Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN KASUS PADA KLIEN BAYI NY.

P DENGAN
RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME DI RUANG
PERINATOLOGI RUMAH SAKIT TENTARA KOTA
PEMATANGSIANTAR

Disusun Oleh :

PUTRI ANSIDA SITEPU

NIM. P07324221022

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN

PEMATANGSIANTAR

TAHUN 2022

1
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS PADA KLIEN BAYI NY. P DENGAN


RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME DI RUMAH SAKIT
TENTARA KOTA PEMATANGSIANTAR

Laporan Kasus Individu Pengantar Praktik Kebidanan ini

Telah Memenuhi Persyaratan dan Disetujui

Tanggal, 16 September 2022

Pembimbing I Pembimbing II

Sri Hernawati Sirait, S.Kep. Ns, M. Kes Kandace Sianipar, S.ST, MPH

NIP. 197701012001122001 NIP. 196310061994032001

2
Mengetahui,

Ketua Program Studi DIII Kebidanan

Pematangsiantar

Tengku Sri Wahyuni, SSiT, M.Keb

NIP. 97404242001122002

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya Laporan Praktik Klinik Kebidanan (PKK) dapat diselesaikan tepat waktu.

Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktik Klinik Kebidanan dengan
kasus Respiratory Distress Syndrome pada Bayi Ny. P di Rumah Sakit Tentara Kota
Pematangsiantar di Poltekkes Kemenkes Medan Prodi D3 Kebidanan Pematangsiantar.

Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari bimbingan berbagai pihak. Oleh karena
itu, saya mengucapkan terima kasih kepada segenap pihak yang telah memberikan
bimbingan :

1. Ibu Tengku Sri Wahyuni, SSiT, M. Keb selaku Ketua Program Studi DIII
Kebidanan Pematangsiantar
2. Ibu Sri Hernawati Sirait, S.Kep. Ns, M. Kes selaku Dosen Pembimbing I saya
3. Ibu Kandace Sianipar, S.ST, MPH selaku Dosen Pembimbing II saya
4. Orangtua selaku pendukung saya
5. Teman-teman yang sudah menjadi motivator bagi saya

Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saya
membutuhkan saran dan kritik yang membangun agar laporan selanjutnya dapat lebih
baik.

Pematangsiantar, 8 September 2022

Penulis

4
DAFTAR ISI

5
DAFTAR LAMPIRAN

6
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Respiratory Distress syndrome (RDS) atau dikenal dengan sindrom gawat napas,


merupakan ancaman utama pada bayi dan anak yang berada pada masa pemulihan dari
penyakit berat. Saat ini RDS merupakan penyebab utama kematian bayi baru lahir.
Penatalaksanaan RDS diantaranya adalah memperbaiki oksigenasi, pencegahan infeksi,
mempertahankan tekanan vascular dan curah jantung, nutrisi yang adekuat, pemberian
posisi untuk memperbaiki kapasitas residu fungsional. Posisi prone pada bayi
merupakan posisi yang sangat menghemat energi, karena posisi ini akan menurunkan
kehilangan panas. Hal ini disebabkan karena pada posisi prone, kaki bayi fleksi
sehingga menurunkan metabolisme tubuh akibatnya terjadi penurunan jumlah
kehilangan panas. Penyebab lain juga dikarenakan pada posisi prone wajah bayi
menyentuh selimut atau tempat tidur sehingga wajah bayi tidak terpapar dengan udara
dan memungkinkan terjadinya penurunan kehilangan panas melalui proses radiasi.

Persentase kejadian menurut usia kehamilan adalah 60-80% terjadi pada bayi yang
lahir dengan usia kehamilan kurang dari 28 minggu, 15-30% pada bayi antara 32-36
minggu dan jarang sekali ditemukan pada bayi cukup bulan (matur). Insidens pada bayi
prematur kulit putih lebih tinggi dari pada bayi kulit hitam dan sering lebih terjadi pada
bayi laki-laki daripada bayi perempuan (Nelson, 1999). Selain itu, kenaikan frekuensi
juga ditemukan pada bayi yang lahir dari ibu yang menderita gangguan perfusi darah
uterus selama kehamilan, misalnya: lbu penderita diabetes, hipertensi, mipotensi,Seksio
serta perdarahan antepartum

Angka kejadian RDS di Eropa sebanyak 2-3%, di Amerika sebanyak 1,72%,di


Asia Tenggara sekitar 5-10% RDS didapatkan pada bayi kurang bulandan 50%
pada bayi dengan berat badan 501-1500 gram. Saat ini RDS merupakan penyebab
utama kematian bayi baru lahir, diperkirakan 30% dari semua kematian bayi
disebabkan oleh RDS dan komplikasinya. 60-80% terjadi pada bayi yang umur
kehamilannya kurang dari 28 minggu, 15-30%pada bayi antara 32-36 minggu, dan
3% pada bayi yang lebih dari 37 minggu (World Health Organization, 2011)

7
Data menunjukkan bahwa penyebab kematian neonatal dini (0-6 hari)
terbanyak adalah gangguan sistem pernafasan (Riset Kesehatan Dasar, 2007). Hal
tersebut didukung salah satu penelitian, yang menyatakan bahwa RDS merupakan
penyebab utama terhadap angka kesakitan dan kematian pada bayi. Angka RDS pada
bayi dan anak jauh lebih tinggi dibandingkan dewasa, kira-kira 2/3 kasus gawat
napas anak terjadi pada tahun pertama kehidupan (Anggrek, 2008).

1.2 Rumusan Masalah


1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
a. Bagi Mahasiswa
b. Bagi Pasien
c. Bagi Klien dan Masyarakat
d. Bagi tempat / ruangan
e. Bagi Institusi Pendidikan

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Kasus Secara Medis / Umum

Pengertian Respiratory Distress Syndrome

Sindrom gawat napas atau yang lebih dikenal dengan Respiratory Distress
Syndrome (RDS), adalah salah satu ancaman penting pasien anak-anak dan bayi
baru lahir, terutama saat masa penyembuhan setelah sakit keras. Salah satu tanda
gejalanya adalah kurangnya oksigen dalam darah dalam tiga hari (L DonnaWong
et all, 2009).
Salah satu Tindakan yang dilakukan adalah dengan memberikan bantuan
oksigenasi, mengantisipasi agar tidak terjadi infeksi, serta upaya untuk
membertahankan tekanan vaskuler dan curah jantung, dan tak lupa juga pemenuhan
kebutuhan nutria yang adekuat, pengaturan posisi yang tepat. Asuhan
keperawatan pada RDS melibatkan pemantauan terhadap curah jantung, frekuensi
jantung, perfusi, pengisian kapiler, dan saluran urine,serta pengkajian status
oksigenasi. Analisis gas darah dan oksimetrinadi merupakan alat evaluasi yang
penting bagi kasus RDS (L DonnaWong et all, 2009).

Penyakit ini merupakan salah satu masalah bayi prematur yang paling umum,
yaitu Respiratory Distress Syndrome (RDS) atau sindrom gawat napas. Ini adalah
gangguan pernapasan pada bayi. Dahulu penyakit ini dikenal dengan nama penyakit

9
membran hialin. RSD bisa mengakibatkan bayi memerlukan oksigen tambahan dan
bantuan pernapasan.

Perkembangan penyakit dengan RDS bergantung pada ukuran dan usia


kehamilan bayi, tingkat keparahan penyakit, keberadaan infeksi, apakah bayi
mengalami kelaintan jantung atau patent ductus arteriosus, dan apakah bayi
membutuhkan bantuan mekanis untuk bernapas. Biasanya RDS memburuk pada 48
pertama sampai 72 jam, kemudian membaik setelah mendapatkan pengobatan.

Respiratory Distress Syndrome (RDS) merupakan kumpulan gejala yang terdiri


atas dispnea, frekuensi pernapasan yang lebih dari 60 kali per menit; adanya sianosis;
adanya rintihan pada saat ekspirasi (expiratory grunting); serta adanya retraksi
suprasternal, interkostal, dan epigastrium saat inspirasi. Penyakit ini merupakan
penyakit membran hialin, di mana terjadi perubahan atau berkurangnya komponen
surfaktan pulmonar. Surfaktan adalah suatu zat aktif pada alveoli yang dapat mencegah
kolaps paru. Fungsi surfaktan itu sendiri adalah untuk menurunkan tegangan permukaan
alveolus sehingga tidak terjadi kolaps dan mampu menahan sisa udara pada akhir
ekspirasi. Penyakit ini terjadi pada bayi prematur, mengingat produksi surfaktan yang
kurang. Pada penyakit ini kemampuan paru untuk mempertahankan stabilitas menjadi
terganggu dan alveolus akan kembali kolaps. Pada setiap akhir ekspirasi pada
pernapasan berikutnya dibutuhkan tekanan negatif intratoraks yang lebih besar dengan
cara inspirasi yang lebih kuat. Keadaan kolaps paru dapat menyebabkan gangguan
ventilasi yang akan menyebabkan hipoksia dan asidosis.

Pengertian Respiratory Distress Syndrome (RDS) atau disebut juga Penyakit


Membran Hialin (PMH). Syndrome distress pernapasan adalah perkembangan yang
imatur pada sistem pernapasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS
dikatakan sebagai hyaline membrane disease (HMD) (Suriadierita Yulianni, 2006).

Sindrom gawat napas (respiratory distress syndrome, RDS) adalah istilah yang
digunakan untuk disfungsi pernapasan pada neonatus (Asrining Surasmi, dkk, 2003).
RDS adalah penyakit paru yang akut dan berat, terutama menyerang bayi-bayi preterm,
hal ini dapat terlihat pada 3% sampai 5% bayi-bayi cukup bulan (Donna L. Wong,
2003).

10
PENYEBAB

 Obstruksi jalan nafas

 Penyakit parenkim paru-paru

 Kelainan perkembangan organ

 Di luar paru-paru, misalnya kelainan susunan saraf pusat, asidosis metabolisme dan
aspiksi.

TANDA DAN GEJALA

 Frekuensi nafas >60 x / menit

 Frekuensi nafas <30 x/menit

 Bayi dengan sianosis sentral

 Retraksi ( tarikan ) dada

PATOFISIOLOGI

 Pada bayi dengan syndrome gangguan nafas dimana adanya ketidakmampuan paru
untuk mengembang dan alveoli terbuka.

 Syndrome gangguan nafas pada bayi yang belum imatur menyebabkan gagal
pernafasan karena immaturnya dinding dada dan paru-paru.

 Pada bayi dengan syndrome gangguan nafas disebabkan oleh menurunnya jumlah
surfaktan dengan demikian menimbulkan ketidakmampuan alveoli untuk ekspansi.
Terjadi perubahan tekanan intra - ekstra thoracic dan menurunnya pertukaran darah.

11
 Secara alamiah perbaikan mulai setelah 24 jam – 48 jam, sel yang rusak akan diganti
kemudian akan terjadi perkembangan sel kapiler baru pada alveoli.

KLASIFIKASI GANGGUAN NAFAS

1. GANGGUAN NAFAS RINGAN

Tanda dan gejala :

 Frekuensi nafas 60-90x / menit tanpa tarikan dinding dada atau merintih saat
ekspirasi atau sianosis sentral.

 Frekuensi nafas 60-90x / menit dengan sianosis sentral tetapi hanya tanpa tarikan
dada atau merintih.

2. GANGGUAN NAFAS SEDANG

Tanda dan gejala :

 Frekuensi nafas 60-90x / menit dengan tarikan dinding dada atau merintih saat
ekspirasi tapi hanya sianosis sentral.

 Frekuensi napas 60-90kali/menit dengan tarikan dinding dada atau merintih saat
ekspirasi tetapi tanpa sianosis sentral

 Frekuensi napas >90 kali/menit tanpa tarikan dinding dada atau merintih saat
ekspirasi atau sianosis sentral

GANGGUAN NAFAS BERAT

Tanda dan gejala :

 Frekuensi nafas > 60 x / menit dengan tarikan dinding dada atau merintih dan
sianosis sentral.

 Frekuensi nafas < 30 x /menit dengan atau tanpa gejala lain dari gangguan nafas.

12
 Frekuensi napas >90 kali/menit dengan sianosis sentral atau tarikan dinding dada atau
merintih saat ekspirasi.

Penyebab RDS Pada Bayi Prematur

RDS menyerang bayi ketika bayi tidak memiliki cukup surfaktan di paru-paru.
Surfaktan yaitu cairan yang dibuat oleh paru-paru yang menjadikan saluran udara
(alveoli) tetap terbuka. Cairan ini melapisi alveoli dan memungkinkan bayi untuk
menghirup udara sesudah lahir. Pembuatan surfaktan pada bayi yang belum lahir
dimulai pada sekitar 26 minggu kehamilan. Bila bayi lahir prematur, yaitu sebelum 37
minggu kehamilan, kemungkinan dia belum membuat surfaktan yang cukup.

Ketika tidak ada cukup surfaktan, alveoli menguncup bahkan kolaps setiap kali


bayi bernafas. Ketika alveoli kolaps, sel yang rusak berkumpul di saluran udara.
Selanjutnya sel-sel tersebut mempengaruhi pernapasan. Bayi harus bekerja lebih keras
agar bisa bernafas mencoba untuk mengembalikan saluran udara yang rusak.

Jumlah oksigen yang diterima bayi lebih sedikit ketika fungsi paru-paru bayi
memburuk. Di dalam darah akan terjadi penumpukan karbon dioksida dalam jumlah
Lebih banyak. Hal ini bisa mengakibatkan peningkatan asam dalam darah atau asidosis.
Organ tubuh bayi lainnya bisa terpengaruh oleh kondisi ini. Bila tidak dapat
pengobatan, bayi akan menjadi kelelahan karena mencoba bernapas dan lama kelamaan
menyerah. Sebagai gantinya diperlukan ventilator untuk membantu pernapasan.

Faktor yang meningkatkan risiko RDS pada bayi

Ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seorang bayi terkena sindrom gawat
atau gagal napas.

13
Mengutip dari Nationwide Children’s, beberapa faktor risiko RDS pada bayi yaitu:

 memiliki saudara kandung yang pernah mengalami sindrom gawat napas,


 lahir kembar,
 melahirkan dengan operasi caesar,
 ibu mengalami komplikasi diabetes gestasional,
 bayi mengalami kedinginan, stres, sampai hipotermia, dan
 bayi memiliki kelainan jantung bawaan.

Orang Yang Beresiko Terkena RDS

Walaupun umumnya RDS paling sering dialami oleh bayi prematur, bayi baru lahir
lainnya pun bisa terkena RDS. Mereka yang berisiko lebih besar terkena RSD adalah:

 Bayinya laki-laki atau berkulit putih

 Bayi yang memiliki saudara kandung yang lahir dengan RDS

 Bayinya kembar 2 atau lebih dari 2 (bayi lahir kembar seringkali prematur)

 Bayi yang lahir dengan operasi sesar, terutama tanpa persalinan. Proses persalinan
membantu paru-paru bayi siap untuk menghirup udara.

 Bayi tidak mendapatkan cukup oksigen sebelum, selama, atau setelah lahir atau asfiksia
perinatal

 Bayi mempunyai kondisi yang disebut patent ductus arteriosus (PDA) atau kelainan
jantung bawaan

 Bayi yang kesulitan menjaga suhu tubuh

 Infeksi

 Ibu yang menderita diabetes (bayi dengan terlalu banyak insulin dalam tubuhnya bisa
menunda pembuatan surfaktan)

14
Cara Mendiagnosis RDS

Untuk mendiagnosis RDS, dapat digunakan sejumlah tes dan menyingkirkan


kemungkinan penyebab lainnya. Tesnya meliputi:

 pemeriksaan fisik

 tes darah untuk mengukur jumlah oksigen dalam darah bayi dan memeriksa adanya
infeksi

 rontgen dada untuk mencari tampilan paru-paru yang keruh yang merupakan khas pada
penyakit RDS

 tes oksimetri nadi untuk mengukur seberapa banyak oksigen dalam darah bayi dengan
menggunakan sensor yang dipasang di telinga, ujung jari, atau kaki bayi

Pengobatan RDS

Pengobatan akan bergantung pada gejala, usia, dan kesehatan umum bayi. Selain itu,
pengobatan juga akan bergantung pada seberapa parah kondisinya.

Pengobatan untuk RDS bisa meliputi:

 Menempatkan selang pernapasan ke tenggorokan bayi (trakea)

 Menggunakan ventilator untuk membantu bayi bernapas

 Oksigen ekstra

 Continuous positive airway pressure/Tekanan saluran udara positif berkelanjutan


(CPAP), yaitu mesin pernapasan yang mendorong aliran udara atau oksigen ke saluran
udara secara terus menerus. Alat ini  membantu agar saluran udara kecil di paru-paru
tetap terbuka.

 Surfaktan buatan. Ini akan sangat membantu jika mulai diberikan pada 6 jam pertama
setelah kelahiran. Penggantian surfaktan bisa membantu mengurangi agar RDS tidak
menjadi lebih serius. Cairan ini diberikan sebagai pengobatan pencegahan untuk
beberapa bayi yang berisiko sangat tinggi terkena RDS. Bagi orang lain yang
mengalami sakit setelah melahirkan, cairan ini digunakan sebagai metode
penyelamatan. Surfaktan adalah cairan yang diberikan melalui selang pernapasan.

 Obat untuk membantu menenangkan bayi dan meredakan nyeri selama pengobatan

15
Kode ICD untuk RDS

Internasional Classification Of Disease atau ICD merupakan sistem klasifikasi yang


komprehensif dan secara internasional sudah diakui. Sistem ini berisi klasifikasi
diagnostik penyakit yang menggunakan  standar internasional yang disusun
menggunakan sistem kategori dan dikelompokan dalam suatu penyakit berdasarkan
kriteria yang telah ditetapkan.

Kode ICD untuk RDS pada ICD 10 adalah P22.0 sedangkan ICD 11 adalah KB23.0.
Adapun deskripsi RDS menurut kode ICD 11 adalah penyakit akut, biasanya pada bayi
prematur, akibat defisiensi surfaktan paru, berkembang dalam 4-6 jam setelah lahir, dan
ditandai dengan gangguan pernapasan (takipnea, retraksi interkostal serta sternal,
dengkuran ekspirasi, dan sianosis dengan radiografi dada abnormal menunjukkan
kepadatan retikulogranular difus dan bronkogram udara, bukti penurunan pemenuhan
paru-paru dan kapasitas residu fungsional, bukti pertukaran gas abnormal (hipoksemia,
hiperkapnia, sianosis) dengan tingkat keparahan yang cukup untuk membutuhkan
oksigen dan/atau dukungan ventilasi tekanan positif terus menerus atau intermiten
selama lebih dari 24 jam.

Kode ini berlaku untuk:

 Sindrom gangguan kardiovaskular pada bayi baru lahir

 Penyakit membran hialin

 Sindrom gangguan pernapasan idiopatik [IRDS atau RDS] pada bayi baru lahir

 Sindrom hipoperfusi paru

 Sindrom gangguan pernapasan, tipe I

Yang  tidak termasuk adalah:

 respiratory arrest of newborn (P28.81)/(KB2E)111

16
 respiratory failure of newborn NOS (P28.5)/(KB2D)

2.2Teori Asuhan Kebidanan / Konsep Varney

Dengan memperhatikan berbagai kemungkinan yang dapat terjadi pada bayi


prematur maka perawatan dan pengawasan bayi prematur untuk mengatur panas badan,
pemberian makanan bayi dan menghindari infeksi.

1. Pengaturan suhu badan bayi premature

Bayi prematur dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia
karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya
rendah dan permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu bayi prematur harus dirawat di
dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila tidak ada
inkubator, bayi dapat dibungkus 215 dengan kain dan disampingnya sitaruh botol yg
berisi air panas sehingga panas badannya dpt dipertahankan.

2. Makanan bayi prematur

Alat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna. Refleks menghisap masih
lemah sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit tetapi dengan
frekuensi yang lebih sering.

3. Menghindari infeksi bayi prematur

Mudah sekali terkena infeksi karena daya tahan tubuh yang masih lemah,
kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan antibodi belum sempurna oleh
karena itu upaya preventif sudah dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga
tidak terjadi persalinan prematur.

PENATALAKSANAAN DAN ASUHAN KEBIDANAN

4. GANGGUAN NAFAS RINGAN

 Beberapa bayi cukup bulan yang mengalami gangguan pernafasan ringan pada waktu
lahir tanpa gejala-gejala lain disebut “Transient Tachipnea Of The New Born (TTN)”.
Biasanya kondisi tersebut akan membaik dan sembuh sendiri tanpa pengobatan.

17
Meskipun demikian pada beberapa kasus gangguan pernafasan ringan merupakan tanda
awal dari infeksi sistemik.

 Kurangi pemberian oksigen secara bertahap bila ada perbaikan gangguan nafas.

 Hentikan pemberian oksigen jika frekuensi nafas antara 30-60x / menit

 Berikan bayi ASI bila bisa menghisap, bila tidak berikan ASI peras dengan
menggunakan salah satu cara alternative pemberian minum.

 Amati pernafasan bayi setiap 2 jam selama 6 jam berikutnya (selama 24 jam).

 Bila gangguan nafas memburuk, tetapi untuk kemungkinan besar sepsis dan tangani
gangguan nafas sedang dan berat.

 Amati bayi selama 24 jam berikutnya, jika frekuensi napas menetap antara 30-60
x/menit, tidak ada tandatanda sepsis dan tidak ada masalah lain yang memerlukan
perawatan, bayi dapat di pulangkan.

GANGGUAN NAFAS SEDANG

 Membersihkan jalan napas

 Mempertahankan kehangatan bayi

 Pemberian oksigen dengan kecepatan aliran sedang.

 Bayi jangan di berikan minum

 Jika ada tanda berikut, ambil sample darah untuk kultur dan berikan antibiotika
(ampcilin dan gentamisin) untuk terapi kemungkinan besar sepsis:

 Suhu aksiler <34ºC atau >39ºC

 Air ketuban bercampur mekonium

 Riwayat infeksi intra uterin, demam curiga infeksi berat atau ketuban pecah dini
(>18ºC)

 Bila suhu aksiler 34ºC-36ºC atau 37,5ºC - 39ºC di tangani untuk masalah suhu
abnormal dan nilai ulang setelah 2 jam:

18
 Bila suhu masih belum stabil atau gangguan nafas belum ada perbaikan, ambil
sample darah dan berikan antibiotika untuk terapi kemungkinan besar sepsis.

 Jika suhu normal, teruskan amati bayi apabila suhu kembali abnormal ulangi tahapan
tersebut diatas

 Bila tidak ada tanda-tanda kearah sepsis, nilai kembali bayi setelah 2 jam. Apabila
tidak menunjukan perbaikan setelah 2 jam, terapi untuk kemungkinan besar sepsis.

GANGGUAN NAFAS BERAT

 Bersihkan jalan nafas.

 Pertahankan bayi tetap hangat.

 Ventilasi tekanan positif dengan pernafasan mulut ke mulut atau menggunakan balon
dan singkup dengan oksigen.

 Bila perlu pijat jantung luar.

 Beri antibiotic ampisilin dan gentamicin.

 Amati terhadap tanda-tanda kegawatan atau sakit berat, rujuk ke RS.

 Bersihkan jalan napas

 Pertahankan tetap hangat

 Pemberian oksigen dengan kecepatan aliran sedang

 Tangani sebagian kemungkinan besar sepsis.

 Bila terdapat sianosis sentral, naikan O2 pada kecepatan aliran tinggi.

Tahapan asuhan keperawatan pada bayi RDS sama dengan asuhan keperawatan pada
bayi risiko tinggi lain. Tahapan tersebut dimulai dengan pengkajian yang dilanjutkan
dengan diagnosa keperawatan, intervensi, dan diakhiri dengan evaluasi. Pengkajian
pada bayi RDS meliputi riwayat keperawatan, pemeriksaan fisik, auskultasi, dan
pemeriksaan diagnostik.

Pengkajian

19
Pengkajian adalah proses pengumpulan data untuk mendapatkan berbagai informasi
yang berkaitan dengan masalah yang dialami klien. Pengkajian dilakukan dengan
berbagai yaitu anamnesis, observasi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik yang
dilakukan di laboratorium, dan dengan cara lain. Data yang diperlukan berbeda untuk
setiap jenis penyakit yang diderita klien.

Data yang dicari dalam riwayat kebidanan adalah kelahiran praterm, riwayat kehamilan
sekarang (apakah selama hamil ibu menderita hipotensi atau perdarahan), riwayat
neonatus (lahir asfiksia akibat hipoksia akut, terpajan pada keadaan hipotermia), riwayat
keluarga positif, nilai Apgar rendah (termasuk tindakan resusitasi yang dilakukan pada
bayi).

Ada pemeriksaan fisik akan ditemukan tanda dan gejala RDS. Gejala tersebut dapat
terjadi pada saat kelahiran atau antara waktu dua jam. Perkembangan penyakit terjadi
dengan cepat yang dimulai dengan takipnea (>60x/mnt), pernapasan mendengkur, atau
retraksi subkostal/interkostal, diikuti oleh pernapasan cuping hidung, sianosis dan pucat,
peningkatan gejala lapar udara (serangan apnea, hipotonus), gerakan tubuh

PERAWATAN BAYI RISIKO TINGGI

Pada awalnva napas mungkin normal. Kemudian dengan menurunnya per tukaran udara
napas menjadi parau dan pernapasan dalam.

Pemeriksaan diagnostik untuk menentukan maturitas paru meliputi pemeriksaan:

a. Lesitin/spingomielin, rasio 2:1 mengindikasikan bahwa paru sudah matur.

b. Fosfatidigliserol, meningkat pada usia kehamilan 33 minggu.

c. Gas darah arteri (indikasi gagal pernapasan), Pao, kurang dari 50 mm Hg dan Por, di
atas 60 mm He

d. Peningkatan kadar kalium (kalium dikeluarkan dari trauma sel alveolar)

e. Sinar-X menunjukkan adanya atelektasis.

f. Pemeriksaan dekstrostik.

20
Perjalanan klinis memburuk dalam 24-48 jam pertama setelah kelahiran dan menetap
lebih dari 24 jam.

Analisis data pengkajian.

Setelah didapat data berdasarkan pengkajian di atas, data tersebut dianalisis. Selanjutnya
semua masalah yang ditemui dirumuskan menjadi diagnosa kepenaatan untuk
kebutuhan intervensi keperawatan.

Intervensi kebidanan

Intervensi kebidanan sebaiknya alasan intervensi keperawatan disertai rasionalisasi agar


anggota tim perawatan dapat mengerti.

Evaluasi.

Sebagai langkah terakhir evaluasi menetapkan kondisi klien disesuaikan dengan tujuan
keperawatan. Artinya masalah yang diungkapkan sebagai diagnosa keperawatan dinilai
sebagai berhasil atau gagal. Untuk mempermudah pemahaman tahap asuhan
keperawatan pada bayi RDS dalam hal asuhan :

Diagnosis Tujuan Intervensi Rasional Evaluasi


Kebidanan
Gangguan Tidak ada Tentukan
pertukaran gas kesulitan dasar-dasar
yang pernapasan upaya
berhubungan PPao2 dalam pernapasan,
dengan batas normal pengerahan
surfaktan paru Frekuensi dinding dada,
tidak adekuat. pernapasan warna kulit dan
dalam batas selaput
normal membrane
(perkirakan
tingkat dan
keseimbangan
udara dalam

21
paru dengan
auskultasi, gas
darah arteri dan
keasamannya)

22
BAB III

ASUHAN KEBIDANAN

I. PENGUMPULAN DATA
A. Identitas
Nama bayi : By. Ny. P
Umur bayi : 0 hari
Tanggal lahir : 05.09.2022
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak Ke : 2 (dua)
PB : 48 cm
I9BB : 3050 gr

Nama Ibu : Ny. P Nama Suami : Tn. A


Umur : 26 Tahun Umur : 26 Tahun
Suku : Batak Suku : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Petani
Alamat : Jawamaraja Bah Jambi
Telp :-

B. Anamnesa
Tanggal : 05.09.2022 Pukul : 09.35 WIB
a) Riwayat penyakit kehamilan
- Perdarahan : Tidak ada
- Pre Eklamsi : Tidak ada
- Eklamsi : Tidak ada
- Penyakit Kelamin : Tidak ada
- Lain-lain : Tidak ada
b) Kebiasaan Waktu Hamil
- Makanan : 3 x sehari
- Obat-obatan : Tidak ada
- Merokok : Tidak
c) Riwayat Persalinan Sekarang
- Jenis Persalinan : SC
- Ditolong Oleh : Dr. Feeter

23
d) Komplikasi Persalinan
- Ibu : SC 1 kali
- Bayi : Respiratory Distress Syndrome
e) Resusitasi
- Pengisapan Lendir : Ada
- Ambu : Tidak ada
- Mesase Jantung : Tidak ada
- Oksigen : Ada

C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Compos mentis
2. Suhu : 36,5’C
3. RR : 50-64 x/i
4. HR : 117 x/i
5. Pemeriksaan Fisik Secara Sistematis
• Kepala
- Simetris : Ya
- Caput Sucadaneum : Tidak ada
- Cephalahetomata : Tidak ada
- Kelainan : Tidak ada
• Mata
- Simetris : Ya
- Perdarahan : Tidak ada
- Sklera : Normal
- Kotoran : Tidak ada
- Kelainan : Tidak ada
• Hidung
- Lubang Hidung : Ada
- Pengeluaran : Tidak ada
• Telinga
- Simetris : Ya
- Daun Telinga : Ada
- Pengeluaran : Tidak ada
• Mulut
- Simetris : Ya
- Palatum : Ada
- Lidah : Ada, Bersih
- Gusi : Ada
• Leher
- Kelainan : Tidak ada
- Pergerakan : Ada, Baik

24
• Dada
- Simetris : Ya
- Pernafasan : Tidak baik (RDS)
• Perut
 Bentuk : Bulat, Melenting
 Kelainan : Tidak ada

• Ekstremitas
- Tangan : Ada
- Kaki : Ada
- Gerakan : Baik
- Kelainan : Tidak ada

• Genetalia
- Jenis Kelamin : Perempuan
- Labia : Tidak ada
- Pengeluaran : Tidak ada
- Kelainan : Tidak ada
• Anus
- Lubang : Ada
- Kelainan : Tidak ada
• Antropometri
- Panjang Badan : 48 cm
- Berat Badan : 3050 gram
- Lingkar Kepala : 34 cm
- Lingkar Lengan : 12 cm
- Lingkar Dada : 32 cm
• Eliminasi
- Miksi : Belum
- Mekonium : Belum

II. INTERPRETASI DATA


Diagnosa : Prematur dengan usia kehamilan 36 minggu 2 hari keadaan
umum TTN dd RDS + Susp sepsis
Masalah : Bayi sulit bernafas
Kebutuhan : Kolaborasi dengan Dr. spesialis anak

III. IDENTIFIKASI MASALAH DAN DIAGNOSA POTENSIAL


- TTN dan RDS

25
IV. TINDAKAN SEGERA DAN KOLABORASI
- Kolaborasi dengan Dr. spesialis anak
- Masukkan bayi di dalam incubator
- Memasangkan oksigen bayi
- Memasangkan NGT
- Memasangkan infus
- Pemberian blue light

V. PERENCANAAN
- Beritahu ibu dan keluarga mengenai hasil pemeriksaan bayi
- Pasangkan oksigen bayi
- Pasangkan NGT
- Pasangkan infus
- Pemberian blue light jika bayi kuning
- Pantau pola pernafasan bayi
- Cek saturasi oksigen bayi tiap 2 jam sekali
- Cek tanda – tanda vital bayi
- Beritahu keluarga untuk membeli pampers dan susu formula untuk bayi

VI. PELAKSANAAN
- Memberitahukan ibu dan keluarga mengenai hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan
- Membersihkan lendir dari mulut, hidung dan mata
- Memotong tali pusat
- Memberi injeksi Neo K, HbO dan salep mata
- Menghangatkan bayi
- Memasangkan oksigen bayi
- Memasangkan NGT
- Memasangkan infus
- Pemberian blue light
- Melakukan pemantauan pola pernafasan bayi
- Mengecek saturasi oksigen bayi
- Mengecek tanda – tanda vital bayi
- Memberitahu keluarga untuk membeli pampers dan susu formula untuk bayi

VII. EVALUASI
- Ibu dan keluarga dapat menerima keadaan bayi
- Lendir telah dibersihkan

26
- Tali pusat telah dipotong
- Injeksi telah diberikan
- Bayi telah dihangatkan
- Oksigen sudah terpasang kepada bayi
- NGT sudah terpasang kepada bayi
- Infus sudah terpasang kepada bayi
- Saturasi oksigen bayi sekitar 98-99%
- Tanda – tanda vital bayi seekitar HR : 117x/i, RR : 50-64 x/i, S : 36,5 C
- Bayi sudah buang air kecil dan buang air besar

05 September 2022

S : Sesak (ada), sianosis (ada), retraksi dada (ada)

O : Temperatur : 36,3 derajat celscius ; pols : 140 x/I ; RR : 63 x/I ; SpO2 : 99%

A : Pola napas tidak efektif

P : Diharapkan sesak tidak ada

06 September 2022

S : Sesak (ada), sianosis (ada), retraksi dada (masih ada)

O : Temperatur : 36, derajat celscius ; pols : 140 x/I ; RR : 50 x/I ; SpO2 : 99%

A : Pola napas tidak efektif

P : Diharapkan sesak tidak ada

07 September 2022

S : Sesak (ada)

O : Temperatur : 36,3 derajat celscius ; pols : 140 x/I ; RR : 48 x/I ; SpO2 : 99%

A : Pola napas tidak efektif

27
P : Diharapkan sesak tidak ada

08 September 2022

S : Sesak (ada)

O : Temperatur : 36,3 derajat celscius ; pols : 136 x/I ; RR : 48 x/I ; SpO2 : 99%

A : Pola napas tidak efektif

P : Diharapkan sesak tidak ada

BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

Sindrom gangguan napas ataupun sering disebut sindrom gawat napas


(Respiratory Distress Syndrome/RDS) adalah istilah yang digunakan untuk disfungsi
pernapasan pada neonatus. Gangguan ini merupakan penyakit yang berhubungan
dengan keterlambatan perkembangan maturitas paru (Whalley dan Wong, 1995).
Gangguan ini biasanya juga dikenal dengan nama Hyaline membrane disease (HMD)
atau penyakit membran hialin, karena pada penyakit ini selalu ditemukan membran
hialin yang melapisi alveoli.

Sindrom gangguan pernapasan adalah kumpulan gejala yang terdiri dari dispnea
atau hiperapnea dengan frekuensi pernapasan lebih dari 60 kali/menit, sianosis, rintihan
pada ekspirasi dan kelainan otot-otot pernapasan pada inspirasi.

RDS sering ditemukan pada bayi prematur. Insidens berbanding terbalik dengan usia
kehamilan dan berat badan. Artinya semakin muda usia kehamilan ibu, semakin tinggi

28
kejadian RDS pada bayi tersebut. Sebaliknya semakin tua usia kehamilan, semakin
rendah pula kejadian RDS atau sindrome gangguan napas.

TANDA DAN GEJALA BAYI NY.P

 Sianosis
 Respiration Rate (RR) >60 x/i
 Ketika bernapas kulit tertarik diantara tulang rusuk
 Rintihan saat ekspirasi
 Retraksi (+)

PENGOBATAN YANG SUDAH DIBERIKAN PADA BAYI NY. P

 Bayi diletakkan di dalam inkubator


 Pemasangan CPAP O2 5 liter
 Pemasangan NGT
 Pemasangan infus
 Penyedotan lendir
 Pemberian blue light
 Pemantauan saturasi setiap 2 jam sekali

29
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

30
DAFTAR PUSTAKA

http://www.who.int/whosis/whostat/EN_WHS2011_Full.pdf

31

Anda mungkin juga menyukai