Dosen Pengampu :
Nunung Liawati, S.Kep.,Ners.,M.Kep
Disusun Oleh
C1AA20009
KOTA SUKABUMI
2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................24
LAPORAN PENDAHULUAN RESUSITASI JANTUNG PARU
A. LATAR BELAKANG
B. DEFINISI
C. TUJUAN
Tujuan Bantuan Hidup Dasar (BHD) ialah oksigenasi darurat yang diberikan
secara efektif pada organ vital seperti otak dan jantung melalui ventilasi buatan
dan sirkulasi buatan sampai paru dan jantung dapat menyediakan oksigen dengan
kekuatan sendiri secara normal. Hal ini adalah untuk mencegah berhentinya
sirkulasi darah atau berhentinya pernapasan. Resusitasi mencegah terjadinya
berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi yang dapat menyebabkan
kematian selsel akibat dari kekurangan oksigen dan memberikan bantuan eksternal
terhadap sirkulasi melalui kompresi dada (chest compression) dan ventilasi dari
korban yang mengalami henti jantung atau henti nafas.
Henti nafas primer (respiratory arrest) dapat disebabkan oleh banyak hal,
misalnya serangan stroke, keracunan obat, tenggelam,inhalasi asp/uap/gas,
obstruksi jalan nafas oleh benda asing, tesengat listrik, tersambar petir, serangan
infrak jantung, radang epiglottis, tercekik (suffocation), trauma dan lain-lainnya.
Henti nafas ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran udara
pernafasan dari korban dan ini merupakan kasus yang harus dilakukan tindakan
Bantuan Hidup Dasar (BHD). Pada awal henti nafas, jantung masih berdenyut dan
nadinya masih teraba, dimana oksigen masih dapat masuk ke dalam darah untuk
beberapa menit dan jantung masih dapat mensirkulasikan darah ke otak dan organ-
organ vital yang lainnya. Dengan memberikan bantuan resusitasi, ia dapat
membantu menjalankan sirkulasi lebih baik dan mencegah kegagalan perfusi
organ.
2. Henti Jantung
Henti jantung ditandai oleh denyut nadi besar yang tidak teraba (karotis,
femoralis, radialis) disertai kebiruan (sianosis), pernafasan berhenti atau gasping,
tidak terdapat dilatasi pupil karena bereaksi terhadap rangsang cahaya dan pasien
tidak sadar. Pengiriman oxygen ke otak tergantung pada curah jantung, kadar
hemoglobin (Hb), saturasi Hb terhadap oxygen dan fungsi pernapasan. Iskemia
melebihi 3-4 menit pada suhu normal akan menyebabkan kortek serebri rusak
menetap, walaupun setelah itu dapat membuat jantung berdenyut kembali.
Jika pasien berespon tinggalkan pada posisi dimana ditemukan dan hindari
kemungkinan resiko cedera lain yang bisa terjadi dan analisa kebutuhan tim gawat
darurat. Jika sendirian, tinggalkan pasien sementara, mencari bantuan. Observasi
dan kaji ulang secara regular. Jika pasien tidak berespon berteriak minta tolong.
Kemudian atur posisi pasien, sebaiknya pasien terlentang pada permukaan keras
dan rata. Jika ditemukan tidak dalam posisi terlentang, terlentangkan pasien
dengan teknik log roll, secara bersamaan kepala, leher dan punggung digulingkan.
Atur posisi untuk penolong. Berlutut sejajar dengan bahu pasien agar secara
efektif dapat memberikan resusitasi jantung paru (RJP).
A (Airway)
Pastikan jalan nafas terbuka dan bersih yang memungkinkan pasien dapat
bernafas.
Untuk memastikan jalan nafas bebas dari sumbatan karena benda asing. Bila
sumbatan ada dapat dibersihkan dengan tehnik cross finger ( ibu jari diletakkan
berlawan dengan jari telunjuk pada mulut korban). Cara melakukan tehnik cross
finge adalah pertama sekali silangkan ibu jari dan telunjuk penolong. Kemudian,
letakkan ibu jari pada gigi seri bawah korban dan jari telinjuk pada gigi seri atas.
Lakukan gerakan seperti menggunting untuk membuka mulut korban. Akhirnya,
periksa mulut setelah terbuka apakah ada cairan,benda asing yang menyumbat
jalan nafas.
Pada korban yang tidak sadar tonus otot menghilang, maka lidah dan epiglotis
akan menutup faring dan laring sehingga menyebabkan sumbatan jalan nafas.
Keadaan ini dapat dibebaskan dengan tengadah kepala topang dahi (Head tild
Chin lift) dan manuver pendorongan mandibula (Jaw thrush manuver). Cara
melakukan teknik Head tilt chin lift (gambar 1a) ialah letakkan tangan pada dahi
korban,kemudian tekan dahi sedikit mengarah ke depan dengan telapak tangan
penolong. Letakkan ujung jari tangan lainnya dibawah bagian ujung tulang rahang
korban. Tengadahkan kepala dan tahan serta tekan dahi korban secara bersamaan
sampai kepala pasien/korban pada posisi ekstensi. Manakala, cara untuk
melakukan teknik jaw thrust manuvere (gambar 1b) adalah letakkan kedua siku
penolong sejajar dengan posisi korban. Kemudian, kedua tangan memegang sisi
kepala korban. Penolong memegang kedua sisi rahang dan kedua tangan penolong
menggerakkan rahang keposisi depan secara perlahaan. Akhirnya, pertahankan
posisi mulut korban tetap terbuka. Apabila terdapat benda asing yang
mengobstruksi jalur nafas pasien,ia dikeluarkan. Kemudian cek tanda kehidupan
iaitu respon dan suara napas pasien. Jangan mendongakkan dahi secara berlebihan,
secukupnya untuk membuka jalan napas saja, karena pasien boleh ada cedera
leher.
Dengan cara melihat pergerakan naik turunya dada (look), mendengar bunyi
nafas (listen) dan merasakan hembusan nafas (feel), dengan teknik penolong
mendekatkan telinga diatas mulut dan hidung korban sambil tetap
mempertahankan jalan nafas tetap terbuka. Ini dilakukan tidak lebih dari 10 detik.
Bantuan nafas dapat dilakukan melalui mulut ke mulut, mulut ke hidung, mulut
ke stoma (lubang yang dibuat pada tenggorokan). Bantuan nafas diberikan
sebanyak 2 kali, waktu tiap kali hembusan 1,5 – 2 detik.
1. Mulut ke mulut
Merupakan cara yang cepat dan efektif. Pada saat memberikan penolong tarik
nafas dan mulut penolong menutup seluruhnya mulut pasien/korban dan hidung
pasien/korban harus ditutup dengan telunjuk dan ibu jari penolong.Volume udara
yang berlebihan dapat menyebabkan udara masuk ke lambung.
2. Mulut ke hidung
3. Mulut ke stoma
C (Circulation)
Nilai sirkulasi darah korban dengan menilai denyut arteri besar (arteri karotis,
arteri femorsalis). Berikut merupakan langkah-langkah RJP iaitu :
Resusitasi yang diberikan tergantung kasus yang dihadapi. Jika ada pasien yang
lemas ataupun yang mempunyai obstruksi jalan pernapasan dan mengalami
penurunan kesadaran, CPR juga dapat diberikan dengan kompresi dada sebanyak
30 kali dan diteruskan dengan ventilasi. Jika menemukan pasien yang tidak
responsif atau tidak bernafas, asumsi SCA selalu dilakukan.
F. KESIMPULAN
Setelah penderita diletakan diatas tandu (atau Long Spine Board bila diduga patah
tulang belakang) penderita dapat diangkut ke rumah sakit. Sepanjang perjalanan
dilakukan Survey Primer, Resusitasi jika perlu.
Tulang yang paling kuat ditubuh manusia adalah tulang panjang dan yang paling
kuat diantaranya adalah tulang paha (femur). Otot-otot yang beraksi pada tutlang
tersebut juga paling kuat. Dengan demikian maka pengangkatan harus dilakukan
dengan tenaga terutama pada paha dan bukan dengan membungkuk Angkatlah
dengan paha, bukan dengan punggung
Tujuan
Kapan menggunakan bidai, tidak ada aturan apapun yang dapat diikuti, apabila
ragu-ragu lebih baik pasang, secara umum pasien trauma lebih baik dilakukan
imobilisasi spinal sebelum dipindahkan.
G. Sistem Rujukan Penderita
Sistem rujukan penderita gawat darurat harus di ciptakan untuk menjamin
bahwa penderita mendapat pertolongan yang lebih baik dari upaya pertolongan
sebelum sesuai masalah yang dialaminya. Sistem rujukan di bagi menjadi :
• Fase pre hospital : dari tempat kejadian ke pasilitas kesehatan
• Fase intra hospital : dari IGD ke CU, ruang bedah Central atau bangsal
perawat Fase inter hospital : dari satu fasilitas kesehatan ke fasilitas
kesehatn lainnya.
H. Cara Rujukan
Langkah-langkah rujukan adalah :
1. Menentukan kegawt daruratan penderita
• Tingkat kader atau dukun bayi
• Tingkat abdi desa (pukesmas pembatu dan puskesmas)
2. Menentukan tempat rujukan
Prisnsip dalam menentukan tempat rujukan adalh fasilitas pelayanan yang
mempunyai kewenangan dan terdekat termasuk fasilitas pelayanan swasta dengan
tidak mengabaikan kesediaan dan kemampuan penderita. 3. Memberikan
informasi kepada penderita dan keluarga
4. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju
• Memberitahukan bahwa aka nada pemberita ayng dirujuk
• Meminta petunjuk apa yang harus dilakukan dalam rangka persiapan dan
selama dalam perjalanan ketempat rujukan
• Meminta petunjuk dan cara penanganan untuk menolong penderita bila
penderta tidak mungkin dikirim.
5. Persiapan penderita
6. Pengiriman penderita
7. Tindakan lanjut penderita :
• Untuk penderita yang telah diekmbalikan
• Harus kunjungan rumah, penderita yang memerlukan tindakan lanjut tapi
tidak melapor
LAPORAN PENDAHULUAN AIRWAY
A. Pengertian
Airway Management ialah memastikan jalan napas tetap terbuka. tindakan
paling penting untuk keberhasilan resusitasi adalah segera melapangkang saluran
pernapasan, dengan tujuan untuk menjamin jalan masuknya dara ke paru secara
normal sehingga menjamin kecukupan oksigen jaringan (American Society Of
Anesthesiologists,2013).
B. Tujuan
• Membebaskan jalan nafas untuk menjamin pertukaran udara secara normal.
• Menjamin kecukupan oksigen dalam tubuh.
• Udara dapat keluar masuk tanpa hambatan.
• Mampu memelihara jalan nafas tetap bebas dan memberikan pernafasan
buatan.
• Mampu mengelola jalan nafas dengan alat bantu dan memberikan pernafasan
buatan dengan alat.
C. Indikasi
• Multi trauma
• Trauma kapitis + penurunan kesadaran
• Jejas dari klavikula ke arah kranial
• Biomekanika trauma mendukung
D. Teknik Menjaga Jalan Nafas
1) Chin Lift
2) Jaw Thrust
3) Oropharyngeal Airway (OPA)
4) Naso-Pharyngeal Airway (NPA)
E. Struktur Anatomi
• Hidung
• Faring
• Laring
• Trachea
F. Suara nafas dan bunyi abnormal Suara
nafas normal :
• Suara trachel : terdengar diatas trachea
• Suara brochial : terdengar diatas menumbrium sternum
• Suara bronkusvesikuler : terdengar disisi kanan atau kiri garis sternum
• Suara vesikular : terdengar diseluruh lobus paru Suara nafas abnormal :
• Wheezing : akibat vasokontriksi bronkus
• Ronchi : akibat ada cairan di saluran nafas
• Gargling : bunyi seperti kumur-kumur karena ada cairan di faring
• Snoring/stridor : sumbatan jalan nafas partial alibat lidah yang menutup
(pangkal lida jatuh kebelakang)
• No sound : korban tidak bernafas, curiga ada sumbatan total jalan nafas atas
akibat benda asing, jika di tiup dada tidak mengembang.
G. Pengkajian Jalan Nafas
1. Look :
Look untuk melihat apakah pasien agitasi/gelisah, mengalami penurunan
kesadaran, atau sianosis. Lihat juga apakah ada penggunaan otot bantu pernafasan
dan retraksi. Kaji adanya deformitas maksilofasial, trauma leher trakea, dan debris
jalan nafas seperti darah, muntahan, dan gigi yang tanggal.
• Kesadaran; “the talking patient" : pasien yang bisa bicara berarti airway bebas,
namun tetap perlu evaluasi berkala. Penurunan kesadaran memberi kesan
adanya hiperkarbia
• Agitasi memberi kesan adanya hipoksia
• Nafas cuping hidung
• Sianosis menunjukkan hipoksemia yang disebabkan oleh kurangnya
oksigenasi dan dapat dilihat dengan melihat pada kuku-kuku dan kulit sekitar
mulut
• Adanya retraksi dan penggunaan otot-otot napas tambahan yang merupakan
bukti adanya gangguan airway.
2. Listen :
Dengarkan suara nafas abnormal, seperti:
• Snoring, akibat sumbatan sebagian jalan napas setinggi faring
• Gurgling, (suara berkumur) menunjukkan adanya cairan/ benda asing
• Stridor, dapat terjadi akibat sumbatan sebagian jalan napas jalan napas setinggi
larings (Stridor inspirasi) atau setinggi trakea (stridor ekspirasi)
Del Negro, C. A., Funk, G. D., & Feldman, J. L. (2018). Breathing matters.
Nature Reviews Neuroscience, 19(6), 351-367.
Irfani, Q. I. (2019). Bantuan hidup dasar. Cermin Dunia Kedokteran, 46(6), 458-
461.
Putri, R. P., Safitri, F. N., Munir, S., Hermawan, A., & Endiyono, E. (2019).
Pelatihan Bantuan Hidup Dasar Dengan Media Phantom Resusitasi Jantung Paru
(Prejaru) Meningkatkan Pengetahuan Dan Keterampilan Bantuan Hidup Dasar
Pada Orang Awam. Jurnal Gawat Darurat, 1(1), 7-12.
MENGETAHUI,