Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KGMB

KONSEP PENGKAJIAN PADA PASIENGAWAT DARURAT


CIRCULATION AIRWAY BREATHING (CAB)
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:
KGMB

DOSEN PENGAMPU:
HJ.ERYANI S.Kep, Ners, M.Kep

DISUSUN OLEH:

MANTAULINA TAMBA (19.051)

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

STIKES BINALITA SUDAMA MEDAN

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan karuni-Nyalah makalah ini dapat terselesaikan dengan baik pada
waktunya.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
KGMB . Dengan membuat makalah ini daharapkan mampu memahami materi
Konsep Pengkajian pada Pasien Gawat Darurat Circulation Airway Breathing
(CAB).
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat
kekurangan.Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun, guna penyusunan makalah yang lebih baik kedepannya.Harapan
penulis semoga makalah ini memberikan informasi kepada pembaca.

Medan , 23 Maret 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................I

KATA PENGANTAR............................................................................................II

DAFTAR ISI..........................................................................................................III

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1

1.1. Latar Belakang Masalah..........................................................................1

1.2.Rumusan Masalah....................................................................................1

1.3. Tujuan Penulisan.....................................................................................1

BAB II
PEMBAHASAN.........................................................................................2
2.1.Pengertian CAB.......................................................................................2

2.2.Prinsip CAB ............................................................................................2

2.3. Pengkajian CAB.....................................................................................5

BAB III
PENUTUP................................................................................................9

3.1. Kesimpulan...........................................................................................9
3.2. Saran ....................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
..........................................................................................10
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kejadian gawat darurat dapat diartikan sebagai keadaan dimana


seseorangmembutuhkan pertolongan segera karena apabila tidak mendapatkan
pertolongan dengansegera maka dapat mengancam jiwanya atau menimbulkan
kecacatan permanen. Keadaangawat darurat yang sering terjadi di masyarakat
antara lain keadaan seseorang yangmengalami henti napas, henti jantung, tidak
sadarkan diri, kecelakaan, cedera, misalnya patah tulang, kasus stroke, kejang,
keracunan, dan korban bencana. Unsur penyebabkejadian gawat darurat antara
lain karena terjadinya kecelakaan lalu lintas, penyakit,kebakaran maupun bencana
alam. Kasus gawat darurat karena kecelakaan lalu lintasmerupakan penyebab
kematian utama daerah perkotaan ( Media Aeculapius, 2007 ).

Menurut American Hospital Association (AHA) dalam Herkutanto


(2007),keadaan gawat darurat adalah suatu kondisi dimana berdasarkan respon
dari pasien, keluarga pasien,atau siapa pun yang berpendapat pentingnya
membawa pasien ke rumah sakit untuk diberi perhatian/tindakan medis dengan
segera. Kondisi yang demikian berlanjut hingga adanyakeputusan yang dibuat
oleh pelayanan kesehatan yang profesional bahwa pasien beradadalam kondisi
yang baik dan tidak dalam kondisi mengancam jiwa. Penderita gawat
daruratadalah penderita yang oleh karena suatu penyebab (penyakit, trauma,
kecelakaan, tindakananestesi) yang bila tidak segera ditolong akan mengalami
cacat, kehilangan organ tubuh ataumeninggal (Sudjito, 2007).

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan CAB


2. Bagaimana prinsip CAB
3. Bagaimana pengkajian CAB

1.3. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian CAB


2. Mengetahui prinsip CAB
3. Mengetahui cara pengkajian CAB
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian CAB

Circulation merupakan penilaian primer mengenai status sirkulasi pasien trauma


mencakup evaluasi adanya perdarahan, denyut nadi, dan perfusi.

Airway merupakan penilaian jalan nafas dilakukan dengan bersamaan dengan


menstabilkan leher.

Breathing merupakan munculnya masalah pernapasan pada pasien trauma terjadi


karena kegagalan pertukaran udara, perfusi atausebagaiakibatdarikondisi serius
pada status neurologispasien.

2.2. Prinsip CAB

Prinsip-prinsip dasar RJP adalah kekuatan dari rantai keberhasilan yang terdiri
dari lima rantai, sebagaiberikut:

1. Segera mengenali tanda-tanda henti jantung dan mengaktifkan sistim


respon kegawatdaruratan
2. Segera RJP dengan penekanan pada kompresidada
3. Segeradefibrilasi
4. Bantuan hidup lanjut yangefektif
5. Perawatan pasca henti jantung yang terintegrasi

2.2 Pengkajian CAB

Standart : Perawat gawat darurat harus melakukan pengkajian fisik dan


psikososial di awal dan secara berkelanjutan untuk mengetahui
masalah keperawatan klien dalam lingkup kegawatdaruratan.
Keluaran : Adanya pengkajian keperawatan yang terdokumentasi untuk setiap
klien gawat darurat
Proses : pengkajian merupakan pendekatan sistematik untuk mengidentifikasi
masalah keperawatan gawat darurat.

Proses pengkajian dibagi dalam dua bagian : pengkajian primer dan pengkajian
sekunder
2.2.1. Pengkajian Primer

Pengkajian cepat untuk mengidentifikasi dengan segera masalah actual/potensial


dari kondisi life threatening (berdampak terhadap kemampuan pasien untuk
mempertahankan hidup). Pengkajian tetap berpedoman pada inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi jika hal tersebut memungkinkan. Prioritas penilaian
dilakukan berdasarkan:

a. Circulation dengan control pendarahan


b. Airway (jalan nafas) dengan control servikal
c. Breathing dan ventilasi
d. Disability
e. Exposure control, dengan membuka pakaian pasien tetapi cegah hipotermi

Yang penting pada fase pra-RS adalah CAB, lakukan resusitasi dimana perlu,
kemudian fiksasi penderita, lalu transportasi.

1. Circulation dengan Kontrol Perdarahan

a. Volume Darah dan Curah Jantung (cardiac output)

Perdarahan merupakan sebab utama kematian pasca bedah yang mungkin dapat
diatasi dengan terapi yang cepat dan tepat dirumah sakit. Suatu keadaan hipotensi
harus dianggap disebabkan oleh hipovolemia, sampai terbukti sebaliknya. Dugaan
demikian maka diperlukan penilaian yang cepat dari status hemodinamik
penderita. Ada 4 observasi yang dalam hitungan detik dapat memberikan
informasi mengenai keadaan hemodinamik ini yakni kesadaran, warna kulit, nadi
dan tekanan darah.

1. Tingkat Kesadaran
Bila volume darah menurun, perfusi otak dapat berkurang, yang akan
mengakibatkan penurunan kesadaran (walaupun demikian kehilangan
darah dalam jumlah banyak belum tentu mengakibatkan gangguan
kesadaran).
2. Warna Kulit
Warna kulit dapat membantu diagnosis hipovolemia. Penderita trauma
yang kulitnya kemeraha, trauma pada wajah dan ekstremitas, jarang yang
dalam keadaan hipovolemia. Sebaliknya wajah pucat keabu-abuan dan
kulit ekstremitas yang pucat, merupakan tanda hipovolemia. Bila memang
disebabkan hipovolemia maka ini menandakan kehilanagn darah minimal
30% dari volume darah.
3. Nadi
Nadi yang besar seperti a femoralis atau a carotis harus diperiksa bilateral,
untuk kekuatan nadi kecepatan dan irama. Pada syok nadi akan kecil dan
cepat. 7 Nadi yang tidak cepat, kuat dan teratur biasanya merupakan tanda
normo-volomia. Nadi yang cepat dan kecil merupakan tanda hipovolemia,
namun harus diingat sebab lain yang dapat menyebabkannya. Nadi yang
tidak teratur biasanya merupakan tanda gangguan jantung. Tidak
ditemukannya pulsasi dari nadi sentral arteri.
4. Tekanan Darah
Jangan terlalu percaya pada tekanan darah dalam menentukan syok
karena:

a) Tekanan darah sebelumnya belum diketahui


b) Diperlukan kehilangan volume darah lebih dari 30% untuk dapa terjadi
penurunan tekanan darah.

b. Kontrol Perdarahan

Perdarahan dapat :

1) Eksternal (terlihat)

2) Internal (tidak terlihat)

3) Rongga thoraks

4) Rongga abdomen

5) Fraktur pelvis

6) Fraktur tulang panjang

Syok Jarang Disebabkan Perdarahan Intra-Kranial

Perdarahan hebat dikelola pada survey primer. Perdarahan eksternal dikendalikan


dengan penekanan langsung pada luka JANGAN DIJAHIT DULU. Spalk udara
(pneumatic splinting divice) juga dapat digunakan untuk mengontrol perdarahan.
Spalk jenis ini harus tembus cahaya untuk dapat dilakukannya pengawasan
perdarahan. Tourniquet jangan dipakai karena merusak jaringan dan
menyebabkan distal dari tourniquet. Pemakaian hemostal memerlukan waktu dan
dapat merusak jaringan sekitar seperti saraf dan pembuluh darah. Perdarahn
dalam rongga toraks, abdomen, sekitar fraktur atau sebagai akibat dari luka
tembus, dapat menyebabkan perdarahan besar yang tidak terlihat.

c. Tindakan:
1. Cek denyut nadi arteri karotis. Untuk mempermudah, penolong awam
diajarkan untuk mengansumsikan jika korban tidak sadar dan tidak
bernafas maka korban juga mengalami henti jantung.
2. Letakan korban pada permukaan yang kuat.
3. Berlututlah di sebelah leher dan bahu orang tersebut
4. Letakkan tumit satu tangan di tengah dada seseorang (diantara puting
susu). Letakkan tangan anda yang lain diatas tangan pertama. Jaga siku
tetap lurus dan posisikan bahu anda tepat diatas tangan anda.
5. Gunakan berat badan bagian atas anda (bukan hanya kekuatan lengan
anda) saat anda mendorong lurus ke bawah (kompres) dada setidaknya 2
inci (5 cm) tetapi tidak lebih dari 2,4 inci (6 cm). Dorong keras dengan
kecepatan 100-120 kompresi per menit.

Kompresi dada

2. Penjaga Airway dengan Kontrol Servikal

Yang pertama yang harus dinilai adalah kelancaran airway. Ini meliputi
pemeriksaan adanya obstruksi jalan nafas yang dapat disebabkan benda asing,
fraktur tulang wajah, fraktur madibula atau maksila, fraktur larinks atau trachea.
Usaha untuk membebaskan jalan nafas harus melindungi vertebra servikal karena
kemungkinan patahnya tulang servikal harus selalu diperhitungkan. Dalam hal ini
dapat dilakukan “chin lift” atau “jaw thrust”. Selama memeriksa dan memperbaiki
jalan nafas, harus diperhatikan bahwa tidak boleh dilakukan ekstensi, fleksi atau
rotassi dari leher. Kemungkinan patahnya tulang servikal diduga bila ada :

a. Trauma dengan penurunan kesadaran.

b. Adanya luka karena trauma diatas klavikula.

c. Setiap multi-trauma (trauma pada 2 regio atau lebih)

d. Juga harus waspada terhadap kemungkinan patah tulang belakang bila


biomekanik trauma mendukung.
Bila Ragu-Ragu Pasang Kalor!

Dalam keadaan kecurigaan fraktur sevikal, harus dipakai alat imobilisasi. Bila alat
imobilisasiini harus dibuka untuk sementara, maka kepala harus dipakai sampai
kemungkinan fraktur servikal dapat disingkirkan. Bila ada gangguan jalan nafas,
maka dilakukan penanganan sesuai BHD.

a. Tindakan:

1. JIka anda sudah terlatih dalam CPR dan anda telah melakukan 30 kali
kompresi dada, buka jalan napas korban menggunakan manuver head-tilt,
chin-lift (jika tidak dicurigai cedera servikal). Letakkan telapak anda di
dahi orang tersebut dan tekukan kepala korban dengan lembut ke belakang
(ekstensi). Kemudian dengan tangan lainnya, angkat dagu ke depan
dengan lembut untuk membuka jalan napas.
2. Jaw thrust adalah metode paling aman untuk membuka jalan jika ada
kemungkinan cedera servikal. Penolong memposisikan di kepala korban,
letakkan tangan di sisi wajah korban, menjepit rahang bawah pada
sudutnya, dan mengangkat mandibula ke depan. Siku penolong bisa
diletakkan di permukaan tempat korban berada kemudian mengangkat
rahang dan membuka jalan napas dengan gerakan kepala minimal.

head-tilt, chin-lift

3. Breathing (ventilasi)

Jalan nafas yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik. Pertukaran gas yang
terjadi pada saat bernafas mutlak untuk pertukaran oksigen dan mengeluarkan
karbon dioksida dari tubuh. Ventilasi yang baik meliputi : fungsi yang baik dari
paru, dinding dada dan diafragma. Setiap komponen ini harus dievaluasi secara
cepat.

Dada penderita harus dibuka untuk melihat pernafasan yang baik. Auskultasi
dilakukan untuk memastikan masuknya udara kedalam paru. Perkusi dilakukan
untuk menilai adanya udara atau darah dalam rongga pleura. Inspeksi dan palpasi
dapat memperlihatkan kelainan dinding dada yang mungkin mengganggu
ventilasi.
Perlakuan yang mengakibatkan gangguan ventilasi yang berat adalah tension
pneumo-thoraks, flail chest dengan kontusio paru, open pneumothoraks dan
hematohorax-masif.

Tindakan:

Bantuan pernapasan bisa berupa pernapasan mulut ke mulut atau mulut ke hidung
(jika mulut terluka parah atau tidak bisa dibuka).

1. Dengan jalan napas terbuka, jepit lubang hidung untuk bernafas dari mulut
ke mulut dan tutupi mulut orang tersebut dengan mulut anda
2. Bersiaplah memberikan dua kali pernapasan. Berikan napas penyelamatan
pertama: tahan satu detik dan perhatikan apakah dada naik. Jika naik,
berikan napas kedua. Jika tidak naik ulang metode head-tilt, chin-lift lalu
berikan napas kedua. Tiga puluh kompresi dada diikuti dua napas
penyelamatan dianggap satu siklus.
3. Lanjutkan kompresi dada untuk mengembalikan sirkulasi
4. Jika tersedia AED terapkan dan ikuti petunjuknya berikan satu kejutan
kemudian lanjutkan CPR. Dimulai dengan kompresi dada selama dua
menit sebelum memberikan kejutan kedua. Jika anda tidak terlatih
menggunakan AED tunggu hingga tim gawat darurat tiba.
5. Jika AED tidak tersedia: Lanjutkan CPR sampai ada tanda-tanda personel
medis datang mengambil alih

bantuan pernapasan

4. Disability

Menjelang akhir survey primer dievaluasi keadaan neurologist secara cepat. Yang
dinilai disini adalah tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi pupil.

GCS (Glasgow Coma Scale) adalah sistem scoring yang sederhana dan dapat
meramal kesudahan (outcome) penderita.
Penurunan kesadaran dapat disebabkan penurunan oksigenasi atau/ dan penurunan
perfusi keotak, atau disebabkan perlukaan pada otak sendiri. Perubahan kesadaran
menuntut dilakukannya pemeriksaan terhadap keadaan ventilasi, perfusi dan
oksigenasi.

Alkohol dan obat-obatan dapat mengganggu tingkat kesadaran penderita.


Walaupun demikian bila sudah disingkirkan kemungkinan hipoksia atau
hipovolemia sebagai sebab penurunan kesadaran, maka trauma kapitis dianggap
sebagai penyebabnya sampai terbukti sebaliknya.

5. Exposure/ Kontrol Lingkungan

Exposure dilakukan dirumah sakit, tetapi dimana perlu dapat membuka pakaian,
misalnya : membuka baju untuk melakukan pemeriksaan fisik thoraks. Dirumah
sakit penderita harus dibuka keseluruhan pakaiannya untuk evaluasi penderita.
Setelah pakaian dibuka, penting agar penderita tidak kedinginan. Harus
dipakaikan selimut hangat, ruangan cukup hangat dan diberikan cairan intravena
yang sudah hangat.

2.2.2. Secundary Survey

Survai sekunder dilakukan hanya setelah survai primer selesai, resusitasi


dilakukan dan penderita stabil. Survai sekunder adalah pemeriksaan kepala
sampai kaki (head to toe examination), termasuk pemeriksaan tanda vital. Pada
penderita yang tidak sadar atau gawat, kemungkinan untuk luput dalam
mendiagnosis cukup besar, dan merupakan pertolongan yang besar bagi dokter
yang bertugas dirumah sakit apabila dilaporkan kelainan yang 10 ditemukan pada
survey sekunder. Sekali lagi ditekanankan bahwa survey hanya dilakukan apabila
penderita telah stabil.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Pengkajian CAB adalah tindakan yang dilakukan kepada pasien gawat darurat.
Pengkajian CAB dibagi menjadi dua, yaitu pengkajian primer dan pengkajian
sekunder. Prioritas yang dilakukan pada pengkajian primer antara lain :

1. Airway maintenance dengan cervical spineprotection


2. Breathing danoxygenation
3. Circulation dan kontrol perdarahaneksternal
4. Disability-pemeriksaan neurologissingkat
5. Exposure dengan kontrollingkungan
Sedangkan pengkajian sekunder dilakukan ketika pasien dalam keadaan sadar

3.2. Saran

Sebagai calon perawat yang nantinya akan bekerja di Instuisi Rumah Sakit
tentunya kita dapat mengetahui konsep pengkajian CAB pada pasien gawat
darurat. Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, agar kedepannya
dapat menulis makalah yang lebih baik. Atas kritik dan saran dari pembaca,
penulis mengucapkan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49525/4/Chapter%20II.pdf

http://sardjitohospital.co.id/sardjitowp/wp-content/uploads/2015/12/kepmenkes-
856-thn-2009-standar-IGD.pdf

http://sardjitohospital.co.id/sardjitowp/wp-content/uploads/2015/12/kepmenkes-
856-thn-2009-standar-IGD.pdf

Anda mungkin juga menyukai