Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Acut Respiratory Distress Syndrome (ARDS) Pada Anak

Di susun oleh:

1. Abdul Rahman
2. Alfin Fahlefi
3. Edi Gunawan
4. Migy Rahman
5. Yohanes Sukri

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2014

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas izin dan kuasanya kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang diberikan kepada kelompok kami yang berjudul Acut
Respiratory Distress Syndrome (ARDS) Pada Anak
Kami sadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak sedikit masalah yang dihadapi, namun
berkat kerja keras serta bantuan dari pihak, semua masalah tadi bisa teratasi dengan baik. Oleh
karena itu, kami banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini,
untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah
khazanah cakrawala pemikiran bagi para pembaca.

Jombang, 28 maret 2016

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .. i
DAFTAR ISI . ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan ..... 1
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1Difinisi ....................................................................................................... 2

2.2 Etiologi ............................................. 2

2.3 Patofisiologi .3

2.4 Komplikasi ... .............................................................. 4


2.5 Manifestasi.. ................................................................................. 4
2.6 Pemeriksaan diagnostic .................................................................................................. 5
2.7 Penatalaksanaan ...................................................................................................... 6

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN


3.1 Konsep asuhan keperawatan 7
BAB IV PENUTUP
3.1 Kesimpulan 11
3.2 Saran.... 11
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Penyakit respiratory distress syndrome adalah penyebab utama kematian pada bayi baru
lahir. Diperkirakan 30 % dari semua kematian neonatus yang disebabkan oleh penyakit
membrane hialin (PMH).
PMH terutama terjadi pada bayi premature; intensitasnya berbanding terbalik dengan
umur kehamilan dan berat badannya. PMH ini 60-80% terjadi pada bayi yang umur
kehamilannya kurang dari 28 minggu, 15-30 % pada bayi antara 32 dan 36 minggu, sekitar 5%
pada bayi yang lebih dari 37 minggu, dan jarang pada bayi cukup bulan. Kenaikan frekuensi
dihubungkan dengan bayi dari ibu diabetes, persalinan sebelum umur kehamilan 37 minggu,
kehamilan multijanin, persalinan seksio sesarea, persalinan cepat, asfiksia, stress dingin, dan
adanya riwayat bahwa bayi sebelumnya terkena.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa itu Acute Respiratory Distress Syndrome?
2. Apa penyebab ARDS pada bayi baru lahir?
3. Bagaimana mekanisme terjadinya ARDS pada bayi baru lahir ?
4. Apa diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus ARDS?
5. Bagaimana melakukan asuhan keperawatan pada kasus ARDS?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi dari acute respiratory distress syndrome
2. Dapat menjelaskan penyebab ARDS pada bayi
3. Dapat memahami dan menjelaskan mekanisme terjadinya ARDS pada bayi baru
lahir
4. Dapat membuat diagnosa keperawatan pada kakus ARDS
5. Dapat melakukan asuhan keperawatan secara tepat

1.4 Manfaat
1. Dapat memberikan informasi kesehatan pada ibu hamil dalam upaya
pencegahan terjadinya ARDS
2. Dapat melakukan monitoring dan perawatan pada pasien dengan ARDS
3. Dapat melakukan pengkajian secara cepat dan tepat

iv
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI ARDS


Acute Respiratory Distress Syndrome bukan suatu penyakit, melainkan suatu kumpulan
gejala atau dalam istilah medis dikatakan sebagai suatu sindrom pada sistem pernapasan
(American Lung Association, 2013).
Acute Respiratory Distress Syndrome ( Sindrom Distress Pernafasan Akut ) adalah
perkembangan yang immatur pada sistem pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan
dalam paru. RDS dikatakan sebagai Hyaline Membrane Disease (HMD) (Suriadi, 2001).
RDS juga disebut sebagai sindrom gawat nafas yaitu kumpulan gejala yang terdiri atas
dispnea atau takipnea dengan frekuensi pernafasan besar 60 kali per menit, sianosis, merintih
waktu ekspirasi dan retraksi didaerah epigastrium, suprasternal, interkostal pada saat inspirasi
(Ngastiyah, 2005 : 23).
Menurut Whalley dan Wong, gangguan ini merupakan penyakit yang berhubungan
dengan perkembangan maturitas paru. Gangguan ini dikenal juga dengan nama hyaline
membrane disease HMD atau penyakit membran hialin yang melapisi alveoli.
Sindrom Distres pernafasan adalah perkembangan yang imature pada sistem pernapasan
atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. Respiratory Distress Syndrome dikatakan
sebagai hyaline membrane disease (HMD).

2.2 ETIOLOGI
Etiologi RDS dihubungkan dengan usia kehamilan, berat badan bayi yang lahir kurang
dari 2500 gram. Sering terjadi pada bayi dengan lahir kurang dari 1000 gram. Semakin muda
seorang bayi, semakin tinggi resiko RDS sehingga menjadikan perkembangan yang immatur
pada sistem pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. Kadar surfaktan paru
mature biasanya muncul sesudah 35 minggu. Sintesis surfaktan sebagian bergantung pada pH,

v
suhu dan perfusi normal. Asfiksia, hipoksemia, dan iskemia paru terutama dalam hubungan
dengan hipovolemik, hipotensi, dan stress dingin, dapat menekan sistesis surfaktan.
Atelektaksis alveolar, formasi membrane hialin, dan edema interstisial membuat paru-
paru kurang lentur, memerlukan tekanan yang lebih besar untuk mengembangkan alveolus kecil
dan jalan napas. Pada bayi, dada bawah tertarik kedalam ketika diafragma turun dan tekanan
intratoraks menjadi negatif, dengan demikian membatasi jumlah tekanan intrathoraks yang
dihasilkan; akibatnya muncul kecendrungan atelektaksis. Dinding dada bayi yang sangat lemah
memberi lebih sedikit tekanan daripada dinding dada bayi matur terhadap kecendrungan paru
kolaps.
RDS terjadi dua kali lebih banyak pada laki-laki dari pada perempuan, insidens
meningkat pada bayi dengan faktor-faktor tertentu, misalnya ibu yang menderita diebetes
mellitus melahirkan bayi berusia kurang dari 38 minggu, hipoksia perinatal dan lahir melalui
sectio caesaria.

Etiologi yang lain dari ARDS adalah:


1. Kelainan paru: pneumonia
2. Kelainan jantung: penyakit jantung bawaan, disfungsi miocardium
3. Kelainan susunan syaraf pusat akibat: Asfiksia, perdarahan otak
4. Kelainan metabolik: hipoglikemia, asidosis metabolik
5. Kelainan bedah: pneumotoraks, fistel trakheoesofageal, hernia diafragmatika
6. Kelainan lain: sindrom Aspirasi mekonium, penyakit membran hialin

Bila menurut masa pertumbuhan, penyebab gangguan nafas ialah:


a. Pada bayi kurang bulan
Penyakit membran hialin
Pneumonia
Asfiksia
Kelainan atau malformasi kongenital
b. Pada bayi cukup bulan
Sindrom Aspirasi Mekonium

vi
Sindroma aspirasi mekonium (SAM) adalah kumpulan gejala yang diakibatkan oleh
terhisapnya mekonium ke dalam saluran pernafasan bayi akibat peningkatan aktivitas usus
janin. Mekonium adalah feses janin saat dalam kandungan yang apabila terjadi gangguan
dapat bercampur dengan cairan amnion sehingga terhirup oleh janin.
Pneumonia
Asidosis
Kelainan atau malformasi kongenital

2.3 PATOFISIOLOGI
Pada bayi dengan RDS, karena adanya ketidakmampuan paru untuk mengembang dan
alveoli terbuka. RDS pada bayi yang premature terjadi kegagal pernapasan karena imaturenya
dinding dada, parenchym paru, dan imaturnya endothelium kapiler yang menyebabkan kolaps
paru pada akhir ekspirasi.
Pada bayi dengan RDS disebabakan oleh menurunnya jumlah surfaktan atau perubahan
kualitatif surfaktan dapat menyebabkan ketidakmampuan alveoli untuk ekspansi. Terjadi
perubahan intra-extrathoracic dan menurunnya pertukaran udara.
Secara alamiah perbaikan mulai terjadi setelah 24-48 jam. Sel yang rusak akan diganti.
Membrane hyaline, berisi debris dari sel necrosis yang tertangkap dalam proteinaceous filtrate
serum (saringan serum protein), di pagosit oleh makrograf. Sel cuboidal menempatkan pada
alveolar yang rusak dan epitelium jalan nafas, kemudian terjadi perkembangan sel kapiler baru
pada alveoli. Sintesis surfaktan kembali diproduksi dan kemudian terjadi perbaikan alveoli untuk
pengembangan.

vii
2.4 KOMPLIKASI
a. Pneumothorax
b. Pneumomediastinum
c. Pulmonary intersititial dysplasia
d. Bronchopulmonary dysplasia ( BPD)
e. Paten ductus arteriosus (PDA)
f. Hipotensi
g. Menurunnya pengeluaran urine
h. Asidosis
i. Hipotermi
j. Hipernatermi
k. Hipokalemi
l. Disseminated intravascular (DIC)
m. Kejang
n. Intraventicular hemorrhage
o. Retinopathy pada premature
p. Infeksi sekunder

2.5 MANIFESTASI KLINIS


Tanda biasanya tampak dalam beberapa menit kelahiran, walaupun tanda-tanda ini tidak
dapat dikenali selama beberapa jam sampai pernapasan menjadi cepat, dangkal bertambah
sampai 60/menit.
a. Tachypnea
b. Retraksi dada ( suprasternal, substernal, intercostal)
c. Pernapasan terlihat parados
d. Cuping hidung
e. Apnea

viii
Terjadi ketika bayi menjadi lelah dan muncul tanda-tanda tidak menyenangkan yang
membutuhkan intervensi segera.
f. Murmur
g. Sianosis
Kematian jarang terjadi pada bayi hari pertama sakit, biasanya terjadi antara hari ke-2 dan
ke-7 dan disertai dengan kebocoran udara alveolar dan perdarahan paru atau
interventikuler.

2.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


a. Foto rontgen
Untuk melihat densitas atelektasis dan elevasi diafragma dengan overdistensi duktus
alveolar

b. Analisa gas darah


Analisa gas darah, PaO2 kurang dari 50 mmHg, PaCO2 kurang dari 60 mmHg, SaO2 92% -
94%, pH 7,31 7,45

c. Immature lecithin
Paru-paru janin berhubungan dengan cairan amnion, maka jumlah fosfolipid dalam cairan
amnion dapat untuk menilai produksi surfaktan, sebagai tolok ukur kematangan paru,
dengan cara menghitung rasio lesitin dibandingkan sfingomielin dari cairan amnion.
Sfingomyelin merupakan suatu membran lipid yang secara relatif merupakan komponen
non spesifik dari cairan amnion.
Gluck dkk menemukan bahwa L/S untuk kehamilan normal adalah < 0,5 pada saat gestasi
20 minggu dan meningkat secara bertahap pada level 1 pada usia gestasi 32 minggu. Rasio
L/S = 2 dicapai pada usia gestasi 35 minggu dan secara empiris disebutkan bahwa
Neonatal RDS sangat tidak mungkin terjadi bila rasio L/S > 2. 2 : 1 atau lebih
mengindikasikan maturitas paru. Phospatidyglicerol : meningkat saat usia 35 minggu

ix
2.7 PENALATAKSANAAN TERAPEUTIK
Terapi yang diberikan ialah pengobatan pertukaran oksigen dan karbodioksida paru yang
tidak adekuat; asidosis metabolic dan insufisiensi sirkulasi. Perawatan suportif awal bayi baru
lahir terutama pada pengobatan asidosis, hipoksia, hipotensi, dan hipotermia akan mengurangi
keparahan RDS. Terapi memerluhkan pemantauan yang cermat dan sering terhadap frekuensi
jantung dan pernapasan; PO2, PCO2, pH, bikarbonat, elektrolit arteri, glukosa darah, hematocrit,
tekanan darah, dan suhu.
a. Pemberian oksigen
Oksigen hangat yang dilembabkan harus diberikan pada kadar yang cukup pada mulanya
untuk mempertahankan tekanan arteri antara 55-70 mmHg dengan tanda-tanda vital yang
stabil, untuk mencegah resiko toksisitas oksigen.
Untuk bayi yang apneu memerluhkan bantuan ventilasi mekanis yang bertujuan
memperbaiki oksigenasi dan mengeliminasi CO2 tanpa menyebabkan trauma paru atau
toksisitas oksigen. Nilai gas darah yang dapat diterima yang menyeimbangkan risiko
hipoksia dan asidosis dengan risiko ventilasi mekaniis adalah PaO2: 55-70 mmHg; PCO2 :
35-55 mmHg; dan pH : 7,25-7,45.
b. Pertahankan nutrisis adekuat
c. Pertahankan suhu lingkungan netral
d. Diit 60 kcal/kg/hari (sesuaikan dengan protocol yang ada) dengan asam amino yang
mencukupi untuk mencegah katabolisme protein dan ketoasidosis endogenous
e. Pertahankan PO2 dalam batas normal
f. Menjaga suhu tubuh.
Bayi ditempatkan di dalam Isollette dan suhu dalam tubuh dipertahankan antara 36,5- 37
o
C.

x
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
a. Identitas pasien dan penanggung jawab
b. Riwayat kesehatan
Riwayat keperawatan sekarang
Riwayat keperawatan dahulu
Riwayat kesehatan keluarga
c. Identifikasi factor resiko
Riwayat maternal
Menderita penyakit seperti diabetes mellitus
Kondisi seperti perdarahan placenta
Tipe dan lamanya persalinan
Stress fetal atau intrapartus
Status infant saat lahir
Prematur, umur kehamilan
Apgar score, apakah terjadi aspiksia
Bayi prematur yang lahir melalui operasi caesar

d. Kaji system pernapasan, tanda dan gejala RDS


Takipnea (pernafasan lebih dari 60 x per menit, mungkin 80 100 x )
Nafas grunting
Nasal flaring
Retraksi intercostal, suprasternal, atau substernal
Cyanosis (sentral kemudian diikuti sirkumoral) berhubungan dengan
persentase desaturasi hemoglobin
Penurunan suara nafas, crakles, episode apnea

xi
e. Kaji system kardiovaskuler
Bradikardi (dibawah 100 x per menit) dengan hipoksemia berat
Murmur sistolik
Denyut jantung dalam batas normal
f. Kaji intergumen
Pallor yang disebabkan oleh vasokontriksi periferal

Pitting edema pada tangan dan kaki

Mottling

Penurunan suhu tubuh

B. DIAGNOSA
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan immature paru dan dinding
dada atau kurangnya jumlah cairan surfaktan
b. Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi atau
pemasangan intubasi trakea yang kurang tepat adanya secret pada jalan napas
c. Tidak efektif pola napas berhubungan dengan ketidakseimbangan napas
bayi dan ventilator; tidak berfungsinya ventilator, dan posisi bantuan ventilator
yang kurang tepat
d. Resiko injuri berhubungan dengan ketidakseimbangan asam-basa; o2 dan
co2 dan barotrauma (perlukaan dinding mukosa ) dari alat bantu nafas
e. Resiko perubahan peran orang tua berhubungan dengan hospitalisasi
sekunder dari situasi krisis pada bayi
f. Resiko kurangnya nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan menelan, motilitas gastrik menurun, dan kurangnya penyerapan

xii
C. INTERVENSI
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Perencanaa
1. Gangguan pertukaran gas Pertukaran gas 1. Identifikasi
berhubungan dengan adekuat bayi mungkin
immature paru dan Kriteria hasil : adanya resiko-
dinding dada atau Nilai resiko yang muncul
kurangnya jumlah cairan analisa gas
surfaktan darah dalam 2. Monitor status
batas normal pernapasan; distress
Nilai pernapasan
SaO2 dalam
batas normal 3. Monitor
analisa gas darah,
pulse oximetry

4. Posisikan bayi
dengan tepat agar
ada upaya bernapas

5. Pertahankan
suhu lingkungan
netral

6. Pemberian
oksigen sesuai
program
2. Tidak efektif bersihan Kepatenan jalan 1. Kaji dada bayi
jalan nafas berhubungan napas dapat adanya nafas
dengan obstruksi atau dipertahankan bilateral dan
pemasangan intubasi Dengan Kriteria ekspansi selama

xiii
trakea yang kurang tepat hasil: inspirasi
adanya secret pada jalan Tidak 2. Atur posisi
napas Bunyi rhonki bayi untuk
Tidak memudahkan
terjadi retraksi drainage
interkosta 3. Lakukan
suction
4. Kaji
kepatenan jalan
napas setiap jam
5. Kaji posisi
ketepatan alat
ventilator setiap
jam
6. Auskultasi
kedua lapang paru
3. Tidak efektif pola napas Support ventilator 1. Monitor
berhubungan dengan tepat dan ada usaha analisa gas darah
ketidakseimbangan napas bayi untuk bernafas. 2. Gunakan alat
bayi dan ventilator; tidak Dengan Kriteria bantu pernapasan
berfungsinya ventilator, hasil: sesuai instruksi
dan posisi bantuan analisa 3. Pantau
ventilator yang kurang gas darah ventilator setiap
tepat dalam batas jam
normal 4. Berikan
lingkungan yang
kondusif
5. Kaji adanya
usaha bayi dalam
bernapas
4. Resiko injuri Bayi tidak 1. Evaluasi gas

xiv
berhubungan dengan mengalami darah
ketidakseimbangan asam- ketidakseimbangan 2. Monitor pulse
basa; o2 dan co2 dan asam-basa dab oximetry
barotrauma (perlukaan barotrauma 3. Monitor
dinding mukosa ) dari alat komplikasi
bantu nafas 4. Pantau dan
pertahankan
kecepatan posisi
alat bantu napas
5. Resiko perubahan peran Orang tua bayi akan 1. Jelaskan
orang tua berhubungan menerima keadaan semua alat-alat
dengan hospitalisasi anaknya (monitor, ETT,
sekunder dari situasi Dengan Kriteria ventilator) pada
krisis pada bayi hasil: orang tua
2. Ajarkan orang
Melakukan tua untuk selalu
bonding dan mengunjungi
mengidentifikasi 3. ajarkan orang
perannya tua untuk
berpartisipasi dalam
Memberikan perawatan bayi
ASI eksklusif 4. instruksikan
pada ibu untuk
memberikan ASI
dan ajarkan cara
merangsang
pengeluaran ASI
6. Resiko perubahan peran Keseimbangan 1. pertahankan
orang tua berhubungan cairan dan elektrolit cairan infus 60-100
dengan hospitalisasi dapat dipertahankan ml/kg/hari atau
sekunder dari situasi sesuai advice

xv
krisis pada bayi 2. gunakan infus
pompa
3. monitor
intake dan output
4. kaji elektrolit
5. monitor
jumlah cairan infus
yang masuk
7. Resiko kurangnya volume Kebutuhan intake 1. berikan
dari kebutuhan tubuh nutrisi dapat pengajaran
berhubungan dengan dipertahankan perawatan bayi
ketidakmampuan pada orang tua
menelan, motilitas gastrik 2. kenalkan pada
menurun, dan kurangnya orang tua untuk
penyerapan mengidentifikasi
tanda dan gejala
distress pernapasan
3. ajarkan pada
orang tua cara
melakukan
risusitasi jantung
paru (RJP) dan
distimulasikan
tekankan
pentingnya control
ulang dan deteksi
komplikasi dari
RDS

xvi
D. EVALUASI
1. Pasien dapat mempertahankan jalan nafas dengan bunyi nafas yang jernih dan
ronchi (-)
2. Pasien bebas dari dispneu
3. Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan
4. Memperlihatkan tingkah laku mempertahankan jalan nafas
5. Pasien dapat memperlihatkan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
6. Bebas dari gejala distress pernafasan
7. Pasien dapat menunjukkan keadaan volume cairan normal dengan tanda tekanan
darah, berat badan, urine output pada batas normal.
8. Pasien dapat mengungkapkan perasaan cemasnya secara verbal

xvii
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
ARDS adalah Penyakit akut dan progressive dari kegagalan pernafasan disebabkan terhambatnya
proses difusi oksigen dari alveolar ke kapiler (a-c block) yang disebabkan oleh karena
terdapatnya edema yang terdiri dari cairan koloid protein baik interseluler maupun intra alveolar.
Penyebabnya bisa penyakit apapun, yang secara langsung ataupun tidak langsung melukai paru-
paru seperti: Pneumoni virus, bakteri, fungal; contusio paru, aspirasi cairan lambung, inhalasi
asap berlebih, inhalasi toksin, menghisap O2 konsentrasi tinggi dalam waktu lama, Sepsis,
Shock, Luka bakar hebat, Tenggelam,dsb. Gejala biasanya muncul dalam waktu 24-48 jam
setelah terjadinya penyakit atau cedera. SGPA(sindrom gawat pernafasan akut) seringkali terjadi
bersamaan dengan kegagalan organ lainnya, seperti hati atau ginjal.

B. SARAN
Kami penyusun sangat menyadari kekurangan makalah ini, sehingga jika pembaca
menemukan kekurangan atau kekeliruan, dengan hati terbuka kami menerima kritik dan saran
yang bersifat membangun.
Dalam pembuatan makalah ini, kami mengharapkan agar pembaca bisa mengenali apa itu
ARSD pada bayi. Dan sebagai tenaga medis terutama bidan, harus mengetahui dan mampu
menangani ARSD tersebut, karena ARSD harus segera ditindaklanjuti segera untuk
menyelamatkan ibu dan bayi.

xviii
DAFTAR PUSTAKA

American Lung Association. 2013. Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS). Diakses
melalui http://www.lung.org/lung-disease/acute-respiratory-distress-syndrome/ pada tanggal
19 Januari 2015.
Berhman, Klegman dan Arvin. 2000. Nelson Ilmu Kesehatan Anak.Edisi 15. Vol 1. Jakarta :
EGC.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.
Suriadi dan Rita Yuliani. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi I. Jakarta : CV Agung
Seto.

xix

Anda mungkin juga menyukai