Anda di halaman 1dari 24

MONITORING HEMODINAMIKA, DRUGS DAN DEFIBRILATOR

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Kritis Dosen


Pembimbing: Parta Suhanda, S.Kp, M.Biomed AIFM

Disusun Oleh :
Kelompok 4

Julfianas Bekti Wahyuni (P2790522019)


Khairunnisa Bakhitah (P2790522020)
Komarudin (P2790522021)
Lency Cahyaningsih (P2790522022)
Ligar Pitaloka (P2790522023)
Mahda Fattwa Rossihan (P2790522024)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


BANTEN JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN 2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena kami dapat menyelesaikan makalah ini. Penyusunan makalah ini
disusun untuk memenuhi Mata Kuliah Keperawatan Kritis yang berjudul
“Monitoring Hemodinamika, Drugs Dan Defibrilator”.

Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan,


bimbingan, dukungan dan arahan dari berbagai pihak yang sangat berharga,
baik secara moril maupun materil, baik langsung ataupun tidak langsung.
Penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Selain itu juga bisa dijadikan sumber bacaan untuk menambah wawasan.

Penulis menyadari, bahwa apa yang disajikan dalam makalah ini


mungkin belum seperti yang diharapkan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritikan, saran, dan masukan yang bersifat membangun dari
semua pihak.

Tangerang, 20 Juli 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.....................................................................................................
B. Rumusan Masalah...............................................................................................
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Manajemen Sirkulasi...........................................................................................
B. Krisis Hipertensi..................................................................................................
C. Disritmia..............................................................................................................
D. Sindrom Koroner Akut......................................................................................
E. Decompensasi Cordist.......................................................................................
F. Cardiac Arrest....................................................................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................................
B. Saran..................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hemodinamik yang berarti harfiah "gerakan darah" adalah studi
tentangdarah aliran atau sirkulasi. Semua sel hewan membutuhkan oksigen
(O2) untuk konversi karbohidrat, lemak dan protein menjadi karbon dioksida
(CO2), air dan energi dalam proses yang dikenal sebagai respirasi aerobik.
Hemodinamik merupakan bagian penting dari fisiologi kardiovaskular
berhubungan dengan kekuatan pompa (jantung) telah mengembangkan untuk
mengedarkan darah melalui sistem kardiovaskular. Sirkulasi darah yang
memadai (alirandarah) adalah kondisi yang diperlukan untuk suplai oksigen yang
cukup ke seluruh jaringan, ini identik dengan kesehatan jantung.
Therapeutic Drug Monitoring (TDM) atau biasa yang dikenal dengan
Pemantauan Obat Terapeutik, artinya pemantauan kadar obat di dalam darah
yang memberikan efek terapeutik. TDM didefinisikan sebagai pengukuran
yang dilakukan di laboratorium terhadap parameter-parameter, dengan
interpretasi yang tepat, yang akan langsung mempengaruhi prosedur resep.
Umumnya pengukurannya adalah dalam matriks biologi dari xenobiotik yang
diresepkan, tetapi juga mungkin suatu senyawa endogen yang diresepkan
sebagai terapi pengganti pada individu yang secara fisiologis atau patologis
kekurangan senyawa tersebut.
Dalam melakukan proses defibrilasi sangat diperlukan alat medis yang
disebut defibrillator untuk melakukan proses defibrilasi. Defibrillator dapat
eksternal, transvenous, atau implan, tergantung pada jenis perangkat yang
digunakan atau dibutuhkan.beberapa unit eksternal yang dikenal dengan
defibrillator eksternal otomatis (AED), alat ini bisa digunakan oleh orang
bahkan tidak ada pelatihan sama sekali.

1
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan tentang monitoring dari hemodinamika?
2. Jelaskan tentang monitoring drugs?
3. Jelaskan tentang defibilator?

C. Tujuan
1. Mengetaui tentang monitoring hemodinamik.
2. Mengetahui tentang monitoring drugs.
3. Mengetahui tentang defibilator
.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Monitoring Hemodinamik
1. Definisi Hemodinamik
Hemodinamik adalah pemeriksaan aspek fisik sirkulasi darah, fungsi
jantung dan karakterisitik fisiologis vaskular perifer (Mosby 1998, dalam
Jevon dan Ewens 2009). Pemantauan Hemodinamik dapat dikelompokkan
menjadi noninvasif, invasif, dan turunan. Pengukuran hemodinamik penting
untuk menegakkan diagnosis yang tepat, menentukan terapi yang sesuai,
dan pemantauan respons terhadap terapi yang diberikan (gomersall dan Oh
1997, dalam Jevon dan Ewens 2009), pengukuran hemodinamik ini
terutama dapat membantu untuk mengenali syok sedini mungkin, sehingga
dapat dilakukan tindakan yang tepat terhadap bantuan sirkulasi (Hinds dan
Watson 1999, dalam Jevon dan Ewens 2009).
2. Hemodinamik Sistemik
Mayoritas yang signifikan dari semua penyakit kardiovaskular dan
gangguan terkait dengan disfungsi hemodinamik sistemik Hipertensi dan
gagal jantung kongestif adalah dua paling dikenal gangguan hemodinamik
sistemik. Jantung adalah driver sistem peredaran darah menghasilkan

2
cardiac output (CO) dengan berirama kontrak dan santai. Hal ini
menciptakan perubahan dalam tekanan regional dan dikombinasikan dengan
sistem katup kompleks dalam jantung dan pembuluh darah, memastikan
bahwa darah bergerak di sekitar sistem peredaran darah dalam satu arah.
The"memukul" jantung berdenyut menghasilkan aliran darah yang
dilakukan ke dalam arteri, melintasi sirkulasi mikro-dan akhirnya kembali
melalui sistem vena ke jantung. aorta, arteri utama, meninggalkan jantung
kiri dan hasil untuk membagi ke dalam arteri yang lebihkecil dan lebih kecil
sampai mereka menjadi arteriol, dan akhirnya kapiler, di mana transfer
oksigen terjadi.
Kapiler terhubung kevenula, di mana darah terdeoksigenasi lewat
dari sel-sel kembali ke darah, dan darah kemudian berjalan kembali melalui
jaringan pembuluh darah ke jantung kanan.
Sirkulasi mikro arteriol, kapiler, venula dan sebagian besar merupakan
wilayah dari sistem vaskular dan merupakan situs transfer O2, glukosa, dan
substrat enzimke dalam sel.
Sistem vena mengembalikan darah de-oksigen ke jantung kanan di
mana ia dipompa keparu-paru untuk menjadi oksigen dan CO2 dan limbah
gas lainnya dipertukarkan dan diusir saat bernafas.
Darah kemudian kembali ke sisi kiri jantung di mana ia mulai proses
lagi. Jelas jantung, pembuluh dan paru-paru semua aktif terlibat dalam
menjaga sel-sel sehat dan organ, dan semua hemodinamik pengaruh.
3. Faktor yang mempengaruhi hemodinamik
Hemodinamik yang kompeks dan luas tetapi mencakup CO, volume
cairan sirkulasi, respirasi, diameter pembuluh darah dan resistensi, dan
kekentalan darah. Masing-masing pada gilirannya dipengaruhi oleh faktor-
faktor fisiologis, faktor- faktor fisiologis hemodinamik :
a. Diet
b. Olahraga
c. Penyakit
d. Obat-obatan atau alkohol

3
e. Obesitas dan kelebihan berat badan
4. Monitoring Hemodinamik
Hemodinamik adalah aliran darah dalam system peredaran tubuh kita
baik melalui sirkulasi magna (sirkulasi besar) maupun sirkulasi parva (
sirkulasi dalam paru-paru).
Hemodinamik monitoring adalah pemantauan dari hemodinamik
status. Pentingnya pemantauan terus menerus terhadap status hemodinamik,
respirasi, dan tanda-tanda vital lain akan menjamin early detection bisa
dilaksanakan dengan baik sehingga dapat mecegah pasien jatuh kepada
kondisi lebih parah. Hemodinamik status adalah indeks dari tekanan dan
kecepatan aliran darah dalam paru dan sirkulasi sistemik.
Penyakit yg dapat timbul akibat perubahan status hemodinamik.
a. Gagal jantung,
b. Overload cairan,
c. Shock,
d. Hipertensi pulmonal dan banyak kasus
Dalam hal ini, Kritikal Care Nurse bukan hanya dituntut mampu
mengoperasikan alat pemantauan hemodinamik saja melainkan harus
mampu menginterpretasikan hasilnya.
a. Faktor penentu hemodinamik
1. Pre load : menggambarkan tekanan saat pengisian atrium kanan
selama diastolic digambarkan melalui Central Venous Pressure
(CVP). Sedangkan pre l oad ventricle kiri digambarkan melalui
Pulmonary Arterial Pressure (PAP).
2. Contractility : menggambarkan kekuatan otot jantung untuk
memompakan darah ke seluruh tubuh.
3. After load : menggambarkan kekuatan/tekanan darah yang
dipompakan oleh jantung. After load dipengaruhi oleh sistemik:
a. Sistemik vascular resistance
b. Sistemik pulmonary vascular resistance

4
Melalui monitoring beberapa parameter di bawah ini dapat diketahui
bagaimana perfusi sistemik seorang pasien yang menggambarkan
status hemodinamiknya.
5. Pendekatan Dasar
Pendekatan dasar untuk hemodinamik pemahaman adalah dengan
"perasaan denyut nadi". Ini memberikan informasi sederhana mengenai
kekuatan sirkulasi melalui langkah sistolik dan denyut jantung, kedua
komponen penting dari sirkulasi yang dapat diubah dalam penyakit.
Tekanan darah dapat hanya diukur dengan menggunakan
plethysmograph atau manset terhubung ke sensor tekanan (merkuri atau
aneroidmanometer). Ini adalah ukuran klinis yang paling umum dari
sirkulasi dan memberikan tekanan sistolik puncak dan diastolik tekanan,
sering dikutip sebagai 115/75 normal.
Tekanan darah sistolik. Tekanan nadi arteri dapat diukur dengan
menempatkan tonometer atau sensor tekanan pada permukaan kulit di atas
arteri. Ini menyediakan jejak tekanan terus-menerus atau pulsagelombang
tekanan arteri yang mencerminkan kinerja kardiovaskular (Fig1). Sebuah
non-invasif Doppler juga dapat digunakan untuk mengukur aliran darah
pada setiap titik dalamsirkulasi, termasuk dalam jantung, CO, dan dapat
dikonversi ke perbedaan tekanan menggunakan persamaan Bernoulli
dimodifikasi, ΔP = 4V2. Sebuah manometer invasif (sensor tekanan) dapat
dimasukkan ke dalam arteri di ujung kateter untuk mengukur tekananintra-
arteri pulsa memberikan informasi tentang kinerja kardiovaskular Yang
penting semualangkah-langkah ini harus disertai dengan ukuran CO
sehingga fungsi jantung dan pembuluh dapat dibedakan.
Hal ini memungkinkan untuk pemahaman yang lebih efektif dan
pengobatan dari sistem kardiovaskular. Jantung dan pembuluh darah tempat
tidur adalah bagian yang dinamis dan terhubung dari sistem peredaran darah
dan menggabungkan transportasi yang efisien untuk efek darah.
Sirkulasi dipengaruhi oleh hambatan dari tempat tidur vaskular
terhadap yang jantung memompa. Untuk jantung kanan ini adalah tempat

5
tidur pembuluh darah paru, menciptakan resistensi pembuluh darah paru
(PVR), sedangkan untuk sirkulasi sistemik ini adalah tempat tidur vaskular
sistemik, menciptakan resistensi vascular sistemik (SVR).
Pembuluh aktif mengubah diameter bawah pengaruh fisiologi atau
terapi, vasokonstriktor penurunan diameter pembuluh dan resistensi
meningkat, sedangkanvasodilatormeningkatkan diameterpembuluh dan
resistensi menurun. Sederhananya resistensi meningkat (penyempitan
pembuluh) CO menurun, dan sebaliknya penurunan resistensi (pelebaran
pembuluh) meningkatkan.
6. Peredaran Darah pada Manusia (Sistem Transportasi)
Transportasi adalah proses pengedaran berbagai zat yang diperlukan
ke seluruh tubuhdan pengambilan zat-zat yang tidak diperlukan untuk
dikeluarkan dari tubuh. Alat transportasi pada manusia terutama adalah
darah.
Di dalam tubuh darah beredar dengan bantuan alat peredaran darah
yaitu jantung dan pembuluh darah. Selain peredaran darah, pada manusia
terdapat juga peredaran limfe (getah bening) dan yang diedarkan melalui
pembuluh limfe.
Peredaran darah manusia merupakan peredaran darah tertutup dan
ganda atau rangkap.
a. Peredaran darah tertutup artinya dalam peredarannya darah selalu
mengalir di dalam pembuluh darah.
b. Peredaran darah ganda artinya dalam satu kali beredar, darah melalui
jantung sebanyak dua kali sehingga terdapat peredaran darah besar dan
peredaran darah kecil. Peredaran darah kecil yaitu peredaran darah
yang dimulai dari jantung menuju ke paru-paru.

7. Peredaran Darah Pada Manusia


a. Definisi
Jantung merupakan suatu organ otot berongga yang terletak di
pusat dada. Bagian kanan dan kiri jantung masing masing memiliki ruang

6
sebelah atas (atrium) yang mengumpulkan darah dan ruang sebelah
bawah (ventrikel) yang mengeluarkan darah. Agar darah hanya mengalir
dalam satu arah, maka ventrikel memiliki satu katup pada jalan masuk
dan satu katup pada jalan keluar.
b. Fungsi Jantung
Fungsi utama jantung adalah menyediakan oksigen ke seluruh
tubuh dan membersihkan tubuh dari hasil metabolisme (karbondioksida).
Jantung melaksanakan fungsi tersebut dengan mengumpulkan darah yang
kekurangan oksigen dari seluruh tubuh dan memompanya ke dalam paru-
paru, dimana darah akan mengambil oksigen dan membuang
karbondioksida; jantung kemudian mengumpulkan darah yang kaya
oksigen dari paru-paru dan memompanya ke jaringan di seluruh tubuh.
Pada saat berdenyut, setiap ruang jantung mengendur dan terisi
darah (disebut diastol); selanjutnya jantung berkontraksi dan memompa
darah keluar dari ruang jantung disebut sistol). Kedua atrium mengendur
dan berkontraksi secara bersamaan, dan kedua ventrikel juga mengendur
dan berkontraksi secara bersamaan.
Darah yang kehabisan oksigen dan mengandung banyak
karbondioksida dari seluruh tubuh mengalir melalui 2 vena besar (vena
kava) menuju ke dalam atrium kanan. Setelah atrium kanan terisi darah,
dia akan mendorong darah ke dalam ventrikel kanan. Darah dari ventrikel
kanan akan dipompa melalui katup pulmoner ke dalam arteri pulmonalis,
menuju ke paru-paru. Darah akan mengalir melalui pembuluh yang
sangat kecil (kapiler) yang mengelilingi kantong udara di paru-paru,
menyerap oksigen dan melepaskan karbondioksida yang selanjutnya
dihembuskan.
Darah yang kaya akan oksigen mengalir di dalam vena pulmonalis
menuju ke atrium kiri. Peredaran darah diantara bagian kanan jantung,
paru-paru dan atrium kiri disebut sirkulasi pulmoner.
Darah dalam atrium kiri akan didorong ke dalam ventrikel kiri,
yang selanjutnya akan memompa darah yang kaya akan oksigen ini

7
melewati katup aorta masuk ke dalam aorta (arteri terbesar dalam tubuh).
Darah kaya oksigen ini disediakan untuk seluruh tubuh, kecuali paru-
paru.
c. Darah ke Jantung
Otot jantung (miokardium) sendiri menerima sebagian dari
sejumlah volume darah yang mengalir melalui atrium dan ventrikel
suatu sistem arteri dan vena (sirkulasi koroner) menyediakan darah
yang kaya akan oksigen untuk miokardium dan kemudian
mengembalikan darah yang tidak mengandung oksigen ke dalam
atrium kanan.
Arteri koroner kanan dan arteri koroner kiri merupakan cabang
dari aorta; vena kardiak mengalirkan darah ke dalam sinurskoroner,
yang akan mengembalikan darah ke dalam atrium kanan.
Sebagian besar darah mengalir ke dalam sirkulasi koroner pada
saat jantung sedang mengendur diantara denyutnya (selama diastol
ventrikuler).
Jantung mempunyai empat ruang yang terbagi sempurna yaitu
dua serambi (atrium) dan dua bilik (ventrikel) dan terletak di dalam
rongga dada sebelah kiri di atas diafragma. Jantung terbungkus oleh
kantong perikardium yang terdiri dari 2 lembar :
a) lamina panistalis di sebelah luar
b) lamina viseralis yang menempel pada dinding jantung
8. Katup Jantung :
a. Katup atrioventikuler (valvula bikuspidal) yang terdapat di antara
serambi dan bilik jantung yang berfungsi mencegah aliran dari bilik
keserambi selama sistol.
b. Katup semilunaris (katup aorta dan pulmonalis) yang berfungsi
mencegah aliran balik dari aorta dan arteri pulmonalis kiri ke bilik
selama diastole.
Di dekat sel/jaringan terdapat suatu susunan kapiler yang
merupakan ‘ujung’ dari arteri/vena. Di kapiler ini terjadi pertukaran

8
cairan, zat makanan, elektrolit, hormon dan bahan lainnya dari pembuluh
darah ke jaringan/sel dan sebaliknya dari jaringan/sel ke pembuluh darah.
Untuk menyesuaikan dengan keadaan tubuh, pembuluh darah
dapat melebar dan menyempit yang biasa disebut dengan dilatasi
(melebar) dan konstriksi (menyempit). Hal ini dapat terjadi Karena pada
lapisan dinding pembuluh darah terdapat otot yang dapat berkontraksi dan
ber-relaksasi.
Sistem saraf otonom mengatur pola peredaran darah. Pengaturan ini
tidak dikendalikan oleh keinginan kita melainkan dapat berjalan secara
otomatis sesuai dengan keadaan dan kebutuhan tubuh. Tekanan darah,
kecepatan aliran darah dan jumlah denyut jantung per menit dapat diatur
oleh sistem ini.
Zat kimia lain seperti hormon dan beberapa obat dapat mengatur
peredaran darah. Misalnya adrenalin dapat meningkatkan denyut jantung.
Contoh lainnya adalah kafein dalam kopi selain merangsang saraf
pusat juga dapat meningkatkan denyut jantung.
9. Pembuluh Darah
Macam-macam pembuluh darah:
a. Arteri (pembuluh darah nadi), yaitu pembuluh darah yang membawa
darah keluar dari jantung.
Terdiri dari:
1) Arteri pulmonalis merupakan pembuluh nadi yang membawa darah
menuju paru-paru.
2) Aorta merupakan pembuluh darah besar yang membawa darah
menuju seluruh tubuh. Pada pangkal batang nadi terdapat klep
berbentuk bulan sabit (Valvula semilunaris) yang berfungsi untuk
menjaga aliran darah agar tetap searah.

b. Vena (pembuluh darah balik), yaitu pembuluh darah yang membawa


darah menuju ke jantung.

9
a. Vena Pulmonalis yaitu pembuluh darah yang membawa darah dari
paru-paru menuju ke jantung.
b. Vena cava inferior yaitu pembuluh darah yang membawa darah dari
bagian bawah tubuh menuju jantung.
c. Vena cava superior yaitu pembuluh darah yang membawa darah dari
bagian atas tubuh menuju ke jantung.
10. Pembuluh darah kapiler
Pembuluh darah halus, yang langsung berhubungan dengan jaringan
tubuh. Pada pembuluh darah kapiler terdapat hubungan antara pembuluh
darah arteri dengan pembuluh darah vena. Pembuluh darah kapiler tersusun
atas satu lapis sel pipih satu lapisan.
Semua jaringan tubuh berhubungan langsung dengan kapiler darah,
sehingga proses pertukaran menjadi lebih efisien. Pertukaran material dalam
pembuluh darah kapiler ke sel terjadi melalui mekanisme difusi, dan sistem
transport aktif. Aliran darah dalam kapiler lebih lambat sehingga
memungkinkan proses pertukaran menjadi lebih efektif
a. Venule : Pembuluh darah kapiler dari vena
b. Arteriole : Pembuluh darah kapiler dari arteri Perbedaan antara arteri
dengan vena

B. Monitoring Drugs
1. Therapeutic Drug Monitoring
Therapeutic Drug Monitoring (TDM) didasarkan pada asumsi bahwa
ada hubungan antara konsentrasi obat dalam cairan biologi dan efeknya,
yang mungkin dapat berguna bagi pelayanan pasien (patient care). TDM
merupakan proses pengukuran konsentrasi obat di dalam plasma (absorbsi,
distribusi, metabolisme) dalam rangka penyesuaian dosis obat agar
penggunaan obat dapat efektif dan aman. Tujuan utama dilakukannya TDM
adalah untuk meningkatkan outcome klinis pasien. Karena melalui TDM
variasi faktor-faktor farmakokinetik yang mempengaruhi aksi obat dalam
tubuh pasien dapat dikurangi dengan adanya penyesuaian dosis melalui

10
pemantauan konsentrasi obat dalam plasma.
2. Pengertian TDM 
Menurut The International Association for Therapeutic Drug
Monitoring and Clinical Toxicology, Therapeutic Drug Monitoring
didefinisikan sebagai pengukuran yang dilakukan di laboratorium dengan
parameter yang sesuai yang dapat mempengaruhi prosedur pelaksanaan.
Pengukuran tersebut dilakukan pada sekelompok obat tertentu dimana
memiliki hubungan lansung antara konsentrasi obat dalam serum dan respon
farmakologi dan yang diukur adalah matriks biologi dari xenobiotik,
maupun komponen endogen yang memiliki karakterisasi hampir sama
dengan fisiologi dan patofisiologi dengan individu yang mendapatkan
terapi. Therapeutic Drug Monitoring (TDM) juga dikenal dengan istilah
Drug Therapy Monitor yang artinya adalah Pengawasan terhadap kadar atau
tingkatan obat didalam darah (absorbs, distribusi, metabolisme) dalam
rangka penyesuaian dosis obat agar penggunaan obat dapat efektif dan
aman.
3. Proses TDM
Tim dari TDM antara lain ahli farmakologi klinik, farmasi klinik, ahli
analisis dan tenaga kesehatan yang terlibat dalam pelayanan kesehatan
pasien termasuk apoteker, dokter,maupun perawat. Proses TDM terdiri dari
empat komponen utama yang dimulai dan diakhiri dengan pelayanan pasien
(patient care). Komponen tersebut meliputi pre analisis, analisis, post
analisis dan pengaturan lingkungan. Pengaturan lingkungan merupakan
kondisi dan atmosfer disekitar proses analisis. Pre analisis terdiri dari empat
tahap. Tahap pertama dimulai dengan munculnya pertanyaan yang berkaitan
dengan kondisi medis pasien, pertanyaan tersebut muncul setelah klinisi
melakukan observasi terhadap pasien. Tahap kedua, klinisi menentukan tes
yang mungkin dapat menjawab pertanyaan tersebut, Tahap ketiga yaitu
klinisi meminta hasil tes dari pasien, dan tahap yang terakhir klinisi
mengambil sampel dan dikirim ke laboratorium klinis untuk
dianalisis. Komponen analisis, terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama yaitu

11
preparasi sampel meliputi kegiatan pengiriman sampel ke tempat analisis
dan pemisahan serum atau plasma dari sel darah untuk dianalisis. Tahap
kedua, melakukan analisis dengan menggunakan metode yang sesuai. Tahap
ketiga yaitu memverifikasi hasil analisis obat. Komponen post analisis
memiliki empat tahap. Tahap pertama, melaporkan hasil berupa hardcopy
atau softcopy atau dalam bentuk keduanya. Tahap kedua merupakan tahap
pendugaan terhadap hasil untuk memberikan solusi dari pertanyaan awal
yang muncul pada komponen pertama. Tahap ketiga yaitu klinisi
mengambil tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan pelayanan pasien
(patient care).
4. Fungsi TDM
TDM memiliki beberapa fungsi antara lain dalam hal pemilihan obat,
perancangan aturan dosis, penilaian respon penderita, pemantauan
konsentrasi obat dalam serum, penilaian secara farmakokinetik kadar obat,
penyesuaian kembali aturan dosis, dan adanya persyaratan khusus.
5. Faktor yang Mempengaruhi TDM
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi dilakukannya TDM, antara lain :
a. Faktor yang berhubungan dengan profil obat dalam darah
Meliputi kesalahan dosis, dosis terlewat, profil darah tidak sesuai
dengan pemberian dosis, waktu pemberian infus tidak tepat, profil
pemberian infus menjadi prioritas karena adanya pemberian obat lain,
dan profil darah yang tergambar didapat dari pengambilan darah pada
vena yang sama dengan pemberian infus.
b. Faktor yang berhubungan dengan dasar farmakokinetik
Meliputi level obat dalam darah yang diinginkan bukan steady
state, level obat dalam darah yang diinginkan tidak sesuai dengan waktu
pemberian dosis, metabolit aktif tidak ikut terhitung, absorbsi yang
rendah karena beberapa alasan, gambaran level obat dalam darah
sempurna sebelum distribusi ke tempat aksi, status cairan tubuh berubah
(udem, dehidrasi), penggunaan obat pada pasien dengan berat badan
tidak normal, adanya perubahan signifikan pada fungsi liver atau ginjal,

12
adanya perubahan signifikan pada persentase obat dalam bentuk bebas
dan terikat, perubahan jumlah enzim untuk metabolisme obat, dan
interaksi obat.
c. Faktor yang berhubungan dengan data laboratorium 
Meliputi kemampuan uji yang tidak terjamin, adanya permintaan
data masukan atau penafsiran data, metabolit aktif tidak terukur,
gangguan saat uji, dan pengumpulan atau penyimpanan spesimen tidak
terjamin.
6. Target TDM
Beberapa hal yang menjadi target dilakukannya TDM antara lain :
a. Jika penderita tidak memberikan reaksi terhadap terapi obat seperti yang
diharapkan, maka obat dan aturan dosis hendaknya ditinjau kembali dari
segi kecukupan, ketelitian, dan kepatuhan penderita. Dokter hendaknya
menentukan perlu atau tidak konsentrasi obat dalam serum penderita
diukur, karena tidak semua respon penderita dikaitkan dengan
konsentrasi obat dalam serum. Contoh : alergi dan rasa mual ringan.
b. Bila “therapeutic window” suatu obat sempit, maka individualisasi dosis
menjadi sangat penting, karena perbedaan dosis yang kecil saja sudah
dapat menimbulkan perbedaan nyata dalam respon pasien.
c. Dalam beberapa kasus, patofisiologi penderita mungkin tidak stabil,
apakah membaik atau memburuk, misalnya klirens ginjal terhadap obat
d. Pasien dengan penyakit tertentu yang dapat mempengaruhi kadar obat di
dalam darah.
e. Jika pasien menggunakan obat tertentu.

C. Defibilator
1. Pengertian Defibrillator
Defibrillator adalah peralatan elektronik yang dirancang untuk
memberikan kejut listrik dengan waktu yang relatif singkat dan intensitas
yang tinggi kepada pasien penyakit jantung. Pengulangan pemberian kejut
listrik paling lama 45 detik sejak jantung berhenti. Energi Externalyang

13
diberikan antara 50 sampai 400 Joule. Energi Internal yang diberikan
maximum 1/10 External.
Posisi elektroda (paddles) : anterior - anterior (apex - sternum) atau
anterior posterior. Diameter elektroda antara 8 - 10 cm untuk dewasa.
Pengaturan energi, dan pemeberian energi di kontrol oleh mikrokontroler.
Energi yang tersimpan pada C : W = ½ CV².
Sebelum Pemberian pulse defibrillator pada permukaan elektroda
diberikan gel elektrolit. Ada dua jenis defibrillator: a.c defibrillator dan
d.c defibrillator. Untuk a.c defibrillator sudah tidak digunakan lagi.
Mempunyai elektroda (paddles) yang mempunyai diameter 8 - 10 cm
(untuk dewasa). Energi yang diberikan berkisar antara : 50- 400 Joules.
Pemberian defibrillator dapat dilakukan dengan cara sinkronisasi atau
asinkronisasi. Posisi elektroda (Paddles) dapat diletakkan pada posisi
anterior - anterior (Apex-sternum) atau posterior anterior. Pada saat
pemberian defibrillator hindari bersentuhan antara pengguna alat dengan
pasien. Energi yang tersimpan pada C : W = ½ CV².
Paduan d.c defibrillator terdiri dari trafo berkekuatan besar dan pada
sekundernya terdapat penyearah dan capastor.Penyearah ini akan megisi
energi listrik pada kapasitor, besarnya energi listrik akan dikontrol oleh
mikrokontrol. Pada saat discharge (pemberian) energi pada pasien
dengan menekan switch yang berada pada ujung elektroda. Bila memilih
jenis sinkron, dapat dilakukan dengan menekan key board (sinkron).

14
2. Jenis-jenis defibrillator
a. DC Defibrillator DC defibrillator selalu dikalibrasi dalam satuan watt-
detik atau joule sebagai ukuran dari energi listrik yang tersimpan dalam
kapasitor.
b. Advisory Defibrillator, Mampu dengan akurat menganalisis ECG dan
membuat keputusan menyalurkan kejutan yang handal.
c. Implan Defibrillator, Bisa digunakan oleh pasien yang beresiko tinggi
mengalami ventricular fibrillation.
3. Pada Prinsipnya Prosedur Pengoperasian Defibrillator Dibagi Dalam Tiga
Tahap
a. Pemilihan besarnya energi dan mode pengoperasian
b. Pengisian energi (charge) pada kapasitor
c. Pembuangan energi dari kapasitor ke pasien (discharge).
4. Prinsip Dasar Defibrillator

a. Besarnya energi dilakukan dengan memutar selector pemilihan energi


R3, set Level yang akan mengatur besarnya tegangan yang akan timbul
pada pengisian kapasitor C1.

b. Bila tombol charge ditekan maka akan terjadi pengisian kapasitor C1,
dan tegangan pada kapasitor C1, dideteksi oleh detector A1 melalui
pembagi tegangan R1 dan R2yang bersesuaian dengan tegangan pada
C1.
c. Bila tegangan pada pembagi tegangan telah lebih besar dari tegangan
R3, maka A1 keluarannya akan menyebabkan High-voltage DC supply

15
tidak lagi mensupply tegangan ke kapasitror C1.
d. Bila ditekan tombol discharge tegangan pada kapasitor C1 akan
berpindah sehingga tubuh atau jantung akan mendapatkan energi listrik
dari kapasitor C1. Bentuk tegangan yang diberikan pada pasien
dipengaruhi oleh adanya induktor.
5. Bentuk Energi Yang Diberikan Ke Pasien
a. Satu phase (Monophasic)

b. Dua phase (Biphasic)

Untuk besarnya energi listrik Biphasic yang diberikannya berkisar 2 sampai


dengan 200 joule. Mempunyai 2 buah elektroda yang telah terpasang pada
dada pasien (pads electrode):
a. Strenum
b. Apeks

16
6. Metode defibrillator
a. Asinkron
Pemberian shock listrik jika jantung sudah tidak berkontraksi lagi, secara
manual setelah pulsa R.
b. Sinkron
Pemberian shock listrik harus disinkornkan dengan signal ECG dalam
keadaan berfibrasi, jadi bila tombol discharge ditekan kapanpun maka
akan membuang setelah pulsa R secara otomatis.

DEFIBRILATOR “DEFIGARD 5000 SCHILLER”

Pada alat ini terdapat beberapa indicator pengukuran


a. Monitor : SPO2, NIBP, ECG, Trend Display
b. Defibrilasi
c. Pacemaker

Paddle

17
7. Petunjuk Operasional
a. Ambil paddles dari sisi samping alat
b. Yakinkan dalam keadaan kering
c. Beri krim pada permukaan paddle
d. Tempelkan paddle pada pasien diposisi apeks dan sternum
e. Tekan tombol energy
f. Lakukan pengisian dengan menekan satu tombol pada paddle, lalu proses
pengisian dapat dilihat di monitor
g. Jangan menyentuh pasien
h. Setelah proses pengisiian selesai maka akan terdengar suara “beep”, pada
display muncul tulisan “Defibrillator Ready” dan pada tombol paddle akan
menyala.
i. Tekan paddle agak menekan ke tengkorak.
j. Untuk pengosongan tekan kedua tombol pada paddle secara bersamaan
k. Lihat pada monitor
l. Setelah selesai pilih switch pada tombol energy menunjukkan angka “0”
m. Tekan tombol power
8. Petunjuk Pengamanan
Selama terapi kejut ada yang harus diperhatikan, yaitu Pasien harus :
a. Tidak ada kontak dengan orang lain.
b. Tidak ada kontak dengan barang berbahan metal atau konduktor.
c. Saat paddle kontak dengan pasien, pastikan juga paddle tidak terhubung
dengan barang berbahan metal.
d. Pastikan dada pasien kering.
e. Karena dialiri arus yang besar, kemungkinan terjadi luka bakar pastikan
peletakkan paddle yang tepat.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem peredaran darah manusia terdiri atas darah, pembuluh darah,serta
jantung. Dan darah manusia terdiri dari plasma darah dan sel-sel darah,
yaitu sel darah merah ( eritrosit ), sel darah putih ( leukosit ) dan keping
darah, ( trombosit ). Didalam sel darah merah terdapat pigmen protein pengikat
oksigen dan karbondioksida, yaitu hemoglobin. Sel darah putih terdiri dari
loukesit gronulosit ( Netrofil, eosinofil, basofil )dan leukosit agranulosit (
monosit, limfosit ). Trombosit berfungsi membekukan darah. Didalam serum
terdapat antibody ( kekebalan ). Pembuluh darah meliputi pembuluh nadi dan
pembuluh balik.
Therapeutic Drug Monitoring (TDM) merupakan ruang lingkup proses
dari farmakologi (farmasi) klinik yang berkaitan langsung dengan keberhasilan
terapi pasien yang dihubungkan dengan peresepan. TDM dapat membantu
dokter dan apoteker memberikan terapi obat yang efektif dan aman pada pasien
yang memerlukan obat - obatan sehingga penetapan dalam diagnosis dokter
terhadap penggunaan obat - obatan untuk pasien juga dapat lebih mudah
dilakukan. TDM mempermudah untuk mengukur kadar atau level obat yang
ada di dalam darah. Dengan begitu, maka dosis obat yang efektif dalam darah
dapat ditentukan, sehingga dapat mencegah terjadinya kejadian efek samping
obat atau bahkan keadaan toksik atau keracunan obat di dalam tubuh. TDM
sangat penting bagi pasien yang memiliki penyakit lain yang mungkin dapat
mempengaruhi kadar obat dalam darah, mengurangi risiko terjadinya interaksi
obat, dan mempermudah mendeteksi adanya resistensi bakteri dalam tubuh
manusia.
Defibrillator adalah peralatan elektronik yang dirancang untuk
memberikan kejut listrik dengan waktu yang relatif singkat dan intensitas yang
tinggi kepada pasien penyakit jantung.

19
B. Saran
Untuk dapat memahami sistem hemodinamika selain membaca dan
memahami materi-materi dari sumber keilmuan yang ada (buku, internet, dan
lain-lain) kita harus dapat mengkaitkan materi-materi tersebut dengan
kehidupan kita sehari-hari, agar lebih mudah untuk paham dan akan selalu
diingat. Defibrillator merupakan salah satu peralatan yang tergolong teknologi
canggih, dalam pengoperasiannya pun harus memakai prosedur yang telah ada.
Maka dari itu kita sebagai operator hendaklah mengutamakan keamanan dalam
pengoperasiannya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Elly, Nurrachmah. 2001. Nutrisi dalam keperawatan, CV Sagung


Seto, Jakarta. Depkes RI. 2000. Keperawatan Dasar Ruangan
Jakarta.
JNPK_KR.2004. Panduan Pencegahan Infeksi Untuk Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Dengan Sumber Daya Terbatas. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Kozier, Barbara, 2000, Fundamental of Nursing : Concepts, Prosess and
Practice : Sixth edition, Menlo Park, Calofornia.
Potter, 2000, Perry Guide to Basic Skill and Prosedur Dasar, Edisi III, Alih
bahasa Ester Monica, Penerbit buku kedokteran EGC.
Abdelrahim, H. E. A. 2008. Therapeutic Drug Monitoring Service In Malaysia:
Current Practice and Cost Evaluation. Malaysia
American Journal of Health System Pharmacist. 1993. American Society of
Hospital Pharmacist. Amerika
Daan, J. T. 2007. Cost-Effectiveness of Ttherapeutic Drug Monitoring. The
European Journal of Hospital Pharmacy Science. Vol. 13. p. 83-91
ISFI. 2004. Standar Pelayan Kefarmasian di Apotek. Jakarta
Rovers, J.P. et al. (1998) A Practical Guide to Pharmaceutical Care. Washington
DC: American Pharmaceutical Assiciation, pp. 16-25.

21

Anda mungkin juga menyukai