Oleh :
K1A1 15 003
PEMBIMBING
dr. Miniartiningsih Sam, M.Kes, Sp.A
A. PENDAHULUAN
merupakan salah satu alasan paling umum bayi di rawat pada unit perawatan
intensif neonatal. 15 % bayi cukup bulan dan 29% bayi premature di rawat
jika tidak dikenali dan ditangani dengan cepat, gangguan pernapasan dapat
meningkat menjadi kegagalan pernapasan dan henti jantung paru. Karena itu
penurunan aliran darah ke otak maka akan terjadi kerusakan otak dan organ
1
lain karena hipoksia dan iskemi dan hal ini dapat menyebabkan kematian
neonatus. 2
B. Definisi
seperti takipnea (frekuensi pernapasan lebih dari 60-80 kali/ menit), retraksi
dada (cekungan atau tarikan kulit antara iga (interkostal ) dan atau di bawah
adanya obstruksi jalan napas atas. Bayi yang bernapas dengan cepat bertujuan
volume paru-paru dengan pertukaran gas yang memadai dengan cara menutup
C. Epidemiologi
(NICU). 15 % bayi cukup bulan dan 29 % bayi prematur dari bayi prematur
bahkan lebih tinggi pada bayi yang lahir sebelum usia 34 minggu.1
2
Setiap tahunnya di seluruh dunia diperkirakan 4 juta bayi meninggal
pada tahun pertama kehidupannya dan dua pertiganya meninggal pada bulan
dari kematian neonatal terjadi pada umur 0-6 hari (masa neonatal). Selain itu
kelahiran hidup pada SDKI tahun 2012. Penyebab kematian utama pada
32,4%, sepsis 12%, hipotermi 6,3%, kelainan darah/ikterus 5,6 %, post mature
D. Etiologi
Bayi baru lahir bernapas dengan hidung dan dapat menunjukkan gejala
3
2. Trakhea: trakheomalasia, fistula trakheosofagus, stenosis trachea dan
stenosis bronkhial
3. Penyebab pulmonal:
c. Atelektasis
pulmonal interstitial.
kongenital.
h. Efusi.
d. Depresi neonatal
4
e. Syok
g. Hipotermia
E. Klasifikasi
gangguan napas
Frekunsi> 60 kali / Dengan Sianosis sentral dan
saat ekspirasi
5
Frekuensi napas 60- Dengan Tarikan dinding
saat ekspirasi
sianosis sentral
Frekuensi napas 60- Tanpa Tarikan dinding
Pemeriksaan 0 1 2
Frekuensi napas < 60 kali/menit 60-80 kali/menit >80 kali/menit
Retraksi Tidak ada retraksi Retraksi ringan Retraksi berat
Sianosis Tidak ada sianosis Sianosis hilang Sianosis menetap
6
dengan stetoskop tanpa alat bantu
Tabel 2. Skor Downes (Buku Ajar Neonatologi IDAI, 2008)
F. Patomekanisme
pernapasan dapat terjadi akibat kelainan perkembangan yang terjadi sebelum atau
pulmonal persisten pada bayi baru lahir (PPHN), yang merupakan hasil dari
7
sepenuhnya berkembang sampai usia 2 hingga 5 tahun karena itu penyakit akibat
jalan napas neonatus. Mekonium dapat juga terperangkap dalam jalan napas
a. Obstruksi mekanik
atau parsial. Pada saat bayi mulai bernapas, mekonium bergerak dari
atelektasis sehingga terdapat area yang tidak terjadi ventilasi dan perfusi
dampak katup bola atau ball valve effect yaitu udara yang terhirup dapat
8
memasuki alveoli tetapi tidak dapat keluar dari alveoli. Hal ini akan
b. Pneumonitis
makrofag telah berada di alveoli , saluran napas besar dan parenkim paru.
pembuluh darah tali pusat dan kulit ketuban, serta mempunyai dampak
c. Vasokonstruksi pulmonal
hipertensi pulmonal. 6
9
2. Respiratory distress syndrome / penyakit membran hialin
myelin tubular. Hal ini dapat disebabkan oleh defisiensi lipid dan protein
dihasilkan oleh pneumosit tipe 2 yang terdiri dari 90% lipid dan 10% protein
pada usia gestasi 24-28 minggu. Protein surfaktan terdiri dari 4 jenis yaitu
SP-A, SP-B, SP-C, SP-D sedangkan kandungan lipid utama pada surfaktan
struktural alveoli.7
dan asidosis respiratori. Saat bernapas, stress pada alveoli dan bronkiolus
10
terminalis terjadi akibat usaha repetitiv untuk membuka kembali alveoli yang
kolaps dan distensi berlebih pada alveoli yang terbuka. Tekanan ini dapat
jalan napas. Debris ini dapat semakin mengganggu fungsi surfaktan sehingga
pada bayi cukup bukan dan bayi mendekati cukup bulan (late preterm) yang
rahim ruang udara janin dan kantung udara diisi cairan. Agar pertukaran gas
efektif terjadi setelah lahir cairan ini harus dibersihkan dari ruang alveolar.
Pada akhir kehamilan dan sebelum kelahiran klorida chanel dan pengaliran
G. Diagnosis
dengan analisa gas darah (blood gas analysis). Perhitungan indeks oksigenasi
11
akan menggambarkan beratnya hipoksemia. Bila mengevaluasi dengan
gangguan napas harus hati-hati atau waspada karena dapat terjadi bayi dengan
gangguan napas berat dapat juga terjadi pada bayi tanpa gejala distres
serial tentang kesadaran, gejala respirasi, Analisis Gas Darah dan respon
1. Anamnesis
kongesti nasal, depresi susunan saraf pusat, perdarahan susanan saraf pusat,
neonatal, tali pusat menumbung. Bayi lebih bulan, demam atau suhu yang
trauma,miastenia.
12
c. Kelainan kongenital: arteri umbilikalis tunggal, anomali kongenital lain:
trakeoesofageal fistula)
yang berlebihan.
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai gejala klinik gangguan napas seperti :
gejala menonjol.
b. Sianosis
c. Retraksi
d. Tanda obstruksi saluran napas mulai dari hidung: atresia koana, ditandai
tali pusat.
3. Faktor Predisposisi
13
a. Bayi Kurang Bulan : Paru bayi masih imatur dengan kekurangan
pneumotoraks
paru
d. Bayi lahir dengan operasi sesar : bayi yang lahir dengan operasi sesar
e. Bayi yang lahir dari ibu yang menderita demam, ketuban pecah dini atau
air ketuban yang berbau busuk dapat terjadi pneumonia bakterialis atau
sepsis
aspirasi mekonium
4. Pemeriksaan Penunjang
14
3) Diambil berdasarkan indikasi klinis dengan mengambil sampel darah
anaerobik.
b. Elektrolit
kronik.
15
d. Pemeriksaan radiologi atau pencitraan
16
Evaluasi adanya kelainan yang memerlukan tindakan segera
17
Sedang bronchogram
III Sedang-Berat Seperti di atas ditambah batas jantung menjadi
tidak jelas
IV Berat “white lung” : paru putih menyeluruh
Tabel 3. Gambaran Pemeriksaan Radilogi pada Toraks (Sumber : Buku Ajar
Neonatologi IDAI)
H. PENATALAKSANAAN
c. Berikan asi bila bayi mampu menghisap. Bila tidak, berikan asi peras
18
napas menetap antara 30-60x/menit, tidak ada tanda-tanda sepsis, dan
dipulangkan.
c. Jika ada tanda berikut (suhu aksiler <34ºC atau >39ºC, air ketuban
infeksi berat atau ketuban pecah dini (>18 jam) ambil sampel darah
e. Bila suhu masih belum stabil, atau gangguan napas belum ada
g. Bila tidak ada tanda-tanda sepsis, nilai kembali bayi setelah 2 jam.
19
h. Bila bayi mulai menunjukkan tanda-tanda perbaikan (frekuensi napas
menyusu.
hari, minum baik dan tidak ada alasan bayi tetap tinggal di RS, bayi
dapat dipulangkan.
e. Nilai kondisi bayi 4 kali setiap hari apakah ada tanda perbaikan
20
f. Jika bayi mulai menunjukkan tanda perbaikan (frekuensi napas
lambung.
I. Diagnosis Banding
prenikus.
2. Sepsis
J. Prognosis
21
Prognosis gangguan napas pada bayi baru lahir tergantung pada latar
napas akut dan tidak berhubungan dengan keadaan hipoglikemia yang lama.4
K. Pencegahan
bila memungkinkan. 4
Daftar Pustaka
22
3. Hany Aly. 2004. Respiratory Disorder in the Newborn: Identification and
4. Kosim, M.S. 2008. Buku Ajar Neonatologi. Edisi Keempat. Jakarta: Ikatan
6. Kosim M.S. 2009. Infeksi Neonatal Akibat Air Ketuban Keruh. Sari Pediatri.
9. Anindita A.Y., Hidayah D., Hafidh. 2018. Profil Sindrom Aspirasi Mekonium
pada Bayi Baru Lahir di RSUD Dr. Soetrasno Rembang. Smart Medical
23