Dosen Pengampu:
Yanuar Eka Pujiastutik, S.Kep.,Ns.,M.kes.
Disusun Oleh:
1. ADISTIA KUSUMA WATI 10220003
2. AISZHA NURFITRIA 10220004
3. ANDHIRA KINDHY PRAMUDHITA 10220008
4. AVIDA LESTARI 10220014
5. BAYU AJI ARIAWAN 10220016
6. CANTIKA OKTAVIAN DWI ARIANDI 10220018
7. ELVA NOVANI WULANDARI 10220026
8. FITRI LAILATUL AZIZAH 10220029
9. HANA IKRIMATUS ZAHRO 10220030
10. KAMELIA ZADA 10220038
11. LORENSIA LUSIA SAJA 10220039
12. LUCKY WIDIASTUTI 10220040
13. LUSIANA SARI 10220041
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Asuhan Keperawatan Pada
Anak yang Mengalami Respiratory Distress Syndrome”. Makalah ini disusun sebagai
pemenuhan tugas mata kuliah Keperawatan Anak I.
Penyelesaian makalah ini tidak lepas dari bantuan dan pengarahan dari berbagai
pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB IV PENUTUP
ii
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
5. Apa Pemeriksaan penunjang RDS?
6. Bagaimana Penatalaksanaan penyakit RDS?
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Definisi RDS
2. Untuk Mengetahui etiologi penyakit RDS
3. Untuk Mengetahui Patofisiologi RDS
4. Untuk Mengetahui Manifestasi Klinis penyakit RDS
5. Untuk Mengetahui Pemeriksaan Penunjang RDS
6. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan RDS
1.4 Manfaat
1. Mahasiswa dapat memahami definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,
pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan.
2. Mahasiswa dapat memahami konsep asuhan keperawatan pada klien dengan
respiratory distress syndrome
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Penyebab SGNN adalah penyakit membran hialin (PMH) yang terjadi akibat
kekurangan surfaktan. Surfaktan adalah suatu kompleks lipoprotein yang merupakan
bagian dari permukaan mirip film yang ada di alveoli, untuk mencegah kolapsnya paru.
Ketidakadekuatan surfaktan menimbulkan kolaps paru, sehingga menyebabkan
hipoksia, retensi CO2 dan asidosis (Maya, 2012). Sedangkan penyebab dari gangguan
pertukaran gas adalah ketidakseimbangan ventilasi perfusi dan perubahan membran
alveolus kapiler (Tim Pokja DPP PPNI SDKI, 2017)
4
2.4 Manifestasi klinis penyakit RDS
Berat atau ringannya gejala klinis pada penyakit RDS (Respiratory Distress
Syndrom) ini sangat dipengaruhi oleh tingkat maturitas paru. Semakin rendah berat
badan dan usia kehamilan, semakin berat gejala klinis yang ditunjukan. Gejala dapat
tampak beberapa jam setelah kelahiran. Bayi RDS (Respiratory Distress Syndrom)yang
mampu bertahan hidup sampai 96 jam pertama mempunyai prognosis yang lebih baik.
Gejala umum RDS yaitu: takipnea (>60x/menit), pernapasan dangkal, mendengkur,
sianosis, pucat, kelelahan, apnea dan pernapasan tidak teratur, penurunan suhu tubuh,
retraksi suprasternal dan substernal, pernapasan cuping hidung ( Surasmi, 2013).
5
Menurut Cecily & Sowden (2009) penatalaksanaan medis pada bayi RDS
(Respiratory Distress Syndrom) yaitu:
1. Perbaiki oksigenasi dan pertahankan volume paru optimal
a. Penggantian surfaktan melalui selang endotrakeal
b. Tekanan jalan napas positif secara kontinu melalui kanul nasal untuk
mencegah kehilangan volume selama ekspirasi
c. Pemantauan transkutan dan oksimetri nadi
d. Fisioterapi dada Tindakan kardiorespirasi tambahan
2. Pertahankan kestabilan suhu
3. Berikan asupan cairan, elektrolit, dan nutrisi yang tepat
4. Pantau nilai gas darah arteri, Hb dan Ht serta bilirubin
5. Lakukankan transfusi darah seperlunya
6. Hematokrit guna mengoptimalkan oksigenasi
7. Pertahankan jalur arteri untuk memantau PaO₂ dan pengambilan sampel darah
8. Berikan obat yang diperlukan
➢ Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut Surasmi (2003) penatalaksanan keperawatan terhadap RDS meliputi
tindakan pendukung yang sama dalam pengobatan pada bayi prematur dengan
tujuan mengoreksi ketidakseimbangan. Pemberian minum per oral tidak
diperbolehkan selama fase akut penyakit ini karena dapat menyebabkan aspirasi.
Pemberian minum dapat diberikan melalui perenteral.
6
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Kasus
Pada tanggal 18 April 2022 jam 08:30 WITA di ruangan NHCU terdapat klien
By. Ny T berjenis kelamin perempuan, umur 3 hari,tanggal lahir 16 April 2022, tanggal
masuk RS 18 April 2022 dengan jenis persalinan SC dengan indikasi denyut jantung
bayi lemah. Tempat persalinan di RSUD Prof.Dr.W.Z. Johanes Kupang. Pasien masuk
di ruangan NHCU dengan diagnosa medis RDS ringan. Riwayat bayi Apgar score 4- 7,
dengan usia gestasi 39 minggu, berat badan ,lahir 2.900 gram. PB: 47cm, LK: 33cm dan
LP; 32cm. TTV: Nadi: 130x/menit, suhu:36,0°C, dan pernapasan: 40x/menit. Suhu
lingkungan ber AC dengan suhu: 26-27 °C pasien tidak mengguna kan inkubator pasien
di tempatkan pada infant warmers, kulit teraba dingin. komplikasi persalinan tidak ada,
aspirasi mekonium tidak ada,tidak ada lilitan tali pusat. Dengan Riwayat ibu: gravida: 2,
partus : 2 abortus: 0.
Pada saat pemeriksaan fisik di dapatkan keadaan umum sakit ringan, kesadaran
composmentis. Refleks moro ada, menggenggam kuat, mengisap kuat dan menelan.
Tonus/ aktivitas : tenang, menangis kuat, warna kulit merah muda, tugor kulit elastis,
tidak ada lanugo. Bentuk kepala normal, frontanel anterior lunak, mata normal refleks
terhadap cahaya, kedua bola mata simetris, THT: normal, bibir tidak sumbing, abdomen
tegas, Liver teraba, keadaan tali pusat masih basah, masih diklem dan belum kering.
umbilikus normal, paru-paru suara napas kanan kiri sama, suara napas, bersih, respirasi
spontan, tidak terpasang alat bantu napas.Pemeriksaan genitalia, bentuk kelamin
normal, labia dan klitoris tidak ada oedema dan masa, labia mayora menutupi labia
minora. Punggung normal, Anus paten. Pada Ekstremitas gerakan bebas, ekstremitas
atas normal, ekstremitas bawah normal.
3.2 Pengkajian
7
Jenis kelamin : Perempuan Pekerjaan : PNS
Umur : 3 hari No. Telepon : 081456789666
Tanggal Lahir : 16 April 2022 Alamat : Jl.Ahmad Yani No.44,Kupang
Jenis Persalinan : SC Status Perkawinan : Kawin
Tempat Persalinan : RSUD Sumber informasi : Ayah bayi
Prof.Dr.W.Z. Johanes Kupang
Penolong Persalinan : Dokter
Diagnosa Medis : RDS Ringan
Tanggal Masuk RS : 18 April 2022
Tanggal pengkajian : 18 April 2022
RIWAYAT KESEHATAN
A. Riwayat Kesehatan Sekarang
• Keluhan utama : By. Ny T berjenis kelamin perempuan, umur 3 hari tanggal
lahir 16 April 2022 dibawa ke RS dan berada di ruangan NHCU , dengan jenis
persalinan SC dengan indikasi denyut jantung bayi lemah. Pasien masuk di
ruangan NHCU dengan diagnosa medis RDS ringan.
8
d. Komplikasi waktu lahir : Tidak ada
e. Aspirasi Mekonium : tidak ada
f. Lilitan Tali Pusat : tidak ada
g. Ketuban Pecah Dini : tidak
h. Masalah Lain : Denyut Jantung Lemah
i. Persalinan Prematur : tidak
• Post Natal
a. Kondisi bayi : BB lahir 2900 gr,PB bayi 47 cm,LK 33 cm,LP 32 cm
PENGKAJIAN FISIK
1. Keadaan Umum
Kesadaran : Composimentis
2. Refleks
Moro : ada
Mengenggam : kuat
9
Menangis : kuat
Mengisap : kuat
3. Tonus
Aktivitas : tenang
menangis :keras
4. Kulit
7. THT : normal
8. Wajah
9. Abdomen : tegas
Liver : teraba
Umbilikus :
normal
10
Suara nafas kiri dan kanan : sama
Suara nafas : bersih
Respirasi : spontan
11. Jantung
Denyut nadi : 130x/menit
Sianosis saat menangis : tidak ada
12. Genitalia
Wanita : ya
Labia dan klitoris : tidak ada masa dan edema
13. Punggung dan anus
Punggung : normal
Meconium : tidak ada
Anus : paten
14. Ekstremitas
Gerakan : bebas
15. Suhu
11
17. Terapi
• Kulit teraba
dingin Suhu tubuh menurun
• Akral dingin
• Pasien menangis
kuat Kulit teraba dingin
• Pasien
ditempatkan di
infant warmers
Hipotermia
• S : 36 derajat
celcius
• RR : 40 x/menit
• N : 130 x/menit
12
18 April DS: Tali pusat masih Resiko infeksi
2022 basah dan masih
DO:
diklem
• Tali pusat pasien
masih basah dan
masih diklem
Pasca lepas tali pusat
• Apqar score : 4-7,
usia gestasi 39
minggu
Resiko infeksi
• BB : 2.900 gram
• PB : 47 cm
• LK : 33 cm
• LP : 32 cm
3.4 Diagnosa
3.5 Intervensi
13
lingkungan rendah d.d Setelah dilakukan tindakan - Monitor suhu
kulit teraba dingin keperawatan selama 1x24 tubuh
jam ,maka masalah - Identifikasi
hipotermia yang dialami px penyebab
ekspetasi membaik , hipotermia
termogulasi dengan kriteria - Monitor tanda
hasil : dan gejala
1. Menggigil menurun hipotermia
2. Konsumsi oksigen 2. Terapeutik
menurun - Sediakan
3. Pucat menurun lingkungan yang
4. Takikardi menurun hangat
5. Hipoksia menurun - Ganti pakaian
6. Suhu tubuh atau linen yang
membaik basah
7. Suhu kulit membaik - Lakukan
8. Kadar glukosa darah penghangatan
membaik pasif ( mis :
9. Ventilasi membaik selimut , menutup
10. Tekanan darah kepala ,pakaian
membaik tebal )
- Lakukan
penghangatan
aktif eksternal (
mis : kompres
hangat , botol
hangat , selimut
hangat )
- Lakukan
penghangatan
aktif internal (
mis: infus cairan
hangat , oksigen
hangat , lavase
peritoneal dengan
cairan hangat )
3. Edukasi
- Anjurkan makan /
minum hangat
Resiko infeksi b.d efek KODE SLKI , L . 14137 KODE SIKI 1.14539
prosedur invasif d.d
tindakan invasif Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi
keperawatan selama 1x24 - Monitor tanda
jam ,maka masalah risiko dan gejala infeksi
14
infeksi yang dialami px 2. Terapeutik
ekspetasi membaik , tingkat - Batasi jumlah
infeksi dengan kriteria hasil pengunjung
: - Berikan
1. Kebersihan tangan perawatan kulit
meningkat pada edema
2. Kebersihan badan - Cuci tangan
meningkat sebelum dan
3. Nafsu malan sesudah kontak
meningkat dengan pasien
4. Demam menurun dan lingkungan
5. Kemerahan pasien
menurun - Pertahan kan
6. Nyeri menurun teknik aseptik
7. Bengkaka menurun pada pasien
8. Kadar sel darah berisiko tinggi
putih membaik 3. Edukasi
- Jelaskan tanda
dan gejala infeksi
- Ajarkan cara
mencuci tangan
yang benar
- Ajarkan cara
memeriksa
kondisi luka atau
luka operasi
- Ajarkan
meningkatkan
asupan nutrisi
- Ajarkan
meningkatkan
asupan cairan
4. Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
imunisasi , jika
perlu
3.6 Implementasi
No Diagnosa Implementasi
Keperawatan
1 Hipotermia b.d 1. Memonitor suhu tubuh
15
terpapar suhu 2. Mengidentifikasi penyebab hipotermia
lingkungan 3. Memonitor tanda dan gejala akibat hipotermia
rendah d.d kulit 4. Menyediakan lingkungan yang hangat
teraba dingin 5. Mengganti pakaian dan/linen yang basah
6. Melakukan penghangatan pasif
7. Lakukan penghangatan aktif eksternal
8. Lakukan penghangatan aktif internal
9. Menganjurkan makan/minum hangat
2 Resiko infeksi 1. Memonitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
b.d efek 2. Membatasi jumlah pengunjung
prosedur invasif 3. Memberikan perawatan kulit pada area edema
d.d tindakan 4. Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
invasif pasien dan lingkungan pasien
5. Mempertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko
tinggi
6. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi
7. Mengajarkan cara mencuci tangan dengan benar
8. Mengajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka
operasi
9. Menganjurkan tingkatkan asupan nutrisi
10. Menganjurkan tingkatkan asupan cairan
11. Berkolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu.
3.7 Evaluasi
16
S : ibu pasien mengatakan selalu
mencuci tangan saat akan kontak
dengan pasien dan mengikuti arahan
perawat
O : pasien tampak tenang, akral
Resiko infeksi hangat, S : 37°C, tali ousat masih
b.d efek diklem dan masih basah, pasien
Tgl : 19/04/2022
2. prosedur invasif diberikan imunisasi HB0 pada paha
Jam : 07.30
d.d tindakan kanan
invasif A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
17
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sindrom gangguan pernafasan adalah perkembangan yang imatur pada sistem
pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS dikatakan sebagai
Hyaline Membrane Disesae. Penyebab terjadinya RDS yaitu tidak adanya surfaktan di
dalam paru-paru. Namun terdapat beberapa faktor predisposisi, yaitu bayi dari ibu
diabetes, persalinan sebelum umur kehamilan 37 minggu, kehamilan sebelumnya,
persalinan SC, persalinan cepat, stres dingin, dan riwayat bayi terkena RDS.
Bayi lahir prematur dengan kondisi paru yang belum siap sepenuhnya untuk
berfungsi sebagai organ pertukaran gas yang efektif. Hal ini merupakan faktor kritis
dalam RDS yang terjadi, ketidaksiapan untuk menjalankan fungsi tersebut disebabkan
oleh kekurangan atau tidak adanya surfaktan. Manifestasi klinis pada bayi yang
menderita RDS dantaranya yaitu kesulitan dalam memulai respirasi normal, dengkingan
(grunting) pada saat ekspirasi, refraksi sternum dan interkosta, nafas cuping hidung, dan
sianosis pada udara kamar. Komplikasi yang timbul akibat RDS yaitu antara lain ruptur
alveoli, dapat timbul infeksi, perdarahan intrakranial dan leukomalasia periventrikular.
Komplikasi jangka panjang yang sering terjadi yaitu Bronchopulmonary
Dysplasia (BPD) dan retinopathy prematur. Pengobatan yang biasa diberikan selama
fase penyakit RDS adalah antibiotika, furosemid, fenobarbital, vitamin E, metilksantin
(teofilin dan kafein). Pemeriksaan penunjang pada RDS yaitu seri rontgen dada,
bronkogram udara, data laboratorium, dan profil paru.
4.2 Saran
Semoga makalah ini dapat berguna bagi penyusun maupun pembaca dalam
meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan yang komprehensif pada bayi resiko
tinggi khususnya pada bayi dengan RDS dan juga dapat menyediakan literatur yang
menunjang dalam melakukan studi kasus yang berkaitan dengan RDS.
18
DAFTAR PUSTAKA
19