Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

RESPIRATORY DISTRESS SYNDROM

disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah keperawatan anak sehat dan sakit
akut

Dosen Pengampu : Hj.Ns. Yuyun Rahayu,S.Kep.,M.Kep.

Yanti Srinayanti,S.Kep.,Ners.,M.Kep.

Ima Sukmawati,S.Kep.,Ners.,MPH.

Anggota Kelompok:

Ana Hertiana Muzdalipah 2103277055

Hashfi Hasbul Hadi 2103277074

Vira Dwi Alfianti 2003277094

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKes MUHAMMADIYAH CIAMIS Jalan K.H. Ahmad Dahlan No.20 Ciamis

2023
Kata Pengantar

Assalamua’alaikum Wr. Wb

Puja dan puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Allah SWT, atas
berkat limpahan Rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik meskipun banyak rintangan. Shalawat beserta salam
kami panjatkan kepada junjungan besarkita, Nabi Muhammad SAW serta
keluarganya, sahabatnya, dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Atas berkat, Rahmat dan nikmat Allah, dalam penulisan makalah ini kami
mampu menyelesaikan makalah Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada
pihak yang telah membantu kami menyusun makalah yang berjudul “RDS
(Respiratory Distress Syndrome) pada bayi”.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada


makalah ini. Oleh, sebab itu, kami mengajak pembaca untuk memberikan saran
dan kritik yang membangun. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami
harapkan untuk pennyempurnaan makalah selanjutnya.

Demikian yang disampaikan oleh penulis, kami berharap agar makalah ini
dapat bermanfaat untuk kita semua kedepannya.

Wassalamua’laikum Wr, Wb

Ciamis, 10 Mei 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................1
1.3 Tujuan Makalah..........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................2

2.1 Definisi.......................................................................................................2

2.2 Faktor Penyebab dan Resiko......................................................................2

2.3 Manifestasi Klinis.......................................................................................3

2.4 Komplikasi RDS.........................................................................................4

2.5 Penatalaksanaan Medik..............................................................................6

2.6 Konsep Asuhan Keperawatan.....................................................................6

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................11

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Respiratory Distress Syndrome (RDS) ialah keadaan dimana terdapat
gangguan sistem respiratori pada neonatus yang disebabkan oleh kurangnya
surfaktan terlebih pada bayi yang kurang bulan. Surfaktan merupakan zat
yang mampu menurunkan tegangan pada dinding alveoli paru. Neonatus
dengan Respiratory Distress Syndromemasih menjadi masalah kesehatan
dalam masyarakat yang signifikan secara menyeluruh karena efek yang
ditimbulkan,
baik efek dalam jangka yang pendek maupun dalam jangka panjang (Pp, Skp,
& Suminto, 2017).

1.2 Rumusan masalah


1. Apa definisi dari Respiratory Distress Syndrom pada bayi?
2. Apa penyebab dan faktor resiko penyebab Respiratory Distress pada bayi?
3. Apa Manifestasi Klinis Respiratory Distress Syndrom pada bayi?
4. Apa Komplikasi pada Respiratory Distress Syndrom?
5. Bagaimana Penatalaksanaan pada Respiratory Syndrom pada bayi?
6. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan pada RDS?

1.3 Tujuan Makalah


1. Untuk mengetahui definisi dari Respiratory Distress Syndrom
2. Untuk mengetahui penyebab dan faktor resiko penyebab Respiratory
Distress pada bayi
3. Untuk mengetahui Manifestasi Klinis Respiratory Distress Syndrom pada
bayi
4. Untuk mengetahui Komplikasi pada Respiratory Distress Syndrom
5. Untuk mengetahui Penatalaksanaan pada Respiratory Syndrom pada bayi

1
6. Untuk mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan pada RDS

BAB II

Pembahasan

2.1 Definisi

Sindroma gagal nafas (Respiratory distress syndrome) adalah istilah yang


digunakan untuk disfungsi pernafasan pada neonatus. Gangguan ini
merupakan penyakit yang berhubungan dengan keterlambatan perkembangan
maturitas paru atau tidak adekuatnya jumlah sufaktan dalam paru (Marmi &
Rahardjo, 2012).

Berdasarkan National Heart, Lung and Blood Institute, AS, kondisi RDS
biasanya dialami bayi yang lahir sebelum usia kehamilan mencapai pekan ke-
28 (terlahir prematur).  Tetapi gangguan pernapasan ini dapat pula dialami
bayi yang lahir cukup bulan pada minggu ke-37 atau ke-38 kehamilan.

2.2 Faktor Penyebab dan Resiko

Penyebab terjadinya penyakit RDS dikarenakan kurangnya surfaktan,


yang dimana surfaktan tersebut adalah suatu zat aktif pada alveoli yang dapat
mencegah terjadinya kolaps paru. Menurut (Rahardjo & Marmi, 2012)

1. Bayi lahir premature


Ketika bayi lahir sebelum 37 minggu kehamilan, bayi akan mengalami
immaturitas paru dimana paru pada bayi belum cukp berkembang dengan
penuh.
2. Faktor Ibu
a. Ibu dengan diabetes
Kondisi tingginnya insulin pada masa kehamilan dapat menyebabkan
suplay nutrisi kurang atau berlebih dan meningkatnya kekentalan

2
darah, sehingga berisiko menimbulkan gangguan kebutuhan nutrisi dan
dapat menyebabkan kurangnya suplai oksigen yang dapat
mengakibatkan gawat nafas pada neonatus.
b. Ibu dengan Hipertensi
3. Faktor Bayi
a. Bayi dengan infeksi neonatal seperti pneumonia (peradangan paru-
paru)
b. Bayi yang tertelan air ketuban (aspirasi meconium)
c. Bayi dengan penyakit bawaan yaitu jantung
4. Faktor Persalinan
a. Asfiksia perinatal
b. Secsio secaria
SC (Sectio Caesaria) meningkatkan resiko terjadinya gangguan
pernafasan karena saat neonatus dilahirkan dengan SC maka akan
memiliki volume resido paru yang lebih besar dibandingkan dengan
cairan paru sehingga paru-paru bayi dengan SC kurang mengeluarkan
surfaktan pada permukaan alveolar dimana hal ini resiko tinggi
menderita RDS.
c. Partus lama
5. Faktor Plasenta
Faktor plasenta meliputi solusio plasenta, perdarahan plasenta, plasenta
kecil, plasenta tipis, plasenta tidak menempel pada tempat.

2.3 Manifestasi Klinis


Gejala utama Gawat napas / distress respirasi pada neonatus dapat diukur
dengan capaian saturasi oksigen, respiratory rate, APGAR SKOR, Analisa gas
darah, dan selanjutnya di jabarkan secara ringkas dalam bentuk Score Downe.
1. Pernapasan >60 kali per menit
2. Merintih saat menghembuskan nafas
3. Pernafasan cuping hidung
4. Retraksi dada: cekungan pada sternum dan kosta pada saat menarik nafas
5. Sianosis (kebiruan pada kulit, bibir, jari tangan dan kaki)

3
2.4 Komplikasi RDS
Komplikasi RDS menurut (Haryani dkk, 2021), antara lain:
1. Komplikasi Jangka Pendek
a. Ruptur Alveoli
Bila dicurigai terjadi kebocoran udara (pneumothoraks,
pneumomediastinum, pneumopericardium, emfisema interstitial) pada bayi
dengan RDS yang tiba-tiba kondisinya memburuh dengan gejala apnea
atau bradikardia.
b. Infeksi
Terjadi karena keadaan yang memburuk dan adanya perubahan jumlah
leukosit dan trombositopenia. Infeksi timbul karena tindakan invasif
seperti pemasangan alat respirasi dan jarum vena.
c. Perdarahan Intra Kranial leukomalasia periventrikular
Perdarahan intraventrikular terjadi pada 20 – 40% bayi prematur dengan
frekuensi terbanyak pada bayi RDS.
2. Komplikasi Jangka Panjang
a. Broncho Pulmonary Dysplasia (BPD)
Merupakan penyakit paru kronik yang disebabkan karena pemakaian
oksigen pada bayi dengan masa gestasi 36 minggu. BPD 24 berhubungan
dengan tingginya volume dan tekanan yang digunakan pada waktu
menggunakan ventilasi mekanik karena adanya infeksi, inflamasi dan
defisiensi vitamin A.
b. Retinopaty Premature
Kegagalan fungsi neurologik terjadi sekitar 10 – 70% pada bayi yang
berhubungan dengan masa gestasi karena adanya hipoksia, komplikasi
intrakranial, dan adanya infeksi

2.5 Penatalaksanaan Medik


Penatalaksanaan medik tindakan yang perlu dilakukan:
a. Terapi Oksigen

4
Tujuan terapi oksigen adalah untuk menyediakan oksigen yang
memadai bagi jaringan, mencegah akumulasi asam laktat yang dihasilkan
oleh hipoksiaserta pada waktu yang sama menghindari efek negatif yang
potensial dari hiperoksia dan radikal bebas. Jika bayi tidak membutuhkan
ventilasi mekanik, oksigen dapat dipasok menggunakan tudung plastic
yang ditempatkan di atas kepala bayi, menggunakan nasal kanul, atau
CPAP untuk menyediakan konsentrasi dan kelembapan oksigen yang
bervariasi. Ventilasi mekanik (bantuan pernafasan dengan memberikan
sejumlah oksigen yang ditentukan melalui tabung endotrakeal) diatur
untuk memberikan sejumlah oksigen yang telah ditentukan pada bayi
selama nafas spontan dan menyediakan pernafasan mekanik pada saat
tidak ada nafas spontan
b. Resusitasi Neonatal
Pengkajian bayi yang cepat dapat mengidentifikasi bayi yang tidak
membutuhkan resusitasi: bayi lahir cukup bulan tanpa ada bukti
mekonium atau infeksi pada pada cairan amnion, bernafas atau menangis,
dan memiliki tonus otot yang baik. Keputusan untuk melanjutkan langkah
tindakan berdasarkan pengkajian pernafasan, denyut jantung dan warna.
Jika salah satu karakteristik tersebut tidak ada, maka bayi harus menerima
tindakan berikut secara berurutan:
a. Langkah awal penstabilan : berikan kehangatan dan menempatkan bayi
di bawah pemancar panas, posisikan kepala pada posisi jalan nafas
terbuka, bersihkan jalan nafas dengan bulb syringe atau kateter 13
pengisap (suction), keringkan bayi, rangsang untuk bernafas dan ubah
posisi bayi
b. Ventilasi
c. Kompresi dada
d. Pemberian epinefrin atau ekspansi volume atau keduanya
3. Terapi Pengganti Surfaktan
Surfaktan dapat diberikan sebagai tambahan untuk terapi oksigen dan
ventilasi. Penggunaan surfaktan disarankan pada bayi dengan distress

5
pernafasan sesegera mungkin, setelah kelahiran terutama bayi BBLR, yang
belum terpapar steroid antenatal pada ibu hamil. Pemberian steroid antenatal
pada ibu hamil dan penggantian surfaktan dapat mengurangi insiden distress
pernafasan dan penyakit penyerta.

2.6 Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
Data yang dicari dalam riwayat keperawatan adalah:
a. Riwayat maternal
Menderita penyakit seperti diabetes mellitus, kondisi seperti
perdarahan plasenta, tipe dan lamanya persalinan, stress fetal atau
intrapartus.
b. Status infant saat lahir
Prematur, umur kehamilan, bayi lahir melalui operasi caesar.
Apgar score (apakah terjadi asfiksia),
Pemantauan nilai APGARscore dilakukan pada menit ke 1 dan
menit ke 5, apabila penilaian apgar 5 menit masih kurang dari 7 maka
penilaian selanjutnya dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor mencapai 7
(Fida & Maya, 2012). Bayi normal atau tidak asfiksia:
a. Skor APGAR 8-10 dianggap normal, tidak memerlukan resusitasi
dan pemberian oksigen secara terkendali
b. Bayi dengan asfiksia ringan (Vigorus Baby)
Skor APGAR 5-7 dianggap bayi sehat dan tidak memerlukan
tindakan seperti resusitasi dan pemberian oksigen.
c. Bayi dengan asfiksia sedang (Mild Moderate Asphyksia)
Skor APGAR 3-4, pada saat dilakukan pemeriksaan fisik akan
didapatkan frekuensi jantung >100x/menit, tonus otot kurang baik
atau baik, terjadi sianosis, memerlukan tindakan resusitasi dan
pemberian oksigen sampai bayi dapat bernafas dengan normal.

6
d. Bayi dengan asfiksia berat Skor APGAR 0-3, akan memerlukan
tindakan resusitasi dan pemberian oksigen secara terkendali. Pada
saat dilakukan pemeriksaan fisik, akan didapatkan frekuensi
jantung <100x/menit, tonus otot buruk, sianosis berat dan
terkadang pucat, serta refleks iritabilitas tidak ada
2. Pemeriksaan fisik akan menunjukkan tanda dan gejala RDS. Seperti: sesak
nafas (> 60x /menit), terdapat bunyi napas tambahan, terdapat tarikan pada
dinding dada saat bernafas, lobus paru-paru, terdapat pernapasan cuping
hidung, pucat, apnea.

3. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan pada RDS menurut Warman (2012), antara lain :

a. Tes kematangan pada paru


Tes biokimia: Paru-paru pada janin berkaitan pada cairan amnion maka dari
itu jumlah fosfilipid pada cairan amnion berguna untuk memperkirakan
hasil surfaktan, sebagaimana menjadi tolak ukur kematangan paru.
b. Analisa gas darah
Gas darah menentukkan respiratorik yang diiringi dengan kekurangan
oksigen dan asidosis metabolik. Asidosis terjadi akibat dari atelaksis
alveolus atau pembesaran pada jalan napas terminal.
c. Pemeriksaan radiografi dada
Pada neonatus yang mengalami RDS dibuktikan dengan tekanan saat
respirasi yang buruk, terdapat air bronchograms yaitu gambaran yang
ditunjukkan dengan bronkiolus yang terdapat udara di alveoli yang kolaps.
Gambaran pada jantung bisa saja membesar bahkan tidak terdapat apa-
apa/normal. Penemuan ini bisa saja berbeda hasil dengan dilakukannya
terapi surfaktan sedini mungkin dan tambahan ventilasi mekanik yang
tepat.

4. Diagnosa Keperawatan

7
a. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan Ketidakseimbangan
Ventilasi-Perfusi
b. Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan Imaturitas Neurologis

5. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan Ketidakseimbangan
Ventilasi-Perfusi.
Tujuan: Setelah dilakukan intervensi keperawatan maka pertukaran gas
membaik.
Kriteria Hasil:
a. Dispnea menurun.
b. Nafas cuping hidung menurun.
c. Takikardia membaik.
d. Sianosis membaik.

Intervensi Keperawatan:

1. Monitor frekuensi, irama, kedalam dan upaya nafas

Rasional: Untuk meminimalisir perburukan kondisi pernafasan pasien.

2. Monitor pola nafas


Rasional: Untuk mengetahui pola nafas pasien yang tidak efektif
(misalnya dispnea, takipnea, bradipnea, hiperventilasi).
3. Monitor saturasi oksigen
Rasional: Untuk mengetahui kadar oksigen di dalam darah

2. Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan Imaturitas Neurologis

Tujuan: Setelah dilakukan intervensi keperawatan maka pola nafas efektif.

Kriteria Hasil:

8
a. Frekuensi nafas membaik.
b. Penggunaan otot bantu nafas menurun.
c. Pernafasan cuping hidung menurun.
d. Parameter oksigen yang adekuat.

Intervensi Keperawatan:

1. Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)


Rasional: Untuk mengetahui pola nafas pasien yang tidak efektif.
3. Monitor bunyi nafas
Rasional: Untuk mengetahui tambahan suara nafas (mis. gargling, mengi,
wheezing, ronchi atau pada bayi dengan RDS akan terdengar suara
merintih (grunting) pada saat ekspirasi).
4. Pertahankan kepatenan jalan nafas
Rasional: Agar dapat mempertahankan atau memperbaiki pola nafas.
5. Berikan oksigen
Rasional: Untuk menurunkan distress respirasi dan sianosis.
6. Posisikan semi fowler atau fowler
Rasional: Meningkatkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan

9
BAB IV
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

RDS merupakan sindro, yang ditandai oleh peningkatamm permebilitas


membran alvioler-kapiler terhadap air, larutan, dan protein plasma, disertai
kerusakan alveolar difuss, dan akumulasi cairan yang mengandung protein dalam
parenkin paru. Pada kasus anak-anak, RDS mempengaruhi terhadap tumbuh
kembang anak. Terdapat korelasi terbalik dengan usia kehamilan semakin muda
masa seorang bayi, semakin tinggi insiden RDS. Sufaktan mempunyai peran
penting dalam penanganan kasus RDS. Ketidakmatangan paru seorang bayi dan
lahir dengan seccio caecaria membuat sufaktan paru tidak adekuat dan membuat
edema paru paru. Penatalaksanaan medis RDS merupakan bidang
kegawatdaruratan yang ditangani secara cepat dan tepat.

10
DAFTAR PUSTAKA

Doenges dan Moorhouse. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi: Pedoman


untuk Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Nelson. 1999. Ilmu Kesehatan Anak. Volume I. Edisi 15. Jakarta: EGC.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 1985. Buku Kuliah 3. Ilmu Kesehatan
Anak. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UI.
Surasmi, A, dkk. 2003. Perawatan Bayi Risiko Tinggi. Jakarta: EGC.
Suriadi & Yuliani. 2006. Buku Pegangan Praktik Klinik. Asuhan keperawatan pada
Anak Edisi 2. Jakarta: Sagung Seto.
Wong L. Donna. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.

https://www.academia.edu/36644088/Lp_Askep_Rds_Pada_Bayi

11

Anda mungkin juga menyukai