disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah keperawatan anak sehat dan sakit
akut
Yanti Srinayanti,S.Kep.,Ners.,M.Kep.
Ima Sukmawati,S.Kep.,Ners.,MPH.
Anggota Kelompok:
2023
Kata Pengantar
Assalamua’alaikum Wr. Wb
Puja dan puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Allah SWT, atas
berkat limpahan Rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik meskipun banyak rintangan. Shalawat beserta salam
kami panjatkan kepada junjungan besarkita, Nabi Muhammad SAW serta
keluarganya, sahabatnya, dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Atas berkat, Rahmat dan nikmat Allah, dalam penulisan makalah ini kami
mampu menyelesaikan makalah Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada
pihak yang telah membantu kami menyusun makalah yang berjudul “RDS
(Respiratory Distress Syndrome) pada bayi”.
Demikian yang disampaikan oleh penulis, kami berharap agar makalah ini
dapat bermanfaat untuk kita semua kedepannya.
Wassalamua’laikum Wr, Wb
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................2
2.1 Definisi.......................................................................................................2
3.1 Kesimpulan.................................................................................................10
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
6. Untuk mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan pada RDS
BAB II
Pembahasan
2.1 Definisi
Berdasarkan National Heart, Lung and Blood Institute, AS, kondisi RDS
biasanya dialami bayi yang lahir sebelum usia kehamilan mencapai pekan ke-
28 (terlahir prematur). Tetapi gangguan pernapasan ini dapat pula dialami
bayi yang lahir cukup bulan pada minggu ke-37 atau ke-38 kehamilan.
2
darah, sehingga berisiko menimbulkan gangguan kebutuhan nutrisi dan
dapat menyebabkan kurangnya suplai oksigen yang dapat
mengakibatkan gawat nafas pada neonatus.
b. Ibu dengan Hipertensi
3. Faktor Bayi
a. Bayi dengan infeksi neonatal seperti pneumonia (peradangan paru-
paru)
b. Bayi yang tertelan air ketuban (aspirasi meconium)
c. Bayi dengan penyakit bawaan yaitu jantung
4. Faktor Persalinan
a. Asfiksia perinatal
b. Secsio secaria
SC (Sectio Caesaria) meningkatkan resiko terjadinya gangguan
pernafasan karena saat neonatus dilahirkan dengan SC maka akan
memiliki volume resido paru yang lebih besar dibandingkan dengan
cairan paru sehingga paru-paru bayi dengan SC kurang mengeluarkan
surfaktan pada permukaan alveolar dimana hal ini resiko tinggi
menderita RDS.
c. Partus lama
5. Faktor Plasenta
Faktor plasenta meliputi solusio plasenta, perdarahan plasenta, plasenta
kecil, plasenta tipis, plasenta tidak menempel pada tempat.
3
2.4 Komplikasi RDS
Komplikasi RDS menurut (Haryani dkk, 2021), antara lain:
1. Komplikasi Jangka Pendek
a. Ruptur Alveoli
Bila dicurigai terjadi kebocoran udara (pneumothoraks,
pneumomediastinum, pneumopericardium, emfisema interstitial) pada bayi
dengan RDS yang tiba-tiba kondisinya memburuh dengan gejala apnea
atau bradikardia.
b. Infeksi
Terjadi karena keadaan yang memburuk dan adanya perubahan jumlah
leukosit dan trombositopenia. Infeksi timbul karena tindakan invasif
seperti pemasangan alat respirasi dan jarum vena.
c. Perdarahan Intra Kranial leukomalasia periventrikular
Perdarahan intraventrikular terjadi pada 20 – 40% bayi prematur dengan
frekuensi terbanyak pada bayi RDS.
2. Komplikasi Jangka Panjang
a. Broncho Pulmonary Dysplasia (BPD)
Merupakan penyakit paru kronik yang disebabkan karena pemakaian
oksigen pada bayi dengan masa gestasi 36 minggu. BPD 24 berhubungan
dengan tingginya volume dan tekanan yang digunakan pada waktu
menggunakan ventilasi mekanik karena adanya infeksi, inflamasi dan
defisiensi vitamin A.
b. Retinopaty Premature
Kegagalan fungsi neurologik terjadi sekitar 10 – 70% pada bayi yang
berhubungan dengan masa gestasi karena adanya hipoksia, komplikasi
intrakranial, dan adanya infeksi
4
Tujuan terapi oksigen adalah untuk menyediakan oksigen yang
memadai bagi jaringan, mencegah akumulasi asam laktat yang dihasilkan
oleh hipoksiaserta pada waktu yang sama menghindari efek negatif yang
potensial dari hiperoksia dan radikal bebas. Jika bayi tidak membutuhkan
ventilasi mekanik, oksigen dapat dipasok menggunakan tudung plastic
yang ditempatkan di atas kepala bayi, menggunakan nasal kanul, atau
CPAP untuk menyediakan konsentrasi dan kelembapan oksigen yang
bervariasi. Ventilasi mekanik (bantuan pernafasan dengan memberikan
sejumlah oksigen yang ditentukan melalui tabung endotrakeal) diatur
untuk memberikan sejumlah oksigen yang telah ditentukan pada bayi
selama nafas spontan dan menyediakan pernafasan mekanik pada saat
tidak ada nafas spontan
b. Resusitasi Neonatal
Pengkajian bayi yang cepat dapat mengidentifikasi bayi yang tidak
membutuhkan resusitasi: bayi lahir cukup bulan tanpa ada bukti
mekonium atau infeksi pada pada cairan amnion, bernafas atau menangis,
dan memiliki tonus otot yang baik. Keputusan untuk melanjutkan langkah
tindakan berdasarkan pengkajian pernafasan, denyut jantung dan warna.
Jika salah satu karakteristik tersebut tidak ada, maka bayi harus menerima
tindakan berikut secara berurutan:
a. Langkah awal penstabilan : berikan kehangatan dan menempatkan bayi
di bawah pemancar panas, posisikan kepala pada posisi jalan nafas
terbuka, bersihkan jalan nafas dengan bulb syringe atau kateter 13
pengisap (suction), keringkan bayi, rangsang untuk bernafas dan ubah
posisi bayi
b. Ventilasi
c. Kompresi dada
d. Pemberian epinefrin atau ekspansi volume atau keduanya
3. Terapi Pengganti Surfaktan
Surfaktan dapat diberikan sebagai tambahan untuk terapi oksigen dan
ventilasi. Penggunaan surfaktan disarankan pada bayi dengan distress
5
pernafasan sesegera mungkin, setelah kelahiran terutama bayi BBLR, yang
belum terpapar steroid antenatal pada ibu hamil. Pemberian steroid antenatal
pada ibu hamil dan penggantian surfaktan dapat mengurangi insiden distress
pernafasan dan penyakit penyerta.
1. Pengkajian
Data yang dicari dalam riwayat keperawatan adalah:
a. Riwayat maternal
Menderita penyakit seperti diabetes mellitus, kondisi seperti
perdarahan plasenta, tipe dan lamanya persalinan, stress fetal atau
intrapartus.
b. Status infant saat lahir
Prematur, umur kehamilan, bayi lahir melalui operasi caesar.
Apgar score (apakah terjadi asfiksia),
Pemantauan nilai APGARscore dilakukan pada menit ke 1 dan
menit ke 5, apabila penilaian apgar 5 menit masih kurang dari 7 maka
penilaian selanjutnya dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor mencapai 7
(Fida & Maya, 2012). Bayi normal atau tidak asfiksia:
a. Skor APGAR 8-10 dianggap normal, tidak memerlukan resusitasi
dan pemberian oksigen secara terkendali
b. Bayi dengan asfiksia ringan (Vigorus Baby)
Skor APGAR 5-7 dianggap bayi sehat dan tidak memerlukan
tindakan seperti resusitasi dan pemberian oksigen.
c. Bayi dengan asfiksia sedang (Mild Moderate Asphyksia)
Skor APGAR 3-4, pada saat dilakukan pemeriksaan fisik akan
didapatkan frekuensi jantung >100x/menit, tonus otot kurang baik
atau baik, terjadi sianosis, memerlukan tindakan resusitasi dan
pemberian oksigen sampai bayi dapat bernafas dengan normal.
6
d. Bayi dengan asfiksia berat Skor APGAR 0-3, akan memerlukan
tindakan resusitasi dan pemberian oksigen secara terkendali. Pada
saat dilakukan pemeriksaan fisik, akan didapatkan frekuensi
jantung <100x/menit, tonus otot buruk, sianosis berat dan
terkadang pucat, serta refleks iritabilitas tidak ada
2. Pemeriksaan fisik akan menunjukkan tanda dan gejala RDS. Seperti: sesak
nafas (> 60x /menit), terdapat bunyi napas tambahan, terdapat tarikan pada
dinding dada saat bernafas, lobus paru-paru, terdapat pernapasan cuping
hidung, pucat, apnea.
3. Pemeriksaan penunjang
4. Diagnosa Keperawatan
7
a. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan Ketidakseimbangan
Ventilasi-Perfusi
b. Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan Imaturitas Neurologis
5. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan Ketidakseimbangan
Ventilasi-Perfusi.
Tujuan: Setelah dilakukan intervensi keperawatan maka pertukaran gas
membaik.
Kriteria Hasil:
a. Dispnea menurun.
b. Nafas cuping hidung menurun.
c. Takikardia membaik.
d. Sianosis membaik.
Intervensi Keperawatan:
Kriteria Hasil:
8
a. Frekuensi nafas membaik.
b. Penggunaan otot bantu nafas menurun.
c. Pernafasan cuping hidung menurun.
d. Parameter oksigen yang adekuat.
Intervensi Keperawatan:
9
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
10
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/36644088/Lp_Askep_Rds_Pada_Bayi
11