PNEUMOTHORAKS
Disusun Oleh:
Novel Gultom
NIM: 1808436714
Pembimbing:
PEKANBARU
2019
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pneumothoraks adalah keadaan terdapatnya udara atau gas dalam rongga pleura.
Dengan adanya udara dalam rongga pleura tersebut, maka akan menimbulkan
secara spontan maupun traumatic. Pneumotoraks spontan dapat bersifat primer dan
terjadi pasien dengan penyakit paru yang mana paling sering adalah PPOK dan TB.
diketahui karena episodenya banyak yang tidak diketahui. Namun dari sejumlah
terjadi pada penderita dewasa yang berumur sekitar 40 tahun. Laki-laki lebih sering
baru berupa tindakan torakostomi disertai video (VATS = video assisted thoracoscopy
2
mengalami pneumotoraks relaps dan dapat mengurangi lama rawat inap di rumah
sakit2
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pneumotoraks
Pneumothoraks dapat disebabkan karena cedera tumpul atau traum penetrasi pada
dada, prosedur kesehatan atau karena adanya penyakit paru. Pneumothoraks dibagi
Pneumotoraks Spontan primer terjadi pada pasien tanpa adanya penyakit paru
sebeelumnya. Keadaan ini akan menyebabkan hilangnya tekanan negatif pada rongga
spontan primer terjadi pada 7,4 – 18 kasus per 100000 populasi per tahun pada laki-
laki dan 1,2 – 6 kasus per 100000 populasi per tahun pada perempuan. Merokok
ataupun mengonsumsi obat terlarang serta bentuk fisik yang tinggi dan kurus
paru yang mendasari sebelumnya. Penyakit paru yang paling sering menyebabkan
4
tuberculosis, kanker paru, interstitial pneumonitis dan HIV – Pneumocystis carinii
pneumonia.1 Angka kejadian pneuthoraks spontan sekunder sebesar 6,3 kasus per
100000 laki-laki tiap tahun pada dan 2,0 kasus per 100000 perempuan tiap tahun.3
Kejadian pneumothoraks spontan sekunder terjadi paling tinggi pada pasien dengan
penetrasi maupun trauma tumpul yang menyebabkan robeknya pleura, dinding dada
2.2 Patofisiologi
Rongga dada memiliki paru-paru, jantung dan banyak pembuluh darah besar.
Pada tiap sisi dari rongga paru terdapat membrane pleura yang melapisi permukaan
paru atau biasa disebut pleura visceral dan juga terdapat membrane pleura yang
melapisi dinding dada yang biasa disebut sebagai pleura parietal. Diantara pleura
parietal dan pleura visceral terdapat sebuah rongga yang disebut sebagai rongga
pleura. Pada rongga pleura terdapat cairan serosa lubrikan dalam jumlah sedikit.
Paru- paru dapat menggembang secara penuh pada rongga dada dikarenakan tekanan
5
pada paru-paru lebih tinggi daripada tekanan yang berada pada rongga pleura.
Pneumothoraks hanya dapat terjadi jika udara dapat masuk ke dalam rongga pleura.
Masuknya udara ke rongga pleura dapat melalui dinding dada yang rusak atau paru-
paru yang rusak, atau karena mikroorganisme pada rongga pleura yang menghasilkan
gas.
2. Nyeri dada, didapatkan pada 75 – 90% pasien. Nyeri dirasakan tajam pada
sisi yang sakit, terasa berat, tertekan dan terasa lebih nyeri pada gerak
pernafasan.
5. Kulit mungkin tampak sianosis karena kadar oksigen darah yang kurang
6. Tidak menunjukkan gejala yang terdapat pada 5 – 10% pasien, biasanya pada
antara 15 – 40%
6
1. Inspeksi :
dinding dada)
2. Palpasi
a. Pada sisi yang sakit, ruang antar iga dapat normal atau melebar
3. Perkusi
4. Auskultasi
antara lain5 :
1. Bagian pneumotoraks akan tampak lebih lusen, rat dan paru yang kolaps akan
tampak garis yang merupakan tepi paru. Kadang – kadang paru yang kolaps
tidak membentuk garis, akan tetapi berbentuk lobuler sesuai dengan lobus
paru.
7
2. Paru yang mengalami kolaps hanya tampak seperti massa radio opaque yang
berada di daerah hilus. Keadaan ini menunjukkan kolaps paru yang luas
sekali. Besar kolaps paru tidak selalu berkaitan dengan berat ringannya sesak
3. Jantung dan trakea mungkin terdorong ke sisi yang sehat, ruang interkostal
pendorongan jantung atau trakea ke arah paru yang sehat, kemungkinan besar
telah terjadi pneumotoraks ventil dengan tekanan intra pleura yang tinggi
sebagai berikut :
jantung, mulai dari basis sampai apeks. Hal ini terjadi apabila
lambat laun akan bergerak menuju daerah yang lebih tinggi, yaitu
mudah ditembus oleh udara, sehingga bila jumlah udara yang terjebak
8
c. Bila disertai adanya cairan di dalam rongga pleura, maka akan tampak
permukaan cairan sebagai garis datar diatas diafragma (air fluid level).
pada kebanyakan pasien sering tidak diperlukan. Pada pasien dengan gagal napas
2.4.3.3 CT – Scan
secara rutin pada pneumothoraks. Modalitas CT-Scan dapat membantu berbagai hal
seperti :5
CT-Scan telah banyak digunakan pada berbagai praktik klinis untuk menilai
CT-Scan dapat memperlihatkan keseluruhan detail dari parenkim paru dan pleura.
9
2.5 Tatalaksana
udara dari rongga pleura dan menurunkan kecenderungan untuk kambuh lagi. Pada
menutup, maka udara yang berada di dalam rongga pleura tersebut akan
tambahan O2. Observasi dilakukan dalam beberapa hari dengan foto thoraks
2. Tindakan dekompresi
10
klem penyumbat dibuka, akan tampak gelembung udara yang
udara yang keluar dari ujung infuse set yang berada di dalam
botol
telah dibuat dengan bantuan insisi kulit di sela iga ke-4 pada
linea mid aksilaris atau pada linea aksilaris posterior. Selain itu
11
pipa kaca WSD dihubungkan melalui pipa plastic lainnya. Posisi
ekspirasi maksimal.
iv. Torakoskopi
v. Torakotomi
vi. Dekortikasi
vii. Pleurodesis
yang mana memiliki penyakit yang mendasari maka diberikan pengobatan tambahan
dilakukan istirahat total untuk menghindari kerja paru yang berat. Pemberian
12
antibiotic profilaksis setelah tindakan bedah dapat dipertimbangkan, untuk
secara tepat untuk penyakit dasarnya. Untuk sementara waktu, pasien dilarang
mengejan, batuk atau bersin terlalu keras. Bila pasien mengalami kesulitan defekasi
maka diberikan laksan ringan. Kontrol pasien pada waktu tertentu terutama kalau
13
BAB III
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Ny. NH
Umur : 44 tahun
ANAMNESIS
Keluhan utama
14
Riwayat Penyakit Dahulu :
PEMERIKSAAN FISIK
15
Kepala dan leher:
Leher :Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-), JVP 5-2 cmH2O
Paru :
Perkusi : Hipersonor pada lapang paru kanan, sonor pada lapang paru kiri. Batas
paru-hati kanan:SIK VI dekstra.
Jantung :
16
Abdomen :
Palpasi : Supel pada seluruh lapangan abdomen, nyeri tekan (-), Hepar dan
Lien tidak teraba
Perkusi : Timpani pada seluruh lapangan abdomen
Ekstremitas :
Akral hangat, clubbing finger (-), CRT < 2 detik, edema (-/-).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hb : 16,8 g/dL
MCV : 89,5 Fl
MCH : 29,4 pg
Leukosit : 12.000 uL
Ht : 51,1 %
Trombosit : 436.000 uL
Neutrofil :78,3 %
Ureum : 10 mg/dL
17
AST : 196 U/L
Identitas sesuai
Foto PA
Marker Left
Kekerasan cukup
Trakea midline
Tulang klavikula, tulang skapula dan
vertebrae intak
Jaringan lunak baik > 2 cm
Sudut kostofrenikus kanan lancip,
diafragma licin
Sudut kostofrenikus kiri sulit dinilai,
diafragma sulit dinilai
Jantung: terdorong ke kiri
CTR : sulit dinilai
Gambaran lebih radiolusen pada
paru sebelah kanan
Terdapat infiltrat pada paru kiri
18
RESUME :
DIAGNOSIS
MASALAH
- Pneumothoraks Spontan Sekunder
RENCANA PEMERIKSAAN
19
RENCANA PENATALAKSANAAN
Non Farmakologi
20
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada pasien ini ditegakkan diagnosis TB Paru Klinis Baru karena adanya
keluhan batuk berdahak berwarna hijau dengan demam yang hilang timbul serta
keluhan keringat di malam hari serta terdapat penurunan BB sejak 1 bulan terakhir.
Pada pasien ini juga memiliki permasalahan berupa sesak nafas yang semakin
memberat. Sesak nafas merupakan keluhan paling sering pada kasus pneumothoraks.
Pasien ini didiagnosis sebagai pneumothoraks spontan sekunder. Pneumothoraks
spontan dikarenakan pada pasien ini tidak memiliki riwayat trauma tumpul maupun
trauma penetrasi pada daerah dada serta tidak pernah dilakukan penusukan pada
dinding dada dengan alasan medis (iatrogenic). Pneumothoraks spontan sekunder
dikarenakan pada pasien ini terdapat gejala klinis TB dan ditunjang dengan
pemeriksaan foto rontgen dan didapatkan terdapat infiltrat di paru sebelah kiri.
Penyakit TB merupakan salah satu penyebab tersering terjadinya pneumothoraks
spontan sekunder disamping PPOK.
21
fisik dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan maka dapat ditegakkan diagnosis
adalah Terduga TB Paru Klinis Baru dengan Pneumothoraks Spontan Sekunder.
22
DAFTAR PUSTAKA
23