Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK YANG MENGALAMI

RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME (RDS)


Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak I

Dosen Pengampu:
Yanuar Eka Pujiastutik, S.Kep.,Ns.,M.kes.

Disusun Oleh:
1. ADISTIA KUSUMA WATI 10220003
2. AISZHA NURFITRIA 10220004
3. ANDHIRA KINDHY PRAMUDHITA 10220008
4. AVIDA LESTARI 10220014
5. BAYU AJI ARIAWAN 10220016
6. CANTIKA OKTAVIAN DWI ARIANDI 10220018
7. ELVA NOVANI WULANDARI 10220026
8. FITRI LAILATUL AZIZAH 10220029
9. HANA IKRIMATUS ZAHRO 10220030
10. KAMELIA ZADA 10220038
11. LORENSIA LUSIA SAJA 10220039
12. LUCKY WIDIASTUTI 10220040
13. LUSIANA SARI 10220041

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Asuhan Keperawatan Pada
Anak yang Mengalami Respiratory Distress Syndrome”. Makalah ini disusun sebagai
pemenuhan tugas mata kuliah Keperawatan Anak I.

Penyelesaian makalah ini tidak lepas dari bantuan dan pengarahan dari berbagai
pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bu yanuar Eka Pujiastutik, S.Kep.Ns., M.Kes. Selaku dosen mata kuliah


Keperawatan Anak I.
2. Dan seluruh anggota kelompok 3 yang membantu dan menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalam penyusunan makalah
ini. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari segenap pembaca untuk
memperbaiki makalah kami . Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Kediri, 20 April 2022

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................i

DAFTAR ISI ......................................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang .......................................................................................................1


1.2 Rumusan masalah ..................................................................................................1
1.3 Tujuan....................................................................................................................2
1.4 Manfaaat ................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi penyakit RDS...........................................................................................3


2.2 Etiologi penyakit RDS...........................................................................................3
2.3 Patofisiologi penyakit RDS ..................................................................................4
2.4 Manifestasi klinis penyakit RDS ...........................................................................5
2.5 Pemeriksaan penunjang RDS ................................................................................5
2.6 Penatalaksanaan penyakit RDS .............................................................................5

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Kasus ....................................................................................................................7


3.2 Pengkajian ............................................................................................................7
3.3 Analisa data ...........................................................................................................12
3.4 Diagnosa ................................................................................................................13
3.5 Intervensi ...............................................................................................................13
3.6 Implementasi .........................................................................................................15
3.7 Evaluasi ................................................................................................................16

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan ..............................................................................................................18


4.2 Saran .......................................................................................................................18

ii
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Penyakit saluran pernapasan merupakan salah satu penyebab kesakitan dan
kematian yang paling sering dan penting pada anak, terutama pada bayi, karena saluran
pernafasannya masih sempit dan daya tahan tubuhnya masih rendah. Disamping faktor
organ pernafasan, keadaanpernafasan bayi dan anak juga dipengaruhi oleh beberapa hal
lain, seperti suhu tubuh yang tinggi, terdapatnya sakit perut, atau lambung yang penuh.
Penilaian keadaan pernafasan dapat dilaksanakan dengan mengamati gerakan dada dan
atau perut. Neonatus normal biasanya mempunyai pola pernafasan abdominal. Bila anak
sudah dapat berjalan pernafasannya menjadi thorakoabdominal. Pola pernafasan normal
adalah teratur dengan waktu ekspirasi lebih panjang daripada waktu inspirasi, karena
pada inspirasi otot pernafasan bekerja aktif, sedangkan pada waktu ekspirasi otot
pernapasan bekerja secara pasif.
Salah satu penyebab kematian untuk masalah respirasi pada bayi baru lahir
adalah Respiratory Distress Syndrome (RDS). Respiratory Distress Syndrome (RDS)
adalah kesulitan atau terjadinya disfungsi pernapasan pada neonatus yang dikarenakan
beberapa hal, yaitu pada masa maternal seperti riwayat penyakit pada ibu (hipertensi dan
diabetes); masa fetal seperti bayi lahir prematur dan kelahiran ganda; masa persalinan
seperti kehilangan darah yang berlebih, postmaturitas, secsio secaria); dan masa neonatal
dikarenakan infeksi dan asfiksia neonatorum. RDS merupakan masalah yang dapat
menyebabkan henti nafas bahkan kematian, sehingga dapat meningkatkan morbiditas
dan mortalitas pada bayi baru lahir.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa Definisi penyakit RDS?
2. Bagaimana Etiologi penyakit RDS?
3. Bagaimana Patofisiologi penyakit RDS ?
4. Bagaimana Manifestasi klinis penyakit RDS?

1
5. Apa Pemeriksaan penunjang RDS?
6. Bagaimana Penatalaksanaan penyakit RDS?

1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Definisi RDS
2. Untuk Mengetahui etiologi penyakit RDS
3. Untuk Mengetahui Patofisiologi RDS
4. Untuk Mengetahui Manifestasi Klinis penyakit RDS
5. Untuk Mengetahui Pemeriksaan Penunjang RDS
6. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan RDS

1.4 Manfaat
1. Mahasiswa dapat memahami definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,
pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan.
2. Mahasiswa dapat memahami konsep asuhan keperawatan pada klien dengan
respiratory distress syndrome

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Penyakit RDS


Respiratory Distress Syndrome (RDS) Adalah gangguan pernafasan yang
sering terjadi pada bayi prematur dengan tanda tanda takipnue (>60 x/mnt), retraksi
dada, sianosis pada udara kamar, yang menetap atau memperburuk pada 48-96 jam
kehidupan dengan x-ray thorak yang spesifik. Klinik tanda-tanda sesuai dengan besarnya
bayi, berat penyakit, adanya infeksi dan tidak ada aliran darah melalui PDA (Stark 1986).
Menurut Petty dan Asbaugh (1971), definisi dan kriteria RDS bila didapatkan
sesak nafas berat (dyspnea), frekuensi nafas sayaniingkat (tachypnea), sianosis yang
menetap dengan terapi oksigen, penurunan daya pengembangan paru,adanya gambaran
infiltrat alveolar yang merata pada foto thorak dan adanya atelektasis, kongesti vaskuler,
perdarahan, edema paru, dan adanya membran hialin pada saat otopsi.
Sindrom gawat napas (RDS) (juga dikenal sebagai gangguan pernapasan
idiopatik syndrome) adalah temuan-temuan klinis, radiologis, dan histologis yang terjadi
terutama akibat ketidakmaturan paru dengan unit pernapasan yang kecil dan sulit
mengembang dan tidak menyisakan udara diantara usaha napas. Istilah-Istilah Penyakit
Membran Hialin (HMD) sering kali digunakan saling bertukar dengan RDS (Bobak,
2005).
Respiratory Distress Syndrome merupakan penyakit yang disebabkan oleh
ketidakmaturan dari sel tipe 11 dan ketidakmampuan sel tersebut untuk menghasilkan
surfaktan yang mencukupi. (Dot Stables, 2005)

2.2 Etiologi Penyakit RDS


RDS sering ditemukan pada bayi prematur dan sangat berkaitan erat dengan
usia kehamilan. Dengan ungkapan lain semakin muda usia kehamilan ibu, semakin
tinggi kejadian RDS pada bayi tersebut. Sebaliknya semakin tua usia kehamilan,
semakin rendah kejadian RDS (Asrining Surasmi, Siti Handayani, 2003).

3
Penyebab SGNN adalah penyakit membran hialin (PMH) yang terjadi akibat
kekurangan surfaktan. Surfaktan adalah suatu kompleks lipoprotein yang merupakan
bagian dari permukaan mirip film yang ada di alveoli, untuk mencegah kolapsnya paru.
Ketidakadekuatan surfaktan menimbulkan kolaps paru, sehingga menyebabkan
hipoksia, retensi CO2 dan asidosis (Maya, 2012). Sedangkan penyebab dari gangguan
pertukaran gas adalah ketidakseimbangan ventilasi perfusi dan perubahan membran
alveolus kapiler (Tim Pokja DPP PPNI SDKI, 2017)

2.3 Patofisiologi Penyakit RDS


Kegawatan pernafasan dapat terjadi pada bayi dengan gangguan pernafasan
yang dapat menimbulkan dampak yang cukup berat bagi bayi berupa kerusakan otak
atau bahkan kematian. Akibat dari gangguan pada sistem pernafasan adalah terjadinya
kekurangan oksigen (hipoksia) pada tubuh bayi akan beradaptasi terhadap kekurangan
oksigen dengan mengaktifkan metabolisme anaerob. Apabila keadaan hipoksia semakin
berat dan lama,metabolisme anaerob akan menghasilkan asam laktat.
Dengan memburukya keadaan asidosis dan penurunan aliran darah keotak
maka akan terjadi kerusakan otak dan organ lain karena hipoksia dan iskemia. Pada
stadium awal terjadi hiperventilasi diikuti stadium apneu primer. Pada keadaan ini bayi
tampak sianosis,tetapi sirkulasi darah relative masih baik. Curah jantung yang meningkat
dan adanya vasokontriksi perifer ringan menimbulkan peninggkatan tekanan darah dan
reflek bradikardi ringan. Depresi pernafasan pada saat ini dapat diatasi dengaan
meningkatkan implus aferen seperti perangsangan pada kulit.Apneu normal berlangsung
sekitar 1-2 menit.Apnea primer dapat memanjang dan diikuti dengan memburuknya
sistem sirkulasi. Hipoksia miokardium dan asidosis akan memperberat
bradikardi,vasokontraksi dan hipotensi. Keadaan ini dapat terjadi sampai 5menit dan
kemudian terjadi apneu sekunder. Selama apneu sekunder denyut jantung,tekanan darah
dan kadar oksigen dalam darah terus menurun. Bayi tidakbereaksi terhadap rangsangan
dan tidak menunjukkan upaya pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadikecuali
pernafasan buatan dan pemberian oksigen segera dimulai (Marmi & Rahardjo, 2012).

4
2.4 Manifestasi klinis penyakit RDS
Berat atau ringannya gejala klinis pada penyakit RDS (Respiratory Distress
Syndrom) ini sangat dipengaruhi oleh tingkat maturitas paru. Semakin rendah berat
badan dan usia kehamilan, semakin berat gejala klinis yang ditunjukan. Gejala dapat
tampak beberapa jam setelah kelahiran. Bayi RDS (Respiratory Distress Syndrom)yang
mampu bertahan hidup sampai 96 jam pertama mempunyai prognosis yang lebih baik.
Gejala umum RDS yaitu: takipnea (>60x/menit), pernapasan dangkal, mendengkur,
sianosis, pucat, kelelahan, apnea dan pernapasan tidak teratur, penurunan suhu tubuh,
retraksi suprasternal dan substernal, pernapasan cuping hidung ( Surasmi, 2013).

2.5 Pemeriksaan Penunjang Penyakit RDS


Menurut Cecily & Sowden (2009) pemeriksaan penunjang pada bayi dengan RDS yaitu:
1. Kajian foto thoraks
1) Pola retikulogranular difus bersama udara yang saling tumpang tindih.
2) Tanda paru sentral dan batas jantung sukar dilihat, hipoinflasi paru
3) Kemungkinan terdapat kardiomegali bila sistem lain juga terkena (bayi dari ibu
diabetes, hipoksia atau gagal jantung kongestif)
4) Bayangan timus yang besar
5) Bergranul merata pada bronkogram udara yang menandakan penyakit berat
jika muncuk pada beberapa jam pertama
2. Gas darah arteri-hipoksia dengan asidosis respiratorik dan atau metabolik
1) Hitung darah lengkap
2) Elektrolit, kalsium, natrium, kalium, glukosa serum
3) Tes cairan amnion (lesitin banding spingomielin) untuk menentukan maturitas
paru
4) Oksimetri nadi untuk menentukan hipoksia

2.6 Penatalaksanaan Penyakit RDS


➢ Penatalaksanaan medis

5
Menurut Cecily & Sowden (2009) penatalaksanaan medis pada bayi RDS
(Respiratory Distress Syndrom) yaitu:
1. Perbaiki oksigenasi dan pertahankan volume paru optimal
a. Penggantian surfaktan melalui selang endotrakeal
b. Tekanan jalan napas positif secara kontinu melalui kanul nasal untuk
mencegah kehilangan volume selama ekspirasi
c. Pemantauan transkutan dan oksimetri nadi
d. Fisioterapi dada Tindakan kardiorespirasi tambahan
2. Pertahankan kestabilan suhu
3. Berikan asupan cairan, elektrolit, dan nutrisi yang tepat
4. Pantau nilai gas darah arteri, Hb dan Ht serta bilirubin
5. Lakukankan transfusi darah seperlunya
6. Hematokrit guna mengoptimalkan oksigenasi
7. Pertahankan jalur arteri untuk memantau PaO₂ dan pengambilan sampel darah
8. Berikan obat yang diperlukan
➢ Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut Surasmi (2003) penatalaksanan keperawatan terhadap RDS meliputi
tindakan pendukung yang sama dalam pengobatan pada bayi prematur dengan
tujuan mengoreksi ketidakseimbangan. Pemberian minum per oral tidak
diperbolehkan selama fase akut penyakit ini karena dapat menyebabkan aspirasi.
Pemberian minum dapat diberikan melalui perenteral.

6
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Kasus
Pada tanggal 18 April 2022 jam 08:30 WITA di ruangan NHCU terdapat klien
By. Ny T berjenis kelamin perempuan, umur 3 hari,tanggal lahir 16 April 2022, tanggal
masuk RS 18 April 2022 dengan jenis persalinan SC dengan indikasi denyut jantung
bayi lemah. Tempat persalinan di RSUD Prof.Dr.W.Z. Johanes Kupang. Pasien masuk
di ruangan NHCU dengan diagnosa medis RDS ringan. Riwayat bayi Apgar score 4- 7,
dengan usia gestasi 39 minggu, berat badan ,lahir 2.900 gram. PB: 47cm, LK: 33cm dan
LP; 32cm. TTV: Nadi: 130x/menit, suhu:36,0°C, dan pernapasan: 40x/menit. Suhu
lingkungan ber AC dengan suhu: 26-27 °C pasien tidak mengguna kan inkubator pasien
di tempatkan pada infant warmers, kulit teraba dingin. komplikasi persalinan tidak ada,
aspirasi mekonium tidak ada,tidak ada lilitan tali pusat. Dengan Riwayat ibu: gravida: 2,
partus : 2 abortus: 0.
Pada saat pemeriksaan fisik di dapatkan keadaan umum sakit ringan, kesadaran
composmentis. Refleks moro ada, menggenggam kuat, mengisap kuat dan menelan.
Tonus/ aktivitas : tenang, menangis kuat, warna kulit merah muda, tugor kulit elastis,
tidak ada lanugo. Bentuk kepala normal, frontanel anterior lunak, mata normal refleks
terhadap cahaya, kedua bola mata simetris, THT: normal, bibir tidak sumbing, abdomen
tegas, Liver teraba, keadaan tali pusat masih basah, masih diklem dan belum kering.
umbilikus normal, paru-paru suara napas kanan kiri sama, suara napas, bersih, respirasi
spontan, tidak terpasang alat bantu napas.Pemeriksaan genitalia, bentuk kelamin
normal, labia dan klitoris tidak ada oedema dan masa, labia mayora menutupi labia
minora. Punggung normal, Anus paten. Pada Ekstremitas gerakan bebas, ekstremitas
atas normal, ekstremitas bawah normal.

3.2 Pengkajian

IDENTITAS PASIEN IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB


Nama klien : By.Ny.T Nama orang tua : Tn.A.W

7
Jenis kelamin : Perempuan Pekerjaan : PNS
Umur : 3 hari No. Telepon : 081456789666
Tanggal Lahir : 16 April 2022 Alamat : Jl.Ahmad Yani No.44,Kupang
Jenis Persalinan : SC Status Perkawinan : Kawin
Tempat Persalinan : RSUD Sumber informasi : Ayah bayi
Prof.Dr.W.Z. Johanes Kupang
Penolong Persalinan : Dokter
Diagnosa Medis : RDS Ringan
Tanggal Masuk RS : 18 April 2022
Tanggal pengkajian : 18 April 2022

RIWAYAT KESEHATAN
A. Riwayat Kesehatan Sekarang
• Keluhan utama : By. Ny T berjenis kelamin perempuan, umur 3 hari tanggal
lahir 16 April 2022 dibawa ke RS dan berada di ruangan NHCU , dengan jenis
persalinan SC dengan indikasi denyut jantung bayi lemah. Pasien masuk di
ruangan NHCU dengan diagnosa medis RDS ringan.

B. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


(khusus untuk anak usia 0-5 th)
• Prenatal care
a. Komplikasi Kehamilan: tidak ada
b. Plasenta previa : tidak ada
c. Preeklamsia/eklamsia : tidak ada
• Natal
a. Tempat melahirkan : Rumah sakit
b. Jenis persalinan : SC
c. Penolong persalinan : Dokter

8
d. Komplikasi waktu lahir : Tidak ada
e. Aspirasi Mekonium : tidak ada
f. Lilitan Tali Pusat : tidak ada
g. Ketuban Pecah Dini : tidak
h. Masalah Lain : Denyut Jantung Lemah
i. Persalinan Prematur : tidak
• Post Natal
a. Kondisi bayi : BB lahir 2900 gr,PB bayi 47 cm,LK 33 cm,LP 32 cm

C. Riwayat Kesehatan Ibu


• Riwayat ibu : Gravida 2,Partus 2,Abortus 0

D. Riwayat Kesehatan Bayi


• Apgar Score : 4-7
• Usia Gestasi : 39 Minggu
• Berat Badan Lahir : 2.900 gram
• Panjang Badan : 47 Cm
• Berat Badan Saat Dikaji : 2.900 gram
• Tanda Vital Suhu : 36,0°C,Nadi : 130x/menit,Pernapasan : 40x/menit

PENGKAJIAN FISIK

1. Keadaan Umum

Sakit Ringan, GCS : 4, 5, 6

Kesadaran : Composimentis
2. Refleks

Moro : ada

Mengenggam : kuat

9
Menangis : kuat

Mengisap : kuat
3. Tonus
Aktivitas : tenang
menangis :keras

4. Kulit

Warna kulit : merah muda

Turgor kulit : elastis

Lanugo : tidak ada


5. Kepala/leher

Frontanel anterior : lunak


6. Mata
Normal refleks terhadap cahaya

7. THT : normal

8. Wajah

Gambaran wajah : simetris


Bibir sumbing : tidak ada

9. Abdomen : tegas

Lingkar Perut : 23Cm

Liver : teraba

Umbilikus :
normal

Bising usus : 5x/menit


10. Paru-paru

10
Suara nafas kiri dan kanan : sama
Suara nafas : bersih
Respirasi : spontan
11. Jantung
Denyut nadi : 130x/menit
Sianosis saat menangis : tidak ada
12. Genitalia

Wanita : ya
Labia dan klitoris : tidak ada masa dan edema
13. Punggung dan anus

Punggung : normal
Meconium : tidak ada

Anus : paten
14. Ekstremitas

Gerakan : bebas

Ekstremitas atas : normal


Ekstremitas bawah : normal

15. Suhu

Suhu lingkungan : 26°C


Inkubator : tidak memakai
inkubator Suhu kulit : dingin
16. Pemeriksaan Penunjang

a. Darah Lengkap : tidak dilakukan pemeriksaan

b. Feses : tidak dilakukan pemeriksaan

c. Faal Hati: tidak dilakukan pemeriksaan

d. Lain-lain : tidak dilakukan pemeriksaan

11
17. Terapi

a. Parenteral : tidak menerima terapi

b. Obat- obatan : tidak menerima obat obatan

3.3 Analisa data

Tanggal Data Etiologi Masalah

18 April DS : - Kulit terpapar dingin Hipotermia


2022
DO:

• Kulit teraba
dingin Suhu tubuh menurun

• Akral dingin
• Pasien menangis
kuat Kulit teraba dingin
• Pasien
ditempatkan di
infant warmers
Hipotermia
• S : 36 derajat
celcius
• RR : 40 x/menit
• N : 130 x/menit

12
18 April DS: Tali pusat masih Resiko infeksi
2022 basah dan masih
DO:
diklem
• Tali pusat pasien
masih basah dan
masih diklem
Pasca lepas tali pusat
• Apqar score : 4-7,
usia gestasi 39
minggu
Resiko infeksi
• BB : 2.900 gram

• PB : 47 cm

• LK : 33 cm

• LP : 32 cm

3.4 Diagnosa

No.Dx Diagnosa Keperawatan Tanggal Ditemukan Tanggal Teratasi


D.0132 Hipotermia b.d terpapar suhu 18 April 2022 19 April 2022
lingkungan rendah d.d kulit
teraba dingin
D.0142 Resiko infeksi b.d efek 18 April 2022 19 April 2022
prosedur invasif d.d tindakan
invasif

3.5 Intervensi

Diagnosa Tujuan Intervensi


Hipotermia b.d KODE SLKI l.14134 KODE SIKI 1. 14507
terpapar suhu 1. Observasi

13
lingkungan rendah d.d Setelah dilakukan tindakan - Monitor suhu
kulit teraba dingin keperawatan selama 1x24 tubuh
jam ,maka masalah - Identifikasi
hipotermia yang dialami px penyebab
ekspetasi membaik , hipotermia
termogulasi dengan kriteria - Monitor tanda
hasil : dan gejala
1. Menggigil menurun hipotermia
2. Konsumsi oksigen 2. Terapeutik
menurun - Sediakan
3. Pucat menurun lingkungan yang
4. Takikardi menurun hangat
5. Hipoksia menurun - Ganti pakaian
6. Suhu tubuh atau linen yang
membaik basah
7. Suhu kulit membaik - Lakukan
8. Kadar glukosa darah penghangatan
membaik pasif ( mis :
9. Ventilasi membaik selimut , menutup
10. Tekanan darah kepala ,pakaian
membaik tebal )
- Lakukan
penghangatan
aktif eksternal (
mis : kompres
hangat , botol
hangat , selimut
hangat )
- Lakukan
penghangatan
aktif internal (
mis: infus cairan
hangat , oksigen
hangat , lavase
peritoneal dengan
cairan hangat )
3. Edukasi
- Anjurkan makan /
minum hangat
Resiko infeksi b.d efek KODE SLKI , L . 14137 KODE SIKI 1.14539
prosedur invasif d.d
tindakan invasif Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi
keperawatan selama 1x24 - Monitor tanda
jam ,maka masalah risiko dan gejala infeksi

14
infeksi yang dialami px 2. Terapeutik
ekspetasi membaik , tingkat - Batasi jumlah
infeksi dengan kriteria hasil pengunjung
: - Berikan
1. Kebersihan tangan perawatan kulit
meningkat pada edema
2. Kebersihan badan - Cuci tangan
meningkat sebelum dan
3. Nafsu malan sesudah kontak
meningkat dengan pasien
4. Demam menurun dan lingkungan
5. Kemerahan pasien
menurun - Pertahan kan
6. Nyeri menurun teknik aseptik
7. Bengkaka menurun pada pasien
8. Kadar sel darah berisiko tinggi
putih membaik 3. Edukasi
- Jelaskan tanda
dan gejala infeksi
- Ajarkan cara
mencuci tangan
yang benar
- Ajarkan cara
memeriksa
kondisi luka atau
luka operasi
- Ajarkan
meningkatkan
asupan nutrisi
- Ajarkan
meningkatkan
asupan cairan
4. Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
imunisasi , jika
perlu

3.6 Implementasi

No Diagnosa Implementasi
Keperawatan
1 Hipotermia b.d 1. Memonitor suhu tubuh

15
terpapar suhu 2. Mengidentifikasi penyebab hipotermia
lingkungan 3. Memonitor tanda dan gejala akibat hipotermia
rendah d.d kulit 4. Menyediakan lingkungan yang hangat
teraba dingin 5. Mengganti pakaian dan/linen yang basah
6. Melakukan penghangatan pasif
7. Lakukan penghangatan aktif eksternal
8. Lakukan penghangatan aktif internal
9. Menganjurkan makan/minum hangat
2 Resiko infeksi 1. Memonitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
b.d efek 2. Membatasi jumlah pengunjung
prosedur invasif 3. Memberikan perawatan kulit pada area edema
d.d tindakan 4. Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
invasif pasien dan lingkungan pasien
5. Mempertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko
tinggi
6. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi
7. Mengajarkan cara mencuci tangan dengan benar
8. Mengajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka
operasi
9. Menganjurkan tingkatkan asupan nutrisi
10. Menganjurkan tingkatkan asupan cairan
11. Berkolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu.

3.7 Evaluasi

No. Diagnosa Tanggal & Jam Evaluasi


Keperawatan Teratasi
S : ibu pasien mengatakan anak tidak
rewel lagi dan kulit mulai teraba hangat
Hipotermia b.d O : pasien tampak mulai nyaman dan
terpapar suhu tenang, S : 36,9°C
Tgl : 19/04/2022
1. lingkungan A : masalah teratasi
Jam : 07.30
rendah d.d kulit P : intervensi dihentikan
teraba dingin

16
S : ibu pasien mengatakan selalu
mencuci tangan saat akan kontak
dengan pasien dan mengikuti arahan
perawat
O : pasien tampak tenang, akral
Resiko infeksi hangat, S : 37°C, tali ousat masih
b.d efek diklem dan masih basah, pasien
Tgl : 19/04/2022
2. prosedur invasif diberikan imunisasi HB0 pada paha
Jam : 07.30
d.d tindakan kanan
invasif A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

17
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sindrom gangguan pernafasan adalah perkembangan yang imatur pada sistem
pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS dikatakan sebagai
Hyaline Membrane Disesae. Penyebab terjadinya RDS yaitu tidak adanya surfaktan di
dalam paru-paru. Namun terdapat beberapa faktor predisposisi, yaitu bayi dari ibu
diabetes, persalinan sebelum umur kehamilan 37 minggu, kehamilan sebelumnya,
persalinan SC, persalinan cepat, stres dingin, dan riwayat bayi terkena RDS.
Bayi lahir prematur dengan kondisi paru yang belum siap sepenuhnya untuk
berfungsi sebagai organ pertukaran gas yang efektif. Hal ini merupakan faktor kritis
dalam RDS yang terjadi, ketidaksiapan untuk menjalankan fungsi tersebut disebabkan
oleh kekurangan atau tidak adanya surfaktan. Manifestasi klinis pada bayi yang
menderita RDS dantaranya yaitu kesulitan dalam memulai respirasi normal, dengkingan
(grunting) pada saat ekspirasi, refraksi sternum dan interkosta, nafas cuping hidung, dan
sianosis pada udara kamar. Komplikasi yang timbul akibat RDS yaitu antara lain ruptur
alveoli, dapat timbul infeksi, perdarahan intrakranial dan leukomalasia periventrikular.
Komplikasi jangka panjang yang sering terjadi yaitu Bronchopulmonary
Dysplasia (BPD) dan retinopathy prematur. Pengobatan yang biasa diberikan selama
fase penyakit RDS adalah antibiotika, furosemid, fenobarbital, vitamin E, metilksantin
(teofilin dan kafein). Pemeriksaan penunjang pada RDS yaitu seri rontgen dada,
bronkogram udara, data laboratorium, dan profil paru.

4.2 Saran
Semoga makalah ini dapat berguna bagi penyusun maupun pembaca dalam
meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan yang komprehensif pada bayi resiko
tinggi khususnya pada bayi dengan RDS dan juga dapat menyediakan literatur yang
menunjang dalam melakukan studi kasus yang berkaitan dengan RDS.

18
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Lowdermik. 2005. Respiratory Distress Syndrom 4. Jakarta : EGC


Surasmi. (2013). Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta: EGC.
Cecily & Sowden (2009). Buku Saku Keperawatan Pedriatik. Edisi 5. Jakarta: EGC
Surasmi,Asrining.2003.Perawatan Bayi Resiko Tinggi.Jakarta: EGC

19

Anda mungkin juga menyukai