Paper Halaqoh
Disajikan pada tanggal 4 Januari 2024
Pengasuh:
Disusun Oleh:
Ainunnisa Ubudiyah
Halaqoh Ilmiah
LEMBAGA TINGGI PESANTREN LUHUR MALANG
Januari 2024
A. Pendahuluan
Belakangan ini banyak kejadian kecelakan atau serangan jantung yang terjadi
khususnya di Negara-negara berkembang salah satunya Indonesia. Berdasarkan
Survey Kesehatan Rumah Sakit (SKRS), serangan jantung atau heart attack
menjadi urutan kedua penyebab kematian di Indonesia dan kecelakaan merupakan
penyebab kematian ketiga di negara kita Indonesia. Basic Life Support (BLA) atau
yang dikenal sebagai Bantuan Hidup Dasar merupakan suatu usaha yang dilakukan
untuk mempertahankan kehidupan pada saat korban mengalami situasi yang
mengancam jiwa. Di luar negeri BLS/BHD ini sudah banyak diajarkan pad orang-
orang awam, namun hal ini masih sebagian kecil masyarakat awam di Indonesia
yang mengetahui dan memahaminya.
Organ yang paling cepat mengalami kerusakan adalah otak, karena otak hanya
mampu bertahan jika mendapatkan asupan gula atau glukosa dan oksigen. Jika
dalam waktu 10 menit otak tidak menerima asupan oksigen dan glukosa maka otak
akan mengalami kematian secara permanen, jika otak mati secara permanen, maka
korban juga mengalami kematian. Oleh karena itu periode emas atau waktu emas
pada korban yang mengalami henti nafas harus kurang dari 10 menit. Dalam arti
waktu kurang dari 10 menit korba harus mulai mendapatkan pertolongan. Jika tidak,
harapan hidup korban akan semakin kecil. Dan Adapun pertolongan yang harus
dilakukan pada korban adalah dengan melakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP),
atau yang sering kita dengar dengan sebutan Cardiopulmonary resuscitation (CPR).
Resusitasi Jantung Paru dibagi dalam htiga fase yaitu bantuan hidup dasar, bantuan
hidup lanjut dan bantuan hidup lama. Dan yang akan kami paparkan pada halaqoh
ini yaitu tentang Bantuan Hidup Dasar atau Basic Life Support.
B. PEMBAHASAN
1. Definisi Basic Life Support (BLS)
Bantuan hidup dasar atau yang biasa disebut BLS adalah suatu tindakan
penanganan yang dilakukan dengan sesegera mungkin dan bertujuan untuk
menghentikan proses yang menuju kematian. Bantuan hidup dasar terdiri dari
beberapa cara sederhana yang dapat membantu mempertahankan hidup seseorang
untuk sementara. Beberapa cara sederhana tersebut adalah bagaimana menguasai
dan membebaskan jalan nafas, bagaimana memberikan bantuan pernafasan dan
bagaimana membantu mengalirkan darah ke tempat yang penting dalam tubuh
korban, sehingga pasokan oksigen ke otak terjaga untuk mencegah matinya sel otak
yang mana jika sel otak itu mati maka korban pun tidak bisa diselamatkan atau
meninggal.
Menurut AHA Guidelines tahun 2005, tindakan BLS ini dapat disingkat
dengan teknik ABC pada prosedur CPR, yaitu :
1) A (Airway) : Menjaga jalan nafas tetap terbuka
2) B (Breathing) : Ventilasi paru dan oksigenasi yang adekuat
3) C (Circulation) : Mengadakan sirkulasi buatan dengan kompresi jantung
paru.
Pada update AHA 2010, menjelaskan bahwa perubahan prosedur CPR yang
sebelumnya menggunakan teknik ABC (Airway, Breathing, Circulation) berubah
menjadi teknik CAB ( Circulation, Airway, Breathing) karena dengan adanya
gangguan pada poin C atau sirkulasi, maka poin A atau jalan nafas otomatis
terganggu. Hal ini bertujuan agar pengkajian awal yang cepat dan tepat mampu
meningkatkan angka kelangsungan hidup pasien.
Adapun alasan dari perubahan teknik ABC menjadi CAB yaitu dikarenakan pada
Langkah ABC kompresi dada seringkali tertunda karena proses pembukaan jalan
nafas untuk memberikan ventilasi mulut ke mulut atau mengambil alat pernafasan.
Dengan mengganti Langkah menjadi Teknik CAB, maka kompresi dada akan
dilakukan lebih awal dan ventilasi hanya sedikit tertunda satu siklus kompresi dada
(30 kali kompresi dada secara ideal dilakukan sekitar 18 detik).
Kurang dari 50% orang yang mengalami henti jantung mendapatkan Resusitasi
Jantung Paru dari orang sekitarnya. Ada banyak kemungkinan penyebab hal ini,
namun salah saru yang mejadi alasan adalah dalam algoritma ABC, pembebasan
jalan nafas dan ventilasi mulut ke mulut dalam Airway adalah prosedur yang
kebanyakan ditemukan paling sulit bagi orang awam. Memulai dengan kompresi
dada diharapkan dapat menyederhanakan prosedur sehingga semakin banyak
korban yang bisa mendapatkan RJP. Untuk orang yang enggan melakukan ventilasi
mulut ke mulut setidaknya dapat melakukan kompresi dada.
Wiliastuti, 2018. Pengetahuan Tim Reaksi Cepat Tentang Bantuan Hidup Dasar,
(online)(http://journal.stikepppnijabar.ac.id/index.php/jkk/article/view/105
), diakses pada tanggal 27 november 2018.
Teguh Santoso, Desy Nurul Hikmah, Maryudella Afrida, 2021. Studi Literatur :
Pendidikan Kesehatan Berpengaruh Terhadap Tingkat Pengetahuan
Bantuan Hidup Dasar
(BHD),(online)(https://thejournalish.com/ojs/index.php/jmnh/article/view/
154), diakses pada tanggal 27 April 2021.