Nim : 170300014
Ruangan : Perina
A. Pengertian
B. Etiologi
Penyebab kelainan ini secara garis besar adalah kekurangan surfaktan,
suatu zat aktif pada alveoli yang mencegah kolaps paru. RDS seringkali terjadi
pada bayi prematur, karena produksi surfaktan, yang dimulai sejak kehamilan
minggu ke-22, baru mencapai jumlah cukup menjelang cukup bulan. Makin muda
usia kehamilan, makin besar pula kemungkinan terjadinya RDS. Kelainan
merupakan penyebab utama kematian bayi prematur.
Adapun penyebab-penyebab lain yaitu:
1. Kelainan bawaan/kongenital jantung atau paru-paru.
Bila bayi mengalami sesak napas begitu lahir atau 1-2 hari kemudian,
biasanya disebabkan adanya kelainan jantung atau paru-paru. Hal ini bisa
2
terjadi pada bayi dengan riwayat kelahiran normal atau bermasalah, semisal
karena ketuban pecah dini atau lahir premature
2. Kelainan pada jalan napas/trakea.
Kelainan bawaan/kongenital ini pun paling banyak ditemui pada bayi.
Gejalanya, napas sesak dan napas berbunyi "grok-grok". Kelainan ini terjadi
karena adanya hubungan antara jalan napas dengan jalan makanan/esophagus.
Kelainan ini dinamakan dengan trackeo esophageal fistula.
3. Tersedak air ketuban.
Ada juga penyakit-penyakit kelainan perinatologi yang didapat saat kelahiran.
Misalnya stres pada janin, ketuban jadi keruh dan air ketuban ini masuk ke
paru-paru bayi.
4. Pembesaran kelenjar thymus.
Penyebabnya biasanya karena ada kelainan pada jalan napas, yaitu
penyempitan trakea. Ini dikarenakan adanya pembesaran kelenjar thymus.
5. Kelainan pembuluh darah.
Kelainan yang gejalanya seperti mendengkur atau napasnya bunyi (stridor),
yang dinamakan dengan vascular ring. Yaitu, adanya pembuluh darah jantung
yang berbentuk seperti cincin (double aortic arch) yang menekan jalan napas
dan jalan makan.
6. Tersedak makanan.
Bisa karena tersedak susu atau makanan lain, semisal kacang.
7. Infeksi.
Bila anak mengalami ISPA (Infeksi saluran Pernapasan Akut) bagian atas,
semisal flu harus ditangani dengan baik.
C. Manifestasi Klinis
Berat dan ringannya gejala klinis pada penyakit RDS ini sangat
dipengaruhi oleh tingkat maturitas paru. Semakin rendah berat badan dan usia
kehamilan, semakin berat gejala klinis yang ditujukan.
Menurut Surasmi, dkk (2003) tanda dan gejala yang muncul adalah
sebagai berikut :
1. Takhipneu (> 60 kali/menit)
2. Pernafasan dangkal
3. Mendengkur
4. Sianosis
5. Pucat
6. Kelelahan
7. Apneu dan pernafasan tidak teratur
8. Penurunan suhu tubuh
9. Retraksi suprasternal dan substernal
3
D. Klasifikasi
Secara klinis gangguan nafas dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu:
a. Gangguan nafas berat
b. Gangguan nafas sedang
c. Gangguan nafas ringan
E. Patofisiologi
Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya RDS pada bayi prematur
disebabkan oleh alveoli masih kecil sehingga sulit berkembang, pengembangan
kurang sempurna karena dinding thorax masih lemah, produksi surfaktan
kurang sempurna.
Kekurangan surfaktan mengakibatkan kolaps pada alveolus sehingga
paru-paru menjadi kaku. Hal tersebut menyebabkan perubahan fisiologi paru
sehingga daya pengembangan paru (compliance) menurun 25% dari normal,
pernafasan menjadi berat, shunting intrapulmonal meningkat dan terjadi
hipoksemia berat, hipoventilasi yang menyebabkan asidosis respiratorik.
Telah diketahui bahwa surfaktan mengandung 90% fosfolipid dan 10%
protein, lipoprotein ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan
menjaga agar alveoli tetap mengembang.
5
F. Komplikasi
G. Penatalaksanaan
Menurut Suriadi dan Yuliani (2001) dan Surasmi,dkk (2003) tindakan
untuk mengatasi masalah kegawatan pernafasan meliputi :
7
H. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto rontgen
9
1) Frekuensi nafas
10
K. Intervensi
Ketidakmampuan untuk Kedalaman inspirasi (batasan normal) · Minta klien nafas dalam sebelum s
membersihkan sekresi atau Tidak ada suara napas tambahan · Berikan O2 dengan mengguna
obstruksi dari saluran pernafasan Tidak terjadi dipsnea memfasilitasi suksion nasotrakeal
untuk mempertahankan kebersihanTidak terlihat penggunaan otot bantu · Gunakan alat yang steril sitiap mel
jalan nafas. napas · Anjurkan pasien untuk istirahat da
Tidak ada batuk setelah kateter dikeluarkan dari nasot
Batasan Karakteristik : Akumulasi sputum tidak ada · Monitor status oksigen pasien
Dispneu, Penurunan suara nafas · Ajarkan keluarga bagaimana cara
Orthopneu Status pernapasan : Ventilasi · Hentikan suksion dan berikan oks
Cyanosis Indikator : menunjukkan bradikardi, peningkatan
Kelainan suara nafas (rales, Pernapasan dalam batas normal
wheezing) Irama pernapasan (batasan normal) Airway Management
Kesulitan berbicara Kedalaman inspirasi (batasan normal) · Buka jalan nafas, guanakan tekn
Batuk, tidak efekotif atau tidak Bunyi perkusi (batasan normal) thrust bila perlu
ada Tidal volum (batasan normal) · Posisikan pasien untuk memaksi
Mata melebar Kapasitas vital (batasan normal) · Identifikasi pasien perlunya pem
Produksi sputum Hasil pemeriksaan X-Ray (batasan nafas buatan
Gelisah normal) · Pasang mayo bila perlu
Perubahan frekuensi dan irama Tes fungsi paru (batasan normal) · Lakukan fisioterapi dada jika per
nafas · Keluarkan sekret dengan batuk a
Kontrol Aspirasi · Auskultasi suara nafas, cat
Faktor yang berhubungan: Indikator : tambahan
Lingkungan : merokok, Identifikasi faktor resiko minimal · Lakukan suction pada mayo
menghirup asap rokok, perokok Faktor resiko tidak ditemukan · Kolaborasikan pemberian bronko
pasif-POK, infeksi Pemeliharaan oral hyiegiene baik · Berikan pelembab udara Ka
Fisiologis : disfungsi Posisi tidak selalu tegak lurus / Lembab
neuromuskular, hiperplasia dinding menyamping saat makan dan minum · Atur intake untuk cairan
bronkus, alergi jalan nafas, asma. Penyeleksian makanan dan minuman keseimbangan.
Obstruksi jalan nafas : spasme sesuai dengan kemampuan menelan · Monitor respirasi dan status O2
jalan nafas, sekresi tertahan, Penggunaan kekentalan cairan sesuai
banyaknya mukus, adanya jalan kebutuhan
nafas buatan, sekresi bronkus, Posisi tegak selama 30 menit setelah
adanya eksudat di alveolus, adanya makan dilakukan
benda asing di jalan nafas.
3 Ketidakseimbangan nutrisi kurang Status gizi Manajemen Nutrisi
dari kebutuhan tubuh b/d Indikator : · Kaji adanya alergi makanan
14
ketidakmampuan Masukan nutrisi (makanan dan cairan) · Kolaborasi dengan ahli gizi
ingest/digest/absorb adekuat jumlah kalori dan nutrisi yang dibutu
Berat badan normal · Anjurkan pasien untuk meningka
Definisi : Hematokrit normal · Anjurkan pasien untuk mening
Intake nutrisi tidak cukup untuk Hidrasi dan tonus otot normal vitamin C
keperluan metabolisme tubuh. · Berikan substansi gula
Status gizi: Asupan makanan · Yakinkan diet yang dimakan m
Batasan karakteristik : dan cairan serat untuk mencegah konstipasi
Berat badan 20 % atau lebih di Indikator : · Berikan makanan yang terpilih (
bawah ideal Masukan makanan dan cairan oral dikonsultasikan dengan ahli gizi)
Dilaporkan adanya intake adekuat · Ajarkan pasien bagaimana
makanan yang kurang dari RDA Asupan via NGT adekuat makanan harian.
(Recomended Daily Allowance) Asupan cairan IV adekuat · Monitor jumlah nutrisi dan kand
Membran mukosa dan Asupan nutrisi parenteral adekuat · Berikan informasi tentang kebut
konjungtiva pucat · Kaji kemampuan pasien untuk m
Kelemahan otot yang digunakan Status gizi: Asupan gizi yang dibutuhkan
untuk menelan/mengunyah Indikator :
Luka, inflamasi pada rongga Asupan kalori adekuat Nutrition Monitoring
mulut Asupan protein adekuat · BB pasien dalam batas normal
Mudah merasa kenyang, sesaat Asupan lemak adekuat · Monitor adanya penurunan berat b
setelah mengunyah makanan Asupan serat adekuat · Monitor tipe dan jumlah akti
Dilaporkan atau fakta adanya Asupan vitamin dan mineral adekuat dilakukan
kekurangan makanan Asupan zat besi, kalsium dan sodium · Monitor interaksi anak atau orangt
Dilaporkan adanya perubahan adekuat · Monitor lingkungan selama makan
sensasi rasa · Jadwalkan pengobatan dan tind
Perasaan ketidakmampuan untuk Kontrol berat badan jam makan
mengunyah makanan Indikator : · Monitor kulit kering dan perubaha
Miskonsepsi Berat badan ideal · Monitor turgor kulit
Kehilangan BB dengan makanan Persentasi lemak tubuh dalam batas · Monitor kekeringan, rambut kusam
cukup normal · Monitor mual dan muntah
Keengganan untuk makan Lingkar kepala normal · Monitor kadar albumin, total pro
Kram pada abdomen Tinggi dan berat normal Ht
Tonus otot jelek · Monitor makanan kesukaan
Nyeri abdominal dengan atau · Monitor pertumbuhan dan perkem
tanpa patologi · Monitor pucat, kemerahan, dan k
Kurang berminat terhadap konjungtiva
15
DAFTAR PUSTAKA
Arjatmo Tjokronegoro & Hendra Utama. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid
I. Edisi ke Tiga. FKUI. Jakarta. 1997.
Behrman Richard. Ilmu Kesehatan Anak. Alih bahasa: Moelia Radja Siregar &
Manulang. Editor: Peter Anugrah. EGC. Jakarta. 1992.
Joss, Vanda dan Rose, Stephan. Penyajian Kasus pada Pediatri. Alih bahasa
Agnes Kartini. Hipokrates. Jakarta. 1997.
Samsuridjal Djauzi dan Heru Sundaru. Imunisasi Dewasa. FKUI. Jakarta. 2003.
17
Sjamsuhidayat. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. EGC. Jakarta. 1998.
Suriadi & Rita Yuliani. Buku Pegangan Praktek Klinik Asuhan Keperawatan
pada Anak. Edisi I. CV Sagung Seto. Jakarta. 2001..