Anda di halaman 1dari 68

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI

DENGAN GANGGUAN NAPAS


RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME (HYALINE MEMBRANE
DISEASE GRADE III)

DI RUANG NICU RSUP Dr. KARIADI SEMARANG

Disusun oleh:
Ns. PUSPITA EKARINI, M. Kep
RSUD dr. SAYIDIMAN MAGETAN

Pembimbing:
Ns. DANAR PUTRI WIDYASTUTI, S.Kep

PELATIHAN PERAWATAN PERINA DAN NICU BAGI PERAWAT


DI RSUP Dr. KARIADI
TAHUN 2023

1 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Gangguan napas atau juga biasa disebut Sindrom gawat napas pada neonatus
merupakan masalah klinis yang sangat serius, yang berhubungan dengan tingginya
morbiditas, mortalitas, dan biaya perawatan. Salah satu sindroma gawat napas adalah
Sindroma gagal napas (respiratory distress sindrom, RDS) merupakan istilah yang
digunakan untuk disfungsi pernapasan pada neonatus. Gangguan ini merupakan
penyakit yang berhubungan dengan keterlambatan perkembangan maturitas paru atau
tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru (Marmi & Rahardjo, 2018). Data
menunjukkan, proporsi bayi dengan RDS di Indonesia tahun 2019 sebesar 5,9% dan
lebih tinggi daripada proporsi tahun 2013. Jumlah kasus RDS pada bayi di Jawa
Timur tahun 2018 sebanyak 14,882 bayi dan angka tersebut mengalami penurunan
dibandingkan tahun 2016 (Kemenkes RI, 2020).
Kegawatan pernapasan dapat terjadi pada bayi aterm maupaun pada bayi
preterm, yaitu bayi dengan berat lahir cukup maupun dengan berat badan lahir rendah
(BBLR). Bayi dengan BBLR yang preterm mempunyai potensi kegawatan lebih besar
karena belum maturnya fungsi organ organ tubuh. Kegawatan sistem pernapasan
dapat terjadi pada bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram dalam
bentuk sindroma gagal napas dan asfiksia neonatorum yang terjadi pada bayi cukup
bulan paru (Marmi & Rahardjo 2018). Respiratory Distress Syndrome menimbulkan
defisiensi oksigen (hipoksia) dalam tubuh bayi, sehingga bayi mengaktifkan
metabolisme anaerob. Metabolisme anaerob akan menghasilkan produk sampingan
berupa asam laktat. Metabolisme anaerob yang terjadi dalam waktu lama akan
menyebabkan kerusakan otak dan berbagai komplikasi pada organ tubuh. Oleh karena
itu, masalah keperawatan prioritas yang harus segera ditangani adalah pola napas
tidak efektif berhubungan dengan sindrom hipoventilasi. (SDKI DPP PPNI, 2018).
Dampak dari bayi dengan RDS adalah masalah pada sistem pernapasan.
Neonatus yang mengalami RDS, paru-parunya tidak memiliki kemampuan untuk
mengembang dan alveolinya terbuka. RDS pada neonatus menyebabkan gagal
pernapasan karena imatur pada dinding dada, parenkim paru dan imatur pada
endotelium kapiler, dapat menyebabkan kolaps paru-paru pada akhir ekspirasi.

2 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


Respiratory Distress Syndrom dapat terjadi akibat tidak adanya, atau kurangnya
komponen surfaktan pulmoner. Surfaktan adalah suatu kompleks lipoprotein,
merupakan bagian dari permukaan yang ada di alveoli, untuk mencegahnya kolapsnya
alveolus tersebut. Surfaktan dihasilkan 3 oleh sel-sel pernapasan tipe II di alveoli.
Surfakatan yang tidak adekuat dapat menyebabkan kolaps alveolus dan daya
berkembang paru kurang sehingga bayi akan mengalami sesak napas dan dapat
menyebabkan kematian pada bayi baru lahir.
Mengingat begitu berbahayanya RDS bagi neonatus maka penulis akan
membahas mengenai RDS dan asuhan keperawatan yang diberikan. Diharapkan
perawat mampu memberikan asuhan keperawatan yang efektif. Penurunan angka
kematian neonatal dapat dicapai dengan pemberian pelayanan kesehatan yang
berkualitas dan berkesinambungan sejak bayi dalam kandungan, saat lahir hingga
masa neonatal.

B. TUJUAN
Penulis mampu melakukan Asuhan Keperawatan pada neonatus Dengan
Respiratory distress sindrome (Hyaline Membrane Disease Grade III)

3 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN NAPAS PADA BAYI BARU LAHIR

A. KONSEP DASAR
1. Definisi
Gangguan napas atau dapat juga disebut dengan sindrom gawat napas pada
neonatus (SGNN) merupakan kumpulan gejala yang terdiri dari dispnea atau
hyperpnea dengan frekuensi pernapasan lebih dari 60 x/menit, sianosis, merintih
saat ekspirasi (expiratory grunting), dan retraksi di daerah epigastrium,
suprasternal, intercostal pada saat inspirasi. Bila didengarkan degan stetoskop
akan terdengar penurunan masukan udara dalam paru.
Gangguan napas atau sindrom gawat napas pada neonatus yang paling sering
ditemui pada bayi baru lahir adalah TTN (Transient tachypnea of the newborn),
RDS (Respiratory Distress Syndrome) atau PMH (Penyakit Membran Hialin),
MAS (Meconeal Aspiration Syndrome) dan Pneumonia.
a. Transient Tachypneu of The Newborn (TTN)
Transient Tachypneu of The Newborn (TTN) adalah penyakit ringan pada bayi
aterm atau mendekati aterm, memperlihatkan gawat napas segera setelah
kelahiran, terjadi karena bayi gagal membersihkan jalan napas dari cairan paru
dan mucus.
b. Respiratory Distress Syndrome (RDS)
c. Sindrom distres pernapasan adalah perkembangan yang imatur pada sistem
pernapasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. Respiratory
Distress Syndrome (RDS) dikatakan sebagai Hyaline Membrane Dissease
(Suryadi dan Yuliani, 2016). Gangguan pernapasan ini sering ditandai dengan
takipnea (>60 x/mnt), retraksi dada, sianosis pada udara kamar yang menetap
atau memburuk pada 48-96 jam kehidupan dengan x-ray thorak yang spesifik,
sekitar 60% bayi yang lahir sebelum gestasi 29 minggu mengalami RDS.

d. Meconeal Aspiration Syndrome (MAS)

4 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


Merupakan gangguan napas yang disebabkan aspirasi mekoneum oleh fetus
intra uterus/ selama proses persalinan terjadi obstruksi dan reaksi inflamasi di
saluran napas, menyebabkan asfiksia sebelum dan sesudah kelahiran.
e. Pneumonia
Gangguan napas yang disebabkan oleh paparan bakteri pada saluran
pernapasan bayi baru lahir dapat menyebabkan pneumonia bawaan maupun
infeksi sitemik (sepsis).
2. Etiologi
a. Transient Tachypneu of The Newborn (TTN)
1. Kegagalan bayi dalam membersihkan jalan napas dari cairan paru dan
mucus
2. Faktor risiko seperti lahir melalui section caesaria, makrosomia, partus
lama, bayi laki-laki, ibu mendapat sedasi berlebihan, APGAR skor <7
pada menit ke 1.
3. Lebih sering terjadi pada bayi cukup bulan
b. Respiratory Distress Syndrome (RDS)
Menurut Suriadi dan Yulianni (2016) etiologi dari RDS yaitu :
1. Ketidakmampuan paru untuk mengembang dan alveoli terbuka.
2. Alveoli masih kecil sehingga mengalami kesulitan berkembang dan
pengembangan kurang sempurna. Fungsi surfaktan untuk menjaga agar
kantong alveoli tetap berkembang dan berisi udara, sehingga pada bayi
prematur dimana surfaktan masih belum berkembang menyebabkan daya
berkembang paru kurang dan bayi akan mengalami sesak napas.
3. Membran hialin berisi debris dari sel yang nekrosis yang tertangkap dalam
protein filtrat serum di fagosit oleh makrofag.
4. Berat badan bayi lahir kurang dari 2500 gram.
5. Adanya kelainan di dalam dan di luar paru
6. Kelainan dalam paru yang menunjukkan sindrom ini adalah
pneumothoraks/pneumomediastinum, penyakit membran hialin (PMH).
7. Bayi prematur atau kurang bulan diakibatkan oleh kurangnya produksi
surfaktan. Produksi surfaktan ini dimulai sejak kehamilan minggu ke-22,
semakin muda usia kehamilan, maka semakin besar pula kemungkinan
terjadi RDS.
c. Meconeal Aspiration Syndrome (MAS)

5 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


Faktor risiko seperti persalinan postdate/postmatur/ bayi lebih bulan,
hipertensi maternal, preeklampsia, eclampsia, ibu DM, penyakit pernapasan
pada ibu, distress janin intra uteri.
d. Pneumonia
1. Faktor kehamilan seperti ibu infeksi saat hamil, ketuban pecah dini
2. Faktor setelah lahir seperti infeksi bakteri dari lingkungan, pemakaian
ventilator mekanik, dll

6 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


3. Web of causation (WOC)

7 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


4. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik pada bayi baru lahir dengan gangguan napas secara umum
hampir mirip seperti :
- Takipnea: frekuensi napas > 60 – 80 kali/menit
- Apneu atau henti napas
- Retraksi: cekungan atau tarikan kulit antara iga (interkostal) dan atau di bawah
sternum (substernal) selama inspirasi
- Napas cuping hidung: kembang kempis lubang hidung selama inspirasi
- Merintih atau grunting: terdengar merintih atau menangis saat inspirasi
- Sianosis: sianosis sentral yaitu warna kebiruan pada bibir berbeda dengan biru
lebam atau warna membran mukosa. Sianosis sentral tidak pernah normal,
selalu memerlukan perhatian dan tindakan segera. Mungkin mencerminkan
abnormalitas jantung, hematologik atau pernapasan yang harus dilakukan
tindakan segera

Untuk mengevaluasi gawat napas pada bayi baru lahir maka dapat menggunakan
penilaian dengan skor Downes
Skor Downes
Pemeriksaan
0 1 2
Frekuensi napas <60x/menit 60-80x/menit >80x/menit
Retraksi Tidak ada retraksi Retraksi ringan Retraksi berat
Sianosis hilang Sianosis menetap
Sianosis Tidak ada sianosis
dengan O2 walaupun diberikan O2
Penurunan ringan
Air entry Udara masuk Tidak ada udara masuk
udara masuk
Dapat didengar Dapat didengar tanpa
Merintih Tidak merintih
dengan stetoskop bantuan

1-3 Sesak napas ringan O² Nasal


4-6 Sesak napas sedang Perlu Nasal CPAP
≥7 Sesak napas berat Diperlukan analisis gas darah/ Perlu Intubasi
5. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik
a. Gambaran Radiologis
Diagnosis yang tepat hanya dapat dibuat dengan pemeriksaan foto rontgen
toraks. Pemeriksaan ini juga sangat penting untuk menyingkirkan
kemungkinan penyakit lain yang diobati dan mempunyai gejala yang mirip

8 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


penyakit membran hialin, misalnya pneumotoraks, hernia diafragmatika dan
lain-lain. Gambaran klasik yang ditemukan pada foto rontgen paru ialah
adanya bercak difus berupa infiltrat retikulogranuler ini, makin buruk
prognosis bayi..
b. Gambaran laboratorium
Kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan laboratorium diantaranya adalah:
1. Pemeriksaan darah
Kadar asam laktat dalam darah meninggi dan hila kadarnya lebih dari 45
mg prognosis lebih buruk, kadar bilirubin lebih tinggi bila dibandingkan
dengan bayi normal dengan berat badan yang sama. Kadar PaO 2 menurun
disebabkan kurangnya oksigenasi di dalam paru dan karena adanya pirau
arteri-vena. Kadar PaO2 menurun, karena gangguan ventilasi dan
pengeluaran CO2 sebagai akibat atelektasis paru. pH darah menurun dan
defisit dapat meningkat akibat adanya asidosis respiratorik dan metabolik
dalam tubuh.
2. Pemeriksaan fungsi paru
Pemeriksaan ini membutuhkan alat yang lengkap dan pelik, frekuensi
pernapasan yang meninggi pada penyakit ini akan memperhatikan pula
perubahan pada fungsi paru lainnya seperti tidal volume menurun, lung
compliance berkurang, functional residual capacity menurun disertai vital
capacity yang terbatas. Demikian pula fungsi ventilasi dan perfusi paru
akan terganggu.
3. Pemeriksaan fungsi kardiovaskuler
Penyelidikan dengan kateterisasi jantung memperhatikan beberapa
perubahan dalam fungsi kardiovaskuler berupa duktus arteriosus paten,
pirau dari kiri ke kanan atau pirau kanan ke kiri (bergantung pada lanjutnya
penyakit), menurunnya tekanan arteri paru dan sistemik.
c. Gambaran patologi/histopatologi
Pada otopsi, gambaran dalam paru menunjukkan adanya atelektasis dan
membran hialin di dalam alveolus dan duktus alveolaris. Di samping itu
terdapat pula bagian paru yang mengalami enfisema. Membran hialin yang
ditemukan yang terdiri dari fibrin dan sel eosinofilik yang mungkin berasal
dari darah atau sel epitel ductus yang nekrotik.

9 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


6. Tatalaksana Medis
a. Memberikan lingkungan yang optimal, suhu tubuh bayi harus selalu
diusahakan agar tetap dalam batas normal (36,5 0-370C) dengan cara
meletakkan bayi dalam inkubator. Kelembaban ruangan juga harus adekuat
(70-80%).
b. Pemberian oksigen. Pemberian oksigen harus dilakukan dengan hati-hati
karena berpengaruh kompleks terhadap bayi prematur. Pemberian O 2 yang
terlalu banyak dapat menimbulkan komplikasi seperti: fibrosis paru, kerusakan
retina (fibroplasias retrolental), dll.
c. Pemberian cairan dan elektrolit sangat perlut untuk mempertahankan
homeostasis dan menghindarkan dehidrasi. Pada permulaan diberikan glukosa
5-10% dengan jumlah yang disesuaikan dengan umur dan berat badan ialah
60- 125 ml/kg BB/hari. asidosis metabolik yang selalu dijumpai harus segera
dikoreksi dengan memberikan NaHCO3 secara intravena.
d. Pemberian antibiotik. Bayi dengan PMH perlu mendapatkan antibiotik untuk
mencegah infeksi sekunder. Dapat diberikan penisilin dengan dosis 50.000-
100.000 u/kg BB/hari atau ampisilin 100 mg/kg BB/hari, dengan atau tanpa
gentamisin 3-5 mg/kg BB/hari.
e. Kemajuan terakhir dalam pengobatan pasien PMH adalah pemberian surfaktan
eksogen (surfaktan dari luar), obat ini sangat efektif, namun harganya amat
mahal
7. Komplikasi
a. Komplikasi jangka pendek dapat terjadi :
1) kebocoran alveoli : Apabila dicurigai terjadi kebocoran udara
(pneumothorak, pneumomediastinum, pneumopericardium, emfisema
intersisiel ), pada bayi dengan RDS yang tiba-tiba memburuk dengan
gejala klinikal hipotensi, apnea, atau bradikardi atau adanya asidosis yang
menetap.
2) Jangkitan penyakit karena keadaan penderita yang memburuk dan adanya
perubahan jumlah leukosit dan trombositopeni. Infeksi dapat timbul
kerana tindakan invasif seperti pemasangan jarum vena, kateter, dan alat-
alat respirasi.

10 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


3) Perdarahan intrakranial dan leukomalacia periventrikular : perdarahan
intraventrikuler terjadi pada 20-40% bayi prematur dengan frekuensi
terbanyak pada bayi RDS dengan ventilasi mekanik.
b. Komplikasi jangka panjang
Dapat disebabkan oleh keracunan oksigen, tekanan yang tinggi dalam paru,
memberatkan penyakit dan kekurangan oksigen yang menuju ke otak dan
organ lain. Komplikasi jangka panjang yang sering terjadi :
1) Bronchopulmonary Dysplasia (BPD): merupakan penyakit paru kronik
yang disebabkan pemakaian oksigen pada bayi dengan masa gestasi 36
minggu. BPD berhubungan dengan tingginya volume dan tekanan yang
digunakan pada waktu menggunakan ventilasi mekanik, adanya infeksi,
inflamasi, dan defisiensi vitamin A. Insiden BPD meningkat dengan
menurunnya masa gestasi.
2) Retinopati prematur kegagalan fungsi neurologi, terjadi sekitar 10-70%
bayi yang berhubungan dengan masa gestasi, adanya hipoksia, komplikasi
intrakranial, dan adanya infeksi.

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas Klien
b. Keluhan Utama
Pasien dengan RDS didapatkan keluhan seperti sesak, mengorok saat
ekspirasi, pernapasan cuping hidung, lemah, lesu, apneu, tidak responsif,
penurunan bunyi napas.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada pasien RDS, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda mudah letih,
dispnea, sianosis, bradikardi, hipotensi, hipotermi, tonus otot menurun, edema
terutama di daerah dorsal tangan atau kaki, retraksi supersternal/ epigastrik/
interkosta, grunting ekspirasi. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu
muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau
menghilangkan keluhan-keluhan tersebut.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien mengalami prematuritas dengan paru-paru
yang imatur (gestasi dibawah 32 minggu), gangguan surfaktan, lahir prematur

11 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


dengan operasi caesar serta penurunan suplay oksigen saat janin saat kelahiran
pada bayi matur atau prematur, atelektasis, diabetes mellitus, hipoksia,
asidosis

e. Riwayat Maternal
Meliputi riwayat menderita penyakit seperti diabetes mellitus, kondisi seperti
perdarahan placenta, placenta previa, tipe dan lama persalinan, stress fetal atau
intrapartus, dan makrosomnia (bayi dengan ukuran besar akibat ibu yang
memiliki riwayat sebagai perokok, dan pengkonsumsi minuman keras serta
tidak memperhatikan gizi yang baik bagi janin).
f. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang terkena penyakit -
penyakit yang disinyalir sebagai penyebab kelahiran prematur / Caesar
sehinnga menimbulkan hyialin membrane disease.
g. Riwayat psikososial
Meliputi perasaan keluarga pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara
mengatasinya serta bagaimana perilaku keluarga pasien terhadap tindakan
yang dilakukan terhadap bayinya.
h. Status Infant saat Lahir
1) Prematur, umur kehamilan.
2) Apgar skor, apakah terjadi aspiksia.
Apgar skor adalah : Suatu ukuran yang dipakai untuk mengevaluasi
keadaan umum bayi baru lahir.
3) Bayi prematur yang lahir melalui operasi caesar
i. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan takipnea (> 60 kali/menit), pernapasan
mendengkur, retraksi subkostal/interkostal, pernapasan cuping hidung,
sianosis dan pucat, hipotonus, apneu, gerakan tubuh berirama, sulit bernapas
dan sentakan dagu. Pada awalnya suara napas mungkin normal kemudian
dengan menurunnya pertukaran udara, napas menjadi parau dan pernapasan
dalam.
Pengkajian fisik pada bayi dan anak dengan kegawatan pernapasan dapat
dilihat dari penilaian fungsi respirasi dan penilaian fungsi kardiovaskuler.
Penilaian fungsi respirasi meliputi :

12 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


1) Frekuensi napas
Takhipneu adalah manifestasi awal distress pernapasan pada bayi.
Takhipneu tanpa tanda lain berupa distress pernapasan merupakan usaha
kompensasi terhadap terjadinya asidosis metabolik seperti pada syok,
diare, dehidrasi, ketoasidosis, diabetikum, keracunan salisilat, dan
insufisiensi ginjal kronik. Frekuensi napas yang sangat lambat dan
ireguler sering terjadi pada hipotermi, kelelahan dan depresi SSP yang
merupakan tanda memburuknya keadaan klinik.
2) Mekanika usaha pernapasan
Meningkatnya usaha napas ditandai dengan respirasi cuping hidung,
retraksi dinding dada, yang sering dijumpai pada obtruksi jalan napas dan
penyakit alveolar. Anggukan kepala ke atas, merintih, stridor dan ekspansi
memanjang menandakan terjadi gangguan mekanik usaha pernapasan.
3) Warna kulit/membran mukosa
Pada keadaan perfusi dan hipoksemia, warna kulit tubuh terlihat berbercak
(mottled), tangan dan kaki terlihat kelabu, pucat dan teraba dingin.
4) Kardiovaskuler
- Frekuensi jantung dan tekanan darah
Adanya sinus tachikardi merupakan respon umum adanya stress,
ansietas, nyeri, demam, hiperkapnia, dan atau kelainan fungsi jantung.
- Kualitas nadi
Pemeriksaan kualitas nadi sangat penting untuk mengetahui volume
dan aliran sirkulasi perifer nadi yang tidak adekwat dan tidak teraba
pada satu sisi menandakan berkurangnya aliran darah atau
tersumbatnya aliran darah pada daerah tersebut. Perfusi kulit kulit
yang memburuk dapat dilihat dengan adanya bercak, pucat dan
sianosis.
- Pemeriksaan pada pengisian kapiler dapat dilakukan dengan cara :
a) Nail Bed Pressure ( tekan pada kuku)
b) Blancing Skin Test, caranya yaitu dengan meninggikan sedikit
ekstremitas dibandingkan jantung kemudian tekan telapak tangan
atau kaki tersebut selama 5 detik, biasanya tampak kepucatan.
Selanjutnya tekanan dilepaskan pucat akan menghilang 2-3 detik.
c) Perfusi pada otak dan respirasi

13 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


Gangguan fungsi serebral awalnya adalah gaduh gelisah diselingi
agitasi dan letargi. Pada iskemia otak mendadak selain terjadi
penurunan kesadaran juga terjadi kelemahan otot, kejang dan
dilatasi pupil.

j. ADL (Activity daily life)


1. Nutrisi
Bayi dapat kekeurangan cairan sebagai akibat bayi belum minum atau
menghisap
2. Istirahat tidur
Kebutuhan istirahat terganggu karena adanya sesak napas ataupun akibat
tindakan medis
3. Eliminasi : Penurunan pengeluaran urine

2. Diagnosa Keperawatan (SDKI, 2017)


1) Gangguan pertukaran gas (D. 0003) berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi
2) Pola Napas tidak efektif (D.0005) berhubungan dengan imaturitas neurologis
3) Termoregulasi tidak efektif (D.0149) atau Risiko Termoregulasi tidak efektif
(D.0149) berhubungan dengan Berat Badan Ekstrim
4) Hipotermia (D.0131) berhubungan dengan Berat Badan Ekstrim
5) Defisit nutrisi (D.0019) atau Risiko Defisit nutrisi (D.0032) berhubungan
dengan kurangnya asupan makanan; ketidakmampuan mencerna makanan
6) Risiko Infeksi (D.0142) berhubungan dengan efek prosedur invasif;
peningkatan paparan organisme patogen lingkungan; ketidakadekuatan
pertahanan tubuh primer; ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder
7) Ikterik neonatus (D. 0024) berhubungan dengan Kesulitan transisi ke
kehidupan ekstra uterine, usia kurang <7 hari, keterlambatan pengeluaran
feses/mekoneum

14 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


3. Intervensi Keperawatan (SLKI, 2018; SIKI, 2018)

Diagnosa Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan


(SDKI) (SLKI) (SIKI)
Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan 1. Pemantauan Respirasi (I.01014)
(D. 0003) berhubungan keperawatan selama ………. Observasi
dengan ketidakseimbangan Diharapkan Pertukaran Gas - Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
ventilasi-perfusi (L.01003) Meningkat dengan - Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea,
Kriteria hasil : hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne-Stokes , Biot, ataksik)
Kriteria Hasil Target - Monitor adanya produksi sputum
Tingkat kesadaran 5
- Monitor adanya sumbatan jalan napas
Meningkat
Dispnea menurun 5 - Auskultasi bunyi napas
Bunyi napas tambahan 5 - Monitor saturasi oksigen
Menurun - Monitor nilai AGD
Takikardia menurun 5
Napas cuping hidung 5
- Monitor hasil x-ray toraks
menurun Terapeutik
PCO2 Membaik 5 Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
PO2 Membaik 5 Dokumentasikan hasil pemantauan
pH arteri membaik 5
Sianosis membaik 5
Edukasi
Pola napas membaik 5 - Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Warna kulit membaik 5 - Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Pola Napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan
(D.0005) berhubungan keperawatan selama ………. 2. Terapi Oksigen (I.01026)
dengan imaturitas Diharapkan Pola Napas Observasi
neurologis (L.01004) Membaik dengan - Monitor kecepatan aliran oksigen Monitor posisi alat terapi
Kriteria hasil : oksigen
Kriteria Hasil Target - Monitor aliran oksigen secara periodik dan pastikan fraksi
Dispnea menurun 5
yang diberikan cukup Monitor efektifitas terapi oksigen
Penggunaan otot bantu 5

15 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


Diagnosa Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
napas menurun (mis, oksimetri, analisa gas darah), jika perlu Monitor
Pernapasan cuping hidung 5
kemampuan melepaskan oksigen saat makan
menurun
Frekuensi napas membaik 5 - Monitor tanda-tanda hipoventilasi
Kedalaman napas membaik 5 - Monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen dan atelektasis
Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen
- Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan
oksigen.
Terapeutik
- Pertahankan kepatenan jalan napas. Bersihkan sekret pada
mulut, hidung dan trakea, jika perlu
- Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen
- Berikan oksigen tambahan, jika perlu
- Tetap berikan oksigen saat pasien ditransportasi
- Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengan tingkat
mobilitas pasien
Edukasi
- Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen di
rumah
Kolaborasi
- Kolaborasi penentuan dosis oksigen Kolaborasi
penggunaan oksigen saat aktivitas dan/atau tidur

3. Manajemen Ventilasi Mekanik (I.01013)


Observasi
- Periksa indikasi ventilator mekanik (mis. kelelahan otot
napas, disfungsi neurologis, asidosis respiratorik)

16 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


Diagnosa Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
- Monitor efek ventilator terhadap status oksigenasi (mis,
bunyi paru, X ray paru, AGD, SaO₂, SpO2, PCO₂, respon
subyektif pasien)
- Monitor kriteria perlunya penyapihan ventilator
- Monitor efek negatif ventilator (mis. deviasi trakea,
barotrauma, volutrauma, penurunan curah jantung,
distensi gaster, emfisema subkutan)
- Monitor gejala peningkatan pernapasan (mis, peningkatan
denyut jantung atau pernapasan, peningkatan tekanan
darah, diaforesis, perubahan status mental)
- Monitor kondisi yang meningkatkan konsumsi oksigen
(mis. demam, menggigil, kejang, dan nyeri)
- Monitor gangguan mukosa oral, nasal, trakea dan laring

Terapeutik
- Atur posisi kepala 45-60° untuk mencegah aspirasi
Reposisi pasien setiap 2 jam, jika perlu
- Lakukan perawatan mulut secara rutin, termasuk oral
hygiene setiap 12 jam
- Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
- Lakukan penghisapan lendir sesuai kebututan
- Ganti sirkuit ventilator setiap 24 jam atau sesuai protokol
Siapkan bag-valve mask di samping tempat tidur untuk
antisipasi malfungsi mesin
- Dokumentasikan respon terhadap ventilator

17 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


Diagnosa Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
Kolaborasi
- Kolaborasi pemilihan mode ventilator (mis, kontrol
volume, kontrol tekanan atau gabungan)
- Kolaborasi pemberian agen pelumpuh otot, sedatif,
analgesik, sesuai kebutuhan
- Kolaborasi penggunaan PS atau PEEP untuk
meminimalkan hipoventilasi alveolus.
Termoregulasi tidak efektif Setelah dilakukan tindakan 1. Regulasi Temperatur (I.14578)
(D.0149) atau Risiko keperawatan selama ………. Observasi
Termoregulasi tidak efektif Diharapkan Termoregulasi - Monitor suhu bayi sampai stabil (36,5°C-37,5°C)
(D.0149) berhubungan Neonatus (L.14135) - Monitor suhu tubuh anak tiap dua jam, jika perlu Monitor
dengan Berat Badan Ekstrim Membaik dengan Kriteria tekanan darah, frekuensi pernapasan dan nadi
hasil : - Monitor wama dan suhu kulit Monitor dan catat tanda dan
Kriteria Hasil Target gejala hipotermia atau hipertermia
Akrosianosis menurun 5
Kutis marmorata menurun 5
Konsumsi oksigen 5 Terapeutik
menurun - Pasang alat pemantau suhu kontinu, jika perlu
Suhu tubuh membaik 5 - Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat Bedong
Frekuensi nadi membaik 5
bayi segera setelah lahir untuk mencegah kehilangan panas
Kadar glukosa darah 5
membaik - Masukkan bayi BBLR ke dalam plastik segera setelah lahir
Ventilasi membaik 5 (mis, bahan polyethylene.polyurethane)
- Gunakan topi bayi untuk mencegah kehilangan panas pada
bayi baru lahir
- Tempatkan bayi baru lahir di bawah radiant warmer
- Pertahankan kelembaban inkubator 50% atau lebih untuk
mengurangi kehilangan panas karena proses evaporasi

18 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


Diagnosa Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
- Atur suhu inkubator sesuai kebutuhan
- Hangatkan terlebih dahulu bahan-bahan yang akan kontak
dengan bayi (mis. selimut, kain bedongan, stetoskop)
- Hindari meletakkan bayi di dekat jendela terbuka atau di
area aliran pendingin ruangan atau kipas angin
- Gunakan matras penghangat, selimut hangat, dan
penghangat ruangan untuk menaikkan suhu tubuh, jika
perlu
- Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien

Edukasi
- Jelaskan cara pencegahan heat exhaustion dan heat stroke
- Jelaskan cara pencegahan hipotermi karena terpapar udara
dingin
- Demonstrasikan teknik perawatan metode kanguru (PMK)
untuk bayi BBLR

Hipotermia (D.0131) Setelah dilakukan tindakan 1. Manajemen Hipotermia (I.14507)


berhubungan dengan Berat keperawatan selama ………. Observasi
Badan Ekstrim Diharapkan Termoregulasi - Monitor suhu tubuh
Neonatus (L.14135) - Identifikasi penyebab hipotermia (mis. terpapar suhu
Membaik dengan Kriteria lingkungan rendah, pakaian tipis, kerusakan hipotalamus,
hasil : penurunan laju metabolisme, kekurangan lemak subkutan)
Kriteria Hasil Target - Monitor tanda dan gejala akibat hipotermia (Hipotermia
Akrosianosis menurun 5
ringan: takipnea, disartria, menggigil. hipertensi, diuresis;
Kutis marmorata menurun 5
Konsumsi oksigen 5 Hipotermia sedang: aritmia, hipotensi, apatis, koagulopati,

19 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


Diagnosa Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
menurun refleks menurun; Hipotermia berat: oliguria, refleks
Suhu tubuh membaik 5
menghilang, edema paru, asam-basa abnormal)
Frekuensi nadi membaik 5
Kadar glukosa darah 5
membaik Terapeutik
Ventilasi membaik 5 - Sediakan lingkungan yang hangat (mis, atur suhu ruangan,
Setelah dilakukan tindakan inkubator)
keperawatan selama ………. - Ganti pakaian dan/atau linen yang basah
Diharapkan Status - Lakukan penghangatan pasif (mis. selimut, menutup
Kenyamanan (L.08064) kepala, pakaian tebal)
Meningkat dengan Kriteria - Lakukan penghangatan aktif eksternal (mis. kompres
hasil : hangat, botol hangat, selimut hangal, perawatan metode
Kriteria Hasil Target
kanguru)
Perawatan sesuai 5
kebutuhan meningkat - Lakukan penghangatan aktif internal (mis. Minum dengan
Gelisah menurun 5 suhu yang hangat, infus cairan hangat, oksigen hangat,
Merintih menurun 5 lavase peritoneal dengan cairan hangat)
Suhu ruangan membaik 5
Pola tidur membaik 5
2. Manajemen Lingkungan (L.14514)
Observasi
- Identifikasi keamanan dan kenyamanan lingkungan

Terapeutik
- Atur suhu lingkungan yang sesuai
- Sediakan tempat tidur dan lingkungan yang bersih dan
nyaman
- Untuk bayi prematur sediakan nesting demi menunjang
kenyamanan

20 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


Diagnosa Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
- Ganti pakaian secara berkala fasilitasi mandi, toilet, atau
peralatan untuk eliminasi

3. Perawatan Kanguru (I.14559)


Observasi
- Monitor faktor orang tua yang mempengaruhi
keterlibatannya dalam perawatan

Terapeutik
- Pastikan status fisiologi bayi terpenuhi dalam perawatan
- Sediakan lingkungan yang tenang, nyaman, dan hangat
Berikan kursi pada orang tua, jika perlu Posisikan bayi
telungkup tegak lurus di dada orang tua
- Miringkan kepala bayi ke salah satu sisi kanan atau kiri
dengan kepala sedikit tengadah (ekstensi)
- Hindari mendorong kepala bayi fleksi dan hiperekstensi
- Biarkan bayi telanjang hanya mengenakan popok, kaus
kaki dan topi
- Posisikan Panggul dan lengan bayi dalam posisi fleksi
- Posisikan bayi diamankan dengan kain panjang atau
pengikat lainnya
- Buat ujung pengikat tepat berada di bawah kuping bayi

Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur perawatan kanguru Jelaskan
keuntungan kontak kulit ke kulit orang tua dan bayi

21 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


Diagnosa Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
- Anjurkan orang tua menggunakan pakaian yang nyaman
dengan bagian depan terbuka
Defisit nutrisi (D.0019) atau Setelah dilakukan tindakan 1. Manajemen Cairan (I.03098)
Risiko Defisit nutrisi keperawatan selama ………. Observasi
(D.0032) berhubungan Diharapkan Status Nutrisi - Monitor status hidrasi (mis. frekuensi nadi, kekuatan nadi,
dengan kurangnya asupan Bayi (L.03031) Membaik akral, pengisian kapiler. Observasi kelembapan mukosa,
makanan; ketidakmampuan dengan Kriteria hasil : turgor kulit, tekanan darah)
mencerna makanan Kriteria Hasil Target - Monitor berat badan harian
Berat badan meningkat 5
- Monitor berat badan sebelum dan sesudah dialisis
Kesulitan makan menurun 5
Kulit kuning menurun 5 - Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (mis. hematokrit,
Bayi cengeng menurun 5 Na, K, Cl, berat jenis urine, BUN)
Setelah dilakukan tindakan - Monitor status hemodinamik (mis. MAP, CVP, PAP, PCWP
keperawatan selama ………. jika tersedia)
Diharapkan Fungsi
gastrointestinal (L.03019) Terapeutik
Membaik dengan Kriteria - Catat intake-output dan hitung balans cairan 24 jam
hasil : - Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
Kriteria Hasil Target - Berikan cairan intravena, jika perlu
Toleransi terhadap 5
makanan membaik
Muntah menurun 5 Kolaborasi
Jumlah residu lambung 5 - Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu
menurun
Frekuensi BAB membaik 5
2. Pemberian Makanan Enteral (I.03126)
Konsistensi feses membaik 5
Warna feses membaik 5 Observasi
- Periksa posisi nasogastric tube (NGT) dengan memeriksa
residu lambung atau mengauskultasi hembusan udara

22 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


Diagnosa Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
- Monitor tetesan makanan pada pompa setiap jam
- Monitor rasa penuh, mual, dan muntah
- Monitor residu lambung tiap 4-6 jam selama 24 jam
pertama, kemudian tiap 8 jam selama pemberian makan via
enteral, jika perlu
- Monitor pola buang air besar setiap 4-8 jam, jika perlu

Terapeutik
- Gunakan teknik bersih dalam pemberian makanan via
selang Berikan tanda pada selang untuk mempertahankan
lokasi yang tepat
- Tinggikan kepala tempat tidur 30-45 derajat selama
pemberian makan
- Ukur residu sebelum pemberian makan
- Peluk dan bicara dengan bayi selama diberikan makan
untuk menstimulasi aktivitas makan
- Irigasi selang dengan 30 ml air setiap 4-6 jam selama
pemberian makan dan setelah pemberian makan intermiten
- Hindari pemberian makanan lewat selang 1 jam sebelum
prosedur atau pemindahan pasien
- Hindari pemberian makanan jika residu masih banyak

Edukasi
- Jelaskan tujuan dan langkah-langkah prosedur

23 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


Diagnosa Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
Kolaborasi
- Kolaborasi pemeriksaan sinar X untuk konfirmasi posisi
selang, jika perlu
- Kolaborasi pemilihan jenis dan jumlah makanan enteral

3. Pemberian makanan parenteral (I.03127)


Observasi
- Identifikasi terapi yang diberikan sesuai untuk usia,
kondisi, dosis, kecepatan, dan rute
- Monitor tanda flebitis, inflamasi, dan thrombosis
- Monitor nilai laboratorium (mis. BUN, kreatinin, gula
darah, elektrolit, faal hepar)
- Monitor berat badan
- Monitor produksi urine
- Monitor jumlah cairan yang masuk dan keluar

Terapeutik
- Cuci tangan dan pasang sarung tangan Gunakan teknik
aseptik dalam perawatan selang
- Berikan label pada wadah makanan parenteral dengan
tanggal, waktu, dan inisial perawat
- Atur laju infus, konsentrasi, dan volume yang akan
dimasukkan
- Pastikan alarm infus dihidupkan dan berfungsi, jika tersedia
- Ganti balutan tiap 24-48 jam
- Ganti set infus maksimal 2 x 24 jam

24 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


Diagnosa Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
- Ganti posisi pemasangan infus maksimal 3 x 24 jam
(perifer)
- Hindari pengambilan sampel darah dan pemberian obat
pada selang nutrisi parenteral

Edukasi
Jelaskan tujuan dan langkah-langkah prosedur

Risiko Infeksi (D.0142) Setelah dilakukan tindakan 1. Pencegahan Infeksi (I.14539)


berhubungan dengan efek keperawatan selama ………. Observasi
prosedur invasif; Diharapkan Tingkat Infeksi - Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
peningkatan paparan (L.14137) Menurun dengan Terapeutik
organisme patogen Kriteria hasil : - Batasi jumlah pengunjung
lingkungan; Kriteria Hasil Target - Berikan perawatan kulit pada area edema
Demam menurun 5
ketidakadekuatan - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
Kemerahan menurun 5
pertahanan tubuh primer; Nyeri menurun 5 dan lingkungan pasien
ketidakadekuatan Bengkak menurun 5 - Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi
pertahanan tubuh sekunder Sputum berwarna hijau 5 Edukasi
menurun
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Letargi menurun 5
Kadar sel darah putih 5 - Ajarkan keluarga cara mencuci tangan dengan benar
membaik - Ajarkan etika batuk
Kultur darah membaik 5 - Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
Nafsu makan membaik 5
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
Setelah dilakukan tindakan
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan
keperawatan selama ……….
Kolaborasi
Diharapkan Integritas Kulit

25 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


Diagnosa Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
dan Jaringan Meningkat - Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
dengan Kriteria hasil :
Kriteria Hasil Target 2. Manajemen medikasi (I. 14517)
Elastisitas kulit meningkat 5
Observasi
Hidrasi meningkat 5
Perfusi jaringan meningkat 5 - Identifikasi penggunaan obat sesuai resep
Kerusakan lapisan kulit 5 - Identifikasi masa kadaluwarsa obat
menurun - Identifikasi pengetahuan dan kemampuan menjalani
Kemerahan menurun 5
program pengobatan
Perdarahan menurun 5
Hematoma menurun 5 - Monitor keefektifan dan efek samping pemberian obat
Suhu kulit membaik 5 - Monitor darah serum (mis. elektrolit, protrombin), jika
Setelah dilakukan tindakan perlu
keperawatan selama ………. - Monitor kepatuhan menjalani program pengobatan
Diharapkan Status Imun Terapeutik
(L.14133) Membaik dengan - Fasilitasi perubahan program pengobatan, jika perlu
Kriteria hasil : Sediakan sumber informasi program pengobatan secara
Kriteria Hasil Target visual dan tertulis
Integritas Kulit meningkat 5
Integritas mukosa 5
meningkat 3. Manajemen Nutrisi (I. 03119)
Infeksi berulang menurun 5 Observasi
Penurunan berat badan 5 - Identifikasi status nutrisi
menurun
- Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
Fatigue kronis menurun 5
Suhu tubuh membaik 5 - Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
Kadar sel darah putih 5 - Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
membaik - Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

26 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


Diagnosa Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
(SDKI) (SLKI) (SIKI)

Terapeutik
- Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
- Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. piramida
makanan)
- Sajikan makanan dengan suhu yang sesuai
- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
- Berikan suplemen makanan, jika perlu
- Hentikan pemberian makan melalui selang nasogatrik jika
asupan oral dapat ditoleransi

Edukasi
- Anjurkan posisi duduk, jika mampu Ajarkan diet yang
diprogramkan

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis.
pereda nyeri, antiemetik), jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan jika perlu
Ikterik neonatus (D. 0024) Setelah dilakukan tindakan 1. Fototerapi Neonatus (I.03091)
berhubungan dengan keperawatan selama 3 hari Observasi
Kesulitan transisi ke Diharapkan Adaptasi - Monitor ikterik pada sklera dan kulit bayi
kehidupan ekstra uterine, Neonatus (L.10098) - Identifikasi kebutuhan cairan sesuai dengan usia gestasi dan
usia kurang <7 hari, Meningkat dengan Kriteria berat badan
keterlambatan pengeluaran hasil : - Monitor suhu dan tanda vital setiap 4 jam sekali

27 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


Diagnosa Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
feses/mekoneum Kriteria Hasil Target - Monitor efek samping fototerapi (mis. Hipertermi, diare,
Berat badan meningkat 5
rash pada kulit, penurunan berat badan lebih dari 8-10%)
Kulit kuning menurun 5
Sklera kuning menurun 5 Terapeutik
Keterlambatan pengeluaran 5 - Siapkan lampu fototerapi dan inkubator atau kotak bayi
feses menurun - Lepaskan pakaian bayi kecuali popok
Aktivitas ekstremitas 5
membaik
- Berikan penutup mata (eye protector/biliband) pada bayi
- Ukur jarak antara lampu dan permukaan kulit bayi (30 cm
atau tergantung spesifikasi lampu fototerapi)
- Biarkan tubuh bayi terpapar sinar fototerapi secara
berkelanjutan
- Ganti segera alas dan popok bayi jika BAB/BAK
- Gunakan linen berwarna putih agar mematulkan cahaya
sebanyak mungkin
Edukasi
- Anjurkan ibu menyusui jika memungkinkan

28 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA BY. NY. P DENGAN HYALINE MEMBRAN DISEASE GRADE III

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien

Nama : By. Ny. P


Tanggal Lahir : 23/6/23
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Pugowati Pegandon Kendal
Agama : Islam
No. RM : D005196
Diagnosa Masuk : Gangguan Napas Berat
Neonatus very preterm (28 minggu)
BBLASR (970 gr)
HMD Grade III
Tanggal Masuk : 23/6/23
2. Penanggung Jawab

Nama : Tn. S
Usia : 38 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Pugowati Pegandon Kendal
Agama : Islam
Hubungan dengan pasien : Ayah
3. Keluhan Utama
Bayi lahir langsung menangis namun tidak adekuat
4. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada tanggal 23/6/23 Pukul 14.38 lahir bayi perempuan dari Ibu G4P1A2 usia
kehamilan 28 minggu melalui SCTP atas indikasi Ibu mengalami PEB dan Solusio
Plasenta. Bayi lahir langsung menangis AS 4-5-7, BB : 970 gram, PB : 36, LK : 27,
LD : 24.
Di hari pertama pasien mendapatkan terapi oksigen dengan O 2 NIV FiO2 35%, PEEP
6, PIP 16, RR 40 namun 3 jam setelah menggunakan NIV pasien mengalami

29 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


desaturasi sampai dengan SpO2 51% dan bradikardia (62 x/menit) sehingga
dilakukan pemasangan ETT dihari yang sama. Pasien juga dilakukan pemberian
surfaktan pada tanggal 24/6/23.
5. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sakit ibu SLE sejak tahun 2017, HT selama hamil ke 4 (sebelumnya tidak
pernah) . Penyakit jantung, HT, DM tidak ada. Riwayat minum obat selain resep
dokter tidak ada. Ibu mengatakan tidak minum obat SLE lagi sejak 2020 karena
keluhan sudah tidak ada. Baru mulai minum obat SLE lagi setelah melahirkan
6. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat ibu sakit SLE saat hamil, penyakit lain seperti jantung, hipertensi dan
Diabetes Mellitus tidak ada.
7. Riwayat Penyakit Psikososial
Tidak ada
8. Riwayat Antenatal
Riwayat Ibu G4P1A2, Riwayat ANC di SpOG (+) 4x. Ibu mengatakan G1 abortus
usia 2 bulan kehamilan, G2 lahir anak perempuan sehat usia 6 tahun, G3 abortus usia
4 bulan kehamilan Ketika Ibu sudah di diagnose SLE. Ibu mengatakan hamil ke 4 ini
tidak direncanakan.
9. Riwayat Natal
By. Ny. P. lahir pada tgl 23/6/23 mlelaui SC atas indikasi Ibu PEB dan solusio
plasenta pada usia gestasi 28 minggu. Ketuban pecah sesaat sebelum melahirkan dan
warna ketuban jernih.
Ibu mengkonsumsi kembali obat-obatan yang diberikan oleh dokter antara lain :
- Nifedipin (Adalat oros) 1x1 tab
- Hidroksiklorokuin sulfat 1x1 tab
- Sandimun neoral (siklosporin) 1x1 tab  golongan sitostatika
- Kalsitrol 0.5 mcg 1x1 tab
- Dopamet (metil dopa) 250 mg 3x2 tab
- Paracetamol 500 mg 3x2 tab
- Asam Folat 2x1 tab
- Methylprednison 4 mg
- Vit B comp 2x1 tab

30 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


10. Riwayat Postnatal
Pasien di rawat di Ruang NICU Non Infeksi dengan indikasi Asfiksia sedang, lahir
prematur (28 minggu) dan BBLASR
a) Apgar skore : 4-5-7
b) BB lahir : 970 gram
c) Lingkar kepala : 27 cm
d) Lingkar dada : 24 cm
e) Anus : Positif
f) Adanya kelainan kongenital : tidak
11. Pengkajian Sistem/ Pola
a. Pola Pernapasan
Pasien bernapas inadekuat terpasang ETT no 3 kedalaman 5.5 cm, Pasien
bernapas menggunakan bantuan ventilator mekanik dengan Mode PC.AC + VG
FiO2 42%, VT 4.9, Ti : 0.45, RR 25, PEEP 7. Slope 0.08, pMax 30. Masih
tampak retraksi dada dalam.
b. Pola Kebutuhan Cairan dan Nutrisi

Kebutuhan cairan H3 = 140 ml/kgBB/hari


= 140 ml x 0,97 kg
= 135.8 ml/hari

c. Pola Eliminasi

BAK BAB
H1 : 30 ml Belum
H2 : 108 ml Belum
H3 : 140 ml BAB meco sedikit
Pasien baru mulai BAB di hari ke 3 perawatan (>24 jam setelah lahir)
Pemenuhan cairan dan nutrisi hanya melalui parenteral karena pasien belum
bisa mendapat diit enteral (residu lambung masih coklat kehitaman).
d. Pola Aktivitas dan Istirahat
By.Ny. P dirawat dalam inkubator, masih banyak tidur, terkadang tampak
meringis seperti menangis, Gerakan belum aktif.
e. Latar belakang sosial dan budaya
Ibu adalah ibu rumah tangga, tidak bekerja.

31 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


f. Hubungan psikologis
Ibu mengatakan cemas terhadap kondisi bayinya saat ini, sulit tidur karena
memikirkan bayi. ASI tidak bisa keluar. Ibu mengatakan sulit untuk terus
menunggui bayi karena masih harus mengurus anak yang lain di rumah.
g. Persepsi-kognitif
Ayah bayi telah dijelaskan terkait kondisi bayi, telah menyetujui tindakan
pemberian surfaktan yang akan dilakukan kepada bayinya.
12. Pemeriksaan Fisik (Dilakukan tanggal 26/3/23 Jam 16.30)

Keadaan Umum : Lemah, Pasien post pemberian surfaktan tanggal 24/6/23 Jam
17.30
Kesadaran : Apatis, gerak kurang aktif
Tanda-tanda vital : HR : 164 x/mnt SpO2 : 95%
RR : 45-55 x/mnt Suhu : 370C
TD : 74/59
Kulit : Tampak ikterik sebatas lutut, tungkai bawah dan lengan
(Kramer IV)
Kepala : Rambut tampak tipis, tidak ada caput succadaenum, tidak ada
cepal hematoma
Mata : Sklera tampak putih, konjungtiva merah muda, refleks cahaya
+/+
Hidung : Tidak tampak pernapasan cuping hidung
Mulut : Tidak ada sianosis, Terpasang OGT ukuran 8 fr 100, terpasang
ETT No 3 kedalaman 5.5 cm, sekret pada mulut minimal
Telinga : Tampak bersih, bentuk normal
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Thorax : Auskultasi suara napas vesikuler, terdengar suara udara masuk
simetris kanan kiri, tampak adanya retraksi dalam di epigastrial.
Cardio : Bunyi Jantung I dan II regular, bising (-)
Abdomen : Supel, tidak ada distensi. Terlihat residu OGT berwarna coklat
kehitaman. OGT di alirkan
Umbilikal : Terpasang UVC mulai tanggal 23/6/23, tidak ada perdarahan,
tidak ada kemerahan dikulit sekitar umbilikal
Genetalia : Labia mayor tampak belum menutup

32 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


Anus : Paten
Ekstremitas : Tampak lebam kebiruan yang sudah ada sejak lahir pada
pergelangan tangan kanan, Akral teraba hangat, bentuk tampak
normal, gerak kurang aktif, nadi dorsalis pedis teraba kuat, CRT
<3 detik
Refleks : - Refleks Moro : respon terkejut terhadap suara keras kurang
sensitif
- Refleks Sucking (mengisap) : belum ada
- Refleks menelan : belum ada
- Refleks Grasping (menggenggam) : pasien dapat
menggenggam lemah saat jari disentuhkan pada telapak
tangan
- Refleks Babinski (sentuhan telapak kaki) : positif

13. Data Penunjang


- Laboratorium

Darah Rutin (Tgl 23/6/23) Hasil Range Normal


Hemoglobin 12,4 gr/dl 13.4 – 19.9
Hematokrit 38.3 % 44 -62
Eritrosit 2.83 106/uL 3.9 – 5.9
MCH 43.8 pg 24 – 34
MCV 135.3 fl 83 – 110
MCHC 32.4 g/dl 29 – 36
3
Leukosit 6.9 10 /uL 9 – 30
3
Trombosit 127 10 /uL 150 – 400
RDW 18.2 % 11.6 – 14.8
MPV 9.7 fL 4.00 – 11.00

Kimia Klinik
Glukosa Sewaktu 46 Mg/dL 80 - 160
Calcium 2.0 Mmol/L 2.12 – 2.52
Elektrolit
Natrium 137 Mmol/L 136 – 145

33 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


Darah Rutin (Tgl 23/6/23) Hasil Range Normal
Kalium 3.8 Mmol/L 3.5 – 5.0
Chlorida 106 Mmol/L 95 - 105

BGA (Tanggal 24/6/23)

Hasil Range Normal


BGA Kimia
Measured 37 C
pH 7.314 7.37 – 7.45
pCO2 24.4 mmHg -
pO2 160.3 mmHg 83 – 108
Calculated Temp 37.2 C
FiO2 55.0 %
pH(T) 7.311 - 7.37 – 7.45
pCO2 (T) 24.6 mmHg 35 – 45
pO2 (T) 161.5 mmHg 83 – 108
HCO3- 12.1 Mmol/L 22 – 29
TCO2 12.9 Mmol/L 23 – 27
BEecf -14.1 Mmol/L -
BE (B) -12.7 Mmol/L (-2) – (+3)
SaO2 98.9 % 94 – 98%
A-aDO2 199.8 mmHg
RI 1.2 -

- Baby gram

23/6/23 - UVC setinggi thorakal 7


- HMD Grade III
- Cor dan Abdomen dalam batas Normal
24/6/23 - ETT terpasang dengan ujung distal setinggi corpus
vertebrae thorakal 4
- HMD Grade III
- Cor dan Abdomen dalam batas normal
25/6/23 - Konfigurasi jantung relatif sama, gambaran HMD
Grade III relatif sama, gambaran gasless abdomen

34 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


14. Terapi (Hari ke 3)

Oksigen Ventilator Mekanik TI 0.45


Mode PC AC + VG PEEP 7
FiO2 42% pMax 30
VT 4.9
RR 35
Infus - D15% + elektrolit 72 ml (3ml/jam)
(D10 188 ml + D40 45 ml + Na (2) 10 ml + K (2) 5 ml + Ca (0.5) 3
ml + glycopho 1,5 ml
- Protein 6% 48 ml (2 ml/jam)  3gr/kg/hr
- Lipid 20% 9.6 ml (0.4 ml/jam)  2gr/kg/hr
Injeksi - Ampicillin sulbactam 50 mg/12 jam
- Gentamisin 5 mg/ 48 jam
- Ca gluconas 0,5 ml/ 12 jam
- Parasetamol 10 mg/ 8 jam
Diet Masih ditunda

35 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Tanggal/Jam Data Diagnosa Keperawatan


26/6/23 DS : Belum dapat dikaji Gangguan Pertukaran gas (D.0003)
Jam 15.00 DO : - Kesadaran apatis berhubungan dengan Penyakit
- Pasien terpasang ETT No 3, kedalaman 5.5 cm, sekret pada mulut dan membrane hialin
ETT minimal
- Tampak retraksi dalam pada epigastric
- Downe score : 4
(Retraksi berat = 2, Sianosis menghilang dengan O2 = 1, Merintih = 1)
- Pasien Riwayat mengalami desaturasi s/d 51% sebelum dipasang ETT
- Post pemberian surfaktan pada tanggal 24/6/23
- Lahir prematur pada usia gestasi 28 minggu
- Hasil baby gram menunjukkan HMD Grade III
- RR 45 – 55 x/menit
- HR 159 – 161 x/menit
- Hasil BGA
pH = 7,311 (turun)
pCO2 = 24,6 (turun)
pO2 = 161.5 (naik)
HCO3 = 12,1 (turun)
BE = -12,7 (turun)
AaDO2 = 199.8 (naik)
Interpretasi : Asidosis metabolic terkompensasi sebagian
26/3/23 DS : Belum dapat dikaji Risiko Defisit Nutrisi (D.0032)
Jam 15.00 DO : - Pasien terpasang OGT No 8 berhubungan dengan
- BB Lahir (23/6/23) 970 gram ketidakmampuan mencerna
- OGT dialirkan, residu OGT tampak coklat kehitaman, makanan

36 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


Tanggal/Jam Data Diagnosa Keperawatan
- Bayi BAB di hari ke 3 perawatan, Meconeum sedikit
- Diit ASI masih ditunda
- Belum ada refleks hisap, belum ada refleks menelan
26/3/23 DS : Belum dapat dikaji Risiko Infeksi (D.0142)
Jam 15.00 DO : - Pasien terpasang UVC berhubungan dengan efek prosedur
- Pasien terpasang ETT invasif; peningkatan paparan
- Pasien terpasang OGT organisme patogen lingkungan;
- Pasien lahir prematur usia gestasi 28 minggu, BBLASR 970 gram ketidakadekuatan pertahanan tubuh
- Hasil Darah Rutin (23/6/23) primer; ketidakadekuatan
Leukosit = 6.900 u/L (dibawah rentang normal) pertahanan tubuh sekunder
Trombosit = 127.000 u/L (dibawah rentang normal)
- Suhu tubuh = 370C

37 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


C. INTERVENSI

Tanggal/Jam Diagnosa Keperawatan Rencana Implementasi


Luaran Intervensi
26/6/23 Gangguan Pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan 1. Manajemen Ventilasi Mekanik (I.01013)
Jam 15.15 (D.0003) berhubungan keperawatan selama 3 Hari Observasi
dengan Penyakit Diharapkan Pertukaran Gas - Periksa indikasi ventilator mekanik (mis.
membrane hialin (L.01003) Meningkat dengan kelelahan otot napas, disfungsi neurologis,
Kriteria hasil : asidosis respiratorik)
Kriteria Hasil Target - Monitor efek ventilator terhadap status
Dispnea menurun 4
oksigenasi (mis, bunyi paru, X ray paru,
Takikardia menurun 4
Sianosis membaik 4 AGD, SaO₂, SpO2, PCO₂, respon
Pola napas membaik 4 subyektif pasien)
- Monitor efek negatif ventilator (mis.
deviasi trakea, barotrauma, volutrauma,
penurunan curah jantung, distensi gaster,
emfisema subkutan)
- Monitor gejala peningkatan pernapasan
(mis, peningkatan denyut jantung atau
pernapasan, peningkatan tekanan darah,
diaforesis, perubahan status mental)
- Monitor kondisi yang meningkatkan
konsumsi oksigen (mis. demam)

Terapeutik
- Atur posisi kepala lebih tinggi untuk
mencegah aspirasi
- Reposisi pasien setiap 2 jam, jika perlu

38 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


Tanggal/Jam Diagnosa Keperawatan Rencana Implementasi
Luaran Intervensi
- Lakukan perawatan mulut secara rutin,
- Lakukan penghisapan lendir sesuai
kebutuhan
- Dokumentasikan respon terhadap ventilator
26/6/23 Risiko Defisit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan 1. Manajemen Cairan (I.03098)
Jam 15.15 (D.0032) berhubungan keperawatan selama 3 Hari Observasi
dengan ketidakmampuan Diharapkan Status Nutrisi Bayi - Monitor status hidrasi (mis. frekuensi nadi,
mencerna makanan (L.03031) Membaik dengan kekuatan nadi, akral, pengisian kapiler.
Kriteria hasil : - Observasi kelembapan mukosa, turgor kulit,
Kriteria Hasil Target tekanan darah)
Berat badan meningkat 5
- Monitor berat badan harian
Kesulitan makan menurun 5
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
(mis. hematokrit, Na, K, Cl, berat jenis urin,
Setelah dilakukan tindakan
BUN)
keperawatan selama 3 hari
- Monitor status hemodinamik (mis. MAP,
Diharapkan Fungsi
CVP, PAP, PCWP jika tersedia)
gastrointestinal (L.03019)
Membaik dengan Kriteria hasil :
Kriteria Hasil Target
Terapeutik
Toleransi terhadap 5 - Catat intake-output dan hitung balans cairan
makanan membaik - Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
Jumlah residu lambung 5
menurun
Frekuensi BAB membaik 5 2. Pemberian Makanan Enteral (I.03126)
Observasi
- Periksa posisi OGT dengan memeriksa
residu lambung.
- Monitor tetesan makanan pada pompa setiap

39 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


Tanggal/Jam Diagnosa Keperawatan Rencana Implementasi
Luaran Intervensi
jam
- Monitor muntah
- Monitor residu lambung tiap 4-6 jam selama
24 jam pertama, kemudian tiap 8 jam selama
pemberian makan via enteral, jika perlu
- Monitor pola buang air besar setiap 4-8 jam,

Terapeutik
- Gunakan teknik bersih dalam pemberian
makanan via selang Berikan tanda pada
selang untuk mempertahankan lokasi yang
tepat
- Tinggikan kepala tempat tidur 15-30 derajat
selama pemberian makan Ukur residu
sebelum pemberian makan
- Peluk dan bicara dengan bayi selama
diberikan makan untuk menstimulasi
aktivitas makan
- Hindari pemberian makanan lewat selang 1
jam sebelum prosedur atau pemindahan
pasien
- Hindari pemberian makanan jika residu
masih berwarna hitam kecoklatan
3. Pemberian makanan parenteral (I.03127)
Observasi
- Identifikasi terapi yang diberikan sesuai

40 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


Tanggal/Jam Diagnosa Keperawatan Rencana Implementasi
Luaran Intervensi
untuk usia, kondisi, dosis, kecepatan, dan
rute
- Monitor tanda flebitis, inflamasi, dan
thrombosis
- Monitor nilai laboratorium (mis. BUN,
kreatinin, gula darah, elektrolit, faal hepar)

Terapeutik
- Cuci tangan dan pasang sarung tangan
Gunakan teknik aseptik dalam perawatan
selang
- Berikan label pada wadah makanan
parenteral dengan tanggal, waktu, dan nama
pasien
- Atur laju infus, konsentrasi, dan volume
yang akan dimasukkan
- Pastikan alarm infus dihidupkan dan
berfungsi
- Hindari pengambilan sampel darah dan
pemberian obat pada selang nutrisi
parenteral

26/6/23 Risiko Infeksi (D.0142) Setelah dilakukan tindakan 1. Pencegahan Infeksi (I.14539)
Jam 15.15 berhubungan dengan efek keperawatan selama 3 hari Observasi
prosedur invasif; Diharapkan Tingkat Infeksi - Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
peningkatan paparan (L.14137) Menurun dengan sistemik

41 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


Tanggal/Jam Diagnosa Keperawatan Rencana Implementasi
Luaran Intervensi
organisme patogen Kriteria hasil : Terapeutik
lingkungan; Kriteria Hasil Target - Batasi jumlah pengunjung
Demam menurun 5
ketidakadekuatan - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
Letargi menurun 4
pertahanan tubuh primer; Kadar sel darah putih 4 dengan pasien dan lingkungan pasien
ketidakadekuatan membaik - Pertahankan teknik aseptik pada pasien
pertahanan tubuh berisiko tinggi
sekunder - Lakukan perawatan mulut dan personal
hygiene

2. Manajemen medikasi (I. 14517)


Observasi
- Identifikasi penggunaan obat sesuai resep
- Identifikasi masa kadaluwarsa obat
- Monitor darah serum (mis. elektrolit,
protrombin), jika perlu

D. IMPLEMENTASI

Tanggal/ No Dx Implementasi Respon


Jam
26/6/23 1,3 Manajemen Ventilasi Mekanik (I.01013) - K/U lemah, kesadaran apatis, pasien terpasang ETT Nomor 3
Jam 15.45 - Memeriksa indikasi ventilator mekanik kedalaman 5,5 cm.
- Memonitor efek ventilator terhadap status - Posisi kepala sudah lebih tinggi 15-30 0 dengan diberikan
oksigenasi SpO2 dan respon subyektif bantalan kain di bahu
pasien - Posisi ETT lurus, tidak tertekuk, masih pada kedalaman 5.5
- Memonitor gejala peningkatan pernapasan cm

42 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


Tanggal/ No Dx Implementasi Respon
Jam
- Mengatur posisi kepala 15-300 untuk Hasil foto babygram menunjukkan ETT terpasang dengan
mencegah aspirasi ujung distal setinggi corpus vertebrae thorakal 4 (namun
- Mengatur posisi ETT sudah ditarik 1 cm setelah babygram)
- Mulut dan plester ett tampak bersih setelah dilakukan
Pencegahan infeksi (I.14539) perawatan mulut
- Mencuci tangan 6 langkah 5 momen - Ventilator berada pada setting mode PC AC + VG FiO2 45%,
- Melakukan oral hygiene RR back up 35, Tidal Volume 4.9, PEEP 7, PIP 23, Ti 0.45, p
max 30
- SaO2 = 92%, humidity ventilator 37.1 0C , tidak tampak
sianosis pada bibir maupun akral, tampak retraksi epigastrial
masih dalam, bayi tampak meringis namun tidak terdengar
suara merintih karena terpasang ett, DS 4, RR = 58 x/mnt,
leak 31%, tidak ada apnea
26/6/23 2,3 Manajemen Cairan (I. 03098) - HR : 163 x/menit
Jam 16.00 - Memonitor Status hemodinamik - RR pasien/ RR mesin = 53 /35
- Memonitor BAK dan BAK bayi - Suhu pasien/ inkub = 36.9 / 34
- Mencatat intake dan output - Akral teraba hangat, nadi dorsalis pedis kuat, CRT <3 detik
- SpO2 92%
Pencegahan infeksi (I.14539) - Pasien BAK 5 cc, warna kuning, tidak BAB. BAB pertama
- Mencuci tangan 6 langkah 5 momen tadi pagi meconium sedikit
26/6/23 2,3 Pemberian Makanan Parenteral (I.03127) - Saat melakukan personal hygiene tidak tampak tanda-tanda
Jam 16.10 - Mengidentifikasi pemberian nutrisi infeksi seperti kemerahan pada UVC
parenteral seperti lipid dan protein - Kebutuhan cairan di hari ke 3 (BB 970 gr) adalah
140/kgBB/jam ~ 135 ml/hari
Pencegahan infeksi (I.14539) - Nutrisi parenteral diberikan maintenance melalui syringe
- Mencuci tangan 6 langkah 5 momen pump meliputi :

43 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


Tanggal/ No Dx Implementasi Respon
Jam
- Memonitor tanda inflamasi pada UVC Protein 6% kec. 2 ml/jam
Lipid 20% kec. 0,5 ml/jam
Infus D15% + elektrolit ( Na, K, Ca, glycophos) kec. 3
ml/jam)
26/6/23 2,3 Pemberian Makanan Enteral (I.03126) OGT dialirkan, residu lambung masih berwarna coklat
Jam 17.00 - Memeriksa residu lambung kehitaman kurang lebih 2cc, perut supel, tidak kembung, diit
masih ditunda
Pencegahan infeksi (I.14539)
- Mencuci tangan 6 langkah 5 momen
26/6/23 1, 2,3 Manajemen Ventilasi Mekanik (I.01013) - Setting ventilator masih tetap
Jam 18.00 - Memonitor efek ventilator terhadap status - HR : 158 x/mnt
oksigenasi SpO2 dan respon subyektif - SpO2 95%
pasien - Suhu pasien/ inkub = 36.9 / 34
- RR pasien/ mesin = 42/25
Manajemen Cairan (I. 03098) - Humidity ventilator : 36.6
- Memonitor Status hemodinamik - Masih tampak retraksi dalam namun napas pasien teratur.
- Memonitor BAK dan BAK bayi Downe score masih 4
- Mencatat intake dan output - Pasien tidak BAK, tidak BAB
- Menghitung balance cairan - Residu OGT kehitaman 2cc (dibuang)
- BC jam 18.00 = -24.3 ml
Pencegahan infeksi (I.14539) Input : 34.8 ml
- Mencuci tangan 6 langkah 5 momen Output : 19.1 (urin 45 ml, residu ogt 2 ml, IWL 12.1ml)
BC 6 jam = -24.3 ml
Manajemen Medikasi (I.14539) Diuresis = 7.7 ml/kgbb/jam
- Mengidentifikasi masa kadaluarsa obat - Masa kadaluarsa obat ca gluconas adalah Pk 19.00
- Memberikan obat ca gluconas 0,5 ml melalui - UVC masih paten, tidak ada obstruksi, tidak ada tanda

44 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


Tanggal/ No Dx Implementasi Respon
Jam
UVC infeksi
26/6/23 2 Manajemen Cairan (I. 03098) - Setting ventilator masih tetap
Jam 19.00 - Memonitor Status hemodinamik - HR : 160 x/mnt, SpO2 94%, Suhu pasien/ inkub = 36.8 / 34,
RR pasien/ mesin = 51/35, Pasien tampak meringis
26/6/23 2,3 Manajemen Cairan (I. 03098) - Setting ventilator masih tetap
Jam 20.00 - Memonitor Status hemodinamik - HR : 157 x/mnt , SpO2 92%, Suhu pasien/ inkub = 36.8 /
34, RR pasien/ mesin = 43/35, akral hangat, ADP kuat
Pencegahan infeksi (I.14539) - Masa kadaluarsa obat parasetamol adalah Pk 21.00
- Mencuci tangan 6 langkah 5 momen - UVC masih paten, tidak ada obstruksi, tidak ada tanda
infeksi
Manajemen Medikasi (I.14539)
- Mengidentifikasi masa kadaluarsa obat
- Memberikan obat antipiretik paracetamol 10
mg melalui UVC
26/6/23 2 Manajemen Cairan (I. 03098) - Setting ventilator masih tetap
Jam 21.00 - Memonitor Status hemodinamik - HR : 149 x/mnt (sinus ritmis), SpO2 94%, Suhu pasien/
inkub = 36.4 / 34, RR pasien/ mesin = 48/25, akral hangat,
ADP kuat
27/6/23 1,2,3 Manajemen Ventilasi Mekanik (I.01013) - Pasien masih terpasang ETT No 3 kedalaman 5,5 cm,
Jam 14.50 - Memonitor efek ventilator terhadap status Setting ventilator mode PC AC+VG , FiO2 mulai
oksigenasi SpO2 dan respon subyektif pasien diturunkan dari pagi 30% menjadi 25%, VT 4.9, PEEP 6,
RR diturunkan dari 35 menjadi 30
Manajemen Cairan (I. 03098) - TD : 104/68 mmHg, HR : 156 x/mnt, SpO2 96%, Suhu
- Memonitor Status hemodinamik pasien/ inkub = 37 / 34, RR pasien/ mesin = 54 / 30, akral
- Memonitor kebutuhan cairan hangat, ADP kuat
- Pasien gerak kurang aktif, wajah meringis seperti menangis,

45 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


Tanggal/ No Dx Implementasi Respon
Jam
Pencegahan infeksi (I.14539) retraksi minimal, tidak sianosis, tidak ada apnea, Downe
- Mencuci tangan 6 langkah 5 momen Score 2
- Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan - Pasien tampak ikterik pada area lengan, lutut sampai kaki
sistemik bagian bawah (Kramer 4), pemeriksaan TCB adalah 14,6
mg/dl direncanakan fototerapi mulai setelah sibin (pukul
15.30)
- Kebutuhan cairan hari ke 4 :
150 ml/kgBB/hari ~ 145.5 ml
Terdiri dari :
Infus D15% + elektrolit 3 ml/jam (naik 4 jam selama
fototerapi)
Protein 6% kecepatan 2.7 ml/jam
Lipid 20% kecepatan 0,6 ml/hari
27/6/23Jam 2,3 Manajemen Cairan (I. 03098) - BB Lahir : 970 gram
15.00 - Memonitor berat badan harian BB saat ini : 865 gran
BB Turun : 105 gram (turun 10,82% dari BB lahir)
Pencegahan infeksi (I.14539) - Mulut tampak kotor bekas saliva, lendir pada mulut cukup
- Mencuci tangan 6 langkah 5 momen banyak, pada ETT tidak ada.
- Melakukan perawatan mulut
- Melakukan perawatan ett (penggantian
plester) dan penghisapan lendir
27/6/23 2,3 Pencegahan infeksi (I.14539) - Bayi mulai fototerapi pada jam 15.30
Jam 15.30 - Mencuci tangan 6 langkah 5 momen - Cairan infus dinaikkan kecepatan menjadi 4 ml/jam
- Monitor TTV sebelum fototerapi - Suhu tubuh saat dimulai fototerapi 37.2, HR 156 x/menit,
RR 43 x/menit
27/6/23 2,3 Manajemen Cairan (I. 03098) - Kesadaran bayi apatis, gerak kurang aktif, wajah meringis

46 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


Tanggal/ No Dx Implementasi Respon
Jam
16.00 - Memonitor Status hemodinamik seperti menangis namun tidak terdengar karena masih
- Memonitor BAK dan BAK bayi terpasang ETT ukuran 3 kedalaman 5.5 cm
- Mencatat intake dan output - HR :166 x/menit, RR pasien/ RR Mesin : 50/30, Suhu
- Mengidentifikasi kenaikan BB pasien Pasien/ Inkubator : 37.5/ 34, humidity inkubator 55%, TD
cenderung meningkat : 112/71 mmHg, SP
Pemberian Makanan Enteral (I.03126) - Bayi BAK 20 cc, tidak BAB, BAB terakhir saat pagi
- Memeriksa residu lambung meconium, jumlah banyak
- Melakukan irigasi pada lambung melalui - Irigasi lambung 3cc, Residu OGT masih berwarna coklat
selang OGT kehitaman

Pencegahan infeksi (I.14539)


- Mencuci tangan 6 langkah 5 momen

27/6/23 2,3 Manajemen Cairan (I. 03098) - Pasien mulai demam, Suhu 37,6, HR 160 – 169 x/menit,
Jam 17.30 - Memonitor Status hemodinamik TD 118/81 mmHg
- Kelembaban inkubator diturunkan dari 65% menjadi 50%
Pencegahan infeksi (I.14539) - Suhu inkubator turun dari 34 menjadi 33
- Mencuci tangan 6 langkah 5 momen
- Mengatur suhu dan kelembaban inkubator
sesuai kebutuhan
27/6/23 Manajemen Cairan (I. 03098) - BC jam 18.00 = +12.3 ml
Jam 18.00 - Menghitung balance cairan Input : 43.1 ml
Output : 30.8 (urin 20 ml, IWL 10.8 ml)
Pemberian Makanan Enteral (I.03126) BC 6 jam = +12.3 ml
- Memeriksa residu lambung Diuresis = 3.8 ml/kgbb/jam
- Melakukan irigasi pada lambung melalui - Irigasi lambung sebanyak 2x3 ml, yang keluar juga 6 ml.

47 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


Tanggal/ No Dx Implementasi Respon
Jam
selang OGT Warna masih coklat kehitaman, diit masih ditunda
- Suhu bayi masih 37,6  suhu inkubator diturunkan lagi
Manajemen Cairan (I. 03098) dari 33 menjadi 32.5
- Memonitor Status hemodinamik - HR 163 x/menit, SpO2 92%, TD 105/78, RR pasien/ mesin
= 45/30
Pencegahan infeksi (I.14539) - Masa kadaluarsa obat ca gluconas adalah Pk 19.00
- Mencuci tangan 6 langkah 5 momen - UVC masih paten, tidak ada obstruksi, tidak ada tanda
infeksi di sekitar umbilikal
Manajemen Medikasi (I.14539)
- Mengidentifikasi masa kadaluarsa obat
- Memberikan obat ca gluconas 0,5 ml melalui
UVC
27/6/23 5 Regulasi Temperatur (I.14578) - Suhu pasien 37.4 dengan suhu inkubator 32.5, kelembaban
Jam 19.00 - Memonitor suhu bayi 50%
27/6/23 2,3 Manajemen Cairan (I. 03098) - Setting ventilator masih tetap
Jam 20.00 - Memonitor Status hemodinamik - HR : 160 x/mnt (sinus ritmis), SpO2 94%, Suhu pasien/
inkub = 37.3 / 32.5; RR pasien/ mesin = 43/30, TD : 98/62
Pencegahan infeksi (I.14539) akral hangat, nadi teraba kuat
- Mencuci tangan 6 langkah 5 momen
27/6/23 2,3 Manajemen Cairan (I. 03098) - Setting ventilator masih tetap
Jam 20.00 - Memonitor Status hemodinamik - HR : 159 x/mnt (sinus ritmis), SpO2 94%, Suhu pasien/
inkub = 37.3 / 32.5, RR pasien/ mesin = 51/30, pasien tidur,
Manajemen Medikasi (I.14539) tidak ada apnea
- Mengidentifikasi masa kadaluarsa obat - Masa kadaluarsa obat Paracetamol adalah Pk 21.00
- Memberikan obat antipiretik paracetamol 10 - UVC masih paten, tidak ada obstruksi, tidak ada tanda
mg melalui UVC infeksi

48 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


Tanggal/ No Dx Implementasi Respon
Jam
27/6/23 2,3 Manajemen Cairan (I. 03098) - HR : 151 x/mnt (sinus ritmis), SpO2 96%, Suhu pasien/
Jam 21.00 - Memonitor Status hemodinamik inkub = 37.3 / 32.5, RR pasien/ mesin = 53/30, tidak ada
apnea, tidak ada sianosis, akral hangat, nadi dorsalis pedis
kuat
1/7/23 1,2,3 Manajemen Ventilasi Mekanik (I.01013) - k/u lemah, kesadaran apatis,
Jam 14.00 - Memonitor efek ventilator terhadap status - Pasien telah dilakukan ekstubasi pada tanggal 30/6/23, saat
oksigenasi ini menggunakan O2 NIV dengan FiO2 21%, PEEP 5,
- Memonitor kriteria perlunya penyapihan Pinsp 15, RR 25 Slope 0.08, T Ins 0.45.
ventilator - Retraksi epigastric minimal, tidak ada sianosis, tidak ada
- Memonitor status pernapasan apnea, downe score 2
- Melakukan penghisapan lendir sesuai - Pasien tampak hipersaliva, secret lendir kental cukup
kebutuhan banyak saat di suction
- Mendokumentasikan respon terhadap - Pasien menangis, gerak mulai aktif
ventilator - HR : 143 x/menit, TD : 92/71 mmHg, RR 48 x/menit, Suhu
37, SpO2 93%, CRT <3 detik, akral teraba hangat
Manajemen Cairan (I. 03098) - BB Tanggal 27/6/23 = 865 gram
- Memonitor Status hemodinamik BB Tanggal 29/6/23 = 900 gram
- Memonitor BB harian BB Tanggal 1/7/23 = 915 gram
- Memantau kebutuhan cairan seusai usia Kenaikan BB sebanyak 15 gram
gestasi dan berat badan - Residu lambung berwarna kehijauan mulai jernih kurang
lebih 2 cc, pasien belum mendapat diit enteral, belum ada
Pemberian Makanan Enteral (I.03126) refleks hisap dan belum terlihat refleks telan
- Memeriksa residu lambung - Pasien sore tidak BAB tetapi sehari sebelumnya BAB
meconium banyak
Pencegahan infeksi (I.14539) - Hasil laboratorium Darah Rutin tanggal 28/6/23 :
- Mencuci tangan 6 langkah 5 momen Hb : 10,2 mg/dl (turun dari sebelumnya 12.4)

49 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


Tanggal/ No Dx Implementasi Respon
Jam
- Melakukan perawatan mulut Leukosit : 7.200 u/L (membaik dari sebelumnya 6.900)
- Memantau hasil laboratorium CRP, WBC, Plt : 124.000 u/L (turun dari sebelumnya)
Trombosit CRP : 0,03 (normal)
- Memantauh tanda infeksi - Pasien sudah tidak tampak ikterik setelah dilakukan
fototerapi selama 1x24 jam.
- Kebutuhan cairan hari ke 8 = 150 ml/kgBB/hari (BB = 900
gram) ~ 135 ml/hari
Infus D15% + elektrolit kecepatan 3ml/jam
Protein 6% kecepatan 2.5 ml/jam
Lipid 20% kecepatan 0.5 ml/jam
1/7/23 Jam 2,3 Manajemen Cairan (I. 03098) - TD : 107/76 mmHg, HR : 160 x/menit (Sinus ritmis)
15.00 - Memonitor BAK dan BAK bayi RR pasien/ RR mesin = 53 /35
- Mencatat intake dan output - Suhu pasien/ inkub = 36.1 / 33
- Memonitor status hemodinamik - Akral teraba hangat, nadi dorsalis pedis kuat, CRT <3 detik
- SpO2 99%
Pencegahan infeksi (I.14539) - Pasien BAK 20 cc, warna kuning, tidak BAB
- Mencuci tangan 6 langkah 5 momen

1/7/23 1,2,3 Manajemen Ventilasi Mekanik (I.01013) - Retraksi epigastric minimal, tidak ada sianosis, tidak ada
Jam 17.00 - Memonitor status pernapasan apnea, downe score 2
- Melakukan penghisapan lendir sesuai - Lendir kental cukup banyak di mulut
kebutuhan - SpO2 97% dengan CPAP FiO2 21%, PEEP 5, Pinsp 15, RR
- Mendokumentasikan respon terhadap 25 Slope 0.08, T Ins 0.45.
ventilator - HR : 155 x/menit, TD : 104/71 mmHg, RR 38 x/menit,
Suhu 36.90C, SpO2 93%, CRT <3 detik, akral teraba hangat
Manajemen Cairan (I. 03098)

50 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


Tanggal/ No Dx Implementasi Respon
Jam
- Memonitor Status hemodinamik

Pencegahan infeksi (I.14539)


- Mencuci tangan 6 langkah 5 momen
1/7/23 2 Manajemen Cairan (I. 03098) - BC jam 18.00 = +9.7 ml
Jam 18.00 - Menghitung balance cairan Input : 41.1 ml
Output : 31.4 ml (urin 20 ml, residu OGT hijau jernih 2 ml ,
IWL 9.4 ml)
BC 6 jam = +9.7 ml
Diuresis = 3.6 ml/kgbb/jam
1/7/23 1,2,3 Manajemen Ventilasi Mekanik (I.01013) - Retraksi epigastric minimal, tidak ada sianosis, tidak ada
Jam 19.00 - Memonitor status pernapasan apnea, downe score 2
- Mendokumentasikan respon terhadap - Lendir kental cukup banyak di mulut
ventilator - SpO2 96% dengan CPAP FiO2 21%, PEEP 5, Pinsp 15, RR
25 Slope 0.08, T Ins 0.45.
Manajemen Cairan (I. 03098) - HR : 165 x/menit, TD : 96/70 mmHg, RR 36 x/menit, Suhu
- Memonitor Status hemodinamik 36.90C, CRT <3 detik, akral teraba hangat

Pencegahan infeksi (I.14539)


- Mencuci tangan 6 langkah 5 momen
1/7/23 2,3 Manajemen Cairan (I. 03098) - SpO2 99% dengan CPAP FiO2 21%, PEEP 5, Pinsp 15, RR
Jam 21.00 - Memonitor Status hemodinamik 25 Slope 0.08, T Ins 0.45.
- HR : 160 x/menit, TD : 97/73 mmHg, RR 26 x/menit, Suhu
Pencegahan infeksi (I.14539) 36.70C, CRT <3 detik, akral teraba hangat
- Mencuci tangan 6 langkah 5 momen

51 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


E. EVALUASI

TANGGAL/WAKTU No DX EVALUASI

26/6/23 Jam 21.00 1 S: Belum dapat dikaji

O: - Keadaan umum lemah, kesadaran apatis, pasien terpasang ETT nomor 3 kedalaman 5,5
cm. Pasien mendapatkan terapi surfaktan pada tanggal 24/6/23. Ventilator berada pada
setting mode PC AC + VG, FiO2 45%, RR back up 35, Tidal Volume 4.9, PEEP 7, PIP 23,
Ti 0.45, p max 30
- Tidak tampak sianosis pada bibir maupun akral, tampak retraksi epigastrial masih dalam,
tidak ada apnea , bayi tampak meringis namun tidak terdengar suara merintih karena
terpasang ett, DS 4, HR : 149-163 x/menit (Sinus tachycardia), RR pasien/ RR mesin = 53
/35 x/menit, Suhu pasien/ inkub = 36.9 / 34, Akral teraba hangat, nadi dorsalis pedis kuat,
CRT <3 detik, SpO2 92%
- Tidak banyak secret pada mulut dan ETT

A: Pertukaran Gas (L.01003) Meningkat dengan Kriteria hasil :


Kriteria Hasil Target
Dispnea menurun 3
Takikardia menurun 3
Sianosis membaik 3
Pola napas membaik 3
P: Masalah belum teratasi, lanjutkan intervensi Manajemen ventilasi mekanik

26/6/23 Jam 21.00 2 S: Belum dapat dikaji

O: - Terpasang OGT ukuran 8, residu berwarna coklat kehitaman kurang lebih 2 cc , diit enteral

52 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


TANGGAL/WAKTU No DX EVALUASI

di tunda
- BC jam 18.00 = -24.3 ml
Input : 34.8 ml
Output : 19.1 (urin 45 ml, residu ogt 2 ml, IWL 12.1ml)
BC 6 jam = -24.3 ml
Diuresis = 7.7 ml/kgbb/jam
- HR : 149 x/mnt (sinus ritmis), SpO2 94%, Suhu pasien/ inkub = 36.4 / 34, RR pasien/
mesin = 48/35, akral hangat, ADP kuat
- Terpasang UVC Kebutuhan cairan di hari ke 3 (BB 970 gr) adalah 140/kgBB/jam ~ 135
ml/hari
Nutrisi parenteral diberikan maintenance melalui syringe pump meliputi :
Protein 6% kec. 2 ml/jam
Lipid 20% kec. 0,5 ml/jam
Infus D15% + elektrolit ( Na, K, Ca, glycophos) kec. 3 ml/jam
A: Status Nutrisi Bayi (L.03031) Membaik dengan Kriteria hasil :
Kriteria Hasil Target
Berat badan meningkat 2
Kesulitan makan menurun 2

Fungsi gastrointestinal (L.03019) Membaik dengan Kriteria hasil :


Kriteria Hasil Target
Toleransi terhadap 2
makanan membaik
Jumlah residu lambung 2
menurun
Frekuensi BAB membaik 2
P: Lanjutkan intervensi Manajemen Cairan, Pemberian Makanan Parenteral, Pemberian Makanan
enteral

53 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


TANGGAL/WAKTU No DX EVALUASI

26/6/23 Jam 21.00 3 S: Belum dapat dikaji

O: - Bayi kesadaran apatis, gerak kurang aktif


- Hasil baby gram :
 Terpasang UVC setinggi thoracal 7
 Terpasang ETT dengan ujung distal setinggi corpus vertebrae thoracal 4
- Terpasang OGT No 8 Fr 100 cm
- Tidak tampak tanda-tanda infeksi di sekitar UVC
- Tidak tampak banyak secret di sekitar mulut dan ETT
- Suhu bayi 370C, HR 149-163 x/menit
- Hasil Darah Rutin (23/6/23)
Hb = 12,3 g/dl
Leukosit = 6.900 u/L (dibawah rentang normal)
Trombosit = 127.000 u/L (dibawah rentang normal)
- Antibiotik ampicillin sulbactam 50 mg/12 jam
- Gentamisin 5 mg/48 jam
A: Tingkat Infeksi (L.14137) Menurun dengan Kriteria hasil :
Kriteria Hasil Target
Demam menurun 4
Letargi menurun 2
Kadar sel darah putih 2
membaik
P: Masalah belum teratasi, lanjutkan intervensi Pencegahan Infeksi, Manajemen medikasi

27/6/23 Jam 21.00 1 S: Belum dapat dikaji

O: - Keadaan umum lemah, kesadaran apatis, Pasien masih terpasang ETT No 3 kedalaman 5,5
cm, Setting ventilator mode PC AC+VG , FiO2 mulai diturunkan dari pagi 30% menjadi

54 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


TANGGAL/WAKTU No DX EVALUASI

25%, VT 4.9, PEEP 6, RR diturunkan dari 35 menjadi 30


- TD : 104/68 mmHg, HR : 156 x/mnt (sinus ritmis), SpO2 96%, Suhu pasien/ inkub = 37 /
34, RR pasien/ mesin = 54 / 30, akral hangat, nadi teraba kuat
- Pasien gerak kurang aktif, wajah meringis seperti menangis, retraksi minimal, tidak
sianosis, tidak ada apnea, Downe Score 2
A: Pertukaran Gas (L.01003) Meningkat dengan Kriteria hasil :
Kriteria Hasil Target
Dispnea menurun 3
Takikardia menurun 3
Sianosis membaik 3
Pola napas membaik 3
P: Masalah belum teratasi, lanjutkan intervensi Manajemen ventilasi mekanik

27/6/23 Jam 21.00 2 S: Belum dapat dikaji

O: - Terpasang OGT ukuran 8 , residu berwarna coklat kehitaman, dilakukan lavase 2 x 3 cc


residu yang keluar jumlah sama, diit enteral di tunda
- Pasien sore tidak BAB
- BC jam 18.00 = +12.3 ml
Input : 43.1 ml
Output : 30.8 (urin 20 ml, IWL 10.8 ml)
BC 6 jam = +12.3 ml
Diuresis = 3.8 ml/kgbb/jam
- HR : 149 x/mnt (sinus ritmis), SpO2 94%, Suhu pasien/ inkub = 36.4 / 34, RR pasien/
mesin = 48/30, akral hangat, ADP kuat
- Terpasang UVC Kebutuhan cairan hari ke 4 = 150 ml/kgBB/hari ~ 145.5 ml
Terdiri dari :

55 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


TANGGAL/WAKTU No DX EVALUASI

Infus D15% + elektrolit 3 ml/jam (naik 4 jam selama fototerapi)


Protein 6% kecepatan 2.7 ml/jam
Lipid 20% kecepatan 0,6 ml/hari Infus D15%
- BB Lahir : 970 gram
BB hari ini (27/6/23) : 865 gran
BB Turun : 105 gram (turun 10,82% dari BB lahir)
A: Status Nutrisi Bayi (L.03031) Membaik dengan Kriteria hasil :
Kriteria Hasil Target
Berat badan meningkat 2
Kesulitan makan menurun 2

Fungsi gastrointestinal (L.03019) Membaik dengan Kriteria hasil :


Kriteria Hasil Target
Toleransi terhadap 2
makanan membaik
Jumlah residu lambung 2
menurun
Frekuensi BAB membaik 3
P: Masalah belum teratasi, lanjutkan intervensi manajemen cairan, pemberian makanan
parenteral, pemberian makanan enteral
27/6/23 Jam 21.00 3 S: Belum dapat dikaji

O: Hasil baby gram :


 Terpasang UVC setinggi thoracal 7
 Terpasang ETT dengan ujung distal setinggi corpus vertebrae thoracal 4
- Terpasang OGT No 8 Fr 100 cm
- Tidak tampak tanda-tanda infeksi di sekitar UVC
- Tidak tampak banyak secret di sekitar mulut dan ETT

56 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


TANGGAL/WAKTU No DX EVALUASI

- Bayi sempat demam 37.6, HR naik >160 x.menit, TD cenderung tinggi 112/71 saat
fototerapi, suhu incubator diturunkan menjadi 32.5, kelembaban diturunkan dari 65%
menjadi 50% kemudian suhu jam 21.00 sudah turun menjadi 37.3, HR 151 x/menit
- Bayi kesadaran apatis, gerak kurang aktif
- Hasil Darah Rutin (23/6/23)
Hb = 12,3 g/dl
Leukosit = 6.900 u/L (dibawah rentang normal)
Trombosit = 127.000 u/L (dibawah rentang normal)
- Antibiotik ampicillin sulbactam 50 mg/12 jam
- Gentamisin 5 mg/48 jam
A: Tingkat Infeksi (L.14137) Menurun dengan Kriteria hasil :
Kriteria Hasil Target
Demam menurun 4
Letargi menurun 2
Kadar sel darah putih 2
membaik
P: Masalah belum teratasi, Lanjutkan intervensi Pencegahan Infeksi, Manajemen medikasi

1/7/23 Jam 21.00 1 S: Belum dapat dikaji

O: - Keadaan umum lemah, kesadaran apatis, namun gerak lebih aktif, mulai menangis
- Pasien telah dilakukan ekstubasi pada tanggal 30/6/23, saat ini menggunakan O2 NIV
dengan FiO2 21%, PEEP 5, Pinsp 15, RR 25 Slope 0.08, T Ins 0.45.
- Retraksi epigastric minimal, tidak ada sianosis, tidak ada apnea, downe score 2
- Pasien tampak hipersaliva, secret lendir kental cukup banyak saat di suction
- HR : 143 x/menit, TD : 92/71 mmHg, RR 48 x/menit, Suhu 37, SpO2 93%, CRT <3 detik,
akral teraba hangat
A: Pertukaran Gas (L.01003) Meningkat dengan Kriteria hasil :

57 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


TANGGAL/WAKTU No DX EVALUASI

Kriteria Hasil Target


Dispnea menurun 4
Takikardia menurun 4
Sianosis membaik 4
Pola napas membaik 4
P: Masalah belum teratasi, lanjutkan intervensi Manajemen ventilasi mekanik

1/7/23 Jam 21.00 2 S: Belum dapat dikaji

O: - Terpasang OGT ukuran 8 fr 100, residu kehijauan kurang lebih 2cc


- Pasien sore tidak BAB tetapi sehari sebelumnya BAB meconium banyak
- pasien belum mendapat diit enteral, belum ada refleks hisap dan belum tampak refleks telan
- Kebutuhan cairan hari ke 8 = 150 ml/kgBB/hari (BB = 900 gram) ~ 135 ml/hari
Infus D15% + elektrolit kecepatan 4 ml/jam
Protein 6% kecepatan 2.5 ml/jam
Lipid 20% kecepatan 0.5 ml/jam
- BB Tanggal 27/6/23 = 865 gram
BB Tanggal 29/6/23 = 900 gram
BB Tanggal 1/7/23 = 915 gram
Kenaikan BB sebanyak 15 gram

A: Status Nutrisi Bayi (L.03031) Membaik dengan Kriteria hasil :


Kriteria Hasil Target
Berat badan meningkat 3
Kesulitan makan menurun 2

Fungsi gastrointestinal (L.03019) Membaik dengan Kriteria hasil :

58 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


TANGGAL/WAKTU No DX EVALUASI

Kriteria Hasil Target


Toleransi terhadap 2
makanan membaik
Jumlah residu lambung 2
menurun
Frekuensi BAB membaik 3
-
P: Masalah belum teratasi Lanjutkan intervensi Manajemen Cairan, Pemberian Makanan
Parenteral, Pemberian Makanan enteral
1/7/23 Jam 21.00 3 S: Belum dapat dikaji

O: - Hasil baby gram :


Terpasang UVC setinggi thorakal 7
Terpasang ETT dengan ujung distal setinggi corpus vertebrae thoracal 4 (sudah ditarik
1cm)
- Terpasang OGT No 8 Fr 100 cm
- Pasien gerak lebih aktif
- Tidak tampak tanda-tanda infeksi di sekitar UVC
- Tampak banyak secret kental di sekitar mulut
- Hasil laboratorium Darah Rutin tanggal 28/6/23 :
Hb : 10,2 mg/dl (turun dari sebelumnya 12.4)
Leukosit : 7.200 u/L (membaik dari sebelumnya 6.900)
Plt : 124.000 u/L (turun dari sebelumnya)
CRP : 0,03 (normal)
- Antibiotik ampicillin sulbactam 50 mg/12 jam
- Gentamisin 5 mg/48 jam
- Metronidazole 7mg/12 jam
A: Tingkat Infeksi (L.14137) Menurun dengan Kriteria hasil :

59 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


TANGGAL/WAKTU No DX EVALUASI

Kriteria Hasil Target


Demam membaik 4
Letargi menurun 4
Kadar sel darah putih 4
membaik
P: Target tercapai, tetap lanjutkan intervensi Pencegahan Infeksi, Manajemen medikasi untuk
meningkatkan target menjadi 5

60 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


BAB IV
PEMBAHASAN

Bayi Ny. P, mendapatkan perawatan di Ruang NICU Non Infeksi Di RSUP dr. Kariadi
sejak dilahirkan tanggal 23 Juni 2023 melalui Operasi SCTP dengan indikasi ibu PEB dan
solusio Plasenta. Bayi Ny. P lahir dalam usia gestasi 28 minggu dari Ibu berusia 38 tahun
dengan Berat Badan Lahir 970 gram. Sejak lahir, Bayi Ny. P telah menunjukkan tanda-tanda
gawat napas diantaranya Apgar Score 4-5-7 yang termasuk kedalam kategori Asfiksia sedang
dan Berat Badan Lahir Amat Sangat Rendah (BBLASR). Di hari yang sama, By.Ny. Puji juga
menunjukkan tanda-tanda kesulitan bernapas seperti tangis merintih, tarikan dinding dada
yang dalam, tachypnea, desaturasi meskipun telah menggunakan Oksigen melalui CPAP,
bradikardi.
Menilik dari faktor risiko selama kehamilan, kondisi By.Ny P erat dikaitkan dengan
kondisi Ibu saat hamil dimana Ibu mengalami Preeklampsia Berat. hasilnya dengan studi
yang dilakukan di Bali pada Januari 2017 – Desember 2020 terhadap 268 bayi yang lahir di
Rumah Sakit Badung Bali menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara kondisi
Preeklampsia pada Ibu dengan asfiksia pada bayi. Ibu dengan preeklampsia memiliki risiko 3
kali lebih besar melahirkan bayi asfiksia dibandingkan dengan Ibu tanpa preeklampsia (Putri,
Budipramana & Andriani , 2023). Beberapa penelitian lain juga menunjukkan hasil yang
sejalan diantaranya Penelitian yang dilakukan oleh Mongdong dkk (2021) menyatakan bahwa
ibu yang mengalami preeklampsia memiliki faktor risiko 3 kali lebih besar akan melahirkan
bayi asfiksia dibandingkan dengan ibu tanpa preeklampsia.
Penelitian Ulfa dkk. (2020) juga menyatakan hal yang sama. Ada hubungan antara ibu
hamil yang mengalami preeklampsia dengan kejadian asfiksia neonatorum, pada penelitian
ini menunjukkan Ibu hamil dengan preeklampsia, terutama preeklampsia berat akan memiliki
risiko 1,6 kali lebih besar melahirkan bayi dengan kondisi asfiksia dibandingkan dengan ibu
tanpa preeklamsia berat. Mansyarif (2020) dalam penelitiannya juga menyatakan hal yang
sama, bahwa ibu dengan preeklampsia memiliki faktor risiko lahirnya bayi dengan asfiksia.
Kondisi lain yang dialami oleh By.Ny P adalah BBLASR dimana bayi terlahir dengan
Berat 970 gram. Studi yang dilakukan oleh Hanif dkk (2021) menunjukkan bahwa ibu hamil
dengan preeklamsia berat lebih berisiko 11,5 kali melahirkan bayi BBLR dibandingkan
dengan preeklamsia ringan. Gangguan perkembangan janin didalam rahim menjadi salah
resiko klinis pada ibu hamil dengan riwayat preeklamsia. Tahap awal terjadinya preeklamsia

61 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


ketika pada proses implantasi akan menyebabkan invasi tropoblastik yang abnormal pada
dinding rahim sehingga akan mengakibatkan invasi arteriola spiralis di plasenta oleh
trofoblas ekstravilus menjadi tidak sempurna pada dinding. Proses tersebut akan memicu
terbentuknya pembuluh darah dengan diameter yang lebih kecil serta akan terjadi resistensi
tinggi dan menimbulkan stress oksidatif pada plasenta Stres oksidatif juga merespon
inflamasi melalui peningkatan sekresi sitokin pro-inflamasi (Suryadinata, 2018). Dampak
negatif yang secara langsung ditimbulkan dari reaksi tersebut adalah terjadi disfungsi endotel
vaskular dan vasokonstriksi pembuluh darah pada arteriola spiralis desidua sehingga terjadi
penurunan aliran darah. Kejadian tersebut akan berpengaruh terhadap suplai oksigen dan
nutrisi pada janin, sehingga terjadi gangguan pertumbuhan organ janin. Bayi yang dilahirkan
akan mengalami gangguan perkembangan secara nyata yaitu dengan rendahnya berat badan
bayi dibandingkan berat badan bayi normal. (Mayrink et al, 2018). Hal ini juga akan
berhubungan erat dengan kondisi bayi pasca natal dimana fungsi pencernaan bayi belum
sempurna sehingga mendukung diagnosa keperawatan lain yang diangkat adalah Risiko
Defisit Nutrisi (D.0032) berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan.
Usia ibu juga menjadi salah satu faktor risiko terkait kondisi bayi. Ibu hamil dalam
usia 38 tahun yang semakin meningkatkan risiko terjadinya preeklampsia sehingga bayi lahir
dengan Prematur dengan berat yang rendah. Beberapa komplikasi yang dapat ditimbulkan
pada kehamilan usia lanjut adalah risiko diabetes gestasional, plasenta previa, hipertensi,
preeklamsia hingga mengalami keguguran (Islam et al, 2021). Ibu juga memiliki Riwayat
gestasi yang kurang baik yaitu G4P1A2. Ibu mengalami abortus pada gestasi ke 1 (usia
kehamilan 2 bulan), anak kedua hidup usia 6 tahun dan kembali mengalami abortus pada
Gestasi ke 3 (usia kehamilan 4 bulan).
Kondisi lain yang dialami oleh By Ny P adalah sindroma gawat napas atau sering
disebut juga sebagai Respiratory distress syndrome (RDS). Studi prospektif yang dilakukan
di India dan Pakistan menunjukkan Dari 410 kematian neonatal prematur, dokter di Ruang
NICU menemukan RDS adalah penyebab kematian di antara 83,2% kasus. Sementara
asfiksia menyumbang 14,9% penyebab kematian. (Goldenberg et al, 2022).
Kondisi pada Bayi Ny P dikaitkan dengan Bayi lahir pada usia gestasi 28 minggu.
Menilik proses fisiologi perkembangan paru janin, perkembangan paru janin terjadi secara
bertahap yang dikenal sebagai tahap embrionik, kelenjar semu, kanalikuli, sakular dan
alveolar. Pada periode embrionik, tunas paru pertama kali muncul di usia kehamilan 26 hari
sebagai bakal esofagus janin. Selanjutnya tunas paru akan membentuk bronkus utama dalam

62 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


37 hari kemudian akan berkembang menjadi subsegmental bronkus dalam 48 hari (Yadav et
al, 2022).
Tahap kelenjar semu dimulai sekitar minggu kelima kehamilan dan berakhir pada
minggu ke-16 dimana dalam tahap ini saluran udara bercabang 15 sampai 20 kali sampai
minggu ke-18 kehamilan (Yadav et al, 2022). Tahap kanalikuli dimulai pada minggu ke-16
dan berakhir sekitar minggu ke-25 dimana produksi surfaktan mulai dibentuk melalui sel tipe
2 yang berpotensi membantu pertukaran gas di paru-paru. Membran penghalang darah-udara
juga mulai terbentuk namun belum sempurna. Tahap sakular yang dimulai dari minggu ke-24
hingga minggu ke-32 kehamilan, kantung terminal terbentuk, bronkiolus berkembang dengan
ketebalan dinding yang memungkinkan pertukaran gas. Pada tahap inilah bayi prematur
berpotensi hidup dalam kehidupan ekstrauterine. Pada 32 minggu, tahap alveolar dimulai, dan
alveoli mulai terbentuk saat bronkiolus pernapasan mengembangkan septasi, meningkatkan
luas permukaan untuk pertukaran gas. Pada usia cukup bulan, paru-paru mengandung 50
hingga 150 juta alveoli.
Bayi Nyonya P lahir di usia gestasi 28 minggu yang berarti proses perkembangan paru
berada pada tahap sakular, mulai terbentuk surfaktan namun membrane penghalang darah-
udara masih belum sempurna dan pertukaran gas belum dapat terjadi secara optimal pada
ekstra uterine. Surfaktan yang terbentuk belum cukup untuk mengisi mempertahankan alveoli
untuk tetap mengembang. Defisiensi surfaktan meningkatkan tegangan permukaan dalam
alveoli sehingga mengurangi komplians paru yang imatur. Dengan berkurangnya produksi
surfaktan, atelektasis terjadi di seluruh paru, menyebabkan berkurangnya pertukaran gas.
Atelektasis yang meluas dan berulang akhirnya merusak epitel pernapasan, menyebabkan
respons inflamasi yang dimediasi sitokin. Saat edema paru berkembang sebagai akibat dari
respon inflamasi, peningkatan jumlah cairan kaya protein dari ruang vaskular bocor ke
alveoli, yang selanjutnya menonaktifkan surfaktan. Hal ini menunjang diagnosa keperawatan
Gangguan pertukaran gas (D. 0003) berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi yang dikaitkan dengan kondisi klinis Prematuritas dan Penyakit Membran Hialin
(SDKI, 2018).
Tanda klinis yang muncul pada Bayi Ny. P yaitu dispnea dan desaturasi (SpO2 51%)
karena hiperventilasi alveolar, pH menurun , PCO2 meningkat dan HCO3 menurun sebagai
kompensasi dari hipoksemia dan hipoperfusi jaringan yang akhirnya meningkatkan
metabolisme anaerob pada sel dengan akibat asidemia laktat (Yadav et al, 2022). Untuk
mengatasi kondisinya, pasien mendapatkan terapi pengganti surfaktan intratrakeal yang
diberikan ketika bayi berusia sudah >24 jam dan stabilisasi selanjutnya menggunakan

63 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


ventilator mekanik. Hasil studi menunjukkan Surfaktan yang diberikan dalam waktu 30
sampai 60 menit setelah kelahiran neonatus prematur terbukti bermanfaat mempercepat
pemulihan dan menurunkan risiko pneumotoraks, emfisema interstitial, perdarahan
intraventricular (IVH), BPD dan kematian neonatal di Rumah Sakit (Yadav et al, 2022).
Didukung dengan hasil consensus dokter spesialis neonatal di United Kingdom tahun
2019 yang merekomendasikan pemberian surfaktan lebih dianjurkan untuk dilakukan
stabilisasi dengan minimal invasif (CPAP) dibandingkan dengan ventilasi mekanis
(ventilator). Sebuah systematic review yang membandingkan pemberian surfaktan melalui
intubasi sebagai profilaksis dibandingkan dengan pemberian surfaktan untuk rescue (early
rescue surfactant) yang selanjutnya distabilisasi menggunakan CPAP menunjukkan risiko
yang lebih rendah dari penyakit paru kronik atau kematian (Banerjee et al, 2019)
Karena kondisinya, pasien dilakukan pemasangan Ventilator mekanik sehingga perawat
diharuskan melakukan pemantauan ketat dengan intervensi Manajemen Ventilasi Mekanik
(I.01013) untuk menurunkan angka kejadian komplikasi terhadap pemasangan ventilator
mekanik (SIKI, 2018).
Pada hari terakhir intervensi keperawatan tanggal 1 Juli 2023, masalah keperawatan
prioritas yang muncul seperti gangguan pertukaran gas dan risiko defisit nutrisi masih belum
teratasi. Target yang di tetapkan di awal belum tercapai optimal mengingat waktu
implementasi terbatas 3 hari. Namun intervensi yang telah ditetapkan dapat terus dilanjutkan
untuk diimplementasikan dalam Upaya mencapai target luaran yang optimal.

64 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Gangguan napas atau sindroma gawat napas yang terjadi pada Bayi Nyonya P
adalah Respiratory Distress Syndrom atau Hyaline Membrane Disease yang
disebabkan karena defisiensi surfaktan pada paru yang terkait erat dengan
kelahiran sangat prematur (usia gestasi 28 minggu).
2. Masalah keperawatan yang muncul pada pasien akan cukup banyak mengingat
bayi lahir dalam kondisi organ-organ yang belum cukup siap untuk adaptasi
kehidupan ekstra uterin
3. Diagnosa keperawatan yang menjadi prioritas adalah Gangguan pertukaran gas (D.
0003) berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi yang dikaitkan
dengan kondisi klinis prematuritas dan penyakit membran hialin serta Risiko
Defisit Nutrisi (D.0032) berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna
makanan.
4. Sampai akhir intervensi masalah keperawatan masih belum mencapai target luaran
namun intervensi yang telah dilaksanakan dapat terus di lanjutkan untuk mencapai
luaran sesuai target.

B. SARAN
1. Untuk Perawat
Pasien neonatus dengan Respiratory Distress Syndrome sangat membutuhkan
asuhan keperawatan yang komprehensif mengingat masalah keperawatan yang
muncul akan sangat banyak, maka perawat neonatus diharapkan dapat selalu
memberikan asuhan keperawatan dengan rasa empati, ikhlas dan mengedepankan
caring untuk membantu menurunkan angka mortalitas dan morbiditas serta kualitas
hidup yang lebih baik pada neonatus dengan RDS.
2. Untuk institusi
Sebagian besar neonatus yang di rawat di RSUP dr. Karyadi adalah bayi prematur,
BBLR/BBLASR dan gangguan napas berat. Maka dukungan dari institusi terkait

65 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


regulasi/kebijakan, pemenuhan fasilitas maupun obat-obatan yang dibutuhkan pada
unit perawatan neonatus akan berperan penting dalam upaya menurunkan angka
kematian bayi di Indonesia.
3. Untuk Penulis
Diharapkan karya tulis yang dibuat dapat memotivasi penulis untuk lebih
bersemangat dalam membuat tulisan ilmiah yang akan berguna untuk
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang keperawatan.

66 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


DAFTAR PUSTAKA

Banerjee, S., Fernandez, R et al. 2019. Surfactant replacement therapy for respiratory distress
syndrome in preterm infants: United Kingdom national consensus. Published: 19
February 2019 pada Jurnal Pediatric research 86,12-14 (2019)

Goldenberg, Robert L., Dhaded, S., Saleem, S et al. 2022. Birth asphyxia is under-rated as a
cause of preterm neonatal mortality in low- and middle-income countries: A
prospective, observational study from PURPOSe. An International Journal of
Obstetrics & Gynaecology Volume 129, Issue 12.

Hanif, GAS., Suryadinata, RV., Boengas, S & Saroh, SA. 2021. Studi Faktor Resiko
Preeklamsia terhadap Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). CoMPHI Journal:
Community Medicine and Public Health of Indonesia Journal Vol. 2, No. 1, Juni
2021, hlm. 1-7

Islam MM, Ababneh F, Akter T, Khan HR. CoMPHI Journal: Community Medicine and
Public Health of Indonesia Journal Vol. 2, No. 1, Juni 2021, hlm. 1-7 Perhimpunan
Dokter Kedokteran Komunitas dan Kesehatan Masyarakat Indonesia (PDK3MI) 7
Prevalence and risk factors for low birth weight in Jordan and its association with
under-five mortality: a population-based analysis. East Mediterr Health J.
2020;26(10):1273–84

Kemenkes RI. 2020. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019. Kemenkes RI : Jakarta.

Mansyarif, R. 2020. Faktor Risiko Penyebab Asfiksia Neonatorum di Ruang Teratai RSUD
Kabupaten Muna Tahun 2016. Angew Chemie Int Ed 6(11), 951–952. 2020;2(3):183–
98.

Marmi & RahardjO2 2018. Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta:Pustaka Pelajar

Mayrink J, Costa ML, Cecatti JG. Preeclamsia in 2018: Revisiting Concepts Physiopathology
and Predction. Scientific World Journal. 2018:6268276.

Mongdong, VAWM., Suryadinata, RV., Boengas, S & Saroh, SA. 2018. Studi Faktor Risiko
Preeklamsi terhadap Kejadian Asfiksia Neonatorum di RSUD dr. Sayidiman Magetan
Tahun 2018. Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma 10(1): 11-19, Maret 2021.

Putri, Ni Putu., Budipramana, E & Andriani, D. 2023. The Correlation Of Preeclampsia In


Pregnancy With The Incidence Of Asphyxia Neonatorum At The Mangusada Badung
Regional Hospital In Bali From January 2017 – December 2020. Journal of Widya
Medika Junior Vol 5. No. 1 January 2023.

67 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas


Suryadinata RV, Wirjatmadi B, Adriani M, Sumarmi S. Effects of knowledge of vitamin D
on attitudes toward sun exposure among middle-aged and elderly Indonesian adults.
Indian Journal of Public Health Research & Development. 2018;9(11):11-15.

Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). 2016. DPP PPNI : Jakarta

Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). 2018. Cetakan ke II. DPP PPNI : Jakarta

Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SIKI). 2019. Cetakan ke II. DPP PPNI : Jakarta

Ulfa IM, Sinambela DP. Hubungan Pre Eklamsia Berat Pada Ibu Bersalin Dengan Asfiksia
Neonatorum Di RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin. Din Kesehat J
Kebidanan Dan Keperawatan. 2020;10(1):158–70. DOI : 10.33859/dksm.v10i1.432
ISSN : 2086-3454

Yadav S, Lee B, Kamity R. 2022. Neonatal Respiratory Distress Syndrome. [Updated 2022
Jul 25]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023
Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560779/

68 | Askep Pada Bayi Baru Lahir dengan Gangguan Napas

Anda mungkin juga menyukai