Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH KELOMPOK

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN ENDOKRIN PADA SIADH

Dosen Pembimbing :

Dr. Supriyanto, S.Kp., M.Kes

Disusun Oleh :

Kelompok 6

Anggota :

Anisa Indri Setyowati (P27820720006)

Dita Indriantika (P27820720012)

Elvira Amara Putri (P27820720014)

Lilis Handayani (P27820720026)

Mochammad Wildanil Ulya (P27820720028)

Nurul Azmil Ratman Putri (P27820720034)

Sintania Eprilia Marnanda (P27820720041)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS JENJANG SARJANA


TERAPAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURABAYA

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


LEMBAR PENGESAHAN

Judul Makalah: Makalah Kelompok Keperawatan Medikal Bedah 1 Asuhan


Keperawatan Gangguan Endokrin Pada SIADH

Disusun Oleh : Kelompok 6

Jurusan : Pendidikan Profesi Ners Jenjang Sarjana Terapan Keperawatan


Soetomo Tingkat 2 Semester 4

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa makalah yang
saya selesaikan adalah dengan baik dan benar. Dengan ini saya menyatakan
perumusan makalah dengan judul Asuhan Keperawatan Gangguan Endokrin Pada
SIADH telah memenuhi semua syarat serta ketentuan yang ditetapkan oleh
Bapak/Ibu dosen.

Bangkalan,7 Februari 2022

yang membuat pernyataan yang memberi pengesahan

Kelompok 6 Dr. Supriyanto, S.Kp., M.Kes


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas makalah kelompok ini yang tepat pada waktunya dengan
judul makalah “Asuhan Keperawatan Gangguan Endokrin Pada SIADH”.
Diharapkan makalah kelompok ini dapat memberikan informasi kepada kita
semua mengenai makalah kelompok keperawatan medikal bedah 1 asuhan
keperawatan Gangguan Endokrin pada SIADH. Saya menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata,saya sampaikan terimakasih kepada semua pihak semoga
Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita

Bangkalan, 7 Februari 2022

Kelompok 6
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan……………………………………………………………

Kata Pengantar………………………………………………………………....

Bab 1 Pendahuluan…………………………………………………………….

1.1 Latar Belakang……………………………………………………….


1.2 Perumusan Masalah………………………………………………….
1.3 Tujuan ……………………………………………………………….
1.3.1 Umum……………………………………………………………..
1.3.2 Khusus…………………………………………………………….
1.4 Manfaat………………………………………………………………

Bab 2 Tinjauan Pustaka ……………………………………………………...

2.1 Konsep Teori…………………………………………………………

2.1.1 Definisi SIADH………………………………………………...

2.1.2 Etiologi SIADH………………………………………………...

2.1.3 Patofisiologi SIADH…………………………………………...

2.1.4 Pathway SIADH……………………………………………….

2.1.5 Manifestasi klinis SIADH……………………………………...

2.1.6 Komplikasi SIADH……………………………………………

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang SIADH………………………………

2.1.8 Penatalaksanaan SIADH……………………………………...

2.2 Asuhan Keperawatan Teori…………………………………….......

2.2.1 Pengkajian pada SIADH………………………………………

2.2.2 Diagnosa pada SIADH………………………………………..


2.2.3 Intervensi pada SIADH……………………………………….

2.2.4 Implementasi pada SIADH…………………………………....

2.2.5 Evaluasi pada SIADH…………………………………………

Bab 3 Penutup……………………………………………………………….

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………
3.2 Saran………………………………………………………………...

Daftar Pustaka………………………………………………………………..
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keseimbangan cairan tubuh sangat tergantung dari asupan air melalui


rangsang haus dan pengeluarannya melalui urin, secara hormonal hal ini diatur
oleh arginin vasopresin (AVP) sebagai ‘hormon anti diuretik’. SIADH (Syndrome
of inappropriate antidiuretic hormone secretion) adalah sindrom yang
mekanismenya berlawanan dengan hal tersebut, karena gagalnya keluaran air
bebas melalui urin, kepekatan urin terganggu, hiponatremia, hipoosmolalitas dan
natriuresis. Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan pengertian SIADH
adalah suatu keadaan dengan kadar natrium serum yang kurang dari 135 mEq/L.

Sindrome ini sangat jarang (masuk daftar penyakit yang jarang, survey NIH ,
AS) yang berarti SIADH dan penyakit sejenisnya hanya berefek pada kurang dari
200.000 penduduk AS. Walau jarang pada pasien dewasa, pada anak sering
menyertai kondisi pasien dengan hipotonik normovolemia dan hiponatremia.
Angka insiden yang pasti sulit diketahui, karena penyakit ini bersifat sementara
atau kronis. Pada kondisi lain berhubungan dengan gejala efek samping obat atau
lesi pada paru atau sistem syaraf.

Pasien usia lanjut dengan hiponatremia yang sedang direhabilitasi cenderung


memiliki gejala SIADH. Hal ini terbukti pada studi di kelompok usia lanjut
dengan hiponatremi idiopatik kronik yang mendasari hubungan antara SIADH
dan usia. Hiponatremia sendiri sering dengan korelasi medis yang kurang
signifikan. Walau bagaimanapun risiko kejadian SIADH meningkat bila pasien
menderita hiponatremia. Insiden SIADH adalah 1/3 nya pada anak yang rawat
inap dengan pneunomia, yang berkorelasi dengan perburukan penyakit dan
kesembuhannya. Mungkin restriksi cairan pada pasien ini sangat diperlukan untuk
meningkatkan kesembuhannya.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Konsep Teori SIADH
1. Apa definisi dari SIADH
2. Apa etiologi dari SIADH
3. Bagaimana patofisiologi dari SIADH
4. Bagaimana pathway dari SIADH
5. Apa saja manifestasi klinis dari SIADH
6. Apa saja komplikasi yang disebabkan oleh SIADH
7. Apa saja pemeriksaan penunjang dari SIADH
8. Bagaimana penatalaksanaan dari SIADH
9. Bagaimana konsep asuhan keperawatan SIADH
10. Bagaimana pengkajian dari asuhan keperawatan SIADH
11. Apa saja diagnosa keperawatan dari asuhan keperawatan SIADH
12. Apa saja intervensi dari asuhan keperawatan SIADH
13. Apa saja implementasi dari asuhan keperawatan SIADH
14. Bagaimana evaluasi dari asuhan keperawatan SIADH

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui definisi dari SIADH
2. Untuk mengetahui etiologi dari SIADH
3. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari SIADH
4. Untuk mengetahui bagaimana pathway dari SIADH
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari SIADH
6. Untuk mengetahui apa saja komplikasi yang disebabkan oleh SIADH
7. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang dari SIADH
8. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan dari SIADH
9. Untuk mengetahui bagaimana konsep asuhan keperawatan SIADH
10. Untuk mengetahui bagaimana pengkajian dari asuhan keperawatan
SIADH
11. Untuk mengetahui apa saja diagnosa keperawatan dari asuhan
keperawatan SIADH
12. Untuk mengetahui apa saja intervensi dari asuhan keperawatan SIADH
13. Untuk mengetahui apa saja implementasi dari asuhan keperawatan
SIADH
14. Untuk mengetahui bagaimana evaluasi dari asuhan keperawatan SIADH

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Untuk memnuhi tugas kelompok mata kuliah keperawatan medikal
bedah 2.
2. Mengidentifikasi bagaimana konsep teori pada kasus SIADH
3. Mengidentifikasi bagaimana asuhan keperawatan pada kasus SIADH
Diharapakan dapat menambah pengetahuan dan wawasan berkaitan
dengan Gangguan Stephen Johnson baik bagi pembaca maupun penyusun,
meliputi konsep teori dan konsep asuhan keperawatan pada kasus Stephen
Johnson.

1.4 Manfaat
Diharapakan dapat menambah pengetahuan dan wawasan berkaitan dengan
SIADH baik bagi pembaca maupun penyusun, meliputi konsep teori dan konsep
asuhan keperawatan pada kasus SIADH.
BAB 2

Tinjauan Pustaka

2. 1 Definisi

Syndrome of Inappropiate Antidiuretic Hormone (SIADH) adalah suatu


kondisi yang disebabkan oleh sekresi hormon antidiuretik (ADH) yang
berlebihan. ADH adalah substansi yang diproduksi secara alami oleh
hypothalamus dan dikeluarkan oleh kelenjar pituitary. Hormon ini mengontrol
jumlah air air dalam tubuh yang dibuang melalui urin.

Kadar ADH yang tinggi meningkatkan reabsorbsi air di ginjal. Sindrom ini


ditandai dengan hiponatremia, hipo-osmolalitas plasma, osmolalitas urin kurang
dari 100 mOsm/kg, peningkatan natrium urin, euvolemia, dengan fungsi ginjal,
adrenal, dan tiroid yang normal.

2. 2 Etiologi

SIADH paling sering disebabkan oleh gangguan yang berupa adanya


hipersekresi ADH dari sumber hipotalamus normal atau dengan produksi ektopik.

Kondisi yang Sering Menyebabkan SIADH :

 Gangguan sistem saraf pusat:  Setiap kelainan sistem saraf pusat (SSP)


dapat meningkatkan pelepasan ADH dari kelenjar pituitari, yang mengarah
ke SIADH. Gangguan tersebut antara lain stroke, perdarahan, infeksi,
trauma, penyakit jiwa, dan psikosis.
 Keganasan: Small cell lung cancer (SCLC) adalah tumor paling umum
yang menyebabkan produksi ADH ektopik. Lebih jarang, karsinoma sel
kecil ekstrapulmoner, kanker kepala dan leher, dan neuroblastoma
olfaktorius juga menyebabkan pelepasan ADH ektopik.
 Narkoba: Sejumlah obat yang terkait dengan SIADH bekerja dengan
meningkatkan pelepasan atau efek ADH. Obat yang paling umum termasuk
carbamazepine, oxcarbazepine, chlorpropamide, cyclophosphamide, dan
selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI). Karbamazepin dan
oxcarbazepine bekerja sebagian dengan meningkatkan sensitivitas terhadap
ADH. Klorpropamida meningkatkan jumlah reseptor V2 di tubulus
pengumpul. Karena siklofosfamid intravena dosis tinggi diberikan dengan
beban cairan untuk mencegah sistitis hemoragik, SIADH pada pasien
tersebut adalah masalah khusus, yang menyebabkan hiponatremia yang
berpotensi fatal. SSRI menyebabkan SIADH dengan mekanisme yang tidak
diketahui,tetapi orang yang berusia di atas 65 tahun lebih berisiko. "Ekstasi"
(methylenedioxymethamphetamine), obat penyalahgunaan, terutama terkait
dengan pelepasan langsung ADH. (Ini juga merangsang rasa haus, 
 Penyakit paru: Penyakit paru, terutama pneumonia (virus, bakteri,
tuberkulosis), dapat menyebabkan SIADH dengan mekanisme yang tidak
diketahui. Respon serupa jarang terlihat pada pasien dengan asma,
atelektasis, gagal napas akut, dan pneumotoraks.

2. 3 Patofisiologi

Terdapat beberapa keadaan yang dapat menganggu regulasi cairan tubuh dan
dapat menyebabkan sekresi ADH uang lain tidak normal. 3 mekanisme
patofisiologi yang bertanggung jawab akan SIADH, meliputi :

1. Sekresi ADH yang abrnormal dari sistem hipofisis. Adanya sekresi


ADH yang abnormal disebabkan oleh kelainan sistem saraf pusat
seperti trauma kepala, stroke, meningitis, tumor, ensafalitis. Pasien
yang mengalami syok, status asmatikus, nyeri hebat atau stress tinggi,
atau tidak adanya tekanan positif pernafasan juga akan mengalami
SIADH
2. ADH atau substansi ADH dihasilakan oleh sel-sel diluar system
syoraoptik-hipofisis, yang disebut sebagai sekresi ektopik (misalnya
pada infeksi)
3. Kerja ADH pada tubulus ginjal bagian distal mengalami pemacuan.
Bermacam-macam obat menstimulasi atau mempotensiasi pelepasan
ADH. Obat0obatan tersebut termasuk nikotin, transquilizer,
barbiturate, anestesi umu, sisplatin, vinblastine
Terjadinya SIADH ditandai dengan adanya peningkatan pelepasan ADH dari
kelenjar hipofisis posterior tanpa adanya rangsangan normal untuk melepaskan
ADH. Pengeluaran ADH yang berlanjut menyebabkan retensi air dari tubulus
ginjal dan duktus. Volume cairan ekstra seluler meningkat dengan ditandai
hiponatremia. Kondisi hiponatremia dapat menekan renin dan sekresi aldesteron
yang menyebabkan penurunan kadar Na diabsorbsi tubulus proximal. Hal ini
menyebabkan penurunan konsentrasi air dalam urin sedangkan kandungan
natrium dalam urin tetap, akibatnya menjadi pekat.

Dalam keadaan normal ADH mengatur osmolalitas plasma, bila


osmolaltas menurun mekanisme feed back akan menyebabkan inhibisi ADH. Hal
ini akann mengembalikan dan meningkatkan eksresi cairan oleh ginjal untuk
meningkatkan osolalitas plasma menjadi normal. Pada SIADH osmolalitas plasma
terus berkurang akibat ADH merangsang reabsorbsi air oleh ginjal

Hormon antidiuretik (ADH) bekerja pada sel-sel duktus koligentes ginjal


untuk meningkatkan permeabilitas terhadap air. Ini mengakibatkan peningkatan
reabsorbsi air tanpa disertai reabsorbsi elektrolit. Air yang direabsorbsi ini
meningkatkan volume dan menurunkan osmolaritas cairan ekstraseluler (CES).
Padasaat yang sama keadaan ini menurunkan volume dan meningkatkan
konsentrasi urin yang dieksresi.

2. 4 Pathway
2. 5 Manifestasi Klinik

Gambaran klinis pada pasien SIADH biasanya adalah :

1. Mengalami retensi air dan kenaikan berat badan


2. Mual dan muntah yang memburuk sejalan dengan derajat intoksikasi air
3. Hiponatrmia
4. Osmolalitas urin melebihi osmolalitas plasma, menyebabkan produksi urin
yang kurang terlarut
5. Ekskresi natrium melalui urin yang berkelanjutan
6. Penurunan osmolalitas serum dan cairan ekstraseluler

Menurut Price dan Lorraine (2005), tanda dan gejala yang dialami oleh pasien
dengan SIADH tergantung pada derajat lamanya retensi air dan hiponatremia.
Perlu untuk dilakukan pemeriksaan tingkat osmolalitas serum, kadar BUN,
keratin, Natrium, Kalium, Cl dan tes kapasitas pengisian cairan

1. Na serum >125 mEq/L

a. Anoreksia
b. Gangguan penyerapan
c. Kram otot
2. Na serum = 115-120 mEq/L
a. Sakit kepala, perubahan pribadi
b. Kelemahan dan latergi
c. Mul dan muntah
d. Kram abdomen
3. Na serum < 115 mEq/L
a. Kejang dan koma
b. Reflek tidak ada dan terbatas
c. Papiledema
d. Edema diatas sternum

2. 6 Komplikasi

Komplikasi SIADH akan bergantung pada seberapa rendah kadar natrium


darah. Komplikasi potensial meliputi:

 Sakit kepala

 Masalah memori

 Depresi

 Tremor

 Kram otot

Komplikasi potensial yang lebih parah meliputi:

 Kegagalan pernafasan
 kejang
 Halusinasi
 Koma
 Kematian
2. 7 Pemeriksaan Penunjang

Tes laboratorium mungkin dapat membantu penegakan diagnosis SIADH.

1. Serum natrium, kalium, klorida, dan bikarbonat


2. Osmolaritas plasma
3. Kreatinin serum
4. Nitrogen urea darah
5. Gula darah
6. Osmolaritas urin
7. Serum asam urat
8. Serum kortisol

Volume pasien harus dinilai secara klinis untuk mengkesampingkan adanya


hipovolemia. Pemeriksaan pencitraan yang dapat membantu meliputi :

1. Radiografi dada, untuk mendeteksi penyebab masalah paru yang


mendasari munculnya SIADH
2. Computed Tomograpgi atau pencitraan resonansi magnetic kepala, untuk
mendeteksi edema serebral yang terjadi sebagai komplikasi dari SIADH,
untuk identifikasi gangguan sistem saraf pusat yang memiliki keterkaitan
dengan SIADH, atau untuk membantu menyingkirkan penyebab potensi
lain dari perubahan status neurologis

2. 8 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan medik SIADH harus ditujukan untuk mengatasi keadaan


patologis yang mendasarinya. Keganasan SIADH, akan membaik dengan
kemoterapi. Hiponatremia yang terjadi karena metastasis dalam otak, dapat diatasi
dengan pemberian kortikosteroid dan pengobatan radiasi. Di samping itu, penting
untuk menghentikan penggunaan obat yang dapat memicu SIADH terjadi.
Pengobatan hiponatremia bergantung tingkat keparahan gejala yang timbul.
Pengobatan utama untuk hiponatremia ringan (kadar natrium serum >125 mEq/L)
adalah pembatasan cairan. Cairan NaCl 0,9% diberikan, dengan volume berkisar
antara 800–1200 ml per hari.
Apabila cara ini tidak mampu memperbaiki hiponatremia, maka dapat
diberikan infus cairan hipertonis (NaCl 3% atau 5%) disertai pemberian diuretik.
Cara ini akan memperbaiki hiponatremia dalam waktu 3–10 hari. Walaupun
demikian, pelaksanaan pembatasan cairan tidak praktis dan relatif sulit terutama
untuk pasien anak yang sebagian besar asupan dietnya berupa cairan.

Apabila pembatasan cairan dan pemberian diuretik tidak berhasil,


hiponatremia dapat diatasi dengan pemberian obat seperti: demeklosiklin, litium,
dan urea. Demeklosiklin adalah derivat tetrasiklin. Walaupun bersifat meracuni
ginjal (nefrotoksik), obat ini digunakan sebagai pengobatan SIADH karena
menyebabkan diabetes insipidus pada 60% pasien yang menggunakannya.
Diabetes insipidus juga dapat diimbas dengan pemberian litium. Litium bekerja
dengan mendownregulate AQP2 pada 30% pasien. Akan tetapi obat ini tidak
boleh digunakan dalam jangka panjang karena mengakibatkan nefritis interstisial
dan gagal ginjal terminal. Obat lain yang dapat digunakan untuk mengatasi
SIADH kronis adalah urea. Di beberapa telitian ditemukan bahwa dengan
pemberian urea lewat rongga mulut adalah tepat guna dan aman, baik untuk anak
maupun dewasa. Saat ini tersedia obat yang bekerja selektif sebagai antagonis V2,
yaitu golongan vaptan. Vaptan menghalangi reabsorpsi air di tubulus ginjal tanpa
mempengaruhi pembuangan zat terlarut, sehingga disebut sebagai akuaretik.
Beberapa jenis antagonis V2 adalah: tolvaptan, lixivaptan, mozavaptan, dan
satavaptan. Vaptan sangat bermanfaat bagi pasien dengan SIADH kronis yang
tidak dapat diatasi dengan pembatasan cairan dan suplementasi garam.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Teori SIADH


2.2.1 Pengkajian
Pada pengkajian pasien dengan SIADH akan menfokuskan beberapa hal
sebagai berikut sebagai data yang akan dikaji:
a) Identitas pasien meliputi nama, umur, pekerjaan, dan alamat.
b) Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit terdahulu pada pasien dengan SIADH seperti adanya
penyakit atau trauma pada kepala yang pernah diderita klien,serta
riwayat radiasi pada kepala.
c) Riwayat penyakit sekarang
Yang dikaji dalam riwayat peyakit sekarang yang terpenting meliputi
gejala yang timbul seperti sakit kepala, demam, dan keluhan kejang.
Waktu terjadinya gejala, membaik atau bertambah buruk, seperti apa
timbulnya, dan hal apa yang memicu tinbulnya kejang.
d) Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit keluarga yang perlu dikaji dan utama dalam data
pasien SIADH seperti adanya penyakit menular ataupun penyakit
turunan
e) Pantau status cairan dan elektrolit.
f) memonitor status neurologis yang berhubungan dengan hiponatremi
serta segera mungkin untuk melakukan tindakan mengatasinya.
g) Memonitor dan mencatat perubahan berat badan (BBI jika ada
peningkatan dari 1 kg segera laporkan pada dokter).
h) Pengkajian Fisik yang perlu diperhatikan pada pasien SIADH:
1. Inspeksi: Vena leher penuh.
2. Perkusi: Penurunan refleks tendon dalam.
3. Auskultasi: Kardiovaskuler : Takikardia
(Doengoes, Marilyn C. 2003)
Hasil Pemeriksaan Diagnostik yang sering terlihat pada pasien SIADH
 Natrium serum menurun <135 M Eq/L.
 Natrium urin kurang dari 15 M Eq/L, menandakan konservasi
ginjal terhadap Na. Natrium urin > 20 M Eq/L menandakan
SIADH.
 Kalium serum,mungkin turun sesuai upaya ginjal untuk
menghemat Na dan Kalium sedikit.
 Klorida/bikarbonat serum : mungkin menurun
 Osmolalitas, umumnya rendah tetapi mungkin normal atau tinggi
 Berat jenis urin : meningkat (> 1,020) bila ada SIADH.
 Prosedur khusus : tes fungsi ginjal adrenal, dan tiroid normal.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa yang sering akan ditemukan pada pasien SIADH meliputi
berdasarkan SDKI (2017)
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi – perfusi dibuktikan dengan dispnea (D.0003)
b. Hipervolemia beruhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
dibuktikan dengan dispnea (D.0022)
c. Risiko ketidakseimbangan elektrolit dibuktikan dengan kelebihan volume
cairan (D.0037)
d. Risiko perfusi serebral tidak efektif (D.0017)
e. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
dibuktikan dengan kram/nyeri abdomen, nafsu makan menurun, membran
mukosa pucat (D.0019)

2.2.3 Intervensi Keperawatan


No Diagnosa Luaran Intervensi
(SLKI) (SIKI)
1. Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi
tindakan (I.01014)
Definisi :
keperawatan ..x.. jam
Observasi
Kelebihan atau kekurangan diharapkan Pertukaran
oksigenasi dan/atau eleminasi Gas Pasien Meningkat 1. Monitor frekuensi,
karbondioksida pada membrane (L.01003) irama, kedalaman dan
alveolus – kapiler. upaya nafas
Dengan kriteria hasil :
2. Monitor pola napas
Penyebab :
1. PaO2 dalam batas (seperti bradipnea,
1. Ketidakseimbangan
normal (80-100 takipnea,
ventilasi-perfusi mmHg) hiperventilasi,
2. Perubahan membrane 2. PaCO2 dalam kussmaul, cheyne-
alveolus – kapiler batas normal (35- stokes, biot, ataksik)
Gejala dan Tanda Mayor 45 mmHg) 3. Monitor kemampuan
Subjektif 3. pH normal (7,35- batuk efektif
1. Dispnea 7,45) 4. Monitor adanaya
Objektif 4. Tidak ada produksi sputum
1. PCO2 dyspnea 5. Monitor adanya
meningkat/menurun 5. Tidak ada bunyi sumbatan jalan napas
2. PO2 menurun napas tambahan 6. Palpasi kesimetrisan
3. Takikardia 6. Tidak ada ekspansi paru
4. pH arteri meningkat / sianosis 7. Auskultasi bunyi
menurun 7. Tidak ada napas
5. Bunyi napas tambahan penurunan 8. Monitor saturasi
Gejala dan Tanda Minor kesadaran oksigen
Subjektif 9. Monitor nilai AGD
1. Pusing
2. Penglihatan kabur
Terapeutik
Objektif
1. Sianosis 1. Atur interval

2. Diaforesis pemantuan respirasi

3. Gelisah sesuai kondisi pasien

4. Napas cuping hidung 2. Dokumentasikan

5. Pola napas abnormal hasil pemantauan

(cepat/lambat, 3. Edukasi

regular/ireguler, 4. Jelaskan tujuan dan

dalam/dangkal) prosedur pemantauan

6. Warna kulit abnormal 5. Informasikan hasil

(mis.pucat, kebiruan) pemantauan, jika

7. Kesadaran menurun perlu


2. Hipervolemia Setelah diberikan asuhan Manajemen Hipervolemia
keperawatan selama (I.03114)
Definisi :
…..x…. jam diharapkan
Obversasi
Peningkatan volume cairan Keseimbangan Cairan
intravascular, interstisial, dan / Pasien Meningkat 1. Periksa tanda dan
atau intraselular (L.02009) gejala hypervolemia
(mis. Ortopnea,
Penyebab : Dengan kriteria hasil :
dyspnea, edema,
1. Gangguan mekanisme 1. Tekanan darah JVP/CVP meningkat,
regulasi dalam batas suara napas
2. Kelebihan asupan cairan normal tambahan)
3. Kelebihan asupan 2. Tidak terjadi 2. Identifikasi penyebab
natrium konfusi hypervolemia
4. Gangguan aliran balik 3. Denyut nadi 3. Monitor status
vena radial dalam hemodinamik (mis.
5. Efek agen farmakologis batas normal Frekuensi jantung,
(mis. kortikosteroid, 4. Edema berkurang tekanan darah, MAP,
chiorpropamide, 5. Tidak terjadi CVP, PAP, PCWP,
tolbutamide, vincristine, ascites CO, CI) jika tersedia
tryptilinescarbamazepin 6. Turgor kulit 4. Monitor intake dan
e) dalam batas output cairan
Gejala dan Tanda Mayor normal 5. Monitor kecepatan

Subjektif infus secara ketat


6. Monitor tanda
1. Ortopnea
hemokonsentrasi
2. Dispnea
(mis. Kadar natrium,
3. Paroxysmal nocturnal
BUN, hematocrit,
dyspnea (PND)
berat jenis urine)
Objektif

1. Edema anasarka dan / Terapeutik


atau edema perifer 1. Timbang berat badan
2. Berat badan meningkat setiap hari pada
dalam waktu singkat waktu yang sama
3. Jugular Venous Pressure 2. Batasi asupan cairan
(JVP) dan / atau Cental dan garam
Venous Pressure (CVP) 3. Tinggikan kepala
meningkat tempat tidur 30-40o
4. Refleks hepatojugular Edukasi
positif
1. Anjurkan melapor
Gejala dan Tanda Minor
jika haluaran urin
Objektif <0,5 mL/kg/jam
dalam 6 jam
1. Distensi vena jugularis
2. Anjurkan melapor
2. Terdengar suara napas
jika BB bertambah >1
tambahan
kg dalam sehari
3. Hepatomegaly
3. Ajarkan cara
4. Kadar Hb/Ht turun
mengukur dan
5. Oliguria
mencatat asupan dan
6. Intake lebih banyak dari
haluaran cairan
output (balans cairan
4. Ajarkan cara
positif)
membatasi cairan
7. Kongesti paru
5. Kolaborasi
6. Kolaborasi pemberian
diuretic
7. Kolaborasi
penggantian
kehilangan kalium
akibat diuretic
3. Risiko Ketidakseimbangan Setelah dilakukan asuhan Electrolyte Management
elektrolit keperawatan (I.03102)
selama ...x... diharapkan
Definisi : 1. Identifikasi tanda dan
Keseimbangan
gejala
Berisiko mengalami perubahan Elektrolit Pasien
kadar serum elektrolit Meningkat (L.03021) ketidakseimbangan
kadar elektrolit
Faktor Risiko : Dengan kriteri hasil :
2. Identifikasi penyebab
1. Ketidakseimbangan 1. Nilai ketidakseimbangan
cairan (mis. dehidrasi pemeriksaan elektrolit
dan intoksikasi air) natrium dalam 3. Identifikasi
2. Kelebihan volume batas normal kehilangan elektrolit
cairan 2. Nilai melalui cairan
3. Gangguan mekanisme pemeriksaan 4. Monitor kadar
regulasi (mis. diabetes) klorida dalam elektrolit
4. Efek samping prosedur batas normal 5. Monitor efek
(mis. pembedahan) 3. Nilai samping pemberian
5. Diare pemeriksaan suplemen elektrolit
6. Muntah kalsium dalam Terapeutik
7. Disfungsi ginjal batas normal 1. Berikan diet yang
8. Disfungsi regulasi 4. Nilai tepat (mis. Tinggi
endokrin pemeriksaan kalium, rendah
magnesium natrium)
dalam batas 2. Pasang akses
normal intravena
5. Nilai 3. Anjurkan pasien dan
pemeriksaan keluarga untuk
fosfor dalam modifikasi
batas normal Edukasi
6. Nilai 1. Jelaskan jenis,
pemeriksaan penyebab dan
klorida dalam penanganan
batas normal kedidakseimbangan
7. Nilai elektrolit
pemeriksaan 2. Kolaborasi
kalium dalam 3. Kolaborasi pemberian
batas normal suplemen elektrolit
sesuai indikasi

4. Risiko perfusi serebral tidak Setelah dilakukan asuhan Manajemen Peningkatan


efektif keperawatan Tekanan Intrakranial
Definisi : selama ...x... jam (I.06194)
Berisiko mengalami penurunan diharapkan Perfusi
Observasi
sirkulasi darah ke otak Serebral pasien
Faktor Risiko: Meningkat (L.02014) 1. Identifikasi penyebab

1. Keabnormalan masa peningkatan TIK


1. Tekanan darah
protrombin dan/atau (mis. Lesi, gangguan
(sistolik dan
masa tromboplastin metabolism, edema
diastolik) dalam
parsial serebral)
batas normal
2. Penurunan kinerja 2. Monitor tanda dan
2. MAP dalam batas
ventrikel kiri gejala/peningkatan
normal
3. Aterosklerosis aorta TIK (mis. Tekanan
3. Sakit kepala
4. Diseksi arteri darah meningkat,
berkurang/hilang
5. Fibrilasi atrium tekanan nadi melebar,
4. Tidak gelisah
6. Tumor otak bradikardi, pola napas
5. Tidak mengalami
7. Stenosis karotis ireguler, kesadaran
penurunan
8. Miksoma atrium menurun)
kesadaran
9. Aneurisma serebri 3. Monitor MAP, CVP,

10. Koagulopati (mis. PAWP, PAP, ICP,

anemia sel sabit) CPP

11. Dilatasi kardiomiopati 4. Monitor status

12. Koagulasi intravaskuler pernapasan

diseminata 5. Monitor intake dan

13. Embolisme output cairan

14. Cedera kepala Terapeutik

15. Hiperkolesteronemia 1. Berikan posisi semi


16. Hipertensi fowler
17. Endoskarditis infektif 2. Cegah teejadinya
18. Katup prostetik mekanis kejang
19. Stenosis mitral 3. Hindari pemberian
20. Neoplasma otak cairan IV hipotonik
21. Infark miokard akut
22. Sindrom sick sinus
23. Penyalahgunaan zat
24. Terapi tombolitik
25. Efek samping tindakan
(mis. tindakan operasi
by pass)
5. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nutrisi
keperawatan selama … x (I03119)
Definisi :
… jam, diharapkan 1. Kaji adanya alergi
Asupan nutrisi tidak cukup Status Nutrisi Pasien makanan
untuk memenuhi kebutuhan Membaik (L.03030): 2. Identifikasi status
metabolism nutrisi
Dengan kriteria hasil :
Penyebab : 3. Monitor berat badan
1. IMT pasien
4. Monitor asupan
1. Ketidakmampuan dalam batas
makanan
menelan makanan normal
5. Monitor hasil
2. Ketidakmampuan 2. Nafsu makan
pemeriksaan
mencerna makanan paasien membaik
laboratorium
3. Ketidakmampuan 3. Frekuensi makan

mengabsorbsi nutrient pasien meningkat


Terapeutik
4. Peningkatan kebutuhan 4. Bising usus
1. Berikan makanan
metabolism pasien dalam
tinggi serat untuk
5. Factor ekonomi (mis. batas normal
mencegah konstipasi
finansial tidak 5. Porsi makanan
2. Berikan makanan
mencukupi) yang dihabiskan
tinggi kalori dan
6. Factor psikologis (mis. meningkat
protein
stress, keengganan
untuk makan)
Gejala dan Tanda Mayor
Objektif :

1. Berat badan menurun


minimal 10% di bawah
rentang ideal
Gejala dan Tanda Minor

Subjektif :

1. Cepat kenyang setelah


makan
2. Kram / nyeri abdomen
3. Nafsu makan menurun
Objektif :

1. Bising usus hiperaktif


2. Otot pengunyah lemah
3. Otot menelan lemah
4. Membran mukosa pucat
5. Sariawan
6. Serum albumin turun
7. Rambut rontok
berlebihan
8. Diare

2.2.4 Implementasi
Pada umumnya pengobatan SIADH  terdiri dari restriksi cairan
(manifestasi klinis SIADH biasanya menjadi jelas ketika mekanisme haus
yang mengarah kepada peningkatan intake cairan. Larutan hipertonis 3%
tepat di gunakan pada pasien dengan gejala neurologis akibat hiponatremi
( Bodansky & Latner, 1975).
Penatalaksanaan SIADH terbagi menjadi 3 kategori yaitu:
a. Pengobatan penyakit yang mendasari, yaitu pengobatan yang
ditunjukkan untuk mengatasi penyakit yang menyebabkan SIADH,
misalnya berasal dari tumor ektopik, maka terapi yang ditunjukkan
adalah untuk mengatasi tumor tersebut.
b. Mengurangi retensi cairan yang berlebihan.
Pada kasus ringan retensi cairan dapat dikurangi dengan membatasi
masukan cairan. Pedoman umum penanganan SIADH adalah bahwa
sampai konsenntrasi natrium serum dapat dinormalkan dan gejala-
gejala dapat diatasi. Pada kasus yang berat, pemberian larutan normal
cairan hipertonik dan furosemid adalah terapi pilihan.

c. Semua asuhan yang diperlukan saat pasien mengalami penurunan


tingkat kesadaran (kejang, koma, dan kematian) seperti pemantauan
yang cermat masukan dan haluaran urine. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
dan dukungan emosional.
Rencana non farmakologi

a. Pembatasan cairan (pantau kemungkinan kelebihan cairan)


b. Pembatasan sodium
Rencana farmakologi

a. Penggunaan diuretic untuk mencari plasma osmolaritas rendah


b. Obat/penggunaan obat demeeloculine, untuk menekan vosopresin
c. Hiperosmolaritas, volume oedema menurun
d. Ketidakseimbangan system metabolic, kandungan dari hipertonik
saline 3 % secara perlahan-lahan mengatasihiponatremi dan
peningkatan osmolaritas serum (dengan peningkatan = overload)
cairan dengan cara penyelesaian ini mungkin disebabkan oleh
kegagalan jantung kongestif.

2.2.5 Evaluasi
Merupakan fase akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi
terhadap asuhan keperawatan yang diberikan (Gaffar, 1997). Evaluasi asuhan
keperawatan adalah tahap akhir proses keperawatan yang bertujuan untuk
menilai hasil akhir dari keseluruhan tindakan keperawatan yang dilakukan.
Evaluasi ini bersifat formatif, yaitu evaluasi yang dilakukan secara
terus menerus untuk menilai hasil tindakan yang dilakukan disebut juga
evaluasi tujuan jangka pendek. Dapat pula bersifat sumatif yaitu evaluasi
yang dilakukan sekaligus pada akhir dari semua tindakan yang pencapaian
tujuan jangka panjang.
Komponen tahapan evaluasi :
a. Pencapaian kriteria hasil
Pencapaian dengan target tunggal merupakan meteran untuk
pengukuran. Bila kriteria hasil telah dicapai, kata “ Sudah Teratasi “
dan datanya ditulis di rencana asuhan keperawatan. Jika kriteria hasil
belum tercapai, perawat mengkaji kembali klien dan merevisi rencana
asuhan keperawatan.
b. Keefektifan tahap – tahap proses keperawatan
Faktor – faktor yang mempengaruhi pencapaian kriteria hasil
dapat terjadi di seluruh proses keperawatan.
1) Kesenjangan informasi yang terjadi dalam pengkajian tahap satu.
2) Diagnosa keperawatan yang salah diidentifikasi pada tahap dua
3) Instruksi perawatan tidak selaras dengan kriteria hasil pada tahap
tiga
4) Kegagalan mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan
tahap empat.
5) Kegagalan mengevaluasi kemajuan klien pada tahap ke lima.
c. Evaluasi dengan method SOAP
- S: subjektif, berdasarkan keluhan yang dirasakan pasien
- O: Objektif, apa yang tampak dan dapat diamati
- A: Assesment, masalah keperawatan yang muncul
- P: Planning, rencana keperawatan yang akan diberikan
selanjutnya.
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

SIADH (Syndrome of inappropriate antidiuretic hormone secretion)


adalah sindrom yang mekanismenya berlawanan dengan hal tersebut, karena
gagalnya keluaran air bebas melalui urin, kepekatan urin terganggu, hiponatremia,
hipoosmolalitas dan natriuresis. Sindrome ini sangat jarang (masuk daftar
penyakit yang jarang, survey NIH , AS) yang berarti SIADH dan penyakit
sejenisnya hanya berefek pada kurang dari 200.000 penduduk AS. Insiden SIADH
adalah 1/3 nya pada anak yang rawat inap dengan pneunomia, yang berkorelasi
dengan perburukan penyakit dan kesembuhannya.

3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini kami mengharapkan mahasiswa/mahasiswi
mampu memahami tentang Gangguan Endokrin Pada SIADH dan tindakan yang
harus dilakukan pada pasien dengan Gangguan Endokrin Pada SIADH. Serta bagi
pembaca yang kami harapkan dapat menambah wawasan mengenai Gangguan
Endokrin Pada SIADH.
DAFTAR PUSTAKA

Barbara K.Timby. 2000. Keterampilan Dasar dan Konsep di Perawatan Pasien. Jakarta :
EGC

Corwin, J.Elizabet. 2001. Patofisiologi : Sistem Endokrin. Jakarta : EGC

Ellison D.H, Berl T. The Syndrome of Inappropriate Antidiuresis. N Engl J Med


2007;356:2064-72

Fulde, Gordian. 2009. Emergency Medicine 5th Edition. Australia : Elsevier

Gilbert, Gregory., D’Souza, Peter., Pletz, Barbara. (2009). Patient Assessment Routine
Medical Care Primary and Secondary Survey. San Mateo County: EMS Agency

Otto, shirley E. 2003.Buku Saku Keperawatan Onkologi. Jakarta: EGC.

Price, Sylvia. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses - proses Penyakit. Jakarta : EGC

Sacher, Ronald A. 2004. Tinjauan Kasus Hasil Pemeriksaan Laboratorium.


Jakarta: EGC
Tamsuri, Anas. 2009. Klien Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit.
Jakarta : EGC
Thomas C.P. Syndrome of Inappropriate Antidiuretic Hormone Secretion. Medscape
Reference. 2013

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia

Tisdale , James & Miller, Douglas . 2010. Drug-Induced Diseases: Prevention, Detection,
and Management, page 892. U.S : heartside publishing.

https://id.scribd.com/document/469550420/LP-SIADH

https://indonesianjournalofclinicalpathology.org/index.php/patologi/article/
download/1013/735

http://journal.unair.ac.id/CPML@syndrome-of-article-4990-media-9-category-
0.html

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507777/

Anda mungkin juga menyukai