Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH RESUSITASI JANTUNG PARU

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah

Disusun Oleh
Rukmana
G1A160023

PRODI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BALE BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala inayah dan
kenikmatan yang senantiasa dicurahkan-Nya pada penulis berupa kesehatan, kekuatan, serta
kesempatan sehingga makalah ini dapat selesai dengan semestinya. Tidak lupa penulis
kirimkan shalawat dan salam beriringan dengan ucapan terima kasih yang tiada terhingga
kepada Baginda Rasulullah SAW karena atas segala pengorbanan yang telah dilakukannya
beserta para sahabat, sehingga kini kita mampu mengkaji alam ini lebih tinggi dari gunung
tertinggi, lebih dalam dari lautan terdalam, serta lebih jauh dari batas pandangan mata.
Adapun makalah berisikan materi tentang “Resuitas Jantung Paru” yang bertujuan
sebagai bahan bacaan, semoga dapat bermanfaat bagi yang membacanya. Dalam makalah
ini, penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisannya. Oleh karena itu,
mohon kiranya kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembimbing dan pembaca
guna untuk kesempurnaan pada pembuatan makalah penulis selanjutnya.

Bandung, 13 November 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Resusitasi jantung paru (RJP) adalah metode untuk mengembalikan fungsi pernapasan
dan sirkulasi pada pasien yang mengalami henti napas dan henti jantung yang tidak
diharapkan mati pada saat itu. Metode ini merupakan kombinasi pernapasan buatan dan
bantuan sirkulasi yang bertujuan mencukupi kebutuhan oksigen otak dan substrat lain
sementara jantung dan paru tidak berfungsi.

Keberhasilan RJP dimungkinkan oleh adanya interval waktu antara mati klinis dan mati
biologis, yaitu sekitar 4 – 6 menit. Dalam waktu tersebut mulai terjadi kerusakan sel-sel otak
rang kemudian diikuti organ-organ tubuh lain. Dengan demikian pemeliharaan perfusi
serebral merupakan tujuan utama pada RJP. Panduan terbaru (2010) yang dikeluarkan oleh
AHA lebih menekankan pada penanganan “CAB” (Chest Compression, Airway, Breathing)
yaitu dengan terlebih dahulu melakukan kompresi dada, memeriksa jalan napas kemudian
melakukan pernapasan buatan. Panduan ini juga mencatat bahwa pernapasan  buatan melalui
mulut boleh tidak dilakukan pada kekhawatiran terhadap orang asing dan kurangnya
pelatihan formal. Sebenarnya, seluruh metode ini memiliki tujuan yang sama, yaitu membuat
aliran darah dan oksigen tetap bersirkulasi secepat mungkin.
Panduan “Resusitasi Jantung Paru” terbaru ini menjadi lebih mudah dilakukan juga
bagi orang awam karena menekankan pada kompresi dada untuk mempertahankan aliran
darah dan oksigen dalam darah tetap mengalir ke jantung dan otak. Kompresi dada memang
cenderung lebih mudah untuk dilakukan, dan setiap orang dapat melakukannya. Kompresi
dada dapat dilakukan dengan meletakkan satu tangan di atas tangan yang lain dan menekan
dengan kuat pada dada korban. Panduan RJP yang baru ini menekankan bahwa penolong
harus  berfokus memberikan kompresi sekuat dan secepat mungkin, 100 kali kompresi 2 dada
per menit, dengan kedalaman kompresi sekitar 5-5,5 cm. Dan, sangat  penting untuk tidak
bersandar pada dada ketika melakukan kompresi dada pada korban. Penolong tidak perlu
takut dan ragu untuk melakukan kompresi dada yang dalam karena risiko ketidakberhasilan
justru terjadi ketika kompresi dada yang dilakukan kurang dalam. B.
B. TUJUAN

1. Mahasiswa mampu mengetahui tentang RJP

2. Mahasiswa mampu mengetahui tentang Teknik Resusitasi Jantung Paru (Kompresi)

3. Mahasiswa mampu mengetahui mengenai tentang Resusitasi Jantung Paru Pada Bayi, Anak
dan Dewasa

C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang masalah,maka kami membuat perumusan masalah


mengenai penegrtian RJP dan teknik-teknik RJP.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN RJP (Resusitasi Jantung Paru)

Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan gawat darurat akibat kegagalan sirkulasi
dan pernafasan untuk dikembalikan ke fungsi optimal guna mencegah kematian biologis.

Resusitasi jantung paru (RJP) atau juga dikenal dengan cardio pulmonier resusitation
(CPR), merupakan gabungan antara pijat jantung dan pernafasan buatan. Teknik ini diberikan
pada korban yang mengalami henti jantung dan nafas, tetapi masih hidup.

RJP harus segera dilakukan dalam 4-6 menit setelah ditemukan telah terjadi henti nafas
dan henti jantung untuk mencegah kerusakan sel-sel otak dan lain-lain. Jika penderita
ditemukan bernafas namun tidak sadar maka posisikan dalm keadaan mantap agar jalan nafas
tetap bebas dan sekret dapat keluar dengan sendirinya.

Pengertian Resusitasi Jantung Paru Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan gawat
darurat akibat kegagalan sirkulasi dan pernafasan untuk dikembalikan ke fungsi optimal guna
mencegah kematian biologis. Resusitasi jantung paru (RJP) atau juga dikenal dengan cardio
pulmonier resusitation (CPR), merupakan gabungan antara pijat  jantung dan pernafasan
buatan. Teknik ini diberikan pada korban yang mengalami henti jantung dan nafas, tetapi
masih hidup. Komplikasi dari teknik ini adalah  pendarahan hebat. Jika korban mengalami
pendarahan hebat, maka pelaksanaan RJP akan memperbanyak darah yang keluar sehingga
kemungkinan korban meninggal dunia lebih besar. Namun, jika korban tidak segera diberi
RJP, korban  juga akan meninggal dunia. RJP harus segera dilakukan dalam 4-6 menit setelah
ditemukan telah terjadi henti nafas dan henti jantung untuk mencegah kerusakan sel-sel otak
dan lain-lain. Jika penderita ditemukan bernafas namun tidak sadar maka posisikan dalam
keadaan mantap agar jalan nafas tetap bebas dan sekret dapat keluar dengan sendirinya.
1. Mati Klinis Tidak ditemukan adanya pernapasan dan denyut nadi, bersifat reversibel,
penderita punya kesempatan waktu 4-6 menit untuk dilakukan resusitasi tanpa
kerusakan otak.
2. Mati Biologis Biasanya terjadi dalam waktu 8-10 menit dari henti jantung, dimulai
dengan kematian sel otak, bersifat irreversibel. (kecuali berada di suhu yang ekstrim
dingin, pernah dilaporkan melakukan resusitasi selama 1 jam/ lebih dan berhasil).
Catatan:
Pada korban yang sudah tidak ada refleks mata dan terjadi kerusakan batang otak tidak perlu
dilakukan RJP. A.

B. TUJUAN
Untuk mengatasi henti napas dan henti jantung sehingga dapat pulih kembali.

C. INDIKASI MELAKUKAN RJP

1. Henti Napas (Apneu)

Dapat disebabkan oleh sumbatan jalan napas atau akibat depresi pernapasan baik di
sentral maupun perifer. Berkurangnya oksigen di dalam tubuh akan memberikan suatu
keadaan yang disebut hipoksia. Frekuensi napas akan lebih cepat dari pada keadaan normal.
Bila perlangsungannya lama akan memberikan kelelahan pada otot-otot pernapasan.
Kelelahan otot-otot napas akan mengakibatkan terjadinya penumpukan sisa-sisa pembakaran
berupa gas CO2, kemudian mempengaruhi SSP dengan menekan pusat napas. Keadaan inilah
yang dikenal sebagai henti nafas.

2. Henti Jantung (Cardiac Arrest)

Otot jantung juga membutuhkan oksigen untuk berkontraksi agar darah dapat dipompa
keluar dari jantung ke seluruh tubuh. Dengan berhentinya napas, maka oksigen akan tidak
ada sama sekali di dalam tubuh sehingga jantung tidak dapat berkontraksi dan akibatnya henti
jantung (cardiac arrest).

3. Infark Jantung
4. Serangan adam’s stroke
5. Hipoksia akut
6. Keracunan dosis obat
7. Tenggelam
8. Kecelakaan yang asih ada peluang untuk hidup.
D. LAGKAH-LANGKAH SEBELUM MELAKUKAN RJP
1. Penentuan Tingkat Kesadaran ( Respon Korban )

Dilakukan dengan menggoyangkan korban. Bila korban menjawab, maka ABC dalam
keadaan baik. Dan bila tidak ada respon, maka perlu ditindaki segera.Pada pedoman
sebelumnya (tahun 2005) yang dipergunakan adalah ABC : Airway, Breathing dan Chest
Compressions,yaitu Membuka jalan napas,Memberi bantuan pernapasan dan Kompresi dada.
Pada pedoman yang terbaru (tahun 2010),Kompresi Dada didahulukan dari yang lainnya,baru
kemudian Membuka jalan napas dan Memberi bantuan pernapasan.Dengan memulai
kompresi dada terlebih dahulu diharapkan akan memompa darah yang masih mengandung
oksigen ke otak dan jantung sesegera mungkin,karena beberapa menit setelah terjadinya henti
jantung masih terdapat kandungan oksigen di dalam paru-paru dan sirkulasi darah.Kompresi
dada dilakukan pada tahap awal selama 30 detik sebelum melakukan pembukaan jalan napas
dan melakukan pemberian napas buatan.Untuk pada bayi yang baru lahir tetap memakai
pedoman ABC,jadi pada bayi yang baru lahir tidak terjadi perubahan. Pedoman CAB hanya
berlaku pada bayi,anak dan dewasa.

2. Memanggil bantuan (call for help)

Bila petugas hanya seorang diri, jangan memulai RJP sebelum memanggil bantuan.
Jika sesuai panduan RJP tahun 2010 Dalam menyelamatkan seseorang yang mengalami henti
jantung adalah dengan bertindak dengan segera dan cepat,sehingga tidak perlu dilakukannya
lagi suatu penilaian. Segera hubungi ambulan ketika melihat ada korban yang tidak sadarkan
diri dan terlihat adanya gangguan pernapasan.Jika dilakukan suatu penilaian bahwa korban
masih bernafas atau tidak,itu boleh saja akan tetapi perlu dipikirkan bahwa dengan
melakukan tindakan Look,Listen dan Feel,ini akan menghabiskan waktu yang ada.

3. Posisikan Korban

Korban harus dalam keadaan terlentang pada dasar yang keras (lantai, long board). Bila
dalam keadaan telungkup, korban dibalikkan. Bila dalam keadaan trauma, pembalikan
dilakukan dengan ”Log Roll”

4. Posisi Penolong
Korban di lantai, penolong berlutut di sisi kanan korban

5. Pemeriksaan Pernapasan

 Yang pertama harus selalu dipastikan adalah airway dalam keadaan baik.
 Tidak terlihat gerakan otot napas
 Tidak ada aliran udara via hidung Dapat dilakukan dengan menggunakan teknik lihat,
dengan dan rasa, bila korban  bernapas, korban tidak memerlukan RJP

6. Pemeriksaan Sirkulasi

 Pada orang dewasa tidak ada denyut nadi carotis


 Pada bayi dan anak kecil tidak ada denyut nadi brachialis
 Tidak ada tanda-tanda sirkulasi
 Bila ada pulsasi dan korban pernapas, napas buatan dapat dihentikan. Tetapi bila ada
pulsasi dan korban tidak bernapas, napas buatan diteruskan. Dan bila tidak ada
pulsasi, dilakukan RJP.
E. MACAM-MACAM TEKNIK RJP
1) Henti Napas

Pernapasan buatan diberikan dengan cara :

a. Mouth to Mouth Ventilation

Cara langsung sudah tidak dianjurkan karena bahaya infeksi (terutama hepatitis, HIV)
karena itu harus memakai ”barrier device” (alat perantara). Dengan cara ini akan dicapai
konsentrasi oksigen hanya 18 %.

 Tangan kiri penolong menutup hidung korban dengan cara memijitnya dengan jari
telunjuk dan ibu jari, tangan kanan penolong menarik dagu korban ke atas.
 Penolong menarik napas dalam-dalam, kemudian letakkan mulut penolong ke atas
mulut korban sampai menutupi seluruh mulut korban secara pelan-pelan sambil
memperhatikan adanya gerakan dada korban sebagai akibat dari tiupan napas
penolong. Gerakan ini menunjukkan bahwa udara yang ditiupkan oleh penolong itu
masuk ke dalam paru-paru korban.
 Setelah itu angkat mulut penolong dan lepaskan jari penolong dari hidung korban. Hal
ini memberikan kesempatan pada dada korban kembali ke posisi semula.

b. Mouth to Stoma

Dapat dilakukan dengan membuat Krikotiroidektomi yang kemudian dihembuskan udara


melalui jalan yang telah dibuat melalui prosedur Krikotiroidektomi tadi.

c. Mouth to Mask ventilation

Pada cara ini, udara ditiupkan ke dalam mulut penderita dengan bantuan face mask.

d. Bag Valve Mask Ventilation ( Ambu Bag)

Dipakai alat yang ada bag dan mask dengan di antaranya ada katup. Untuk mendapatkan
penutupan masker yang baik, maka sebaiknya masker dipegang satu petugas sedangkan
petugas yang lain memompa.

e. Flow restricted Oxygen Powered Ventilation (FROP)

Pada ambulans dikenal sebagai “ OXY – Viva “. Alat ini secara otomatis akan
memberikan oksigen sesuai ukuran aliran (flow) yang diinginkan.Bantuan jalan napas
dilakukan dengan sebelumnya mengevaluasi jalan napas korban apakah terdapat sumbatan
atau tidak. Jika terdapat sumbatan maka hendaknya dibebaskan terlebih dahulu.

2) Henti Jantung

RJP dapat dilakukan oleh satu orang penolong atau dua orang penolong.

Lokasi titik tumpu kompresi.

 1/3 distal sternum atau 2 jari proksimal Proc. Xiphoideus


 Jari tengah tangan kanan diletakkan di Proc. Xiphoideus, sedangkan jari telunjuk
mengikuti
 Tempatkan tumit tangan di atas jari telunjuk tersebut
 Tumit tangan satunya diletakkan di atas tangan yang sudah berada tepat di titik pijat
jantung
 Jari-jari tangan dapat dirangkum, namun tidak boleh menyinggung dada korban

3) Teknik Resusitasi Jantung Paru (Kompresi)

 Kedua lengan lurus dan tegak lurus pada sternum


 Tekan ke bawah sedalam 4-5 cm
 Tekanan tidak terlalu kuat
 Tidak menyentak
 Tidak bergeser / berubah tempat
 Kompresi ritmik 100 kali / menit ( 2 pijatan / detik )
 Fase pijitan dan relaksasi sama ( 1 : 1)
 Rasio pijat dan napas 30 : 2 (15 kali kompresi : 2 kali hembusan napas)
 Setelah empat siklus pijat napas, evaluasi sirkulasi untuk menyelamatkan nyawa
sampai korban dapat di bawa atau tunjangan hidup lanjutan sudah tersedia

Disini termasuk langkah-langkah RJP dari RKP Airway (jalan Nafas terbka), Brething
(pernafasan buatan),Circulation (sirkulasi buatan).Indikasi tunjangan hidup dasar terjadi
karena Henti napas dan henti jantung.

Henti jantung di ketahui dari :

 Hilangnya denyut nadi pada arteri besar


 Korban tidak sadar
 Korban tampak seperti mati
 Hilangnya gerakan bernafas atau megap-megap.

Pada henti jantung yang tidak diketahui, penolong pertama-tama membuka jalan
nafas dengan menarik kepala ke belakang. Bila korban tidak bernafas, segera tiup
paru korban 3-5 kali lalu raba denyut nadi carotis. Perabaan denyut nadi carotis lebih
dianjurkan karena :
 Penolong sudah berada di daerah kepala korban untuk melakukan  pernafasan
buatan 2.
  Daerah leher biasanya terbuka
 tidak perlu melepas pakaian korban 3.

Arteri karotis adalah sentral dan kadang-kadang masih berdenyut sekalipun


daerah perifer lainnya tidak teraba lagi. Bila teraba kembali denyut nadi, teruskan
ventilasi. Bila denyut nadi hilang atau diragukan, maka ini adalah indikasi untuk
memulai sirkulasi buatan dengan kompresi jantung luar. Kompresi jantung luar
harus disertai dengan pernafasan  buatan.

F. HAL-HAL YANG DI PERHATIKAN DALAM MELAKUKAN RJP


 RJP jangan berhenti lebih dari 5 detik dengan alasan apapun.
 Tidak perlu memindahkan penderita ke tempat yang lebih baik, kecuali  bila ia
sudah stabil.
 Jangan menekan prosesus xifoideus pada ujung tulang dada, karena dapat
berakibat robeknya hati.
 Diantara tiap kompresi, tangan harus melepas tekanan tetapi melekat pada
sternum, jari-jari jangan menekan iga korban.
 Hindarkan gerakan yang menyentak. Kompresi harus lembut, teratur dan tidak
terputus.

G. KOMPLIKAS
 Distensi lambung
 Patah tulang kosta
 Hemo thoraks
 Rusak jaringan paru
 Laserasi hati
 Emboli otak
BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN

Resusitasi mengandung arti harfiah “Menghidupkan kembali” tentunya dimaksudkan


usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah suatu episode henti jantung berlanjut
menjadi kematian biologis. Resusitasi jantung paru terdiri atas 2 komponen utama yakni :
bantuan hidup dasar / BHD dan Bantuan hidup lanjut / BHL Usaha Bantuan Hidup Dasar
bertujuan dengan cepat mempertahankan pasok oksigen ke otak, jantung dan alat-alat vital
lainnya sambil menunggu pengobatan lanjutan. Bantuan hidup lanjut dengan pemberian obat-
obatan untuk memperpanjang hidup Resusitasi dilakukan pada : infark jantung “kecil” yang
mengakibatkan “kematian listrik”, serangan Adams-Stokes, Hipoksia akut, keracunan dan
kelebihan dosis obat-obatan, sengatan listrik, refleks vagal, serta kecelakaan lain yang masih
memberikan peluang untuk hidup. Resusitasi tidak dilakukan pada : kematian normal stadium
terminal suatu yang tak dapat disembuhkan.

Penanganan dan tindakan cepat pada resusitasi jantung paru khususnya pada kegawatan
kardiovaskuler amat penting untuk menyelematkan hidup, untuk itu perlu pengetahuan RJP
yang tepat dan benar dalam pelaksanaannya.

2. SARAN

Mahasiswa mampu memahami dan mengaplikasikan segala tindakan dalam


menangani masalah keperawatan khususnya dalam menangani kasus henti jantung,heni Nafas
dll (RP).Sehingga memberikan nilai positif yaitu sebagai perawat profesional yang
memberikan perawatan secara berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.klikdokter.com/healthnewstopics/read/2010/10/27/15031137/panduan-rjp-aha-
2010-dahulukan-kompresi-dada

http://novalintang.blogspot.com/2013/05/revisi-rjp-terbaru-american-heart.html

http://www.scribd.com/doc/95942220/Resusitasi-Jantung-dan-Paru-Bahasa-Indonesia-Versi-
AHA-2010

http://saptobudinugroho.blogspot.com/2010/10/urutan-rjpcpr-terbaru-dari-aha-american.html

http://www.slideshare.net/ppnibone/resusitasi-jantungdanparubahasaindonesiaversiaha2010

http://cigayung.wordpress.com/2010/10/27/prosedur-baru-resusitasi-jantung-paru-aha-
american-heart-association/

Anda mungkin juga menyukai