Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KELOMPOK

MAKALAH KEGAWAT DARURATAN KARDIOVASKULER


PEMANTAUAN STATUS HEMODINAMIK
INVASIF DAN NONINVASIF

Disusun Oleh:
1. ADAM PRIAKASA NIM : 221122001
2. BAZOFI ISMAIL HARAHAP NIM : 221122003
3. MITUN NIM : 221122007
4. NUR AYU NIM : 221122019

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN SINGKAWANG


POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kepada Allah SWT, yang telah
melimpajkan rahmat dan karunia Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah kegawatdaruratan kardiovaskuler dengan
judul pemantauan status hemodiamik invasif dan non invasif.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu kami
mengharapkan saran dan masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dalam
pembelajaran keperawatan.

Singkawang, September 2022

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian ...................................................................................... 3
B. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Hemodinamik ..................... 3
C. Pemantauan Hemodinamik ............................................................ 4
1. Pemantauan Hemodinamik Non invasif .................................. 4
2. Pemantauan Hemodinamik Invasif .......................................... 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemantauan hemodinamik pasien merupakan sarana untuk menilai
status sistem kardiovaskuler seorang pasien apakah berfungsi baik dengan
menggunakan alat-alat monitor medis dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari seluruh rangkaian proses pengumpulan data penyakit dan kondisi
klinis pasien mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan berbagai pemeriksaan
penunjang lain yang diperlukan sesuai dengan indikasi.
Hasil pemantauan hemodinamik yang diperoleh nantinya akan
digabungkan dengan seluruh kondisi klinis pasien, sehingga perawat dan juga
dokter dapat dengan tepat menentukan intervensi terhadap gangguan kardiovaskuler
yang timbul pada pasien. Berapa banyak parameter hemodinamik pasien yang akan
dipantau tergantung dari kondisi penyakit penderita, sarana-prasarana alat monitor
hemodinamik yang tersedia di rumah sakit tersebut, serta ketrampilan perawat serta
dokter memasang peralatan monitor tersebut dan ketepatan menginterpretasikan
data-data yang diperoleh untuk mengoptimalkan kondisi pasien.
Seiring dengan perkembangan ilmu keperawatan, maka perawat bukan
hanya dituntut untuk bisa melakukan pemeriksaan dan mengoperasikan alat
pemantauan hemodinamik saja, selain itu juga harus mampu menginterpretasikan
hasilnya agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan koprehensif.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penyusun mengambil beberapa
rumusan masalah yang menjadi fokus pembahasan :
1. Apa yang dimaksud dengan status Hemodinamik?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi Hemodinamik?
3. Apa yang dimaksud dengan pemantauan Hemodinamik Invasif?
4. Apa yang dimaksud dengan pemantauan Hemodinamok non Invasif?

1
C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan status Hemodinamik.
2. Mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Hemodinamik.
3. Mengetahui bagaimana pemantauan Hemodinamik Invasif.
4. Mengetahui bagaimana pemantauan Hemodinamik non Invasif.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Hemodinamika adalah ilmu yang mempelajari peredaran darah dan
daya yang berperan didalamnya. Hemodinamika erat kaitannya dengan mekanisme
sikulasi darah dalam tubuh. Sistem peredaran darah terdiri dari jantung dan
pembuluh darah bercabang yang luas, yang fungsi utamnya adalah transportasi
oksigen, nutrisi dan zat-zat lain serta panas ke seluruh tubuh.
Dalam konteks medis istilah hemodinamik merujuk pada ukuran dasar
fungsi kardiovaskuler seperti tekanan arteri atau curah jantung. Hemodinamik
berfungsi untuk mengaliran darah bersih yang banyak mengandung oksigen dan
nutrisi untuk menghasilkan energi yang diperlukan organ-organ vital dan non vital
tubuh serta untuk mengangkut sisa-sisa metabolisme ke sistim pembuluh darah
vena (Robert Hotman Sirait, 2020).
Status Hemodinamik adalah suatu gambaran kondisi mekanisme
sirkulasi darah dalam tubuh yang diukur berdasarkan nilai normal dari hasil
pemeriksaan. Hemodinamik dikatakan baik bila volume/ komponen darah cukup,
kontraktilitas jantung baik, dan tahanan pembuluh darah sistemik (systemic
vascular resistancy) baik sehingga semua organ-organ tubuh dapat berfungsi
dengan baik (Robert Hotman Sirait, 2020).
Dalam kondisi normal, hemodinamik akan selalu dipertahankan dalam
kondisi yang fisiologis dengan kontrol neurohormonal. Namun, pada pasien-pasien
kritis mekanisme kontrol tidak melakukan fungsinya secara normal sehingga status
hemodinamik tidak akan stabil.

B. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Hemodinamik


Faktor-faktor yang mempengaruhi hemodinamik pasien ICU antara lain
adalah (Jevon & Ewens, 2009):

3
1. Penyakit dapat mempengaruhi hemodinamik pasien seperti adanya gangguan
pada organ jantung, paru-paru, ginjal dimana pusat sirkulasi melibatkan ketiga
organ tersebut terutama jika terjadi di sistem kardiovaskular dan pernafasan.
2. Obat-obatan / terapi seperti analgesik dan sedasi dapat mempengaruhi status
hemodinamik, contohya adalah morfin dimana obat tersebut dapat
meningkatkan frekuensi pernafasan.
3. Status psikologi yang buruk atau psychological distress tentu saja akan
mempengaruhi hemodinamik, karena respon tubuh ketika stres memaksa
jantung untuk bekerja lebih cepat.
4. Aktifitas yang berlebih akan meningkatkan kerja jantung, dan hal tersebut akan
mempengaruhi status hemodinamik.
5. Mode ventilator yang digunakan mempengaruhi hemodinamik karena setiap
mode memiliki fungsi masing-masing salah satunya melatih/memaksa pasien
untuk bernafas secara spontan.

C. Pemantauan Hemodinamik
Pemantauan hemodinamik merupakan pengukuran terhadap sistem
kardiovaskuler yang dilakukan menjadi 2 bagian yaitu monitoring invasif dan non
invasif. Tujuan monitoring ini dilakukan untuk mendeteksi dini syok yang terjadi
pada kondisi pasien seperti gagal jantung atau temponade, memberikan informasi
mengenai keadaan pembuluh darah, jumlah darah dalam tubuh, dan kemampuan
jantung untuk memompakan darah, selain itu monitoring hemodinamik juga dapat
menentukan terapi yang sesuai untuk kebutuhan dan pemantauan respons terhadap
terapi yang diberikan pada pasien kritis (Hidayati, 2018).

1. Pemantauan Hemodinamik non invasif


Pemantauan hemodinamik non invasif atau pemantauan secara tidak
lansung terhadap status mekanisme sirkulasi darah dilakukan dengan beberapa
cara sebagai berikut:

4
a. Pengukuran tekanan darah arterial
Tekanan darah adalah tekanan pada dinding pembuluh darah
arteri. Tekanan darah sistolik adalah tekanan darah yang dihasilkan sewaktu
jantung memompakan darah ke sirkulasi sistemik (saat katub aorta
membuka), tekanan darah diastolik adalah tekanan darah yang dihasilkan
saat katub aorta menutup. Pengukuran tekanan darah arterial secara tidak
lansung dapat dilakukan dengan cara palpasi, auskultasi, serta monitor
dengan menggunakan bantuan alat.
b. Pengukuran suhu tubuh
Peningkatan suhu tubuh dapat mengakibatkan pasien kehilangan
cairan dan elektrolit, dehidrasi hipernatremia (peningkatan natrium) dapat
meningkatkan suhu, penurunan suhu tubuh dapat diakibatkan oleh
hipovolemia, pada kekurangan cairan yang berat, suhu rektal dapat turun
sampai 35ºC (Hidayati, 2018)
Penjelasan pengukuran suhu tubuh menurut (Hidayati, 2018)
Suhu dewasa normal antara 36,5º - 37,5ºC, pengukuran suhu dilakukan
minimal 2 (dua) kali sehari. Membandingkan antara suhu inti (core
temperature:suhu esophagus, tympani, atau rectal) dengan suhu ekstremitas
(ujung-ujung jari tangan atau kaki), semakin jauh jaraknya maka semakin
kuat adanya dugaan terjadinya vasokontriksi pada pasien. Di mana
vasokontriksi bisa jadi merupakan kompensasi dari gangguan jantung atau
volume.
c. Pengukuran denyut nadi
Denyut nadi merupakan proses berapa kalinya arteri
berkontraksi dalam satu menit yang ditandai sebagai respon detak jantung,
sedangkan pasien dengan curah jantung yang rendah akan menunjukkan
detak nadi yang lemah (Hidayati, 2018). Denyut nadi diukur dengan meraba
nadi radialis dan brachialis. Denyut nadi harus dihitung selama 1 menit
(untuk mendeteksi apabila ritme tidak teratur) dan denyut nadi harus
dihitung ketika pasien dalam keadaan istirahat. Denyut nadi normal untuk
orang dewasa adalah 60-100 kali/menit.

5
d. Tekanan Vena Jugularis
Peningkatan tekanan vena jugularis dapat diperkirakan dari
distensi vena jugularis eksterna Vena-vena leher akan mengalami distensi
bila kepala ditempatkan sejajar dengan lantai diatas tempat tidur dan vena-
vena leher akan kolaps bila ditempatkan pada ketinggian 30-40 derajat.
e. Capillary Reffil Time (CRT)
Capillary refill time (CRT) adalah tes yang dilakukan dengan
cepat pada daerah kuku untuk menilai jumlah aliran darah (perfusi) ke
jaringan dan untuk menilai ada tidaknya dehidrasi. Pemeriksaan CRT
dilakukan dengan cara tangan pasien yang akan diperiksa dipengang dan
diangkat lebih tinggi dari jantung untuk mencegah refluks aliran darah vena,
kemudian kuku jari tangan ditekan secara lembut sampai berwarna putih
lalu dilepaskan. Waktu yang dibutuhkan kuku untuk kembali ke warna
semula (merah) setelah tekanan dilepaskan di hitung. Jika perfusi baik aliran
darah ke daerah kuku akan baik, pada orang dewasa warna kuku akan
kembali ke warna semula kurang dari dua detik. CRT yang memanjang
dapat juga ditemukan pada pasien hipervolemia yang mengalami
ekstravasasi cairan dan penurunan curah jantung dan jatuh pada keadaan
syok.
f. Produksi Urin
Walaupun produksi urin sebagian besar menggambarkan
kecukupan perfusi ginjal, namun produksi urin sering juga digunakan
sebagai petunjuk adekuatnya curah jantung. Curah jantung dipengaruhi oleh
tekanan darah, volume darah, tingkat hidrasi dan obat-obatan yang sedang
digunakan. Bila perfusi ginjal cukup, produksi urin akan lebih dari 0,5 ml/
kg BB/ jam. Untuk menjaga perfusi ginjal tetap adekuat, tekanan arteri rata-
rata (mean arterial pressure = MAP) harus dipertahankan sekitar 70 - 90
mmHg.
g. Frekuensi Nafas
Frekuensi napas merupakan indikator utama dari gangguan atau
disfungsi sel, penilaian ini adalah indikator fisiologis yang harus dipantau

6
dan di monitor secara teratur, jika terjadi frekuensi kedalaman pernapasan
yang pada awalnya meningkat akan menunjukkan respons terjadinya
hipoksia (Hidayati, 2018). Normal RR (Respiratory Rate) adalah 12 – 20
x/menit. RR dihitung minimal selama 30 detik, jika RR pasien berada di
luar parameter RR normal, maka RR pasien akan dihitung selama satu
menit penuh untuk memastikan akurasi dan mengevaluasi irama pernapasan
pasien. Selain RR, kita juga harus menilai irama napas, amplitude
(kedalaman) napas, simetris atau tidak, serta effort yang dikeluarkan pasien
untuk bernapas.
h. Saturasi Oksigen
Pulse oximetry merupakan alat yang berfungsi untuk mengukur
saturasi oksigen dalam darah arteri. Normal saturasi oksigen normal adalah
antara 95 – 98%. Jika saturasi oksigen <90% akan berkolerasi dengan kadar
oksigen darah yang sangat rendah dan membutuhkan penanganan yang
segera.
i. Elektrokardiogram
Elektrokardiogram adalah alat perekam aktifitas listrik jantung
yang dihasikan oleh sel-sel miokard, dapat digunakan untuk menegakkan
kelainan jantung. Intra operatif rutin digunakan untuk mendeteksi disritmia,
iskemia miokard, gangguan konduksi, dan gangguan elektrolit.

2. Pemantauan Hemodinamik Invasif


Pemantauan Hemodinamik Invasif atau disebut juga pemantauan
mekanisme peredaran darah lansung yang biasanya dilakukan dengan tindakan
yang mempengaruhi keutuhan jaringan tubuh. Pemantauan parameter
hemodinamik invasif dapat dilakukan pada arteri, vena sentral ataupun arteri
pulmonalis.
a. Pemantauan Tekanan Darah Arteri
Pengukuran tekanan darah arteri secara invasif dilakukan
dengan memasukkan kateter ke lumen pembuluh darah arteri dan
disambungkan ke sistem transducer. Tekanan intra arteri melalui kateter

7
akan dikonversi menjadi sinyal elektrik oleh tranducer lalu disebar dan
diteruskan pada osciloskope, kemudian diubah menjadi gelombang dan nilai
digital yang tertera pada layar monitor.
Lokasi penusukan kateter/kanul dapat dilakukan di arteri
radialis, arteri ulnaris, arteri brakialis, arteri femoralis, arteri dorsalis pedis,
arteri tibialis posterior dan arteri aksilaris, Kanula melalui transdusor
dihubungkan ke manometer atau unit pencatat gelombang arteri. Dengan
teknik kanulasi, tekanan arteri dapat diukur secara langsung dan terus
menerus.
Adapun indikasi dilakukannya pemantauan tekanan darah arteri
secara invasif adalah:
1) Untuk memantau tekanan darah secara terus menerus pada pasien
dengan kondisi kritis atau pada pasien yang akan dilakukan prosedur
operasi bedah mayor sehingga apabila ada perubahan tekanan darah
yang terjadi mendadak dapat secepatnya dideteksi dan diintervensi, atau
untuk evaluasi efek dari terapi obat-obat yang telah diberikan.
a) Prosedur operasi bedah mayor seperti : CABG, bedah thorax,
bedah saraf, bedah laparotomy, bedah vascular
b) Pasien dengan status hemodinamik tidak stabil.
c) Pasien yang mendapat terapi vasopressor dan vasodilator.
d) Pasien yang tekanan intrakranialnya dimonitor secara ketat.
e) Pasien dengan hipertensi krisis, dengan overdiseksi aneurisma
aorta.
2) Pemeriksaan serial Analisa Gas Darah
a) pasien dengan gagal napas.
b) pasien yang terpasang ventilasi mekanik.
c) pasien dengan gangguan asam basa (asidosis/ alkalosis).
d) pasien yang sering dilakukan pengambilan sampel arteri secara
rutin.

8
b. Monitoring Tekanan Darah Vena Sentral.
Tekanan vena sentral merupakan tekanan pada vena besar
thorak yang menggambarkan aliran darah ke jantung. Tekanan vena sentral
merefleksikan tekanan darah di atrium kanan atau vena kava. Tekanan vena
sentralis dapat dipantau dengan menginsersikan kateter ke dalam vena besar.
Penusukan dapat dilakukan melalui vena jugularis interna, vena subklavia,
vena brakhialis dan vena femoralis sampai posisi ujung kateter diatas
pertemuan vena cava superior dengan atrium kanan.
c. Monitoring Tekanan Arteri Pulmonal.
Monitoring tekanan arteri pulmonal dilakukan dengan cara
kateterisasi arteri pulmonalis, pertama kali dipergunakan oleh Swan dan
Ganz ke dalam praktek di kamar bedah untuk memonitor hemodinamik
pasien yang tidak stabil dan di unit perawatan intensif karena keterbatasan
jalur vena sentralis menilai perobahan dini gagal ventrikel kiri. Pada pasien-
pasien tidak stabil, dengan diketahuinya nilai curah jantung dan tekanan
oklusi arteri Pulmonalis hal ini dapat digunakan memandu terapi
hemodinamik untuk memastikan perfusi organ.

9
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Status Hemodinamik merupakan kondisi yang menggambarkan
mekanisme sistem peredaran darah dalam tubuh dimana jantung menjadi organ
utama yang paling berperan. Pemantauan status hemodinamik sangat berperan
penting dalam memberikan informasi tentang kondisi kesehatan pasien terutama
pada pasien kritis. Dengan status hemodinamik maka perawat akan mampu
mengidentifikasi perubahan status hemodinamik secara dini sehingga dapat
dilakukan intervensi segera, untuk evaluasi segera respon pasien terhadap suatu
intervensi seperti obatobatan dan dukungan mekanik, dan evaluasi efektifitas fungsi
kardiovaskuler seperti cardiac output.

10
DAFTAR PUSTAKA

Hidayati, A. N. (2018) Gawat Darurat Medis dan Bedah. Surabaya: Airlangga


Universitty Press (AUP).
Jevons and Ewens (2009) Pemantauan Pasien Kritis Edisi 2. Jakarta: Erlangga.
Sirait, Robert Hotman (2020) Buku Ajar Pemantauan Hemodinamik Pasien. Jakarta:
UKI Press.
Hasibuan, Olivia Rahayu (2020). Monitoring Hemodinamik. Diakses pada tanggal 8
September 2022, dari
https://www.academia.edu/44420358/MONITORING_HEMODINAMIK
Juliarta, I Gede dan Nada, I Ketut Wibawa. Monitoring Hemodinamik Invasif. Diakses
pada 8 September 2022, dari
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/bf2fc95b09b4650e227b1936755
42154.pdf

11

Anda mungkin juga menyukai