Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MAKALAH

“ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN RDS


(Respiratory Distress Syndrome)”

Disusun oleh :

Kelompok 15

1. Nuriyyah (19087)
2. Putri Anna Della (19088)

Tingkat : 2B

AKPER MUHAMMADIYAH CIREBON

Jl. Walet N0.21 Kedawung Cirebon

E-mail : akper_muh@yahoo.co.id
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan  rahmat,
karunia dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN RDS (RESPIRATORY DISTRESS
SYNDROM)” ini dengan baik.
Makalah ini dibuat memenuhi tugas dari mata kuliah keperawatan anak. Ucapan terima
kasih tidak lupa kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini, sehingga akan menjadi suatu kehormatan besar bagi kami
apabila mendapatkan kritikan dan saran yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini.
Demikian akhir kata dari kami, semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak dan
menambah wawasan bagi pembaca.

Cirebon, Agustus 2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Penyakit saluran pernapasan merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian yang
paling sering dan penting pada anak, terutama pada bayi, karena saluran pernafasannya masih
sempit dan daya tahan tubuhnya masih rendah. Disamping faktor organ pernafasan , keadaan
pernafasan bayi dan anak juga dipengaruhi oleh beberapa hal lain, seperti suhu tubuh yang
tinggi, terdapatnya sakit perut, atau lambung yang penuh. Penilaian keadaan pernafasan dapat
dilaksanakan dengan mengamati gerakan dada atau perut.

Neonatus normal biasanya mempunyai pola pernafasan abdominal. Bila anak sudah dapat
berjalan pernafasannya menjadi thorakoabdominal. Pola pernafasan normal adalah teratur
dengan waktu ekspirasi lebih panjang daripada waktu inspirasi, karena pada inspirasi otot
pernafasan bekerja aktif, sedangkan pada waktu ekspirasi otot pernapasan bekerja secara pasif.
Pada keadaan sakit dapat terjadi beberapa kelainan pola pernapasan yang paling sering adalah
takipneu.

Ganguan pernafasan pada bayi dan anak dapat disebabkan oleh berbagai kelainan organic,
trauma, alargi, insfeksi dan lain-lain. Gangguan dapat terjadi sejak bayi baru lahir. Gangguan
pernapasan yang sering ditemukan pada bayi baru lahir (BBL) termasuk respiratory distress
syndrome (RDS) atau idiopatic respiratory distress syndrome (IRDS) yang terdapat pada bayi
premature.

RDS terjadi pada bayi prematur atau kurang bulan, karena produksi surfaktan, yang dimulai
sejak kehamilan minggu ke 22, makin muda usia kehamilan, makin besar pula kemungkinan
terjadi RDS dan kelainan ini merupakanpenyebab utama kematian bayi prematur.
Banyak teori yang menerangkan patogenesis dari syndrom yang berhubungan dengan kerusakan
awal paru-paru yang terjadi dimembran kapiler alveolar.
Adanya peningkatan permeabilitas kapiler dan akibat masuknya cairan ke dalam ruang
interstitial, seolah-olah dipengaruhi oleh aktifitas surfaktan. Akibatnya terjadi tanda-tanda
atelektasis. Cairan juga masuk dalam alveoli dan mengakibatkan oedema paru. Plasma dan sel
darah merah keluar dari kapiler-kapiler yang rusak, oleh karena itu mungkin perdarahan
merupakan manifestasi patologi yang umum.

1.2 TUJUAN PENULISAN


Adapun yang menjadi tujuan penulisan adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian RDS.
2. Untuk mengetahui penyebab RDS.
3. Untuk mengetahui komplikasi yang ditimbukhan oleh RDS pada Neonatus dan juga
perjalanan penyakit tersebut.
4. Untuk mengetahui tentang penatalaksanaan dan perawatan pada bayi dengan RDS.
5. Untuk memenuhi tugas praktek Program Profesi Ners Stase Keperawatan Anak.

1.3 MANFAAT PENULISAN


Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan ini adalah:
1. Sebagai bahan informasi bagi mahasiswa praktikan dalam penetalaksanaan RDS pada
Neonatus.
2. Sebagai bahan masukan bagi lahan praktek untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan khususnya penatalaksanaan kegawatan nafas pada Neonatus.
3. Sebagai sumber reperensi untuk kemajuan perkembangan ilmu Keperawatan, khususnya
Keperawatan anak.

1.3 METODE PENULISAN


Metode Penulisan yang digunakan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Studi literatur yaitu mengambil referensi dari berbagai sumber yang sesuai dengan topik
penulisan berdasarkan kaidah ilmiah yang berlaku.
2. Studi kasus yaitu aplikasi materi yang didapat dan langsung dipraktekan terhadap kasus
yang sesuai pada topik penulisan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

1.1 DEFINISI
Adalah gangguan pernafasan yang sering terjadi pada bayi premature dengan tanda-tanda
takipnue (>60 x/mnt), retraksi dada, sianosis pada udara kamar, yang menetap atau memburuk
pada 48-96 jam kehidupan dengan x-ray thorak yang spesifik. Tanda-tanda klinik sesuai dengan
besarnya bayi, berat penyakit, adanya infeksi dan ada tidaknya shunting darah melalui PDA
(Stark,1986).
Sindrom distres pernafasan adalah perkembangan yang imatur pada sistem pernafasan atau tidak
adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS dikatakan sebagai Hyaline Membrane Disesae
(Suryadi dan Yuliani, 2001).

2.2 ETIOLOGI
RDS terjadi pada bayi prematur atau kurang bulan, karena kurangnya produksi surfaktan.
Produksi surfaktan ini dimulai sejak kehamilan minggu ke-22, makin muda usia kehamilan,
makin besar pula kemungkinan terjadi RDS. Ada 4 faktor penting penyebab defisiensi surfaktan
pada RDS yaitu prematur, asfiksia perinatal, maternal diabetes, seksio sesaria.. Surfaktan
biasanya didapatkan pada paru yang matur. Fungsi surfaktan untuk menjaga agar kantong alveoli
tetap berkembang dan berisi udara, sehingga pada bayi prematur dimana surfaktan masih belum
berkembang menyebabkan daya berkembang paru kurang dan bayi akan mengalami sesak nafas.
Gejala tersebut biasanya muncul segera setelah bayi lahir dan akan bertambah berat.
RDS merupakan penyebab utama kematian bayi prematur. Sindrom ini dapat terjadi karena ada
kelainan di dalam atau diluar paru, sehingga tindakan disesuaikan dengan penyebab sindrom ini.
Kelainan dalam paru yang menunjukan sindrom ini adalah pneumothoraks/pneumomediastinum,
penyakit membran hialin (PMH)

3.3 PATOFISIOLOGI
Pada RDS terjadi atelektasis yang sangat progresif, yang disebabkan kurangnya zat yang
disebut surfaktan. Surfaktan adalah zat aktif yang diproduksi sel epitel saluran nafas disebut sel
pnemosit tipe II. Zat ini mulai dibentuk pada kehamilan 22-24 minggu dan mencapai max pada
minggu ke 35. Zat ini terdiri dari fosfolipid (75%) dan protein (10%). Peranan surfaktan ialah
merendahkan tegangan permukaan alveolus sehingga tidak terjadi kolaps dan mampu menahan
sisa udara fungsional pada sisa akhir expirasi. Kolaps paru ini akan menyebabkan terganggunya
ventilasi sehingga terjadi hipoksia, retensi CO2 dan asidosis.
Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya RDS pada bayi prematur disebabkan oleh
alveoli masih kecil sehingga kesulitan berkembang, pengembangan kurang sempurna kerana
dinding thorax masih lemah, produksi surfaktan kurang sempurna. Kekurangan surfaktan
mengakibatkan kolaps pada alveolus sehingga paru-paru menjadi kaku. Hal tersebut
menyebabkan perubahan fisiologi paru sehingga daya pengembangan paru (compliance)
menurun 25% dari normal, pernafasan menjadi berat, shunting intrapulmonal meningkat dan
terjadi hipoksemia berat, hipoventilasi yang menyebabkan asidosis respiratorik.

4.4 PENCEGAHAN RDS


Tindakan pencegahan yang harus dilakukan untuk mencegah komplikasi pada bayi resiko
tinggi adalah mencegah terjadinya kelahiran prematur, mencegah tindakan seksio sesarea yang
tidak sesuai dengan indikasi medis, melaksanakan manajemen yang tepat terhadap kehamilan
dan kelahiran bayi resiko tinggi.
Tindakan yang efektif utntuk mencegah RDS adalah:
1. Mencegah kelahiran < bulan (premature).
2. Mencegah tindakan seksio sesarea yang tidak sesuai dengan indikasi medis.
3. Management yang tepat.
4. Pengendalian kadar gula darah ibu hamil yang memiliki riwayat DM.
5. Optimalisasi kesehatan ibu hamil.
6. Kortikosteroid pada kehamilan kurang bulan yang mengancam. Obat-obat tocolysis (β-
agonist : terbutalin, salbutamol) relaksasi uterus Contoh : Salbutamol (ex: Ventolin
Obstetric injection) 5mg/5 ml (utk asma: 5 mg/ml) Untuk relaksasi uterus : 5 mg
salbutamol dilarutkan dalam infus 500 ml dekstrose/NaCl diberikan i.v (infus) dgn
kecepatan 10 – 50 μg/menit dgn monitoring cardial effect. Jika detak jantung ibu >
140/menit kecepatan diturunkan atau obat dihentikan
7. Steroid (betametason 12 mg sehari untuk 2x pemberian, deksametason 5 mg setiap 12
jam untuk 4 x pemberian)
8. Cek kematangan paru (lewat cairan amniotic pengukuran rasio lesitin/spingomielin : > 2
dinyatakan mature lung function).

MANIFESTASI KLINIS
Berat dan ringannya gejala klinis pada penyakit RDS ini sangat dipengaruhi oleh tingkat
maturitas paru. Semakin rendah berat badan dan usia kehamilan, semakin berat gejala klinis yang
ditujukan.
Manifestasi dari RDS disebabkan adanya atelektasis alveoli, edema, dan kerosakan sel dan
selanjutnya menyebabkan kebocoran serum protein ke dalam alveoli sehingga menghambat
fungsi surfaktan. Gejala klinikal yang timbul yaitu : adanya sesak nafas pada bayi prematur
segera setelah lahir, yang ditandai dengan takipnea (> 60 x/minit), pernafasan cuping hidung,
grunting, retraksi dinding dada, dan sianosis, dan gejala menetap dalam 48-96 jam pertama
setelah lahir. Berdasarkan foto thorak, menurut kriteria Bomsel ada 4 stadium RDS yaitu
:pertama, terdapat sedikit bercak retikulogranular dan sedikit bronchogram udara, kedua, bercak
retikulogranular homogen pada kedua lapangan paru dan gambaran airbronchogram udara
terlihat lebih jelas dan meluas sampai ke perifer menutupi bayangan jantung dengan penurunan
aerasi paru. ketiga,alveoli yang kolaps bergabung sehingga kedua lapangan paru terlihat lebih
opaque dan bayangan jantung hampir tak terlihat, bronchogram udara lebih luas. keempat,
seluruh thorax sangat opaque ( white lung ) sehingga jantung tak dapat dilihat.
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Identitas

Identitas Bayi
1. Nama bayi : By. C
2. Jenis Kedlamin : Laki-laki
3. Tanggal Lahir : 16 agustus 2020
4. Berat Badan Lahir : 2400 gram
5. APGAR :4–6

Identitas Penanggung Jawab


1. Nama Ibu : Ny.C
2.Umur ibu : 34 tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SLTA
6. Pekerjaan : IRT
7. Alamat : Perumnas Gria Intan

1. Keluhan Utama
Klien sesak nafas disertai dengan sianosis pada ektrimitas pada saat lahir.

Riwayat Penyakit Sekarang


Bayi datang diantar keluarga pukul 13.45 WIB, ibu melahirkan di bidan Ny. Hj. I. Bayi
lahir pada tanggal 22 November 2018 pukul 16.00 WIB, bayi sianosis,retraksi dinding
dada berlebihan, nafas 78 x/ menit, disertai badan panas suhu tubuh 37.7 o C.

Riwayat Persalinan
Ibu klien melahirkan di bidan dengan partus normal, usia kehamilan 29 minngu dan ststus
kehamilan G3 P3 Ao, ketuban jernih, ketuban pecah dini tidak terjadi. Lama persalinan 2
jam dari pembukaan I sampai keluarnya janin.

Riwayat Perinatal (ANC)


Jumlah kunjungan : 2 x
Bidan/Dokter ; Bidan 1x dan dokter 1x
HPHT ; Tidak diketahui, kehamilan baru diketahui pada saat kehamilan 16 minggu,
karena pada saat kehamilan masih keluar darah sedikit tiap bulan sampai usia tiga bulan
Kenaikan berat badan : 10 kg
Obat-obatan : Obat penambah darah, imunisasi TT 1 x.
Kehamilan direncanakan: Tidak direncanakan
Status Kehamilan : G3 P3 Ao

2. Pengkajian Fisik
a. Refleks
1. Refleks moro
Refleks moro adalah reflek memeluk pada saat bayi dikejutkan dengan tangan. Pada
By. C reflek moro (+) ditandai dengan ketika dikejutkan oleh bunyi yang keras dan
tiba – tiba bayi beraksi dengan mengulurkan tangan dan tungkainya serta
memanjangkan lehernya.
2. Refleks menggenggam
Reflek menggenggam pada By. C (+) tapi lemah, ditandai dengan membelai telapak
tangan, bayi menggenggam tangan gerakan tangan lemah.
3. Refleks menghisap
Reflek menghisap (+) ditandai dengan meletakan tangan pada mulut bayi, bayi
menghisap jari, hisapan lemah.
4. Refleks rooting
Reflek rooting (-) ditandai dengan bayi tidak menoleh saat tangan ditempelkan di pipi
bayi.
5. Refleks babynsky
Reflek babynsky (+) ditandai dengan menggerakan ujung hammer pada bilateral
telapak kaki.
b. Tonus otot
Gerakan bayi sangat lemah tetapi pergerakan bayi aktif ditandai dengan bayi sering
menggerek-gerakan tangan dan kakinya.
c. Keadaan umum dan TTV
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Letargi
Lingkar kepala : 33 Cm
Lingkar dada : 30 Cm
Panjang badan : 45 Cm
Berat badan : 2400 Gram
Suhu : 37,1 oC
Respiratory : 78 x/menit
Nadi : 154 x/menit
d. Kepala
Bentuk kepala Normochepal, lingkar kepala 33 cm, pertumbuhan rambut merata, tidak
ada lesi, tidak ada benjolan, fontanel anterior masih lunak, sutura sagital datar dan
teraba, gambaran wajah simetris terdapat larugo disekitar wajah dan badan.
e. Mata
Mata simetris, tidak ada pembengkakan pada kelopak mata, mata bersih tidak terdapat
sekret, mata bisa mengedip, bulu mata tumbuh, reflek kornea (+) reflek terhadap
sentuhan, reflek pupil (+) respon terhadap cahaya, replek kedip (+)
f. Telinga
Letak telinga kanan dan kiri simetris, lubang telinga bersih, tidak terdapat serumen,
tidak ada lesi, bentuk telinga baik, lunak dan mudah membalik, ( Cartilago car ) baik,
terdapat rambut larugo.

g. Hidung
Hidung bentuk simetris, terpasang O2 binasal 2 liter/menit, keadaan hidung bersih
tidak terdapat peradangan atau pembengkakan hidung, pernafasan cuping hidung
(PCH) (+).
h. Mulut
Bentuk bibir simetris, bibir terdapat bercak putih pada membran mukosa, Stomatitis (-)
refleks hisap (+),reflek rooting (-).
i. Dada dan Paru-paru
Dada simetris ( Sama antara kiri dan kanan ), bentuk dada menonjol, PX terlihat jelas,
bentuk dada burung ( pektus karinatum) pergerakan dada sama antara dada kiri dan
kanan, retraksi dinding dada (+), retraksi dinding epigastrium (+), frekuensi nafas 78
x/menit, mamae bentuk datar, suara nafas rales (+)
j. Jantung
Nadi apikal 154 x/menit, bunyi jantung reguler BT1 + BT2, palapasi nadi brakhialis (+)
lemah, radialis (+) lemah, femoralis lemah dan nadi karotis (+)
k. Abdoment
Bentuk abdomen dan cekung pada bagian px, bising usus dapat terdengar 4x/menit, tali
pusay belum putus, keadaan kering, tidak terdapat kemerahan, tidak terdapat haluaran
nanah, perut diraba lunak, lingkar perut 38 cm tidak ada pembengkakan hepar.
l. Genitalia
Lubang penis terdapat di gland penis, kedua testis dapat teraba pada scrorum.
m. Anus
Anus paten, ditandai dengan bayi sudah BAB, mekonium sudah keluar berwarna hitam
dan lembek
n. Punggung
Terdapat banyak rambut larugo, bentuk simetris, tidak terdapat ruam kemerahan atau
rush.
o. Ekstrimitas
Ekstrimitas dapat bergerak bebas, ujung jari merah muda/tidak sianosis, CRT dalam
waktu 2 detik, jumlah jari komplit, kaki sama panjang, lipatan paha kanan dan kiri
simetris, pergerakan aktif
p. Kulit
Warna kulit merah seluruh tubuh, sianosis (-), tidak terdapat tanda lahir, Skin Rush (-),
Ikterik (-), turgor kulit jelek, kulit longgar disebabkan karena lemak subkutan
berkurang, terdapat larugo.
q. Eliminasi
Eliminasi BAK 6-8 x/hari, BAB 2-4 x/hari
r. Suhu
Suhu tubuh 37,1 oC, Setting Inkubator 32 Oc

3. Hubungan Psikososial Orang tua dengan Bayi


a. Budaya
Keluarga klien memiliki budaya sunda, akan tetapi bahasa yang digunakan sehari-hari
adalah bahasa indonesia. Ibu klien pada saat masa kehamilan dan setelah melahirkan
tadak ada suatu pantanganan yang dilakukan ibu klien.
b. Agama
Agama yang dianut keluarga klien yaitu agama islam, ibu klien selalu melaksanakan
shalat dan berdo’a bagi kesembuhan anaknya.
c. Psikologis
Psikologis ibu klien sangat labil dikarenakan kondisi yang dialami anaknya saat ini, dia
selalu menangis hal itu dapat terlihat pada saat ibu klien datang ke RS untuk menjenguk
anakanya.

B. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. Ds : – Sulfaktan menurun Gangguan pola nafas
Do :
 RR 78 x/menit
 Retraksi dinding dada (+)
 Retraksi dinding efigastrium (+)
 bayi tampak lemah Surfaktan
menurun

2. Ds : – intake yang tidak Gangguan kebutuhan


Do : adekuat nutrisi
 Reflek hisap lemah
 Retensi lambung 0,5cc
 Bayi puasa.
 Bising usus 4x/mnt
 Bayi tampak lemah Reflek bayi
lemah
3. Ds : – belum terbentuknya Hipotermi
Do : lapisan lemak pada
 Suhu bayi 37,10 C kulit.
 Bayi didalam inkubator dengan suhu
320 C
 Bayi tidak menggunakan baju
Lapisan lemak subkutan

DIAGNOSA KEPERAWAT
1. Gangguan pola nafas b.d belum terbentuknya zat sulfaktan dalam tubuh
2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat.
3. Hipotermi b.d belum terbentuknya lapisan lemak pada kulit.

PERENCANAAN INTERVENSI
Nama : By. C Umur : 10 Hari
No Medrek : 561148 Diagnosa : RDS
No Diagnosa PERENCANAAN

Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional

1. Gangguan pola nafas Setelah dilakukan asuhan - Mengobsevasi TTV - Mengetahui


b.d belum keperawatan 3x24 jam perkembangan untuk
- Mengatur posisi semi
terbentuknya zat gangguan pola nafas lanut dalan proses
ekstens
sulfaktan dalam tubuh menjadi efektif dengan perencanaan
kriteria hasil: -l Menempatkan bayi - Meningkatkan
 RR 60 x/menit pada tempat yang ekspansi paru-paru
hangat - Agar bayi tetap berada
 Sesak (-) - Mengatur suhu dalam di suhu yang normal
 Sianosis (-) inkubator - Pemberian oksigen

 Retraksi dinding dada secara memadai dapat


- Memberikan terapy
(-) memsuplai dan
O2 sesuai dengan
 Reaksi diafragma (-) memberikan cadangan
kebutuhan
oksigen, sehingga
- Melakukan kolaborasi mencegah terjadinya
pemberian terapy obat hipoksida
Bronchodilato
2. Hipotermi b.d belum Setelah dilakukan asuhan - Mengatur suhu - Agar bayi tetap berada
terbentuknya lapisan keperawatan 3x24 jam inkubator di suhu yang normal
lemak pada kulit. suhu klien kembali - Memantau suhu tubuh
- Berjaga-jaga agar
normal dengan kriteria setiap 2 jam
tidak terjadi perubahan
hasil:
suhu secara tiba-tiba
Suhu 37 oC
 Bayi tidak kedinginan

3. Gangguan kebutuhan Setelah dilakukan - Mengkaji kesiapan - Untuk menambah


nutrisi kurang dari tindakan keperawatan bayi untuk minum energi
kebutuhan tubuh b.d selama 3 x 24 jam - Meretensi cairan - Untuk mengetahui
intake yang tidak diharapkan resiko tinggi lambung tiap 2 jam asupan nutrisi yang
adekuat. gangguan kebutuhan masuk
cairan tidak terjadi
dengan kriteria hasil:
 Reflek hisap (+)
 Retensi lambung (-)
 Bayi puasa.
 Bising usus 8x/mnt

IMPLEMENTASI
Tanggal/jam Diagnosa Implementasi paraf
17 agustus 2020 1. Gangguan pola nafas - Mengobsevasi TTV
13.10 – 13.30 b.d belum
- Memonitor SPO2
terbentuknya zat
sulfaktan dalam - Mengatur posisi semi ekstens

tubuh - Menempatkan bayi pada tempat yang hangat

- Mengatur suhu dalam inkubator

- Memberikan terapy O2 sesuai dengan kebutuhan

- Melakukan kolaborasi pemberian terapy obat


Bronchodilato
17 agustus 2020 2. Hipotermi b.d belum - Mengatur suhu incubator
13.30 – 13.40 terbentuknya lapisan - Memantau suhu tubuh setiap 2 jam
lemak pada kulit.
17 agustus 2020 3. Gangguan kebutuhan - Mengkaji kesiapan bayi untuk minum
13.40 – 13.50 nutrisi kurang dari - Meretensi cairan lambung tiap 2 jam
kebutuhan tubuh b.d
intake yang tidak
adekuat.

EVALUASI

No Dx Tanggal dan jam Evaluasi paraf


1. 1 17 agustus 2020 S:–
14.00 -14.10 O : Keadaan Bayi aktif, klien menangis kuat, retraksi
dinding dada sedikit berkurang, nafas cepat 2 x/m
A : Gangguan pola nafas belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
I : - Kaji pola nafas klien
- Observasi TTV tiap 2 jam
- Monitor SpO2 tiap 3 jam
- Atur posisi bayi semiekstensi
- Terapi O2 sesuai kebutuhan
- Kolaborasi pembererian obat bronckodilator
sesuai kebutuhan.
2. 2 17 agustus 2020 S:–
14.10 – 14.20 O : Reflek hisap (+), Klien minum 5 cc/3jam, Minum
menggunakan dot
A : Gangguan kebutuhan nutrisi ; kurang dari
kebutuhan teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
I : - Tingkatkan frekuensi minum
- Pertahankan cairan infus
3. 3 17 agustus 2020 S:-
14.20 -14.30 O : Suhu tubuh 37,1 oC, badan bayi hangat, suhu
inkubator 32 oC
A : Resiko tinggi Gangguan termoregulasi
Hypotermoregulasi teratasi
P : Lanjutkan intervensi
I : - Kaji suhu tubuh setiap hari
- Atur suhu incubator

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN
Sindrom distres pernafasan adalah perkembangan yang imatur pada sistem pernafasan
atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS dikatakan sebagai Hyaline Membrane
Disesae (Suryadi dan Yuliani, 2001).
Pada saat pemilihan kasus yang sesuai dengan bahasan di atas, untuk menguatkan pengkajian
data permasalahan, penulis memperoleh data tambahan atau penunjang yaitu dari hasil
pemeriksaan laboratorium hematology dan pemeriksaan foto thoraks dan juga menemukan tanda
dan gejala adanya retraksi dinding dada, adanaya pernafasan cuping hidung, pernafasan takipneu,
pernafasan lebih dari 60 x/menit.
Oleh karena itu diagnosa RDS ini akan dibahas oleh penulis lebih lanjut yaitu:
1. Gangguan pola nafas berhubungan dengan belum terbentuknya zat sulfaktan dalam tubuh
2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat.
3. Resiko tinggi gangguan termoregulasi: hipotermi berhubungan dengan belum terbentuknya
lapisan lemak pada kulit.

SARAN
Kepada ibu hamil dianjurkan agar selalu menjaga kehamilannya dan memeriksakan
kehamilannya secara rutin kepada tenaga kesehatan agar dapat mengurangi penyakit kelainan
bawaan pada neonates dan apabila terdapat kelainan dapat di deteksi secara dini. Hindari
terjadinya kelahiran bayi premature karena bayi premature memungkinkan terjadinya penyakit
RDS terhadap bayi dan apabila pada ibu hamil dengan riwayat penyakit diabetes militus maka
sebaiknya ibu menjaga pola makannya terutama diet terhadap glukosa agar resiko terjadinya
RDS pada bayinya menurun.

Anda mungkin juga menyukai