Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“PEMANTAUAN HEMODINAMIK”

Oleh :

NAMA : ENJEL FANECHA DIFA

NIM : 21117049

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN IKesT MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala


nikmat dan karunia yang telah diberikan kepada saya sehingga bisa
menyelesaikan tugas Keperawatan Kritis “Pemantauan Hemodinamik”

Dalam penyusunan laporan ini, tidak sedikit hambatan yang


kami hadapi. Namun saya menyadari bahwa  dalam penyusunan materi ini
tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan dari beberapa orang,
sehingga kendala-kendala yang saya hadapi teratasi.

Dalam Penulisan laporan ini saya merasa masih banyak kekurangan


baik pada teknis penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari
semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan
laporan ini dan bila untuk laporan selanjutnya.Semoga materi ini dapat
bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang
membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat
tercapai, Aamiiin

Palembang, 10 Januari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................

A. Latar Belakang.............................................................................................
B. Rumusan Masalah........................................................................................
C. Tujuan..........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................

A. Definisi Pemantauan Hemodinamik............................................................


B. Tujuan..........................................................................................................
C. Indikasi.........................................................................................................
D. Jenis Pemantauan Hemodinamik................................................................
E. Monitoring Hemodinamik............................................................................
F. Flow chart Pemantauan Hemodinamik........................................................

BAB III PENUTUP...........................................................................................

A. Kesimpulan..................................................................................................
B. Saran.............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hemodinamik adalah aliran darah dalam sistem peredaran tubuh, baik
melalui sirkulasi magna (sirkulasi besar) maupun sirkulasi parva (sirkulasi
dalam paru paru). Dalam kondisi normal, hemodinamik akan selalu
dipertahankan dalam kondisi yang fisiologis dengan kontrol neurohormonal.
Namun, pada pasien-pasien kritis mekanisme kontrol tidak melakukan
fungsinya secara normal sehingga status hemodinamik tidak akan stabil.
Monitoring hemodinamik menjadi komponen yang sangat penting dalam
perawatan pasien-pasien kritis karena status hemodinamik yang dapat berubah
dengan sangat cepat (Ramsingh, dkk, 2013).
Dasar dari pemantauan hemodinamik adalah perfusi jaringan yang
adekuat, seperti keseimbangan antara pasokan oksigen dengan yang
dibutuhkan, mempertahankan nutrisi, suhu tubuh dan keseimbangan elektro
kimiawi sehingga manifestasi klinis dari gangguan hemodinamik berupa
gangguan fungsi organ tubuh yang bila tidak ditangani secara cepat dan tepat
akan jatuh ke dalam gagal fungsi organ multipel (Jevon & Ewens, 2009).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Definisi Pemantaun Hemodinamik?
2. Apa tujuan Pemantaun Hemodinamik ?
3. Bagaimana Indikasi Pemantaun Hemodinamik ?
4. Apa Jenis Pemantaun Hemodinamik?
5. Bagaimana Monitoring Hemodinamik Pasien?
6. Bagaimana Flow Chart Pemantaun Hemodinamik?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Definisi Pemantaun Hemodinamik?
2. Mengetahui tujuan Pemantaun Hemodinamik ?
3. Mengetahui Indikasi Pemantaun Hemodinamik ?
4. Mengetahui Jenis Pemantaun Hemodinamik?
5. Mengetahui Monitoring Hemodinamik Pasien?
6. Mengetahui Flow Chart Pemantaun Hemodinamik?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Hemodinamik adalah aliran darah dalam sistem peredaran tubuh, baik melalui
sirkulasi magna (sirkulasi besar) maupun sirkulasi parva (sirkulasi dalam paru paru).
Dalam kondisi normal, hemodinamik akan selalu dipertahankan dalam kondisi yang
fisiologis dengan kontrol neurohormonal. Namun, pada pasien-pasien kritis
mekanisme kontrol tidak melakukan fungsinya secara normal sehingga status
hemodinamik tidak akan stabil. Monitoring hemodinamik menjadi komponen yang
sangat penting dalam perawatan pasien-pasien kritis karena status hemodinamik yang
dapat berubah dengan sangat cepat (Ramsingh, dkk, 2013).
Pemantauan hemodinamik adalah pengamatan parameter fisiologi dari sistem
kardiovaskular, dibutuhkan untuk pasien yang dirawat di unit perawatan intensif
karena ketidakstabilan hemodinamik yang menyebabkan ketidak seimbangan antara
pengiriman dan permintaan oksigen (Huygh dkk, 2016).

B. Tujuan
Tujuan pemantauan hemodinamik adalah untuk mendeteksi, mengidentifikasi
kelainan fisiologis secara dini dan memantau pengobatan yang diberikan guna
mendapatkan informasi keseimbangan homeostatik tubuh. Pemantauan hemodinamik
bukan tindakan terapeutik tetapi hanya memberikan informasi kepada klinisi dan
informasi tersebut perlu disesuaikan dengan penilaian klinis pasien agar dapat
memberikan penanganan yang optimal. Dasar dari pemantauan hemodinamik adalah
perfusi jaringan yang adekuat, seperti keseimbangan antara pasokan oksigen dengan
yang dibutuhkan, mempertahankan nutrisi, suhu tubuh dan keseimbangan elektro
kimiawi sehingga manifestasi klinis dari gangguan hemodinamik berupa gangguan
fungsi organ tubuh yang bila tidak ditangani secara cepat dan tepat akan jatuh ke
dalam gagal fungsi organ multipel (Jevon & Ewens, 2009).
Tujuan pemantauan hemodinamik adalah untuk menilai kecukupan perfusi,
khususnya dalam mempertahankan kecukupan tekanan perfusi dalam penghantaran
oxygen kejaringan (Adler AC, 2014), sehingga didapatkan informasi klinik yang akan
memengaruhi pembuatan keputusan medik, untuk melakukan intervensi sebelum
terjadi komplikasi seperti gagal organ dan kematian (Ramsingh D, 2013), Jadi
pemantauan hemodinamik berperan dalam diagnostik, terapi dan resusitasi.

C. Indikasi
1. Monitor tekanan darah invasif diperlukan pada pasien dengan kondisi kritis atau
pada pasien yang akan dilakukan prosedur operasi bedah mayor sehingga apabila
ada perubahan tekanan darah yang terjadi mendadak dapat secepatnya dideteksi
dan diintervensi, atau untuk evaluasi efek dari terapi obat-obat yang telah
diberikan (Scheer dkk, 2010).
a. prosedur operasi bedah mayor seperti : CABG, bedah thorax, bedah saraf,
bedah laparotomy, bedah vascular
b. pasien dengan status hemodinamik tidak stabil
c. pasien yang mendapat terapi vasopressor dan vasodilator
d. pasien yang tekanan intrakranialnya dimonitor secara ketat
e. pasien dengan hipertensi krisis, dengan overdiseksi aneurisma aorta

2. Pemeriksaan serial Analisa Gas Darah (Boldt, 2012)

1) pasien dengan gagal napas


2) pasien yang terpasang ventilasi mekanik
3) pasien dengan gangguan asam basa (asidosis/ alkalosis)
4) pasien yang sering dilakukan pengambilan sampel arteri
5) secara rutin

D. Jenis Pemantauan hemodinamik (invasive dan non invasif)


1. Invasif
Pemantauan parameter hemodinamik invasif dapat dilakukan pada arteri, vena
sentral ataupun arteri pulmonalis. Metode pemeriksaan tekanan darah langsung di
intrarterial adalah mengukur secara aktual tekanan dalam arteri yang dikanulasi,
yang hasilnya tidak dipengaruhi oleh isi atau kuantitas aliran darah. Kanulasi di
vena sentral merupakan akses vena yang sangat bermanfaat pada pasien sakit
kritis yang membutuhkan infus dalam jumlah besar, nutrisi parenteral dan obat
vasoaktif. Sistem pemantauan hemodinamik terdiri dari 2 kompartemen:
elektronik dan pengisian cairan (fluid-filled). Parameter hemodinamik dipantau
secara invasif sesuai azas dinamika sistem pengisian cairan. Pergerakan cairan
yang mengalami suatu tahanan akan menyebabkan perubahan tekanan dalam
pembuluh darah yang selanjutnya menstimulasi diafragma pada transducer.
Perubahan ini direkam dan diamplifikasi sehingga dapat dilihat pada layar
monitor. Sistem cairan dengan manometer air: kateter dilekatkan pada saluran
yang terisi penuh dengan cairan, terhubung dengan manometer air yang sudah
dikalibrasi. Teknik yang sangat sederhana, sejatinya bermula dibuat untuk
mengukur tekanan vena sentral (Central Venous Pressure). Sistem serat fiber:
probe dengan transducer di ujungnya diinsersi pada daerah yang akan dipantau
(misalnya ventrikel). Sinyal akan dikirim ke layar monitor melalui serat optik.
Sistem ini tidak tergantung pada dinamika cairan. Dibandingkan dengan sistem
pengisian cairan, pengoperasiannya lebih mudah hanya harganya mahal. Sistem
pengisian cairan yang digabung dengan transducer/amplifier: tekanan pulsatil
pada ujung kateter ditransmisikan melalui selang penghubung ke diafragma pada
transducer. Sinyal ini akan diamplifikasi dan pada layar monitor dapat tersaji
secara kontinu dengan gelombang yang real-time.

2. Non Invasif
Menurut Marik dan Baram (2007) parameter non invasif yang sering digunakan
untuk menilai hemodinamik pasien adalah:
a. Pernapasan
Frekuensi pernapasan atau RR pada pasien yang menggunakan
ventilasi mekanik ditentukan pada batas atas dan batas bawah. Batas bawah
ditentukan pada nilai yang dapat memberikan informasi bahwa pasien
mengalami hipoventilasi dan batas atas pada nilai yang menunjukkan pasien
mengalami hiperventilasi. Pengaturan RR pada pasien disesuaikan dengan usia
pasien (Sundana, 2008). Frekuensi pernapasan normal pada usia neonates: 30
sampai dengan 60 kali/menit, 1 bulan sampai 1 tahun: 30 sampai dengan 60
kali/menit, 1 sampai 2 tahun: 25 sampai dengan 50 kali/menit, 3 sampai 4
tahun: 20 sampai dengan 30 kali/menit, 5 sampai 9 tahun dan usia lebih dari
10 tahun: 15 sampai dengan 30 kali/menit. Pada pasien dewasa lebih sering
digunakan pada angka 12-24x/menit (Matondang, Wahidiyat & Sastroasmoro,
2009).
b. Saturasi oksigen (SaO2)
Pemantauan SaO2 menggunakan pulse oximetry untuk mengetahui
prosentase saturasi oksigen dari hemoglobin dalam darah arteri. Pulse
oximetry merupakan salah satu alat yang sering dipakai untuk observasi status
oksigenasi pada pasien yang portable, tidak memerlukan persiapan yang
spesifik, tidak membutuhkan kalibrasi dan non invasif. Nilai normal SaO2
adalah 95-100% (Fergusson, 2008).
c. Tekanan darah
Perhitungan tekanan darah dilakukan dengan alat bantu monitor. Nilai
normal sesuai usia pasien adalah sebagai berikut: usia 1 bln: 85/50 mmHg, 6
bulan: 90/53 mmHg, 1 tahun: 91/54 mmHg, 2 tahun: 91/56 mm Hg, 6 tahun:
95/57 mmHg, 10 tahun: 102/62 mm Hg, 12 tahun: 107/64 mmHg, 16 tahun:
117/67 mmHg dan 20 tahun ke atas 120/80 mmHg. Pada pasien dewasa lebih
sering digunakan pada angka 110/70 sampai dengan 120/80 mmHg (Ramesh,
2003).
d. Mean arterial pressure (MAP) atau tekanan arteri rata-rata
Tekanan arteri rata-rata merupakan tekanan rata-rata selama siklus
jantung yang dipengaruhi oleh curah jantung dan resistensi perifer.
Perhitungan MAP dilakukan dengan alat bantu monitor untuk memberikan
informasi terkait perfusi ke arteri koronari, organ tubuh dan kapile. Rumurs
perhitungan MAP adalah 1/3 sistolik + 2/3 diastolik atau perhitungan nilai
normal berkisar 90-100 mmHg.
e. Frekuensi denyut jantung (Heart Rate).
Perhitungan frekuensi denyut jantung dilakukan dengan alat bantu
monitor. Frekuensi jantung pasien usia 1 bulan: 100 sampai dengan 180
kali/menit, 6 bulan: 120 sampai dengan 160 kali/ menit, 1 tahun: 90 sampai
dengan 140 kali/menit, 2 tahun: 80 sampai dengan 140 kali/menit, 6 tahun: 75
sampai dengan 100 kali/menit, 10 tahun: 60 sampai dengan 90 kali/menit, 12
tahun: 55 sampai dengan 90 kali/menit, 16 tahun ke atas : 60 sampai dengan
100 kali/menit (Ramesh, 2003).
f. Capillary Refill Time (CRT)
CRT yang memanjang merupakan tanda dehidrasi pada pasien. Ini
diperkuat jika disertai dengan turgor kulit dan pola pernapasan yang abnormal.
Namun, CRT yang memanjang juga harus diperhatikan dalam hubungannya
dengan tanda-tanda klinis lainnya, misalnya hemodinamik tidak stabil. Normal
CRT adalah kurang dari dua detik (Fergusson, 2008).

E. Monitoring hemodinamik pasien


1. Persiapan alat
a. Sistem flushing yang terdiri dari : Cairan NaCl 0,9% 500 ml yang sudah
diberi heparin 500 UI (perbandingan NaCl 0,9% dengan heparin 1:1),
masukkan dalam pressure bag dan diberi tekanan 300 mmHg.
b. Basic Element (tranducer holder), tranducer/ pressure cable
c. Monitor, monitoring kit (single, double, triple lumen)
d. Manometer line
e. 3 way
f. Abocath no. 22 – 18
g. Sarung tangan steril
h. Alcohol, betadhine, kassa, lidocain, spuit

2. Lokasi pemasangan kateter arteri


Lokasi penempatan kateter intraarteri meliputi arteri radialis, brachialis,
femoralis, dorsalis pedis, dan arteri axilaris. Pertimbangan penting pada
penyeleksian lokasi insersi kateter meliputi, adanya sirkulasi darah kolateral yang
adekuat, kenyamanan pasien, dan menghindari area yang beresiko tinggi mudah
terjadi infeksi (Boldt, 2012).

3. Interpretasi gelombang tekanan darah arteri


Gelombang tekanan arteri dihasilkan dari mulainya usaha untuk membuka
katup aorta, kemudian diikuti dengan peningkatan tekanan arteri sampai tekanan
puncak (maksimum ejeksi ventrikel) tercapai. Tekanan di ventrikel turun secara
cepat sehingga tekanan aorta menjadi lebih tinggi dari tekanan ventrikel kiri.
Perbedaan tekanan tersebut mengakibatkan katup aorta tertutup, penutupan katup
aorta menghasilkan “dicrotic notch” pada gelombang tekanan arteri (Vincent,
2011).
Gelombang tekanan arteri sistolik digambarkan naik turun, hal ini menyatakan
dimulainya usaha pembukaan katup aorta diikuti ejeksi cepat darah dari ventrikel,
kemudian gambaran menurun kebawah, karena adanya penurunan tekanan
sehingga katup aorta tertutup sehingga terbentuk “dicrotic notch”. Periode
diastolik yaitu saat jantung relaksasi digambarkan dengan penurunan untuk
kemudian dimulai periode awal sistolik (Vincent, 2011).

4. Teknik pengukuran
a. Cuci tangan
b. Yakinkan kateter arteri tidak tertekuk
c. Atur posisi tidur yang nyaman untuk pasien
d. Lakukan kalibrasi
e. Membaca nilai yang tertera di layar monitor, pastikan morfologi gelombang
tidak underdamped atau overdamped
f. Mengkorelasi nilai yang tertera pada monitor dengan kondisi klinis pasien
g. Dokumentasikan nilai tekanan dan laporkan bila ada trend perubahan
hemodinamik

F. Flow Chart pemantauan hemodinamik


Tidak selamanya gelombang yang tertangkap di monitor adalah gelombang yang
sempurna. Kelainan bentuk gelombang tekanan darah arteri dipengaruhi oleh
beberapa hal antara lain letak insersi kateter arteri, cairan dan sistem flushing bag.
Beberapa bentuk gelombang yang sering dijumpai (Vincent, dkk 2011) adalah:

Kelainan bentuk gelombang tekanan darah arteri


Trouble shooting pada gelombang overdamped

Trouble shooting pada gelombang underdamped


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemantauan hemodinamik merupakan segala upaya yang dilakukan dalam
mengatur dan mengintervensi parameter kardiovaskular yang menjadi variabel
oksigenasi jaringan. Tujuan pemantauan hemodinamik adalah untuk mendeteksi,
mengidentifikasi kelainan fisiologis secara dini dan memantau pengobatan yang
diberikan guna mendapatkan informasi keseimbangan homeostatik tubuh.

B. Saran

Diharapkan seluruh tenaga kesehatan dapat berkolaborasi dalam memberikan


perawatan pemantauan hemodinamik dalam usaha memperbaiki kualitas hidup
pasien.
Daftar Pustaka

Ramsingh et al. Does it matter which hemodynamic monitoring system is


used?. Critical Care 2013, 17:208
Vincent et al. Update on hemodynamic monitoring - a consensus of 16. Critical
Care 2011, 15:229
Boldt J. Hemodynamic monitoring in the intensive care unit. Critical Care
2002, 6: 6:52-59
Scheer et al. Complications and risk factors of peripheral arterial catheters used
for haemodynamic monitoring in anaesthesia and intensive care medicine.
Critical Care 2010, 6:198-204
Maqder S. Invasive hemodynamic monitoring. Crit Care Clin 2015
Jan;31(1):67-87
Bridges EJ. Pulmonary artery pressure monitoring: when, how, and what else to
use. AACN Adv Crit Care. 2006 Jul-Sep;17(3):286-303.

Huygh J, Peeters Y, Bernards J, Malbrain MLNG. Hemodynamic monitoring in the


Critically ill: an overview of current cardiac output monitoring methods.
F1000Research 2016;5: 2855.

Ramsingh D, Alexander B, Cannesson M. Clinical review: does it matter which


hemodynamic monitoring system is used? Crit Care 2013;17(2):208.

Adler AC, Sharma R, Higgins T, Mc-Gee WT. Hemodynamic assessment and


monitoring in the Intensive Care Unit: an Overview. J Anesthesiol Crit Care
Med. 2014;1(4):010.

Kipnis E, Ramsingh D, Bhargava M, Dicer E, Cannesson M, Broccard dkk.


Monitoring in the intensive care. Crit Care Res Pract. 2012;2012:473507.

Anda mungkin juga menyukai