Anda di halaman 1dari 12

Pemantauan Hemodinamik Invasif pada Pasien Kritis

Kelompok 10:

1. Ayu Ici Kumala Diarti (0432950316003)


2. Cindi Amelia (0432950316006)
3. Deni Malik Saputra (0432950316007)
4. Desanta Sibero Sari (0432950316008)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANI SALEH


JURUSAN KEPERAWATAN S1
BEKASI 2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa berkat
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.

Makalah ini kami beri judul “Pemantauan Hemodinamik Invasif pada Pasien Kritis”.
Pembahasadalam makalah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah pemantauan
hemodinamik invasif pada pasien kritis.

Kami menyadari sepenuhnya, bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Dikarenakan terbatasnya sumber, dan pengalaman yang kami miliki. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah selanjutnya.
Terakhir kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua.

Bekasi, Oktober 2019

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................iii

DAFTAR ISI.................................................................................................................................iv

BAB I.............................................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN......................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang...................................................................................................... .........1


1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................2
1.3 Tujuan.................................................................................................................2
1.4. Manfaat...............................................................................................................3
1.4.1 Manfaat Praktis...............................................................................................3
1.4.2 Manfaat Teoretis.............................................................................................3
BAB II............................................................................................................................................ 4

PEMBAHASAN............................................................................................................................ 4

2.1 Definisi BPPV.............................................................................................4


2.2 Definisi Bandt Daroff dan Epley Manuver Exercise..................................4
2.3 Tanda dan Gejala.........................................................................................5
2.4 Patofisiologi................................................................................................5
2.5 Pemeriksaan diagnostik...............................................................................6
2.6 Pengobatan..................................................................................................7
BAB III.........................................................................................................................................19

PENUTUP................................................................................................................................... 19

4.1 Kesimpulan dan Saran........................................................................................ 19

4.2 Rekomendasi....................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hemodinamik adalah aliran darah dalam sistem peredaran tubuh, baik melalui sirkulasi
besar maupun sirkulasi dalam paru – paru. Dalam kondisi normal, hemodinamik akan selalu
dipertahankan dalam kondisi yang fisiologis dengan kontrol neurohormonal. Namun, pada
pasien–pasien kritis mekanisme kontrol tidak melakukan fungsinya secara normal sehingga
status hemodinamik tidak stabil. Monitoring hemodinamik menjadi komponen yang sangat
penting dalam perawatan pasien–pasien kritis karena status hemodinamik yang dapat berubah
dengan sangat cepat.

Berdasarkan tingkat keinvasifan alat, monitoring hemodinamik dibagi menjadi


monitoring hemodinamik non invasif dan invasif. Meskipun sudah banyak kemajuan dalam
teknologi dibidang kesehatan, pemantauan secara invasif masih jadi gold standart
monitoring. Variabel yang selalu diukur dalam monitoring hemodinamik pasien kritis dengan
metode invasif meliputi: tekanan darah arteri, tekanan vena sentral, tekanan areteri pulmonal.

Monitoring hemodinamik hampir selalu menggunakan kateter intravaskuler, tranducer


tekanan dan sistem monitoring. Adapun tujusn monitoring hemodinamik secara invasif, yaitu
deteksi dini untuk identifikasi terhadap kondisi klinis seperti gagl jantung dan tamponade,
evaluasi segera dari respon pasien terhadap suatu intervensi seperti obat – obatan, serta
evaluasi efektifitas fungsi kardiovaskuler seperti cardiac output dan indeks.

Monitoring hemodinamik yang dilakukan secara terus menerus, berguna untuk


mengetahui perubahan – perubahan pada status hemodinamik pasien sehingga penanganan
akan lebih cepat dilakukan dan menghasilkan prognosis yang lebih baik.

1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam makalah ini adalah:
1. Apa definisi hemodinamik?
2. Apa saja tujuan monitoring hemodinamik invasif?
3. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi monitoring hemodinamik?
4. Apa saja macam-macam monitoring hemodinamik?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimanakah pemantauan hemodinamik secara invasif pada
pasien kritis.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi hemodinamik.
2. Untuk mengetahui tujuan monitoring hemodinamik.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi monitoring hemodinamik.
4. Untuk mengetahui macam-macam monitoring hemodinamik.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Hemodinamik

Hemodinamik adalah pemeriksaan aspek fisik sirkulasi darah, fungsi jantung dan
karakteristik fisiologis vascular perifer (Mosby 1998, dalam Javan dan Ewens 2009).
Pemantauan hemodinamik dikelompokkan menjadi non invasif dan invasif.

Pemantauan (monitoring) hemodinamik pasien kritis dengan metode invasif meliputi


tekanan darah arteri, tekanan vena sentral dan tekanan arteri pulmonal.

2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hemodinamik


1) Penyakit dapat mempengaruhi hemodinamik pasien seperti adanya gangguan pada organ
jantung, paru-paru, ginjal yang merupakan pusat sirkulasi. Terlebih jika penyakit tersebut
terjadi di sistem kardiovaskuler dan pernapasan.
2) Obat-obatan atau terapi seperti analgetik dan sedasi dapat mempengaruhi status
hemodinamik, contohnya adalah morfin yang dapat meningkatkan frekuensi pernapasan.
3) Status psikologi (psychological distress tentu saja akan mempengaruhi hemodinamik,
karena respon tubuh ketika stress akan memaksa jantung bekerja lebih cepat.
4) Aktivitas berlebih akan meningkatkan kerja jantung, dan hal tersebut akan mempengaruhi
status hemodinamik.
5) Mode ventilator yang digunakan dapat mempengaruhi hemodinamik karena setiap mode
memiliki fungsi masing-masing salah satunya melatih/memaksa pasien untuk bernafas
secara spontan.

2.3 Tujuan Monitoring Hemodinamik Invasif


Tujuan monitoring hemodinamik secara invasif yaitu:
1. Deteksi dini terhadap penyakit gagal jantung dan tamponade
2. Evaluasi segera dari respon pasien terhadap pengobatan

3
3. Evaluasi efektifitas fungsi kardiovaskular seperti cardiac output dan intake

2.4 Macam-macam Monitoring Invasif


2.4.1 Monitoring Tekanan Darah Arteri
Monitoring dilakukan dengan pemasukan kateter ke lumen pembuluh darah dan
disambungkan ke system transducer. Tekanan intra arteri melalui kateter akan
dikonversikan menjadi sinyal elektrik oleh tranducer lalu disebar dan diteruskan pada
osciloskope, kemudian diubah menjadi gelombang dan nilai digital yang tertera pada
layar monitor.
a) Indikasi
1. Pada pasien dengan kondisi kritis yang akan dilakukan operasi bedah mayor
sehingga apabila ada perubahan tekanan darah yang mendadak dapat secepatnya
terdekteksi.
2. Pada pasien yang memerlukan pemeriksaan analisa gas darah. Contoh pasien
dengan gagal nafas, terpasang ventilasi mekanik, gangguan asam basa dan
pasien yang sering dilakukan pengambilan sampel arteri secara rutin.

b) Kontra indikasi
1. Pasien dengan perifer vascular disease
2. Pasien dengan terapi anti kuagulan (terapi trombolitik)
3. Penusukan kanulisasi arteri pada area yang mudah terjadi infeksi, seperti kulit
yang lembab, mudah berkeringat pada area yang sebelumnya pernah dilakukan
bedah vascular.

c) Persiapan alat
1. Sistem flusing yang terdiri dari:
Cairan Nacl 500 ml yang sudah diberi heparin 500 UI (perbandingan Nacl 0,9%
dengan heparin 1:1) masukan dalam pressure bab diberi tekanan 300 mmHg.
2. Basic element (tranducer holder), tranducer/pressure cable.
3. Monitor, monitoring kit (single, double, triple lumen)

4
4. Manometer line
5. 3 way
6. Abocath no 22-18
7. Sarung tangan steril
8. Alcohol, betadine, kassa, lidocaine, spuit

d) Lokasi pemasangan kateter arteri


Lokasi penempatan kateter intra arteri meliputi arteri radialis, brachialis, femoralis,
dorsalis pedis, arteri atilaris. Pertimbangan penting pada penyelesaian lokasi insesi
katiter, adanya sirkulasi darah kolateral yang adekuat kenyamanan pasien dan
menghindari area yangberisiko tinggi mudah terjadi infeksi.

e) Penatalaksanaan
1. Perawat harus memastikan bahwa transducer ditempatkan pada titik referensi
O
2. Kualitas bentuk gelombang harus dievaluasi sebelum membaca hasil
3. Gambaran harus jelas, dengan komponen bentuk gelombang tekanan mudah
inditifikasi, adanya defresi harus dikoreksi
4. System harus dalam posisi nol dan dikalibrasi sedikitnya tiap 8 jamdan setiap
saat pembacaan berubah secara bermakna

2.4.2 Monitoring Tekanan Darah Vena Sentral


Tekanan vena sentral merefleksikan tekanan darah di atrium kanan atau vena kava.
a. Indikasi
1. Mengetahui fungsi jantung
2. Mengetahui fungsi ventrikel kanan
3. Mengetahui fungsi ventrikel kiri
4. Menentukan dan mengukur status volume intra vascular
5. Memberikan cairan, obat-obatan dan nutrisi parenteral
b. Kontra indikasi
1. Infeksi pada tempat insersi

5
2. Renal call tumor yang menyebar keatrium kanan, atau
3. Large triskuspid value vegatious (sangat jarang)

c. Persiapan alat untuk pemasangan kateter vena sentral


1. Sistem flusing: cairan NaCl 0,9% 500 mlyang sudah diberi heparin 500 UI
(perbandingan cairan dengan heparin 1:1), masukan dalam pressure bag dan beri
tekanan 300 mmHg
2. Instrument CVP set (pinset anatomi dan cirugis, naufooder, duk lubang, gunting
CVP set (1,5 lumen)
3. Monitoring kit, monitor
4. Manometer line
5. Tranduser
6. 3way
7. Benang mersik 338, bisturi
8. Sarung tangan steril, daun steril, tutup kepala, masker, kassa, betadine

d. Teknik pengukuran vena sentral


1. Cuci tangan
2. Yakinkan kateter tidak tidak tertekuk/jika ada cairan yang mengalir, stop
sementara
3. Atur posisi tidur yang nyaman bagi pasien (supine-semi fowler)
4. Lakukan kalibrasi
5. Perhatikan pada monitor morfologi gelombang hingga nilai tekanan vena sentral
keluar
6. Perhatikan klinis, nilai tekanan sebelumnya, dan nilai yang ada saat itu
7. Dokumentasikan nilai tekanan vena sentral
8. Cuci tangan

2.4.3 Monitoring Tekanan Arteri Pulmonal


a. Indikasi

6
1. Pasien dalam resiko tinggi: EF rendah, gagal jantung akut, hipertensi pulmonal
dan instabilitas hemodinamik
2. Pasca operasi bedah jantung secara konservatif

b. Teknik pengukuran tekanan arteri pulmonal


1. Cuci tangan
2. Atur posisi yang nyaman saat pengukuran, posisi sampai dengan posisi tidur
lebih tinggi 60° Pengukuran pada posisi duduk tidak dianjurkan. Pada posisi
tidur miring 30°-90° dapat dilakukan selama prinsip sudut yang terbentuk
dengan posisi miring tersebut diperhatikan.
3. Yakinkan bahwa kateter yang terpasang tidak ada yang terlipat, cairan yang
masuk, berada pada posisi yang tepat
4. Lakukan kalibrasi
5. Perhatikan nilai yang ada pada monitor dan dikolerasikan dengan morfologi
gelombang yang tampak pada monitor dengan pasien
6. Dokumentasikan yang ada
7. Cuci tangan

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Monitoring hemodinamik adalah hal yang esensial dalam perawatan pasien kritis.
Monitoring hemodinamik dibagi menjadi monitoring invasif dan non invasif. Variabel yang
selalu di evaluasi dalam pemantauan tekanan darah secara invasif meliputi tekanan darah
arteri, tekanan vena sentral, dan tekanan arteri pulmoner.

Prinsip pengukuran yang digunakan secara umum hampir sama yaitu dengan
memasukan kateter kelumen pembuluh darah dan disambungkan kesistem tranducer.
Tekanan darah akan melalui kateter dan akan dikonversi menjadi sinyal elektrik oleh
tranducer yang kemudian akan diterusakan ke osciloskope dan diubah menjadi gelombang
dan nilai digital yang tertera pada layar monitor.

Monitoring hemodinamik bertujuan untuk mengidentifikasi perubahan status


hemodinamik secara dini sehingga dapat dilakukan intervensi segera, untuk evalusai segera
respon pasien terhadap suatu intervensi seperti obat-obatan, evaluasi efektivitas fungsi
kardiovaskuler seperti cardiac output dan indeks.

3.2 Saran
Disarankan bagi pembaca, monitoring hemodinamik ini perlu dipelajari dan dipahami.

8
DAFTAR PUSTAKA

Boldt, J. (February 2002 Vol 6 No. 1). Clinical review: hemodinamic monitoring in the intensive
care unit. Critical care, 52-59.
Ramsingh, D., Alexander, B., & Cannesson, M. (2013). Clinical review: does it matter which
hemodynamic monitoring system is used? Critical care, 1-13.
Scheer, B. V., Perel, A., & Pfeiffer, U. J. (June 2002 Vol 6 No. 3). Clinical review:
complications and risk factors of peripheral arterial catheters used for haemodynamic
monitoring in anaesthesia and intensive care medicine. Critical care, 198-204.
Vincent, J. L. (2011). Clinical review: update on hemodynamic monitoring - a consensus.
Critical care, 1-8.

Anda mungkin juga menyukai