DOSEN PENGAMPU:
HJ.ERYANI S.Kep, Ners, M.Kep
DISUSUN OLEH:
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan karuni-Nyalah makalah ini dapat terselesaikan dengan baik pada
waktunya.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
KGMB . Dengan membuat makalah ini daharapkan mampu memahami materi
Konsep Pengkajian pada Pasien Gawat Darurat Circulation Airway Breathing
(CAB).
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat
kekurangan.Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun, guna penyusunan makalah yang lebih baik kedepannya.Harapan
penulis semoga makalah ini memberikan informasi kepada pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................I
KATA PENGANTAR............................................................................................II
DAFTAR ISI..........................................................................................................III
1.2.Rumusan Masalah....................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN.........................................................................................2
2.1.Pengertian CAB.......................................................................................2
BAB III
PENUTUP................................................................................................9
3.1. Kesimpulan...........................................................................................9
3.2. Saran ....................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
..........................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Prinsip-prinsip dasar RJP adalah kekuatan dari rantai keberhasilan yang terdiri
dari lima rantai, sebagaiberikut:
Proses pengkajian dibagi dalam dua bagian : pengkajian primer dan pengkajian
sekunder
2.2.1. Pengkajian Primer
Yang penting pada fase pra-RS adalah CAB, lakukan resusitasi dimana perlu,
kemudian fiksasi penderita, lalu transportasi.
Perdarahan merupakan sebab utama kematian pasca bedah yang mungkin dapat
diatasi dengan terapi yang cepat dan tepat dirumah sakit. Suatu keadaan hipotensi
harus dianggap disebabkan oleh hipovolemia, sampai terbukti sebaliknya. Dugaan
demikian maka diperlukan penilaian yang cepat dari status hemodinamik
penderita. Ada 4 observasi yang dalam hitungan detik dapat memberikan
informasi mengenai keadaan hemodinamik ini yakni kesadaran, warna kulit, nadi
dan tekanan darah.
1. Tingkat Kesadaran
Bila volume darah menurun, perfusi otak dapat berkurang, yang akan
mengakibatkan penurunan kesadaran (walaupun demikian kehilangan
darah dalam jumlah banyak belum tentu mengakibatkan gangguan
kesadaran).
2. Warna Kulit
Warna kulit dapat membantu diagnosis hipovolemia. Penderita trauma
yang kulitnya kemeraha, trauma pada wajah dan ekstremitas, jarang yang
dalam keadaan hipovolemia. Sebaliknya wajah pucat keabu-abuan dan
kulit ekstremitas yang pucat, merupakan tanda hipovolemia. Bila memang
disebabkan hipovolemia maka ini menandakan kehilanagn darah minimal
30% dari volume darah.
3. Nadi
Nadi yang besar seperti a femoralis atau a carotis harus diperiksa bilateral,
untuk kekuatan nadi kecepatan dan irama. Pada syok nadi akan kecil dan
cepat. 7 Nadi yang tidak cepat, kuat dan teratur biasanya merupakan tanda
normo-volomia. Nadi yang cepat dan kecil merupakan tanda hipovolemia,
namun harus diingat sebab lain yang dapat menyebabkannya. Nadi yang
tidak teratur biasanya merupakan tanda gangguan jantung. Tidak
ditemukannya pulsasi dari nadi sentral arteri.
4. Tekanan Darah
Jangan terlalu percaya pada tekanan darah dalam menentukan syok
karena:
b. Kontrol Perdarahan
Perdarahan dapat :
1) Eksternal (terlihat)
3) Rongga thoraks
4) Rongga abdomen
5) Fraktur pelvis
c. Tindakan:
1. Cek denyut nadi arteri karotis. Untuk mempermudah, penolong awam
diajarkan untuk mengansumsikan jika korban tidak sadar dan tidak
bernafas maka korban juga mengalami henti jantung.
2. Letakan korban pada permukaan yang kuat.
3. Berlututlah di sebelah leher dan bahu orang tersebut
4. Letakkan tumit satu tangan di tengah dada seseorang (diantara puting
susu). Letakkan tangan anda yang lain diatas tangan pertama. Jaga siku
tetap lurus dan posisikan bahu anda tepat diatas tangan anda.
5. Gunakan berat badan bagian atas anda (bukan hanya kekuatan lengan
anda) saat anda mendorong lurus ke bawah (kompres) dada setidaknya 2
inci (5 cm) tetapi tidak lebih dari 2,4 inci (6 cm). Dorong keras dengan
kecepatan 100-120 kompresi per menit.
Kompresi dada
Yang pertama yang harus dinilai adalah kelancaran airway. Ini meliputi
pemeriksaan adanya obstruksi jalan nafas yang dapat disebabkan benda asing,
fraktur tulang wajah, fraktur madibula atau maksila, fraktur larinks atau trachea.
Usaha untuk membebaskan jalan nafas harus melindungi vertebra servikal karena
kemungkinan patahnya tulang servikal harus selalu diperhitungkan. Dalam hal ini
dapat dilakukan “chin lift” atau “jaw thrust”. Selama memeriksa dan memperbaiki
jalan nafas, harus diperhatikan bahwa tidak boleh dilakukan ekstensi, fleksi atau
rotassi dari leher. Kemungkinan patahnya tulang servikal diduga bila ada :
Dalam keadaan kecurigaan fraktur sevikal, harus dipakai alat imobilisasi. Bila alat
imobilisasiini harus dibuka untuk sementara, maka kepala harus dipakai sampai
kemungkinan fraktur servikal dapat disingkirkan. Bila ada gangguan jalan nafas,
maka dilakukan penanganan sesuai BHD.
a. Tindakan:
1. JIka anda sudah terlatih dalam CPR dan anda telah melakukan 30 kali
kompresi dada, buka jalan napas korban menggunakan manuver head-tilt,
chin-lift (jika tidak dicurigai cedera servikal). Letakkan telapak anda di
dahi orang tersebut dan tekukan kepala korban dengan lembut ke belakang
(ekstensi). Kemudian dengan tangan lainnya, angkat dagu ke depan
dengan lembut untuk membuka jalan napas.
2. Jaw thrust adalah metode paling aman untuk membuka jalan jika ada
kemungkinan cedera servikal. Penolong memposisikan di kepala korban,
letakkan tangan di sisi wajah korban, menjepit rahang bawah pada
sudutnya, dan mengangkat mandibula ke depan. Siku penolong bisa
diletakkan di permukaan tempat korban berada kemudian mengangkat
rahang dan membuka jalan napas dengan gerakan kepala minimal.
head-tilt, chin-lift
3. Breathing (ventilasi)
Jalan nafas yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik. Pertukaran gas yang
terjadi pada saat bernafas mutlak untuk pertukaran oksigen dan mengeluarkan
karbon dioksida dari tubuh. Ventilasi yang baik meliputi : fungsi yang baik dari
paru, dinding dada dan diafragma. Setiap komponen ini harus dievaluasi secara
cepat.
Dada penderita harus dibuka untuk melihat pernafasan yang baik. Auskultasi
dilakukan untuk memastikan masuknya udara kedalam paru. Perkusi dilakukan
untuk menilai adanya udara atau darah dalam rongga pleura. Inspeksi dan palpasi
dapat memperlihatkan kelainan dinding dada yang mungkin mengganggu
ventilasi.
Perlakuan yang mengakibatkan gangguan ventilasi yang berat adalah tension
pneumo-thoraks, flail chest dengan kontusio paru, open pneumothoraks dan
hematohorax-masif.
Tindakan:
Bantuan pernapasan bisa berupa pernapasan mulut ke mulut atau mulut ke hidung
(jika mulut terluka parah atau tidak bisa dibuka).
1. Dengan jalan napas terbuka, jepit lubang hidung untuk bernafas dari mulut
ke mulut dan tutupi mulut orang tersebut dengan mulut anda
2. Bersiaplah memberikan dua kali pernapasan. Berikan napas penyelamatan
pertama: tahan satu detik dan perhatikan apakah dada naik. Jika naik,
berikan napas kedua. Jika tidak naik ulang metode head-tilt, chin-lift lalu
berikan napas kedua. Tiga puluh kompresi dada diikuti dua napas
penyelamatan dianggap satu siklus.
3. Lanjutkan kompresi dada untuk mengembalikan sirkulasi
4. Jika tersedia AED terapkan dan ikuti petunjuknya berikan satu kejutan
kemudian lanjutkan CPR. Dimulai dengan kompresi dada selama dua
menit sebelum memberikan kejutan kedua. Jika anda tidak terlatih
menggunakan AED tunggu hingga tim gawat darurat tiba.
5. Jika AED tidak tersedia: Lanjutkan CPR sampai ada tanda-tanda personel
medis datang mengambil alih
bantuan pernapasan
4. Disability
Menjelang akhir survey primer dievaluasi keadaan neurologist secara cepat. Yang
dinilai disini adalah tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi pupil.
GCS (Glasgow Coma Scale) adalah sistem scoring yang sederhana dan dapat
meramal kesudahan (outcome) penderita.
Penurunan kesadaran dapat disebabkan penurunan oksigenasi atau/ dan penurunan
perfusi keotak, atau disebabkan perlukaan pada otak sendiri. Perubahan kesadaran
menuntut dilakukannya pemeriksaan terhadap keadaan ventilasi, perfusi dan
oksigenasi.
Exposure dilakukan dirumah sakit, tetapi dimana perlu dapat membuka pakaian,
misalnya : membuka baju untuk melakukan pemeriksaan fisik thoraks. Dirumah
sakit penderita harus dibuka keseluruhan pakaiannya untuk evaluasi penderita.
Setelah pakaian dibuka, penting agar penderita tidak kedinginan. Harus
dipakaikan selimut hangat, ruangan cukup hangat dan diberikan cairan intravena
yang sudah hangat.
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pengkajian CAB adalah tindakan yang dilakukan kepada pasien gawat darurat.
Pengkajian CAB dibagi menjadi dua, yaitu pengkajian primer dan pengkajian
sekunder. Prioritas yang dilakukan pada pengkajian primer antara lain :
3.2. Saran
Sebagai calon perawat yang nantinya akan bekerja di Instuisi Rumah Sakit
tentunya kita dapat mengetahui konsep pengkajian CAB pada pasien gawat
darurat. Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, agar kedepannya
dapat menulis makalah yang lebih baik. Atas kritik dan saran dari pembaca,
penulis mengucapkan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49525/4/Chapter%20II.pdf
http://sardjitohospital.co.id/sardjitowp/wp-content/uploads/2015/12/kepmenkes-
856-thn-2009-standar-IGD.pdf
http://sardjitohospital.co.id/sardjitowp/wp-content/uploads/2015/12/kepmenkes-
856-thn-2009-standar-IGD.pdf