Anda di halaman 1dari 14

RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Gawat Darurat dan Manajemen Bencana

Disusun Oleh :
Ahmad Andika Zulkafi
Nim. P1337420419084
Tingkat 3B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIII KEPERAWATAN BLORA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat,
karunia serta hidayah-Nya Penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Resusitasi
Jantung Paru (RJP)”. Terima kasih penulis ucapkan kepada dosen Tim Keperawatan Gawat
Darurat dan Manajemen Bencana yang telah memberikan tugas kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga Makalah ini dapat berguna bagi banyak orang, pihak-pihak yang telah
membantu dan kepada siapa saja yang ingin memanfaatkannya sebagai referensi keilmuanya.
Aamiin.

Blora,08 Februari 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................1
A. Latar Belakang ................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...........................................................................................................2
C. Tujuan .............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................3
A. Pengertian RJP (Resusitasi Jantung Paru) .......................................................................3
B. Tujuan RJP.......................................................................................................................4
C. Indikasi Melakukan RJP...................................................................................................4
D. Langkah-langkah Sebelum Melakukan RJP....................................................................5
E. Macam-macam Tehnik RJP.............................................................................................6
F. Hal-hal yang Diperhatikan dalam Melakukan RJP..........................................................8
G. Komplikasi.......................................................................................................................9
BAB III PENUTUP............................................................................................................10
A. kesimpulan......................................................................................................................10
B. saran................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Resusitasi jantung paru (RJP) adalah metode untuk mengembalikan fungsi
pernapasan dan sirkulasi pada pasien yang mengalami henti napas dan henti jantung yang
tidak diharapkan mati pada saat itu. Metode ini merupakan kombinasi pernapasan buatan
dan bantuan sirkulasi yang bertujuan mencukupi kebutuhan oksigen otak dan substrat lain
sementara jantung dan paru tidak berfungsi.
Keberhasilan RJP dimungkinkan oleh adanya interval waktu antara mati klinis dan
mati biologis, yaitu sekitar 4 – 6 menit. Dalam waktu tersebut mulai terjadi kerusakan sel-
sel otak rang kemudian diikuti organ-organ tubuh lain. Dengan demikian pemeliharaan
perfusi serebral merupakan tujuan utama pada RJP. Panduan terbaru (2010) yang
dikeluarkan oleh AHA lebih menekankan pada penanganan “CAB” (Chest Compression,
Airway, Breathing) yaitu dengan terlebih dahulu melakukan kompresi dada, memeriksa
jalan napas kemudian melakukan pernapasan buatan. Panduan ini juga mencatat bahwa
pernapasan buatan melalui mulut boleh tidak dilakukan pada kekhawatiran terhadap orang
asing dan kurangnya pelatihan formal. Sebenarnya, seluruh metode ini memiliki tujuan
yang sama, yaitu membuat aliran darah dan oksigen tetap bersirkulasi secepat mungkin.
Panduan “Resusitasi Jantung Paru” terbaru ini menjadi lebih mudah dilakukan juga
bagi orang awam karena menekankan pada kompresi dada untuk mempertahankan aliran
darah dan oksigen dalam darah tetap mengalir ke jantung dan otak. Kompresi dada
memang cenderung lebih mudah untuk dilakukan, dan setiap orang dapat melakukannya.
Kompresi dada dapat dilakukan dengan meletakkan satu tangan di atas tangan yang lain
dan menekan dengan kuat pada dada korban. Panduan RJP yang baru ini menekankan
bahwa penolong harus berfokus memberikan kompresi sekuat dan secepat mungkin, 100
kali kompresi 2 dada per menit, dengan kedalaman kompresi sekitar 5-5,5 cm. Dan, sangat
penting untuk tidak bersandar pada dada ketika melakukan kompresi dada pada korban.
Penolong tidak perlu takut dan ragu untuk melakukan kompresi dada yang dalam karena
risiko ketidakberhasilan justru terjadi ketika kompresi dada yang dilakukan kurang dalam.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Resusitasi Jantung Paru (RJP)?
2. Apa tujuan dari melakukan RJP?
3. Apa saja indikasi melakukan RJP?
4. Bagaimana langkah-langkah sebelum melakukan RJP?
5. Apa saja macam-macam teknik RJP?
6. Apa saja hal-hal yang diperhatikan dalam melakukan RJP?
7. Apa saja komplikasi dilakukannya RJP?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Resusitasi Jantung Paru(RJP).
2. Untuk mengetahui tujuan melakukan RJP.
3. Untuk mengetahui indikasi melakukan RJP.
4. Untuk mengetahui langkah-langkah sebelum melakukan RJP.
5. Untuk mengetahui macam-macam teknik RJP?
6. Untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikab dalam melakukan RJP.
7. Untuk mengetahui komplikasi dilakukannya RJP.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian RJP (Resusitasi Jantung Paru)


Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan gawat darurat akibat kegagalan
sirkulasi dan pernafasan untuk dikembalikan ke fungsi optimal guna mencegah kematian
biologis.
Resusitasi jantung paru (RJP) atau juga dikenal dengan cardio pulmonier
resusitation (CPR), merupakan gabungan antara pijat jantung dan pernafasan buatan.
Teknik ini diberikan pada korban yang mengalami henti jantung dan nafas, tetapi masih
hidup.
RJP harus segera dilakukan dalam 4-6 menit setelah ditemukan telah terjadi henti
nafas dan henti jantung untuk mencegah kerusakan sel-sel otak dan lain-lain. Jika
penderita ditemukan bernafas namun tidak sadar maka posisikan dalm keadaan mantap
agar jalan nafas tetap bebas dan sekret dapat keluar dengan sendirinya.
Pengertian Resusitasi Jantung Paru Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan
gawat darurat akibat kegagalan sirkulasi dan pernafasan untuk dikembalikan ke fungsi
optimal guna mencegah kematian biologis. Resusitasi jantung paru (RJP) atau juga dikenal
dengan cardio pulmonier resusitation (CPR), merupakan gabungan antara pijat jantung dan
pernafasan buatan. Teknik ini diberikan pada korban yang mengalami henti jantung dan
nafas, tetapi masih hidup. Komplikasi dari teknik ini adalah pendarahan hebat. Jika korban
mengalami pendarahan hebat, maka pelaksanaan RJP akan memperbanyak darah yang
keluar sehingga kemungkinan korban meninggal dunia lebih besar. Namun, jika korban
tidak segera diberi RJP, korban juga akan meninggal dunia. RJP harus segera dilakukan
dalam 4-6 menit setelah ditemukan telah terjadi henti nafas dan henti jantung untuk
mencegah kerusakan sel-sel otak dan lain-lain. Jika penderita ditemukan bernafas namun
tidak sadar maka posisikan dalam keadaan mantap agar jalan nafas tetap bebas dan sekret
dapat keluar dengan sendirinya.
1. Mati Klinis
Tidak ditemukan adanya pernapasan dan denyut nadi, bersifat reversibel, penderita
punya kesempatan waktu 4-6 menit untuk dilakukan resusitasi tanpa kerusakan otak.
2. Mati Biologis
Biasanya terjadi dalam waktu 8-10 menit dari henti jantung, dimulai dengan kematian
sel otak, bersifat irreversibel. (kecuali berada di suhu yang ekstrim dingin, pernah
dilaporkan melakukan resusitasi selama 1 jam/ lebih dan berhasil).

Catatan:

Pada korban yang sudah tidak ada refleks mata dan terjadi kerusakan batang otak tidak
perlu dilakukan RJP.

B. Tujuan RJP
Untuk mengatasi henti napas dan henti jantung sehingga dapat pulih kembali.

C. Indikasi Melakukan RJP


1. Henti Napas (Apneu)
Dapat disebabkan oleh sumbatan jalan napas atau akibat depresi pernapasan
baik di sentral maupun perifer. Berkurangnya oksigen di dalam tubuh akan memberikan
suatu keadaan yang disebut hipoksia. Frekuensi napas akan lebih cepat dari pada
keadaan normal. Bila perlangsungannya lama akan memberikan kelelahan pada otot-
otot pernapasan. Kelelahan otot- otot napas akan mengakibatkan terjadinya
penumpukan sisa-sisa pembakaran berupa gas CO2, kemudian mempengaruhi SSP
dengan menekan pusat napas. Keadaan inilah yang dikenal sebagai henti nafas.
2. Henti Jantung (Cardiac Arrest)
Otot jantung juga membutuhkan oksigen untuk berkontraksi agar darah dapat
dipompa keluar dari jantung ke seluruh tubuh. Dengan berhentinya napas, maka
oksigen akan tidak ada sama sekali di dalam tubuh sehingga jantung tidak dapat
berkontraksi dan akibatnya henti jantung (cardiac arrest).
3. Infark Jantung
4. Serangan adam’s stroke
5. Hipoksia akut
6. Keracunan dosis obat
7. Tenggelam
8. Kecelakaan yang asih ada peluang untuk hidup.
D. Langkah-Langkah Sebelum Melakukan RJP
1. Penentuan Tingkat Kesadaran ( Respon Korban )
Dilakukan dengan menggoyangkan korban. Bila korban menjawab, maka ABC
dalam keadaan baik. Dan bila tidak ada respon, maka perlu ditindaki segera.Pada
pedoman sebelumnya (tahun 2005) yang dipergunakan adalah ABC : Airway,
Breathing dan Chest Compressions,yaitu Membuka jalan napas,Memberi bantuan
pernapasan dan Kompresi dada. Pada pedoman yang terbaru (tahun 2010),Kompresi
Dada didahulukan dari yang lainnya,baru kemudian Membuka jalan napas dan
Memberi bantuan pernapasan.Dengan memulai kompresi dada terlebih dahulu
diharapkan akan memompa darah yang masih mengandung oksigen ke otak dan jantung
sesegera mungkin,karena beberapa menit setelah terjadinya henti jantung masih
terdapat kandungan oksigen di dalam paru-paru dan sirkulasi darah.Kompresi dada
dilakukan pada tahap awal selama 30 detik sebelum melakukan pembukaan jalan napas
dan melakukan pemberian napas buatan.Untuk pada bayi yang baru lahir tetap
memakai pedoman ABC,jadi pada bayi yang baru lahir tidak terjadi perubahan.
Pedoman CAB hanya berlaku pada bayi,anak dan dewasa.
2. Memanggil bantuan (call for help)
Bila petugas hanya seorang diri, jangan memulai RJP sebelum memanggil
bantuan. Jika sesuai panduan RJP tahun 2010 Dalam menyelamatkan seseorang yang
mengalami henti jantung adalah dengan bertindak dengan segera dan cepat,sehingga
tidak perlu dilakukannya lagi suatu penilaian. Segera hubungi ambulan ketika melihat
ada korban yang tidak sadarkan diri dan terlihat adanya gangguan pernapasan.Jika
dilakukan suatu penilaian bahwa korban masih bernafas atau tidak,itu boleh saja akan
tetapi perlu dipikirkan bahwa dengan melakukan tindakan Look,Listen dan Feel,ini
akan menghabiskan waktu yang ada.
3. Posisikan Korban
Korban harus dalam keadaan terlentang pada dasar yang keras (lantai, long
board). Bila dalam keadaan telungkup, korban dibalikkan. Bila dalam keadaan trauma,
pembalikan dilakukan dengan ”Log Roll”
4. Posisi Penolong
Korban di lantai, penolong berlutut di sisi kanan korban.
5. Pemeriksaan Pernapasan
a. Yang pertama harus selalu dipastikan adalah airway dalam keadaan baik.
b. Tidak terlihat gerakan otot napas
c. Tidak ada aliran udara via hidung Dapat dilakukan dengan menggunakan teknik
lihat, dengan dan rasa, bila korban bernapas, korban tidak memerlukan RJP
6. Pemeriksaan Sirkulasi
a. Pada orang dewasa tidak ada denyut nadi carotis
b. Pada bayi dan anak kecil tidak ada denyut nadi brachialis
c. Tidak ada tanda-tanda sirkulasi
d. Bila ada pulsasi dan korban pernapas, napas buatan dapat dihentikan. Tetapi bila ada
pulsasi dan korban tidak bernapas, napas buatan diteruskan. Dan bila tidak ada
pulsasi, dilakukan RJP.

E. Macam-Macam Teknik RJP


1. Henti Napas
Pernapasan buatan diberikan dengan cara :
a. Mouth to Mouth Ventilation
Cara langsung sudah tidak dianjurkan karena bahaya infeksi (terutama hepatitis,
HIV) karena itu harus memakai ”barrier device” (alat perantara). Dengan cara ini
akan dicapai konsentrasi oksigen hanya 18 %.
1) Tangan kiri penolong menutup hidung korban dengan cara memijitnya dengan
jari telunjuk dan ibu jari, tangan kanan penolong menarik dagu korban ke atas.
2) Penolong menarik napas dalam-dalam, kemudian letakkan mulut penolong ke
atas mulut korban sampai menutupi seluruh mulut korban secara pelan-pelan
sambil memperhatikan adanya gerakan dada korban sebagai akibat dari tiupan
napas penolong. Gerakan ini menunjukkan bahwa udara yang ditiupkan oleh
penolong itu masuk ke dalam paru-paru korban.
3) Setelah itu angkat mulut penolong dan lepaskan jari penolong dari hidung korban.
Hal ini memberikan kesempatan pada dada korban kembali ke posisi semula.
b. Mouth to Stoma
Dapat dilakukan dengan membuat Krikotiroidektomi yang kemudian dihembuskan
udara melalui jalan yang telah dibuat melalui prosedur Krikotiroidektomi tadi.
c. Mouth to Mask ventilation
Pada cara ini, udara ditiupkan ke dalam mulut penderita dengan bantuan face mask.

d. Bag Valve Mask Ventilation ( Ambu Bag)


Dipakai alat yang ada bag dan mask dengan di antaranya ada katup. Untuk
mendapatkan penutupan masker yang baik, maka sebaiknya masker dipegang satu
petugas sedangkan petugas yang lain memompa.
e. Flow restricted Oxygen Powered Ventilation (FROP)
Pada ambulans dikenal sebagai “ OXY – Viva “. Alat ini secara otomatis akan
memberikan oksigen sesuai ukuran aliran (flow) yang diinginkan.Bantuan jalan
napas dilakukan dengan sebelumnya mengevaluasi jalan napas korban apakah
terdapat sumbatan atau tidak. Jika terdapat sumbatan maka hendaknya dibebaskan
terlebih dahulu.
2. Henti Jantung
RJP dapat dilakukan oleh satu orang penolong atau dua orang penolong. Lokasi titik
tumpu kompresi:
a. 1/3 distal sternum atau 2 jari proksimal Proc. Xiphoideus
b. Jari tengah tangan kanan diletakkan di Proc. Xiphoideus, sedangkan jari telunjuk
mengikuti
c. Tempatkan tumit tangan di atas jari telunjuk tersebut
d. Tumit tangan satunya diletakkan di atas tangan yang sudah berada tepat di titik pijat
jantung
e. Jari-jari tangan dapat dirangkum, namun tidak boleh menyinggung dada korban
3. Teknik Resusitasi Jantung Paru (Kompresi)
a. Kedua lengan lurus dan tegak lurus pada sternum
b. Tekan ke bawah sedalam 4-5 cm
c. Tekanan tidak terlalu kuat
d. Tidak menyentak
e. Tidak bergeser / berubah tempat
f. Kompresi ritmik 100 kali / menit ( 2 pijatan / detik )
g. Fase pijitan dan relaksasi sama ( 1 : 1)
h. Rasio pijat dan napas 30 : 2 (15 kali kompresi : 2 kali hembusan napas)
i. Setelah empat siklus pijat napas, evaluasi sirkulasi untuk menyelamatkan nyawa
sampai korban dapat di bawa atau tunjangan hidup lanjutan sudah tersedia
Disini termasuk langkah-langkah RJP dari RKP Airway (jalan Nafas terbka),
Brething (pernafasan buatan),Circulation (sirkulasi buatan).Indikasi tunjangan hidup dasar
terjadi karena Henti napas dan henti jantung. Henti jantung di ketahui dari :

1. Hilangnya denyut nadi pada arteri besar


2. Korban tidak sadar
3. Korban tampak seperti mati
4. Hilangnya gerakan bernafas atau megap-megap.

Pada henti jantung yang tidak diketahui, penolong pertama-tama membuka jalan
nafas dengan menarik kepala ke belakang. Bila korban tidak bernafas, segera tiup paru
korban 3-5 kali lalu raba denyut nadi carotis. Perabaan denyut nadi carotis lebih
dianjurkan karena :

1. Penolong sudah berada di daerah kepala korban untuk melakukan pernafasan buatan 2.
2. Daerah leher biasanya terbuka
3. tidak perlu melepas pakaian korban 3.

Arteri karotis adalah sentral dan kadang-kadang masih berdenyut sekalipun daerah
perifer lainnya tidak teraba lagi. Bila teraba kembali denyut nadi, teruskan ventilasi. Bila
denyut nadi hilang atau diragukan, maka ini adalah indikasi untuk memulai sirkulasi
buatan dengan kompresi jantung luar. Kompresi jantung luar harus disertai dengan
pernafasan buatan.

F. Hal-hal yang Diperhatikan dalam Melakukan RJP


1. RJP jangan berhenti lebih dari 5 detik dengan alasan apapun.
2. Tidak perlu memindahkan penderita ke tempat yang lebih baik, kecuali bila ia sudah
stabil.
3. Jangan menekan prosesus xifoideus pada ujung tulang dada, karena dapat berakibat
robeknya hati.
4. Diantara tiap kompresi, tangan harus melepas tekanan tetapi melekat pada sternum,
jari-jari jangan menekan iga korban.
5. Hindarkan gerakan yang menyentak. Kompresi harus lembut, teratur dan tidak terputus.
G. Komplikasi
1. Distensi lambung
2. Patah tulang kosta
3. Hemo thoraks
4. Rusak jaringan paru
5. Laserasi hati
6. Emboli otak
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Resusitasi mengandung arti harfiah “Menghidupkan kembali” tentunya
dimaksudkan usaha- usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah suatu episode henti
jantung berlanjut menjadi kematian biologis. Resusitasi jantung paru terdiri atas 2
komponen utama yakni : bantuan hidup dasar / BHD dan Bantuan hidup lanjut / BHL
Usaha Bantuan Hidup Dasar bertujuan dengan cepat mempertahankan pasok oksigen ke
otak, jantung dan alat-alat vital lainnya sambil menunggu pengobatan lanjutan. Bantuan
hidup lanjut dengan pemberian obat-obatan untuk memperpanjang hidup Resusitasi
dilakukan pada : infark jantung “kecil” yang mengakibatkan “kematian listrik”, serangan
Adams-Stokes, Hipoksia akut, keracunan dan kelebihan dosis obat- obatan, sengatan
listrik, refleks vagal, serta kecelakaan lain yang masih memberikan peluang untuk hidup.
Resusitasi tidak dilakukan pada : kematian normal stadium terminal suatu yang tak dapat
disembuhkan.
Penanganan dan tindakan cepat pada resusitasi jantung paru khususnya pada
kegawatan kardiovaskuler amat penting untuk menyelematkan hidup, untuk itu perlu
pengetahuan RJP yang tepat dan benar dalam pelaksanaannya.

B. Saran
Mahasiswa mampu memahami dan mengaplikasikan segala tindakan dalam
menangani masalah keperawatan khususnya dalam menangani kasus henti jantung, henti
nafas dll (RJP).Sehingga memberikan nilai positif yaitu sebagai perawat profesional yang
memberikan perawatan secara berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.klikdokter.com/healthnewstopics/read/2010/10/27/15031137/panduan-rjp-aha-
2010- dahulukan-kompresi-dada

http://novalintang.blogspot.com/2013/05/revisi-rjp-terbaru-american-heart.html

http://www.scribd.com/doc/95942220/Resusitasi-Jantung-dan-Paru-Bahasa-Indonesia-Versi-
AHA-2010

http://saptobudinugroho.blogspot.com/2010/10/urutan-rjpcpr-terbaru-dari-aha-american.html

http://www.slideshare.net/ppnibone/resusitasi-jantungdanparubahasaindonesiaversiaha2010

http://cigayung.wordpress.com/2010/10/27/prosedur-baru-resusitasi-jantung-paru-aha-
american- heart-association/

Anda mungkin juga menyukai