulmonal, koarktasi aorta
3) Disaritmia
c. Beban volume berlebihan-pembebanan diastolik (diastolic overload)
d. Peningkatan kebutuhan metabolik (demand oveload)
Menurut Smeltzer (2012) dalam Buku Ajar Keperawatan Medikal-
Bedah, gagal jantung disebabkan dengan berbagai keadaan seperti :
a. Kelainan otot jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,
disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari
penyebab kelainan fungsi otot jantung mencakup aterosklerosis koroner,
hipertensi arterial dan
penyakit degeneratif atau inflamasi misalnya kardiomiopati. Peradangan
dan penyakit miocardium degeneratif, berhubungan dengan gagal jantung
karena kondisi ini secara
langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
b. Aterosklerosis koroner
Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium
karena terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan
asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium (kematian
sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Infark
miokardium menyebabkan pengurangan kontraktilitas, menimbulkan
gerakan dinding yang abnormal dan mengubah daya kembang ruang
jantung.
c. Hipertensi Sistemik atau pulmonal (peningkatan after load)
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya
mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Hipertensi dapat
menyebabkan gagal jantung melalui beberapa mekanisme, termasuk
hipertrofi ventrikel kiri. Hipertensi ventrikel kiri dikaitkan dengan
disfungsi ventrikel kiri sistolik dan diastolik dan meningkatkan risiko
terjadinya infark miokard, serta memudahkan untuk terjadinya aritmia
baik itu aritmia atrial maupun aritmia ventrikel.
d. Penyakit jantung lain
Terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya, yang
secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat
mencakup gangguan aliran darah yang masuk jantung (stenosis katub
semiluner), ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah (tamponade,
pericardium, perikarditif konstriktif atau stenosis AV), peningkatan
mendadak after load. Regurgitasi mitral dan aorta menyebabkan kelebihan
beban volume (peningkatan preload) sedangkan stenosis aorta
menyebabkan beban tekanan (after load).
e. Faktor sistemik
Terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam
perkembangan dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju
metabolisme (misal : demam, tirotoksikosis). Hipoksia dan
anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis
respiratorik atau metabolik dan abnormalitas elektronik dapat menurunkan
kontraktilitas jantung.

4. Tanda dan Gejala

Menurut Smeltzer,2016 CHF penyakit kronis yang terjadi terjadi


secara tiba-tiba. Gejala yang khas pada orang dengan gagal jantung
kongestif adalah:
1. mudah kehabisan napas saat beraktivitas,
2. sesak napas saat tidur terlentang sehingga membutuhkan beberapa
bantal untuk mengganjal kepalanya,
3. kehilangan nafsu makan,
4. batuk
5. sering kencing pada malam hari,
6. tapi berat badan naik karena penumpukan cairan
Menurut kasron ,S.KP., Ns 2012 tanda dominan gagal jantung
adalah meningkatnya volume intravaskuler. Kongesti jaringan terjadi
akbat tekanan arteri dan vena yang meningkat akibat turunnya curah
jantung pada kegagalan jantung. Manifestasi kongesti dapat berbeda
tergantung pada kegagalan ventrikel mana yang terjadi
1. Gagal jantung kiri, manifestasi klinisnya :
1) Dispneu
2) Batuk
3) Mudah lelah
4) Kegelisahan dan kecemasan
5) Sianosis
2. Gagal jantung kanan, manifestasi klinisnya :
1) Kongestif jaringan perifer dan viseral
2) Edema ekstrimitas bawah (edema dependen), biasanya edema pitting,
penambahan berat badan.
3) Hepatomegali. Dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdoman
terjadi akibat pembesaran vena di hepar.
4) Anorexia dan mual
5) Nokturia
6) Kelemahan
5. Patofisiologi

Disfungsi Miokard Beban sistolik Kebutuhan


berlebih metabolisme

Kontraktilitas
Preload Beban kerja
jantung

Hambatan pengosongan Ventrikel


Hambatan
pengosongan
beban jantung ventrikel

Gagaljantung kongestif

Gagal pompa ventrikel

Backward Failure
Forward failure

Tek.Venapulmo
(COP)

Tek.Kapiler paru
Suplai darah kejaringan
renal Flow

Nutrisi&O2 Edema Paru


Pelepasan RAA

metabolisme sel Gg.Pertukaran gas


Retensi Na&Air

Lemah&Letih
Edema

Intoleransi aktifitas
Kelebihan Vol.Cairan
6. Komplikasi

Komplikasi akut gagal jantung meliputi :


1. Edema paru
2. Gagal ginjal akut
3. Aritmia
Komplikasi kronis meliputi :
1. Intoleransi terhadap aktivitas
2. Gangguan ginjal
3. Kakeksia jantung
4. Kerusakan metabolik dan Tromboembolisme
Menurut Karson, 2012 :
1. Syok Kardigenik
Stadium dari gagal jantung kiri, kongestif akibat penurunan curah
jantung dan perfusi jaringan yang tidak adekuat ke organ vital (jantung
dan otak)
2. Episode Tromboemboli karena pembentukan bekuan vena karena statis
darah.
3. Efusi dan Tamponade perikardium (Smeltzer & Bere, 2002) Masuknya
cairan ke kantung pericardium sampai ukuran maksimal
4. Toksistas digitalis akibat pemakaian obat-obatan digitalis

7. Penatalaksanaan

Penatalakasanaan gagal jantung dibagi menjadi 2 terapi yaitu sebagai


berikut :
a. Terapi farmakologi :
Terapi yang dapat iberikan antara lain golongan diuretik, angiotensin
converting enzym inhibitor (ACEI), beta bloker, angiotensin receptor
blocker (ARB), glikosida
jantung , antagonis aldosteron, serta pemberian laksarasia pada pasien
dengan keluhan konstipasi.
b. Terapi non farmakologi :
Terapi non farmakologi yaitu antara lain tirah baring, perubahan gaya
hidup, pendidikan kesehatan mengenai penyakit, prognosis, obat-obatan
serta pencegahan kekambuhan, monitoring dan kontrol faktor resiko.

8. Pemeriksaan Penunjang

1. Ekokardiografi
Ekokardiografi sebaiknya digunakan sebagai alat pemeriksaan
diagnostik yang pertama untuk manajemen gagal jantung; sifatnya tidak
invasiv dan segera dapat memberikan diagnosis disfungsi jantung. Dengan
adanya kombinasi M-Mode, ekokardiografi 2D, dan Doppler , maka
pemeriksaan invasive lain tidak lagi diperlukan. Gambaran yang paling
sering ditemukan pada gagal jantung akibat penyakit jantung iskemik,
kardiomiopati dilatasi, dan beberapa kelainan katup adalah dilatasi
ventrikel kiri yang disertai hipokinesis seluruh dinding vertikel.
2. Rontgen toraks
Foto Rontagen posterior-anterior dapat menunjukkan adanya
hipertensi vena, edema paru, atau kardiomegali. Bukti yang menunjukkan
adanya peningkatan tekanan vena paru adalah adanya diversi aliran darah
ke daerah atas dan adanya peningkatan ukuran pembuluh darah.
3. Elektrokardiografi
Pemeriksaan EKG meskipun memberikan informasi yang berkaitan
dengan penyebab, tetapi tidak dapat memberikan gambaran spesifik. Pada
hasil pemeriksaan EKG yang normal perlu dicurigai bahwa hasil diagnosis
salah.
Pada pemeriksaan EKG untuk klien dengan gagal jantung dapat
ditemukan kelainan EKG seperti berikut ini :
1) Left bundle branch block, kelainan segmen ST/T menunjukan disfungsi
ventrikel kiri kronis.
2) Gelombang Q menunjukkan infark sebelumnya dan kelainan segmen
ST menunjukkan penyakit jantung iskemik.
3) Hipertrofi ventrikel kiri dan gelombang terbalik, menunjukkan stenosis
aorta dan penyakit jantung hipertensi.
4) Aritmia
5) Deviasi aksis ke kanan, right bundle branch block, dan hipertrofi
vertikel kanan menunjukkan disfungsi ventrikel kanan.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata
Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pekerjaan,
suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit
(MRS), nomor register, dan diagnosa medik
2. Riwayat keperawatan
1) Keluhan Utama
Keluhan klien dengan CHF adalah kelemahan saat beraktivitas dan
sesak napas. Nyeri dada ,Edema ektremitas bawah , Nafsu makan
menurun, nausea, dietensi abdomen, Urine menurun.
2) Riwayat Keperawatan sekarang
Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan
pertanyaan tentang kronologi keluhan utama. Pengkajian yang didapat
dengan gejala-gejala kongesti vaskuler pulmonal, yakni munculnya
dispnea, ortopnea, batuk, dan edema pulmonal akut. Tanyakan juga
gajala-gejala lain yang mengganggu pasien.
3) Riwayat Keperawatan dahulu
Pengkajian RPD yang mendukung dengan mengkaji apakah
sebelumnya klien pernah menderita nyeri dada, hipertensi, iskemia
miokardium, diabetes mellitus, dan hiperpidemia. Tanyakan mengenai
obat-obatan yang biasa diminum oleh klien pada masa lalu dan masih
relevan dengan kondisi saat ini. Obat-obat ini meliputi diuretik, nitrat,
penghambat beta, dan antihipertensi. Catat adanya efek samping yang
terjadi di masa lalu, alergi obat, dan tanyakan reaksi alergi apa yang
timbul. Sering kali klien menafsirkan suatu alergi dengan efek samping
obat.
4) Riwayat Keperawatan keluarga
Apakah ada keluarga pasien yang menderita penyakit jantung, dan
penyakit keteurunan lain seperti DM, Hipertensi.
5) Pola fungsi Kesehatan Gordon
a) Aktifitas dan istirahat : adanya kelelahan, insomnia, letargi,
kurang istirahat, sakit dada, dipsnea pada saat istirahat atau saat
beraktifitas.
b) Sirkulasi : riwayat hipertensi, anemia, syok septik, asites,
disaritmia, fibrilasi atrial,kontraksi ventrikel prematur,
peningkatan JVP, sianosis, pucat.
c) Respirasi : dipsnea pada waktu aktifitas, takipnea, riwayat
penyakit paru.
d) Pola makan dan cairan : hilang nafsu makan, mual dan muntah.
e) Eliminasi : penurunan volume urine, urin yang pekat, nokturia,
diare atau konstipasi.
f) Neuorologi : pusing, penurunan kesadaran, disorientasi.
g) Interaksi sosial : aktifitas sosial berkurang
h) Rasa aman : perubahan status mental, gangguan pada
kulit/dermatitis
3. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Pada pemeriksaan keadaan umum klien gagal jantung biasanya
didapatkan kesadaran yang baik atau compos metis dan akan berubah
sesuai tingkat gangguan yang melibatkan perfusi system saraf pusat.
2. B1 (Breathing)
 Kongesti Vaskular Pulmonal
Gejala-gejala kongesti vascular pulmonal adalah dispnea,
ortopnea, dispnea noktural paroksimal, batuk, dan edema
pulmonal akut
 Dispnea
Dispnea, di karakteristikan dengan pernafasan cepat, dangkal, dan
keadaan yang menunjukkan bahwa klien sulit mendapatkan udara
yang cukup, yang menekan klien. Terkadang klien mengeluh
adanya insomnia, gelisah, atau kelemahan, yang disebabkan oleh
dispnea.
 Ortopnea
Ortopnea adalah ketidakmampuan untuk berbaring datar karena
dispnea, adalah keluhan umum lain dari gagal vertikel kiri yang
berhubungan dengan kongesti vaskular pulmonal. Perawat harus
menetukan apakah ortopnea benar-benar berhubungan dengan
penyakit jantung atau apakah peninggian kepala saat tidur adalah
kebiasaan klien. Sebagai contoh bila klien menyatakan bahwa ia
terbiasa menggunakan tiga bantal saat tidur. Tetapi, perawat harus
menenyakan alasan klien tidur dengan menggunakan tiga bantal.
Bila klien mengatakan bahwa ia melakukan ini karena menyukai
tidur dengan ketinggian ini dan telah dilakukan sejak sebelum
mempunyai gejala gangguan jantung, kondisi ini tidak tepat
dianggap sebagai ortopnea.
 Batuk
Batuk iritatif adalah salah satu gejala kongesti vascular pulmonal
yang sering terlewatkan, tetapi dapat merupakan gejala dominan.
Batuk ini dapat produktif, tetapi biasanya kering dan pendek.
Gejala ini dihubungkan dengan kongesti mukosa bronkial dan
berhubungan dengan peningkatan produksi mukus
 Edema pulmonal
Edema pulmonal akut adalah gambaran klinis paling bervariasi
dihubungkan dengan kongesti vascular pulmonal. Ini terjadi bila
tekanan kapiler pulmonal melebihi tekanan yang cenderung
mempertahankan cairan di dalam saluran vaskular (kurang lebih
30 mmHg). Pada tekanan ini, terdapat transduksi cairan ke dalam
alveoli, yang sebaliknya menurunkan tersediannya area untuk
transport normal oksigen dan karbondioksida masuk dan keluar
dari darah dalam kapiler pulmonar. Edema pulmonal akut
dicirikan oleh dispnea hebat, batuk, ortopnea, ansietas dalam,
sianosis, berkeringat, kelainan bunyi pernapasan, sangat sering
nyeri dada dan sputum berwarna merah mudah, dan berbusa dari
mulut. Ini memerlukan kedaruratan medis dan harus ditangani

3. B2 (Blood)
 Inspeksi
Inspeksi tentang adanya parut pada dada, keluhan kelemahan
fisik, dan adanya edema ekstermitas
 Palpasi
Denyut nadi perifer melemah. Thrill biasanya ditemukan.
 Auskultasi
Tekanan darah biasanya menurunkan akibat penurunan volume
sekucup. Bunyi jantung tambahan akibat kelainan katup biasanya
ditemukan apabila penyebab gagal jantung adalah kelainan katup
 Perkusi
Batas jantung mengalami pergeseran yang menunjukkan adanya
hipertrofi jantung (kardiomegali)

4. B3 (Brain)

Kesadaran klien biasanya compos mentis, didapatkan sianosis perifer


apabila gangguan perfusi jaringan berat. Pengkajian objektif klien
meliputi wajah meringis, menangis, merintih, meregang, dan
menggeliat.

5. B4 (Bladder)

Pengukuran volume keluaran urine selalu dihubungan dengan intake


cairan. Perawat perlu memonitor adanya oliguria karena merupakan
tanda awal dari syok kardiogenik. Adanya edema ekstermitas
menandakan adanya retensi cairan yang parah.

6.B5 (Bowel)

 Hepatomegali
Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen
terjadi akibat pembesaran vena di hepar. Bila proses ini
berkembang, maka tekanan dalam pembuluh portal meningkat,
sehingga cairan terdorong keluar rongga abdomen, yaitu suatu
kondisi yang dinamakan asites. Pengumpulan cairan dalam rongga
abdomen ini dapat menyebabkan tekanan pada diafargma dan
distress pernapasan.
 Anoreksia
Anoreksia (hilangnya selera makan) dan mual terjadi akibat
pembesaran vena dan statis vena di dalam rongga abdomen.

7. B6 (Bone)

 Edema
Edema sering dipertimbangkan sebagai tanda gagal jantung
ditandai dengan gagal vertikel kanan . Akibat ini terutama lansia
yang menghabiskan waktu mereka untuk duduk di kursi dengan
kaki tergantung sehingga terjadi penurunan tugor jaringan subkutan
yang berhubungan dengan usia lanjut, dan mungkin penyakit vena
pimer seperti varikositis, edema pergelangan kaki dapat terjadi
yang mewakili faktor ini daripada kegagalan ventrikel kanan. Bila
edema tampak dan berhubungan dengan kegagalan di vertikel
kanan, bergantung pada lokasinya. Bila klien berdiri atau bangun,
edema akan ditemukan secara primer pada pegelangan kaki dan
akan terus berlanjut ke bagian atas tungkai bila kegagalan makin
buruk. Bila klien berbaring di tempat tidur, bagian yang bergantung
adalah area sacrum. Manifestasi klinis yang tampak meliputi edema
ekstermitas bawah (edema dependen), yang biasanya merupakan
piting edema, pertambahan berat badan, hepatomegali (pembesaran
hepar), distensi vena leher, asites (penimbunan cairan didalam
rongga peritoneum), anoreksia dan mual, nokturia, serta
kelemahan.Edema sakral sering jarang terjadi pada klien yang
berbaring lama. Pitting edema adalah edema yang akan tetap
cekung bahkan setelah penekanan ringan dengan ujung jari, dan
akan jelas terlihat setelah terjadi retensi cairan minimal 4,5 kg.
 Mudah lelah
Klien dengan gagal jantung akan cepat merasa lelah, hal ini terjadi
akibat curah jantung yang berkurang yang dapat menghambat
sirkulasi normal dan suplai oksigen ke jaringan dan menghambat
pembuangan sisa hasil katabolisme. Juga terjadi akibat
meningkatnya energi yang digunakan untuk bernapas dan insomnia
yang terjadi akibat distress pernapasan dan batuk. Perfusi yang
kurang pada otot-otot rangka menyebabkan kelemahan dan
keletihan. Gejala-gejala ini dapat dipicu oleh ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit atau anoreksia.
B. Diagnosa Keperawatan
a) Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membranalveolus-kapiler
b) Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas (mis: nyeri saat
bernafas)
c) Penurunan curah jantung b.d perubahan preload/perubahan
afterload/perubahan kontraktilitas
d) Nyeri akut b.d gen penedera fisiologis (Mis: Iskemia)

C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi


Kriteria Hasil
1. Gangguan Tujuan : Setelah (Pemantauan Respirasi )
pertukaran gas b.d dilakukan 1.Monitor frekuensi
perubahan tindakan irama, kedalaman dan
membranalveolus- keperawatan upaya nafas
kapiler diharapkan 2.Monitor pola nafas
pertukaran gas 3.Monitor kemampuan
meningkat. batuk efektif
Kriterian hasil : 4.Monitor nilai AGD
1. 5.Monitor saturasi
Dipsneamenurun oksigen
2. bunyi nafas 6.Auskultasi bunyi nafas
tambahan 7.Dokumentasikan hasil
menurun pemantauan
3.pola nafas 8.Jelaskan tujuan dan
membaik prosedur pemantauan
4. PCO2 dan O2 9.Informasikan hasil
membaik pemantauan, jika perlu
10.Kolaborasi
penggunaan oksigen saat
aktifitas dan/atau tidur
2. Pola nafas tidak Tujuan : Setelah (Manajemen jalan nafas)
efektif b.d dilakukan 1.Monitor pola nafas
hambatan upaya tindakan (frekuensi, kedalaman,
nafas (mis: nyeri keperawatan usaha nafas)
saat bernafas) diharapkan pola 2.Monitor bunyi nafas
nafas membaik. tambahan (mis: gagling,
Kriteria hasil : mengi, Wheezing,
1. Ftrekuensi ronkhi)
napas dalam 3.Monitor sputum
rentang normal (jumlah, warna, aroma)
2. Tidak ada 4.Posisikan semi fowler
penggunaan otot atau fowler
bantu pernafasan 5.Ajarkan teknik batuk
3. pasien tidak efektif
menunjjuka 6.Kolaborasi pemberian
tanda dispnea bronkodilato,
ekspetoran, mukolitik,
jika perlu.
3. Penurunan curah Tujuan : setelah (Perawatan jantung)
jantung b.d dilakukan 1. Identifikasi
perubahan tindakan tanda/gejala primer
preload/perubahan keperawatan penurunan curah jantung
afterload/perubahan diharapkan curah 2. Identifikasi
kontraktilitas jantung tanda/gejala sekunder
meningkat. penurunan curah jantung
Kriteria hasil : 3. Monitor intake dan
1. Tanda vital output cairan
dalam rentang 4. Monitor keluhan nyeri
normal dada
2. Kekuatan nadi 5. Berikan terapi terapi
perifer relaksasi untuk
meningkat mengurangi strees, jika
3. tidak ada perlu
edema 6. Anjurkan beraktifitas
fisik sesuai toleransi
7. Anjurkan berakitifitas
fisik secara bertahap
8. Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
4. Nyeri akut b.d gen Tujuan : setelah (Manajemen nyeri)
penedera fisiologis dilakukan 1.Identifikasi lokasi,
(Mis: Iskemia) tindakan karakteristik nyeri,
keperawatan durasi, frekuensi,
diharapkan intensitas nyeri
tingkat nyeri 2.Identifikasi skala nyeri
menurun. 3.Identifikasi faktor yang
Kriteria hasil : memperberat dan
1. Pasien memperingan nyeri.
mengatakan 4.Berikan terapi non
nyeri berkurang farmakologis untuk
dari skala 7 mengurangi rasa nyeri
menjadi 2 5. Kontrol lingkungan
2. Pasien yang memperberat rasa
menunjukkan nyeri (mis: suhu
ekspresi wajah ruangan,
tenang pencahayaan,kebisingan)
3. Pasien dapat 6.Anjurkan memonitor
beristirahat nyeri secara mandiri.
dengan nyaman 7.Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
8.Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan
yang dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan (Potter &
Perry, 2010).
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil
yang diharapkan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada
kebutuhan pasien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan
keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi
(Dinarti & Muryanti, 2017)
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan.
Evaluasi adalah kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan
melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya (Padila,
2012).
DAFTAR PUSTAKA

Ananda Putra, R. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Congestive


Heart Failure (CHF) Di Bangsal Jantung RSUP Dr.Djamil Padang. Retrieved
FromHttp://Pustaka.Poltekkespdg.Ac.Id/Index.Php?P=Show Detail&Id=
5245&Keywords= Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta.
Aspaiani,RY. (2016). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada pasien
GangguanKardiovaskuler : aplikasi nic&noc. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Dinarti, & Muryanti, Y. (2017). Bahan Ajar Keperawatan: Dokumentasi
Keperawatan. 1– 172. Retrieved from http://bppsdmk. kemkes.go.id/
pusdiksdmk /wpcontent /uploads/2017/11 /praktika-dokumen keperawatan -
dafis. pdf.
Gledis, M., & Gobel, S. (2016). Hubungan Peran Perawat Dengan Tingkat
Kepuasan Pasien Di Rs Gmibm Monompia Kota Mabagu Kabupaten Bolaang
Mongondow. Elektronik Keperawatan, 4(2), 1–6.
https://doi.org/10.22460/infinity.v2i1.22.
Kemenkes RI. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018.
Mahananto, F., & Djunaidy, A. (2017). Simple Symbolic Dynamic of Heart Rate
Variability Identify Patient with Congestive Heart Failure. Procedia
ComputerScience, 124, 197–204.https://doi.org/10.1016/j.procs.2017.12.147.
Melanie, R. (2012). Analisis Pengaruh Sudut Posisi Tidur terhadap Kualitas
Tidur dan Tanda Vital Pada Pasien Gagal Jantung Di Ruang Rawat Intensif
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Analisis Pengaruh Sudut Posisi Tidur
Terhadap Kualitas Tidur Dan Tanda Vital Pada Pasien Gagal Jantung Di
Ruang Rawat Intensif RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, 15.

Anda mungkin juga menyukai