PENDAHULUAN
pada bayi yang baru lahir dengan masa gestasi kurang (Suriadi dan Yulianni,
2015). Secara klinis bayi dengan RDS menunjukkan takipnea, pernapasan cuping
beberapa jam pertama kehidupan. Tanda-tanda klinis lain, seperti: hipoksemia dan
fisiologi paru sehingga daya pengembangan paru (compliance) menurun 25% dari
Masalah tersebut dapat diatasi dengan peran aktif petugas kesehatan baik
berupa promotif, preventiv, kuratif dan rehabilitatif. Hal ini dilakukan dengan
klien agar cepat pulih sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan secara
optimal. Oleh karena itu penulis tertarik mengangkat judul “Asuhan Keperawatan
Selesainya tugas makalah Asuhan Keperawatan Pada bayi dengan RDS, penulis di
harapkan mampu:
a. Memahami isi materi mengenai Asuhan Keperawatan pada bayi dengan RDS.
b. Dapat membagi ilmu kepada pembaca mengenai Asuhan Keperawatan pada
Metode penulisan yang digunakan oleh penyusun dalam penyusunan makalah ini
dari empat Bab, pada Bab I yaitu pendahuluan yang berisikan latar belakang,
TINJAUAN PUSTAKA
1. Konsep Teori
A. Pengertian
terutama pada bayi yang lahir dengan masa gestasi kurang. (Malloy & Freeman
2010).
RDS adalah gangguan pernafasan yang sering terjadi pada bayi premature
dengan tanda-tanda takipnue (>60 x/mnt), retraksi dada, sianosis pada udara
kamar, yang menetap atau memburuk pada 48-96 jam kehidupan dengan x-ray
RDS adalah perkembangan yang imatur pada sistem pernafasan atau tidak
RDS adalah suatu sindrom kegawatan pada pernafasan yang terdiri atas gejala
dispneu, pernafasan cepat lebih dari 60 kali permenit, sianosis, merintih pada saat
penyakit ini terjadi perubahan paru yaitu berupa pembentukan jaringan hialin pada
komponen surfaktan pulmonal. Surfaktan adalah suatu zat aktif yang memberikan
pelumasan pada ruang antar alveoli sehingga dapat mencegah pergesekan dan
RDS terjadi pada bayi prematur atau kurang bulan, karena kurangnya
produksi surfaktan. Produksi surfaktan ini dimulai sejak kehamilan minggu ke-22,
makin muda usia kehamilan, makin besar pula kemungkinan terjadi RDS. Ada 4
faktor penting penyebab defisiensi surfaktan pada RDS yaitu prematur, asfiksia
untuk menjaga agar kantong alveoli tetap berkembang dan berisi udara, sehingga
daya berkembang paru kurang dan bayi akan mengalami sesak nafas. Gejala
tersebut biasanya muncul segera setelah bayi lahir dan akan bertambah berat.
dapat terjadi karena ada kelainan di dalam atau diluar paru, sehingga tindakan
disesuaikan dengan penyebab sindrom ini. Kelainan dalam paru yang menunjukan
(PMH).
C. Manifestasi Klinis
Takipnea : laju napas > 60 kali per menit (normal laju napas 40 kali per
menit)
Sianosis sentral pada suhu kamaryang menetap atau memburuk pada 48-96
Skor
Pemeriksaan
0 1 2
O2
D. Patofisiologi
fisiologi paru sehingga daya pengembangan paru (compliance) menurun 25% dari
berisi udara dan berwarna kemerahan seperti hati. Oleh sebab itu paru-paru
adanya atelektasis yang luas dari rongga udara bahagian distal menyebabkan
dari epithel sel alveoli type II. Dilatasi duktus alveoli, tetapi alveoli menjadi
matriks fibrin yang berasal dari darah. Membran hyaline yang meliputi alveoli
dibentuk dalam satu setengah jam setelah lahir. Epithelium mulai membaik dan
surfaktan mulai dibentuk pada 36- 72 jam setelah lahir. Proses penyembuhan ini
adalah komplek; pada bayi yang immatur dan mengalami sakit yang berat dan bayi
Skor
Pemeriksaan
0 1 2
60 – 80
Frekuensi napas < 60 x/menit > 80 x/menit
x/menit
Retraksi Tidak ada retraksi Retraksi ringan Retraksi berat
Sianosis menetap
Tidak ada Sianosis hilang
Sianosis walaupun diberi
sianosis dengan O₂
O₂
Penurunan udara Tidak ada udara
Air entry Udara masuk
masuk masuk
Dapat di dengan Dapat didengar
Merintih Tidak merintih
dengan stetoskop tanpa alat bantu
Pemeriksaan Kegunaan
Kultur darah
Menunjukkan keadaan bakteriemia
memperberat takipnea
Rontgen toraks
Mengetahui etiologi distress nafas
infeksi
Trombositopenia menunjukkan
adanya sepsis
Menilai hipoksia dan kebutuhan
Pulse oxymetri
tambahan oksigen
1. Gambaran radiologis
2. Gambaran laboratorium
Kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan laboratorium
diantaranya adalah :
a. Pemeriksaan darah
Kadar asam laktat dalam darah meninggi dan bila kadarnya lebih dari
paten, pirau dari kiri ke kanan atau pirau kanan ke kiri (bergantung
pada lanjutnya penyakit), menurunnya tekanan arteri paru dan
sistemik.
3. Gambaran patologi/histopatologi
yang ditemukan yang terdiri dari fibrin dan sel eosinofilik yang mungkin
H. Pencegahan
yang belum sempurna. Karena itu salah satu cara untuk menghindarkan
penyakit ini ialah mencegah kelahiran bayi yang maturitas parunya belum
bila perbandingan tadi kurang dari tiga berati paru-paru bayi belum
mencegah prematuritas.
I. Penatalaksanaan
adekuat (70-80%).
secara intravena.
atau ampisilin 100 mg/kg BB/hari, dengan atau tanpa gentamisin 3-5
mg/kg BB/hari.
e. Kemajuan terakhir dalam pengobatan pasien PMH adalah pemberian
surfaktan eksogen (surfaktan dari luar), obat ini sangat efektif, namun
2. Penatalaksanaan keperawatan
dengan berat badan lahir 1000-2000 gram dan masa kehamilan kurang
dari 36 minggu. Oleh karena itu, bayi ini tergolong bayi berisiko tinggi.
Apabila menerima bayi baru lahir yang demikian harus selalu waspada
bahaya yang dapat timbul. Masalah yang perlu diperhatikan ialah bahaya
2005).
2010):
paling sering dan bila bayi tidak dalam keadaan dehidrasi berikan
infus dektrosa 5%
gangguan nafas
berikutnya
2010)
sedang
(>18 jam)
Pada bayi kecil ( berat lahir < 2500 gram atau umur kehamilan
hari ke 4-7.
perbaikan
lambunng.
J. Komplikasi
1) Ruptur alveoli
penyakit dan kurangnya oksigen yang menuju ke otak dan organ lain.
2) Retinopathy premature
1.Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama,
tanggal pengkajian.
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat maternal
Menderita penyakit seperti diabetes mellitus, kondisi seperti
intrapartus.
a. Cardiovaskuler
Murmur sistolik
b. Integumen
Mottling
c. Neurologis
Immobilitas, kelemahan
d. Pulmonary
Nafas grunting
Pernapasan dangkal
Retraksi suprasternal dan substernal
Sianosis
e. Status behavioral
Letargi
4. Pemeriksaan Diagnostik
c. Data laboratorium :
maturitas paru
Tingkat phospatydylinositol
92%-94%, pH 7,3-7,45.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
kapiler-alveolar
pernapasan.
3. Rencana Asuhan Keperawatan
1 gas tindakan keperawatan 1. Buka jalan napas dengan teknik chin lift atau jaw thrust, sebagaimana mestinya
atau deficit oksigenasi diharapkan 3. Identifikasi kebutuhan actual/potensial pasien untuk memasukkan alat membuka jalan
karbondioksida pada Status Pernapasan : 4. Masukkan alat nasopharyngeal (NPA) atau oropharingeal airway (OPA), sebagaimana
perubahan membran Tidak adanya 7. Auskultasi suara napas, catat area yang ventilasinya menurun atau tidak ada dan adanya
ditandai dengan: Tidak adanya 8. Lakukan penyedotan melalui endotrakea atau nasotrakea, sebagaimana mestinya
Gangguan penglihatan 12. Kelola udara atau oksigen yang dilembabkan, sebagaimana mestinya
penglihatan Gas darah arteri 13. Ambil benda asing dengan forcep McGill, sebagaimana mestinya
Gas darah arteri normal 14. Regulasi asupan cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan cairan
Gelisah Tidak adanya 16. Monitor status pernapasan dan okseigenasi, sebagaimana mestinya
Hiperkapnia Hiperkapnia
Hipoksia Hipoksemia 1. Bersihkan mulut, hidung, dan sekresi trakea dengan tepat
Konfusi Hipoksia 3. Siapkan peralatan oksigen dan berikan melalui system humidifier
Napas cuping Tidak adanya 4. Berikan oksigen tambahan seperti yang diperintahkan
kabondioksida Konfusi 7. Periksa perangkat (alat) pemberian oksigen secara berkala untuk memastikan bahwa
pH arteri Tidak adanya konsentrasi (yang telah) ditentukan sedang diberikan
abnormal Napas cuping 8. Monitor efektifitas terapi oksigen (misalnya, tekanan oksimetri, ABGs) dengan tepat
Pola hidung 9. Pastikan penggantian masker oksigen/kanul nasal setiap kali perangkat diganti
pernapasan Tidak adanya 10. Rubah perangkat pemberian oksigen dari masker ke kanul saat makan
kecepatan, kabondioksida 12. Pantau adanya tanda-tanda keracunan oksigen dan kejadian atelektasis
irama, pH arteri normal 13. Monitor peralatan oksigen untuk memastikan bahwa alat tersebut tidak mengganggu
Sakit kepala normal (mis., 14. Monitor kecemasan pasien yang berkaitan dengan kebutuhan mendapatkan terapi
saat bangun kecepatan, irama, 15. Monitor kerusakan kulit terhadap adanya gesekan perangkat oksigen
Takikardia Tidak adanya 17. Konsultasi dengan tenaga kesehatan lain mengenai penggunaan oksigen tambahan
Warna kulit Sakit kepala saat selama kegiatan dan atau tidur
abnormal (mis., bangun 18. Anjurkan pasien dan keluarga mengenai penggunaan oksigen di rumah
pucat, Tidak adanya 19. Rubah kepada pilihan peralatan pemberian oksign lainnya untuk meningkatkan
normal 2. Catat pergerakan dada, catat ketidaksimetrisan, penggunaan otot-otot bantu napas dan
5. Monitor saturasi oksigen pada pasien tersedasi (seperti SaO₂, SvO₂, SpO₂) sesuai
6. Pasang sensor pemantauan oksigen non-invasif (misalnya, pasang alat pada jari, hidung,
dan dahi) dengan mengatur alarm pada pasien berisiko tinggi sesuai dengan prosedur
8. Perkusi torak anterior dan posterior, dari apeks ke basis paru, kanan dan kiri
11. Auskultasi suara napas, catat area dimana terjadi penurunan atau tidak adanya ventilasi
12. Kaji perlunya penyedotan jalan napas dengan auskultasi suara nafas ronki di paru
2 Definisi: Inspirasi tindakan keperawatan Buka jalan napas dengan teknik chin lift atau jaw thrust,
dan/atau ekspirasi yang selam … X 24 jam Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
tidak memberi ventilasi diharapkan Identifikasi kebutuhan actual/potensial pasien untuk memasukkan alat membuka jalan
adekuat. napas
Berhubungan dengan Status Pernapasan : Masukkan alat nasopharyngeal (NPA) atau oropharingeal airway (OPA), sebagaimana
Bradipnea Auskultasi suara napas, catat area yang ventilasinya menurun atau tidak ada dan adanya
Ortopnea Ortopnea Kelola udara atau oksigen yang dilembabkan, sebagaimana mestinya
Penggunaan Tidak adanya Ambil benda asing dengan forcep McGill, sebagaimana mestinya
otot bantu Penggunaan otot Regulasi asupan cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan cairan
Penggunaan Tidak adanya Monitor status pernapasan dan okseigenasi, sebagaimana mestinya
diameter Tidak adanya Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan bernapas
anterior- Peningkatan Catat pergerakan dada, catat ketidaksimetrisan, penggunaan otot-otot bantu napas dan
kapasitas vital Tidak adanya Monitor pola napas (misalnya, bradipneu, takipneu, hiperventilasi, pernapasan kusmaul,
Penurunan Penurunan pernapasan 1:1, apneustik, respirasi biot, pola ataxic
tekanan kapasitas vital Monitor saturasi oksigen pada pasien tersedasi (seperti SaO₂, SvO₂, SpO₂) sesuai
Penurunan Penurunan Pasang sensor pemantauan oksigen non-invasif (misalnya, pasang alat pada jari, hidung,
tekanan tekanan ekspirasi dan dahi) dengan mengatur alarm pada pasien berisiko tinggi sesuai dengan prosedur
ventilasi tekanan inspirasi Perkusi torak anterior dan posterior, dari apeks ke basis paru, kanan dan kiri
bibir ventilasi semenit Auskultasi suara napas, catat area dimana terjadi penurunan atau tidak adanya ventilasi
cuping hidung Pernapasan bibir Kaji perlunya penyedotan jalan napas dengan auskultasi suara nafas ronki di paru
Perubahan Tidak adanya Auskultasi suara napas setelah tindakan, untuk dicatat
irama, Perubahan
frekuensi,
kedalaman)
Tidak adanya
Takipnea
DAFTAR PUSTAKA
Suriadi & Yuliani. 2012. Buku Pegangan Praktik Klinik. Asuhan keperawatan pada
EGC.
Mansjoer. (2002). Kapita selekta kedokteran. Edisi III. Jakarta: FKUI.: EGC.
…………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………...
Oleh :
………………………………………
(NIM : …………………………….)
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan dengan judul :
…………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………...
(…………………………………..) (…………………………………..)
Mengetahui,
Kepala Ruangan
(…………………………………..)
…………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………...
PENGKAJIAN
Tanggal masuk : 13/01/2019 Pukul : 22:59
Tanggal pengkajian : 14/01/2019 Pukul : 22:00
No. Kamar : ………………………………………………………………
No. Register : 1966019
Diagnosa medis : N.P/BBLR + RDS + INFEKSI BAKTERI
A. IDENTITAS
1. Nama Klien : By Ny ”N”
2. Tanggal Lahir : 13/01/2019
3. Umur : 1 Hari
4. Jenis kelamin : Perempuan
5. Anak ke- : 1
6. Pendidikan :-
7. Agama : Islam
8. Suku/bangsa : Jawa
9. Nama Ayah/Ibu : Tn “M”
10. Pendidikan Ayah/Ibu : SD
11. Pekerjaan Ayah/Ibu : Swasta
12. Alamat : Krian
13. Penanggung jawab : Tn “M”
C. PEMERIKSAAN FISIK
a. (Khusus Neonatus) :
1. Reflek Morro : (+) kuat
2. Reflek Rooting : (+) lemah
3. Reflek Menggenggam : (+) lemah
4. Reflek Sucking : (+) lemah
5. Tonus otot/aktivitas : lemah
6. Kekuatan menangis : lemah
7. Lain-lain :
……………………………………………………
d. Rambut :
- Rambut pasien bersih
- Pertumbuhan rambut merata
- Rambut tipis dan hitam
e. Wajah :
- Bentuk simetris
- Bersih
- Warna wajah agak pucat
f. Mata :
- Reaksi pupil (+)
- Skelra ikterik
- Simetris kanan kiri
g. Telinga :
- Bersih
- Tidak ada alat bantu pendengaran
- Tidak ada serumen
- Simetris kanan kiri
h. Hidung :
- Bersih tidak ada sekret
- Tidak ada pembengkakan polip
- Simetris kanan kiri
- Pernafasan cuping hidung
i. Mulut :
- Bersih
- Tidak ada pembesaran tonsil
- Mukosa kering
j. Gigi :
- Belum tumbuh gigi
k. Lidah :
- Bersih dan normal
l. Tenggorokan :
- Tidak ada kemerahan
- Tidak ada nyeri telan
m. Leher :
- Tidak ada pembengkakan kelenjar thyroid
n. Dada :
1. Paru paru :
Inspeksi
Simetris kanan kiri
Palpasi
- Tidak ada masa
- Tidak ada nyeri tekan
Perkusi
-Suara paru sonor
Auskultasi
- Vesikuler
- Tidak ada suara nafas tambahan
2. Jantung
Inspeksi
- Ictus cordis terlihat di ics 5 mid clavicula sinistra
Palpasi
- Teraba iktus cordis
Perkusi
- Suara perkusi jantung pekak
- Area jantung normal/ tidak ada pembesaran
Auskultasi
- S1-S2 Tunggal
o. Abdomen :
Inspeksi
- Datar
- Tidak ada distensi
- Tali pusat bayi belum kering berwarna kuning
Auskultasi
- Bising usus normal 3-35x/ menit
Palpasi
- Tidak ada benjolan
- Tidak ada nyeri tekan
Perkusi
- Bunyi thympani
p. Punggung :
- Datar
- Tidak ada kemerahan atau benjolan
q. Genetalia :
- Tidak ada kelainan
- Bersih
r. Extremitas :
- Ekstremitas atas terpasang infus disebelah tangan kanan kiri inf
D10, ½ Ns
- Tonus otot baik
s. Integumen dan Kuku :
- Berwarnah kemerahan akral HKM
- CRT > 3 detik
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Jenis Tanggal Hasil Pemeriksaan
Laboratorium 14/01/2019 Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
RBC 6,1 (4,2 – 6,1)
HCT 61,5 (37,0 – 52,0)
MCV 100,2 ( 79,0 – 99,1 )
MCH 35,2 ( 27,0 – 31,0 )
RDW - SD 55,0 ( 35,0 – 47,0)
RDW-CV 15,0 ( 11,9 – 14,5 )
NEUT% 80,6 ( 50,0-70,0 )
LYMPH% 11,2 ( 25,0-40,0 )
NEUT 15,1 (2,0-7,7 )
Rx / Photo
Jenis Tanggal Hasil Pemeriksaan
USG
Lain-lain
E. TERAPI
Tanggal : 14 Januari 2019
…………… ,…………………..20…
Perawat
(………………………..)
ANALISA DATA
Nama : By, Ny “N”
No. register : 1966019
Masalah
Pengelompokan Data Penyebab Keperawata
n
Ds : (-)
Do : Timbul serangan Gangguan
- K/U cukup Pertukaran
- Composmenthis Trauma endoterium paru dan Gas
- Ttv : epitelium alveoler
N : 124 x/menit
S : 36,8 Kerusakan Jaringan Paru
RR : 58X/menit
- Sesak, retraksi dada, Penurunan Surfaktan
gerak aktif
- Pernafasan cuping Atelektasi
hidung
- U/K: 34/35 mgg Abnormalitas Ventilasi Perfusi
- Spo2: 90-93
- Po2 < 50 mmhg Gangguan Pertukaran Gas
Ds : (-)
Do : Jaringan lemak subkutan lebih Resiko
- K/U Lemah tipis hipotermi
- Ttv :
N : 130x/menit Kehilangan panas melalui kulit
S : 36,7
RR : 58X/menit Resiko hipotermi
- Turgor kulit jelek
DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN
Tanggal Nama
No Ditemuka Teratasi
Diagnosa Keperawatan &
. n
Paraf
1 Gangguan Pertukaran Gas b.d Ketidak
Seimbangan Perfusi Fentilasi
Nama : By “N”
No. register : 1966019
No.
Dx.Ke Tgl/jam Implementasi Paraf Tgl/jam
p.
1 15/01/19 1. Memberikan posisi yang nyaman kepada bayi 15/01/19 DS : (-)
22.00 (semefouler) dengan menggunakan bantal DO :
22.15 2. Mengobservasi suara nafas dan catat adanya suara 00:05 - K/
tambahan - Ge
22.30 3. Memonitoring SPO2 - Co
22.40 4. Observasi Ttv : - TT
N : 120 x / menit N
S : 35,6 ℃ S:
RR : 58 x / menit RR
23:00 5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian A : masalah
terapi P : interven
Infus : D10% 180 cc / 24 jam
O2 bubble CAPAP
Bab IV
Kesimpulan
Bayi dengan biasanya merasakan gejala awal takipnea, pernapasan cuping hidung,
retraksi intercosta dan subcosta, merintihdalam beberapa jam pertama kehidupan, tentu akan
berdampak lebih lanjut nantinya untuk perkembangan parunya.
Pada bayi Ny. N yang terjadi pada awalnya adalah terjadinya sesak napasdan prematur,
dan dari serangkaian engkajian yang dilakukan maka terangkatlah diagnosa gangguan pertukaran
gas dan resiko hipotermi.
Beberapa intervensi keperawatan yang dilakukan obs. tanda – tanda vital, posisikan
pasien head up ( senyaman mungkin ), berikan O2 CPAP sesuai indikasi ( pemakaian OGT ), obs.
pemakaian O2 CPAP, kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian advice obat bronkodilator.
Saran
1. Bagi Mahasiswa
RDS ini sehingga mampu dengan tepat dalam memberikan asuhan keperawatan.
RSUD Kab. Sidoarjo dapat belajar mengidentifikasi mengenai tanda, gejala, komplikasi,
dan pencegahan dari RDS dialami oleh pasien agar dilain kesempatan mahasiswa dapat
mengetahui jenis KIE yang dapat diberikan kepada keluarga pasien dengan RDS. Selain
itu, sebaiknya dilakukan pemantauan secara holistik, efektif, dan efisien kepada pasien
yang mengalami RDS, untuk menekan bertambahnya jumlah bayi yang mengalami RDS.
2. Bagi Institusi
Pemberian materi selama perkuliahan sudah sangat baik dan dan tepat namun,
diharapkan menambah referensi / buku keperawatan anak dan neonatus yang lebih
lengkap, menambah fasilitas bagi mahasiswa untuk manambah ilmu tentang keperawatan
anak dan neoatus dan Dosen / tim pengajar mampu menyampaikan materi dengan kreatif
agar mahasiswa lebih bersemangat untuk mempelajari ilmu keperawatan anak dan
neonatus ini guna untuk meningkatkan kualitas skil dan pengetahuan dari mahasiswa
STIKes Majapahit Mojokerto yang nantinya siap terjun di lahan praktik, di dunia kerja
Maupun di masyarakat.
Pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit sudah memenuhi syarat dalam
pemberian asuhan keperawatan, baik tenaga medis, maupun tenaga keperawatan. Namun,
alangkah lebih baik jika petugas kesehatan khususnya diruang Neonatus dapat
menerapkan kiat yang dapat mencegah dan mengurangi ansietas pada keluarga pasien
pasien sehingga pasien bisa melakukan aktivitas tanpa adanya kecemasan dari reaksi
Hospitalisasi .
Dalam penyusunan makalah kami menyadari bahwa ini sangatlah kurang dari
kesempurnaan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dalam