ILMU PENYAKIT DALAM FK UNSRI/RSMH PALEMBANG 2015 PENDAHULUAN PENDAHULUAN
Long QT Syndrome (LQTS) disebabkan oleh adanya
kelainan sistem kelistrikan jantung. Fungsi mekanik jantung sepenuhnya normal. Masalah kelistrikan jantung dipengaruhi oleh karena kerusakan struktur sel otot jantung yang disebut saluran ion.
Kelainan ini menjadi predisposisi seseorang terkena
dampak irama jantung yang sangat cepat (aritmia) yang disebut "Torsade de Pointes" (TdP) yang menyebabkan hilangnya kesadaran secara tiba-tiba (sinkop) dan dapat menyebabkan kematian jantung mendadak PENDAHULUAN
Individu dengan LQTS, sistim konduksi jantungnya
mengalami pemanjangan untuk recharge yang akan mengakibatkan gangguan irama dimana terjadi aritmia yang menyebabkan pompa jantung berhenti memompakan darah keseluruh tubuh.2,3
Kasus pertama LQTS dicatat oleh Meissner tahun 1856
di Leipziq. Pada tahun 1957 pencatatan melalui EKG dibuat oleh Anton Jerwell dan Freud Lange Nielsen.3 PENDAHULUAN
Diagnosis Long QT berdasarkan pada adanya interval
QT 12 lead EKG standar, morfologi gelombang T dan juga gambaran klinis. Dengan dasar tersebut akan membantu penatalaksaan klinis serta memperkirakan resiko berdasarkan genotipe
Tinjauan pustaka ini dibuat untuk menambah wawasan kita
dalam pendekatan diagnosis dan penatalaksanaan Long QT Syndrome yang tepat ELEKTROFISIOLOGI JANTUNG DAN PATOFISIOLOGI Sistem Konduksi Jantung
impuls listrik memulai kontraksi.
SA node merangsang atrium kanan (RA), berjalan melalui Bundel Bachmann dan merangsang atrium kiri (LA). Impuls berjalan melalui internodal pathway di RA ke atrioventricular node (AV node).6 Dari AV node, impuls kemudian bergerak melalui Bundle of His ke arah : RBB LBB Sistem Konduksi Jantung
Right bundle branch (RBB) mendepolarisasi ventrikel
kanan (RV). Left bundle branch (LBB) mendepolarisasi ventrikel kiri (LV) dan septum interventrikular. Kedua Bundle Branch berhenti dalam serat Purkinje, yaitu jutaan serat kecil yang memproyeksikan seluruh miokardium Gambar 1. Anatomi sistem konduksi jantung.6 Kanal Ion
Potensial transmembran (TMP) adalah perbedaan
potensial listrik (tegangan) antara bagian dalam dan luar sel. Ketika ada pergerakan ion positif kedalam sel, TMP menjadi lebih positif, dan ketika ada pergerakan ion positif keluar dari sel, TMP menjadi lebih negatif. Sifat saluran ion jantung antara lain : Selectivity Voltage-sensitive gating Time-dependence Potensial Aksi dan Konduksi Impuls
Tahapan potensial aksi pada sel jantung yang
berbeda Kanal-kanal yang ada bersifat relatif spesifik terhadap ion-ion tertentu, misalnya kanal kalsium terutama dilalui oleh Ca2+, kanal Kalium dilalui oleh K+, kanal Natrium terutama dilalui oleh Na+, dan seterusnya. Dikontrol oleh suatu mekanisme pintu gerbang Potensial Aksi dan Konduksi Impuls
Terbukanya kanal tersebut akan mengakibatkan ion
mengalir melewati membran menurut konsentrasi gradiennya (concentration gradiens) Membran sel jantung sangat permeabel terhadap K+ dan Cl-, sedikit permeable terhadap Na+ dan tidak permeabel terhadap anion organik Pada membran sel terdapat suatu carier transport system (Na+, K+, ATP-ase) yang dikenal sebagai pompa sodium (sodium pump Potensial Aksi dan Konduksi Impuls
Apabila sel dalam keadaan tidak aktif Na+ dan Cl-
lebih banyak berkumpul diluar sedangkan K+ dan anion organik lebih banyak berkumpul didalam membran sel. Distribusi yang tidak seimbang ini menimbulkan suatu gaya tarik-menarik antara ion-ion dimana ion negatif (terutama ion organik) berkumpul dipermukaan dalam sedangkan ion positif (terutama Na+) berkumpul dipermukaan luar membrane. Keadaan ini dikatakan sel berada dalam stadium polarisasi. Gambar 2. Depolarisasi dan gambaran EKG.12 Gambar 3. Potensial aksi otot jantung.13 Potensial Aksi dan Konduksi Impuls
Apabila sel dalam keadaan tidak aktif Na+ dan Cl-
lebih banyak berkumpul diluar sedangkan K+ dan anion organik lebih banyak berkumpul didalam membran sel. Distribusi yang tidak seimbang ini menimbulkan suatu gaya tarik-menarik antara ion-ion dimana ion negatif (terutama ion organik) berkumpul dipermukaan dalam sedangkan ion positif (terutama Na+) berkumpul dipermukaan luar membrane. Keadaan ini dikatakan sel berada dalam stadium polarisasi. Potensial Aksi dan Konduksi Impuls
Selama fase 0, 1, 2, dan sebagian fase 3, sel berada
dalam fase refrakter (tidak tereksitasi) terhadap inisiasi potensial aksi yang baru. Hal ini dinamakan periode refrakter absolut atau effective/absolute refractory period (ERP atau ARP). ERP berfungsi sebagai mekanisme perlindungan jantung dengan membatasi frekuensi potensial aksi yang dapat dibuat oleh jantung. Hal ini memberikan kesempatan bagi jantung untuk mengisi dan mengejeksikan darah Potensial Aksi dan Konduksi Impuls
Pada akhir ERP, sel akan memasuki periode refrakter
relatif atau relative refractory period (RRP). Pada periode ini, dibutuhkan stimulus depolarisasi yang lebih tinggi untuk menimbulkan potensial aksi. Karena tidak semua channel Na+ kembali ke resting state, potensial aksi baru muncul saat periode refraktori relative mencapai fase 0. Gambar 4. Fase potensial aksi jantung pada sel non pacemaker.14 Mekanisme Terjadinya Aritmia
Dapat dikelompokkan menjadi :
takiaritmia (gangguan irama dengan laju cepat) bradiaritmia (gangguan irama dengan laju lambat) Aritmia (arryhthmogenesis) disebabkan oleh tiga mekanisme utama yaitu : gangguan pembentukan impuls gangguan hantaran impuls, kombinasi kedua-duanya. Tabel 1. Mekanisme aritmogenesis.14 Mekanisme Contoh Klinis Gangguan Automatisitas pembentukan Automatisitas normal Sinus takikardi atau impuls bradikardi yang tidak sesuai dengan keadaan klinis; kemungkinan ventrikular parasistol Automatisitas abnormal lrama ventricular terakselerasi setelah infark miokard Triggered activity Long QT Syndrome yang After depolarization dini didapat dan aritmia ventrikular yang berhubungan After depolarization Katekolaminergik tertunda polymorphic ventricular takikardia. Tabel 1. Mekanisme aritmogenesis.14
Mekanisme Contoh Klinis
Gangguan Blok konduksi Bidirectional atau Blok sinoatrial, AV impuls unidirectional dan bundle branch tanpa reentry Unidirectional Takikardia resiprokal dengan reentry pada sindrom Wolff- parkinson White, reentry AV nodal reentry tachycardia, ventricular Tachycardia yang disebabkan oleh bundle branch reentry Tabel 1. Mekanisme aritmogenesis.14
Mekanisme Contoh Klinis
Gangguan Reflection Tidak diketahui kombinasi Interaksi antara Parasistol foci otomatis termodulasi Interaksi antara Blok deceleration- otomatisasi dan dependent, overdrive konduksi suppression of conduction, blok entrance dan exit. DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN LONG QT SYNDROME Definisi
Long QT Syndrome (LQTS) adalah gangguan aktivitas
listrik jantung. Hal ini dapat menyebabkan aritmia yang timbul mendadak, tidak terkontrol dan berbahaya sebagai respon dari latihan atau stres. Aritmia adalah masalah yang timbul pada denyut atau irama jantung. Definisi
LQTS terjadi sebagai akibat dari kecacatan dalam
saluran ion menyebabkan keterlambatan dalam waktu yang dibutuhkan untuk sistem listrik mengisi ulang setelah setiap detak jantung. Ketika interval QT lebih panjang dari normal torsade de pointes, Biasanya, durasi interval QT adalah antara 350 dan 440 milidetik. Gambar 6. EKG normal.18 Gambar 7. Long QT syndrome.20 QTc
Seperti interval RR, interval QT tergantung pada denyut
jantung (lebih cepat denyut jantung maka lebih pendek RR Interval dan interval QT) dan dapat disesuaikan untuk meningkatkan deteksi pasien pada peningkatan risiko terjadinya aritmia ventrikel. Formula Bazzets QTcB = QT R-R Fridericia telah mempublikasikan rumus lain untuk koreksi interval QT, yaitu : QTcF = QT 3 R-R Nilai Interval QT
Definisi QTc yang normal bervariasi dari yang sama
atau kurang dari 0,40 s (400 ms), 0,41s (410ms), 0,42s (420ms) atau 0,44s (440ms) Untuk risiko kematian jantung mendadak, "batas QTc" pada laki-laki adalah 431-450 msec, dan pada wanita 451-470 msec. QTc "abnormal" pada laki-laki adalah QTc di atas 450 msec, dan pada wanita, di atas 470 msec. Gambar 8. QT Scale.21 Gambar 9. Koreksi QT interval berdasarkan denyut jantung.22 Epidemiologi
Kejadian di Amerika Serikat, Long QT syndrome (LQTS)
merupakan gangguan yang underdiagnosis, terutama karena setidaknya 10-15% dari LQTS pembawa gen memiliki durasi QTc normal. Prevalensi LQTS sulit untuk diperkirakan. Namun, mengingat frekuensi saat meningkatnya diagnosis, LQTS dapat diharapkan terjadi pada 1 dari 10.000 orang Di dunia terjadinya LQTS mirip dengan yang di Amerika Serikat.23 Epidemiologi
LQTS lebih umum terjadi pada pasien wanita (60-70%
kasus) dibandingkan pada pasien laki-laki. Dominasi perempuan mungkin terkait dengan QTc yang relatif lama (menggunakan rumus Bazett) pada wanita dibandingkan dengan laki-laki dan tingkat kematian yang relatif tinggi pada pria muda. Pada wanita, kehamilan tidak terkait dengan peningkatan insiden kejadian penyakit jantung, sedangkan periode postpartum penyakit jantung, terutama pada bagian pasien dengan LQT2 Epidemiologi
Kejadian penyakit jantung sangat berkorelasi dengan
menstruasi dari 3 kali lipat menjadi peningkatan 8 kali lipat, terutama dalam bentuk episode berulang sinkop wanita dengan sindrom LQT2 selama dan setelah menopause, dibandingkan dengan saat masa reproduksi.23 Resiko kematian akibat LQTS lebih tinggi pada anak laki- laki dari pada anak perempuan pada usia kurang dari 10 tahun resiko kejadian menjadi sama pada laki-laki dan perempuan setelah usia 10 tahun.23 LQTS harus dipertimbangkan berisiko tinggi bila dikaitkan dengan : 1.Tuli kongenital (sindrom Jervell-Lange-Nielsen). 2.Sinkop berulang karena ventrikel takiaritmia yang malignant 3.Sejarah keluarga dengan kematian mendadak. 4.QTc > 500 ms. 5.2:1 atrioventrikular blok. 6.T wave electric alternans 7.LQT3 genotipe.24 Etiologi
LQTS congenital (Romano-Ward syndrome (autosomal
dominant) dan Jervell and Lange-Nielsen syndrome (autosomal recessive) LQTS didapat, antara lain obat-obatan anti aritmia, gangguan elektrolit (hipokalemia, hipomagnesemia, hipokalsemia), penyakit cerebrovascular (subarachnoid haemmorhage, ischaemic stroke), bradikardia berat (terutama pada AV blok total), hyperthyroidism/hypothyroidis.23,24 Gambar 11. Abnormalitas struktur congenital.27 Tabel 2. Gen yang terdapat pada LQTS.8 Tipe Locus Gen Protein Ion Efek Frek (%) Romano-Ward (autosomal dominant) LQT1 11p15.5 KCNQ1/KVLQT Principal, IKs K 30-35 1 -subunit LQT2 7q35-36 KCNH2/HERG Principal, IKr K 25-30 -subunit LQT3 3p21-p24 SCN5A Principal, INa Na 5-10 -subunit LQT4 4q25-q27 ANKB Accessory, Na/Ca <1 ankyrin- LQT5 21q22.1 KCNE1/mink Accessory, IKs K <1 -subunit LQT6 21q22.1 KCNE2/MiRP1 Accessory, IKs K <1 -subunit Tabel 2. Gen yang terdapat pada LQTS.8
Tipe Locus Gen Protein Ion Efek Frek (%)
Romano-Ward (autosomal dominant)
LQT7a 17q23 KCNJ8 Principal, Kir2.1 - K <1
subunit LQT8b 12p13.3 CACNA1 Principal, Cav1.2 - Ca tipe L <1 subunit LQT9 3p25 CAV3 Accessory, caveolin Na <1 3 LQT10 11q23 SCN4B Accessory, INa 4- Na <1 subunit aAndersen-Tawil Syndrome bTimothy syndrome
Tabel 2. Gen yang terdapat pada LQTS.8
Tipe Locus Gen Protein Ion Efek Frek (%)
Jervell-Lange-Nielsen (autosomal recessive)
JLN1 11p15.5 KCNQ1/KVLQT Principal, IKs K >90,5
1 -subunit JLN 21q22.1 KCNE1/minK Principal, IKs K <0.5 -subunit Long QT syndrome acquired
Obat antiaritmia merupakan penyebab paling banyak
pada LQTS dan Torsade de pointes. Menurut Vaughan-Williams hanya obat antiaritmia kelas III penghambat kanal K+ yang menyebabkan pemanjangan masa aksi potensial dan interval QT, namun demikian beberapa obat kelas I (terutama penghambat kanal Na+) juga menunjukan sifat penghambat kanal K+. Gambar 12. Mekanisme obat anti aritmia.12 Obat obatan anti aritmia
Obat-obatan antiaritmia dibagi menjadi beberapa
golongan yaitu: Kelas l, yang berfungsi memblokade kanal Na pada membran sel Tergantung dari intensitasnya memblokade kanal Na tersebut, kelas I dibagi menjadi : Kelas lA kerjanya intermediate, memperpanjang masa repolarisasi potensial aksi. Menurunkan Vmaks pada semua heart rate. Contoh: kuinidin, prokainamid, disopiramid.14 Kelas IB Kinetik kerjanya cepat dan memperpendek repolarisasi potensial aksi hanya ringan saja. Mempunyai efek yang ringan terhadap kasus dengan heart rate rendah, tetapi mempunyai efek lebih besar pada kasus dengan heart rate tinggi. Contoh: lidokain, meksiletin, fenitoin, tokainid. Kelas IC Kinetik kerjanya lambat dan mempunyai efek kecil terhadap repolarisasi potensial aksi. Contoh: Propafenon, flekainid, lorkainid.14 Obat obatan anti aritmia
Kelas II berfungsi sebagai obat anti simpatik:
menurunkan otomatisasi nodus SA, memperpanjang refrakter nodus AV, menurunkan kecepatan konduksi nodus AV. Golongan ini adalah penyekat beta, misal propranolol dan lainnya.
Kelas III memblokade kanal kalium sehingga
repolarisasi potensial aksi diperpanjang dan pada EKG dapat dilihat dengan perpanjangan QT. Obat ini menekan terjadinya VA kompleks, dengan memperlama periode refrakter. Contoh: amiodaron, bretilium, sotalol (sebetulnya termasuk golongan penyekat beta) Kelas IV merupakan antagonis kalsium yang memperlambat kecepatan konduksi dan memperpanjang masa refrakter dari jaringan dengan potensial aksi yang slow respons misal di nodus AV. Contoh: verapamil, diltiazem.
Digitalis dan adenosin tidak termasuk golongan anti
aritmia. Efek Digitalis yaitu memperlambat ventricular rate sehingga dapat dipakai pada FA, FIAT dan atrial takikardia lain. Adenosin bekerja menterminasi AVNRT dan bekerja di nodus AV Tabel 3. Obat-obat yang menyebabkan pemanjangan interval QT dan TdP.29
menyebabkan kehilangan ion kalium dan natrium dari dalam darah dapat juga menyebabkan LQTS. Sindrom akan berakhir sampai kadar ion-ion ini dalam darah kembali normal. Gangguan makan seperti anoreksia nervosa dan penyakit kelenjar tiroid yang menyebabkan penurunan kadar ion kalium dalam darah juga dapat menyebabkan kelainan ini. Patofisiologi
Jenis gangguan channel (Chanellopathy) yang banyak
terjadi. Pada orang dengan LQTS, saluran ion kalium tidak bekerja seperti biasa. Saluran ini membiarkan ion kalium ke luar sel terlalu lambat. Saluran natrium juga dipengaruhi, sehingga terlalu banyak ion natrium yang masuk ke sel prolong repolarization. Gambar 13. Patofisiologi Jantung normal, LQTS dan Brugada syndrome.29 Patofisiologi
Jika seseorang memiliki LQT1 atau LQT2 aliran ion
kalium melalui saluran ion dalam sel jantung tidak normal dapat menyebabkan masalah ketika berolahraga atau ketika memiliki gangguan emosi.
Jika seseorang memiliki LQT3, aliran ion natrium melalui
saluran ion dalam sel jantung tidak normal masalah biasanya terjadi ketika jantung seseorang berdetak lebih lambat dari biasanya, seperti saat tidur Gambaran Klinis
Gejala-gejala LQTS kongenital dapat terjadi pada bulan
pertama kelahiran ataupun juga pada usia pertengahan. Umumnya gejala-gejala Long QT ini dialami pada saat usia 40 tahun. Kematian sebagian besar terjadi pada penderita berumur 11 tahun sampai 30 tahun Gejala yang biasa terjadi antara lain : Pingsan Kejang Sudden Death Diagnosis
Diagnosis terutama didasarkan adanya pemanjangan QT
pada EKG saat istirahat atau aktifitas ataupun EKG serial Nilai QT > 500 msec dapat dipakai sebagai dasar menegakkan diagnosis. Pingsan yang disertai gambaran khas morfologi gelombang T sangat mendukung untuk menegakkan diagnosis, serta aritmia dari TdP merupakan tanda patognomonis yang penting untuk menegakkan LQTS Diagnosis
Tidak semua orang yang memiliki LQTS akan selalu
memiliki interval QT memanjang pada EKG monitor Holter. Sebuah monitor Holter mencatat aktivitas listrik jantung untuk periode 24 atau 48 jam dapat mendeteksi masalah jantung yang terjadi hanya beberapa menit. Holter berupa perangkat rekaman yang tersedia dalam dua bentuk yang berbeda: Tape recorder portabel kecil (seperti walkman), atau Perangkat digital kecil bentuk pager. Diagnosis
Beberapa orang memiliki pemanjangan interval QT
hanya saat mereka berolahraga dapat dilakukan stress test. Selama stress test, pasien berolahraga untuk membuat jantung bekerja keras dan EKG dilakukan sementara pasien berolahraga. Riwayat pingsan yang tidak diketahui penyebabnya atau kematian mendadak pada masa anak-anak atau dewasa muda terutama saat aktifitas fisik atau emosi atau tenggelam atau hampir tenggelam diduga kemungkinan suatu LQTS Tabel 4. Kriteria diagnosis Long QT syndrome congenital (Schwartz Score) Variable Point Electrocardiogram QTc ms* 480 3 460-470 2 450 (males) 1 Torsade de pointes 2 T wave alternans 1 T wave notches in 3 leads 1 Bradycardia 0.5 Clinical history Syncope With stress 2 Without stress 1 Congenital deafness 0.5 Family history Family members with confirmed 1 LQTS Unexplained sudden death in first 0.5 order family members <30 years Diagnosis
pemeriksaan genetik bisa menjadi informasi tambahan untuk diagnosis. Kegunaan uji genetik antara lain : untuk mengetahui kelainan genetiknya guna menentukan prognosis serta pemilihan pedoman terapi. pada anggota keluarga penderita yang telah diketahui kelainan genetiknya, pemetaan genotype akan membantu untuk menegakkan diagnosis pada yang lainnya. Gambar 15. Contoh elektrokardiogram tiga bentuk LQTS yang paling banyak dijumpai.17 Bentuk LQT1 berkaitan dengan melebarnya gelombang T tanpa pemendekan interval QT yang diakibatkan oleh aktifitas.
LQT2 berkaitan dengan amplitudo gelombang T yang
rendah sering bifida.
LQT3 berkaitan dengan segmen isoelektrik yang
memanjang dan landai, gelombang T yang tinggi Gambar 16. Pendekatan diagnosis LQTS.37 Penatalaksanaan
Pada prinsipnya, pemilihan penatalaksanaan berdasarkan :
Apakah seseorang sudah memiliki gejala, seperti pingsan atau serangan jantung mendadak (Sudden Cardiac Arrest/SCA) Apa jenis LQTS yang dimiliki Berapa besar kemungkinan akan terjadinya pingsan atau SCA. Pengobatan yang paling nyaman buat pasien Perubahan pola hidup
Membuat perubahan gaya hidup yang mengurangi resiko
pingsan atau SCA dapat mencakup menghindari olahraga tertentu dan olahraga berat, seperti berenang, yang dapat menyebabkan kelainan irama jantung. Hindari obat-obatan yang dapat memicu irama jantung abnormal. Menambahkan potassium/kalium untuk diet makanan. Makanan yang kaya akan potassium (seperti pisang) atau minum suplemen kalium sehari-hari juga bermanfaat.15 Obat-obatan
Beta-bloker merupakan obat pilihan terhadap LQTS.
Efek proteksi betabloker berkaitan dengan penghambatan adrenergic sehingga mengurangi risiko aritmia jantung juga memperkecil interval QT. Walaupun telah bertahun-tahun dianjurkan pemberian dosis betabloker relatif besar (mis;3 mg/kg/hari,atau210 mg/hari pada berat badan 70 kg) data terbaru menunjukkan dosis yang lebih rendah memberikan efek proteksi yang sama dengan dosis besar. Propanolol dan nadolol merupakan beta-bloker yang paling sering digunakan, Gambar 17. Mekanisme kerja obat -blocker.12 Alat Kesehatan
Implantable Cardioverter Defibrillator (ICD) menggunakan
tegangan elektrik atau shock untuk mengobati aritmia yang mengancam jiwa yang terjadi di ventrikel. ICD memiliki kabel dengan elektroda pada ujung yang terhubung ke bilik jantung. ICD akan memonitor irama jantung. Jika perangkat mendeteksi ritme yang luar biasa di ventrikel Anda, ia akan menggunakan pulsasi elektrik yang low energy untuk mengembalikan irama normal. Jika pulsasi low energy tidak mengembalikan irama jantung normal, ICD akan beralih ke pulsasi high energy untuk defibrilasi. Gambar 18. Perbandingan antara sebuah ICD dan pacemaker.38 Gambar 19. Indikasi untuk ICD terapi.27 Left Sympathectomy
Pada tahun 1971 gangliectomy simpatik diperkenalkan
sebagai pilihan terapi yang berguna. Pada tahun 1991, Schwartz et al menginformasikan seri pertama dari 85 pasien dengan respon yang buruk terhadap pengobatan beta-blocker stellectomy kiri dimana tingkat kelangsungan hidup 5 tahun adalah 94%. Prosedur ini terdiri dari reseksi dari bagian inferior ganglion stellata dan T2 ke T4 dari left thoracic ganglia of the sympathetic chain. Left Sympathectomy
Merupakan terapi antiadrenergik yang digunakan pada
penderita risiko tinggi terutama yang mengalami serangan berulang yang mendapat terapi betabloker. Stellektomi menurunkan risiko serangan yang bermanfaat pada LQT1 dibandingkan dengan jenis lainnya. Walaupun tindakan ini mengurangi risiko serangan namun tidak sama sekali menghilangkan risiko tersebut, oleh sebab itu ICD lebih baik dibandingkan stellektomi cervicotorak. Ablasi
Telah dilaporkan bahwa ablasi ekstrasistole, yang dalam
beberapa kasus memulai aritmia ventrikel, dapat dilakukan dengan hasil terjadi penurunan angka kejadian.
Namun, belum ada studi jangka panjang dengan jumlah
yang tepat dari pasien dapat membenarkan penggunaan rutin dari teknik ini Hidup dengan kondisi LQTS
Hindari hal-hal yang memicu irama jantung abnormal
Biarkan orang lain tahu bahwa pasien mungkin pingsan atau jantungnya mungkin berhenti berdetak, dan memberitahu mereka apa langkah apa yang dapat mereka ambil. Memiliki rencana di tempat untuk bagaimana menangani irama jantung yang abnormal. Mengobati kondisi-kondisi yang dapat menurunkan kadar natrium atauun kalium dalam darah. Gambar 20. Korelasi genotip-fenotip di LQTS yang paling sering terjadi dan faktor pencetusnya.39 Torsades de Pointes
Torsades de pointes merupakan suatu bentuk subtype dari
polimorfik ventrikel takikardi.40
Patofisiologi khusus untuk torsades klasik :
Interval QT memanjang secara abnormal Meningkatnya periode refrakter relatif ("periode rentan") dari siklus jantung Meningkatkan kemungkinan bahwa fokus iritasi (PVC) akan terjadi pada gelombang T ("periode rentan "atau" fenomena R-on-T ") R-on-T fenomena sering menginduksi timbulnya VT. 40 Gambar 21. Mekanisme Torsades de pointes. 40 Kriteria dari EKG
Atrial rate : tidak dapat menentukan atrial rate
Ventricular rate : 150-250 kompleks / min Rhythm: hanya irama ventrikel yang tidak teratur Interval PR : tidak ada Gelombang P: tidak ada Kompleks QRS: tampilan bentuk "spindle-node. 40 Manifestasi klinis
Mayoritas pasien dengan torsades de pointes memiliki
gejala cardiac output menurun (Orthostasis, hipotensi, sinkop, keterbatasan aktivitas dll) Torsades asimtomatik, torsades berkelanjutan, atau torsades yang stabil jarang terjadi Cenderung ke arah VT atau VF. 40 Penatalaksanaan
Tatalaksana iskemia yang terjadi
Koreksi gangguan elektrolit bila tidak normal Kemudian diberikan terapi (salah satu) : Magnesium Overdrive pacing Isoproterenol (farmakologis overdrive pacing) Fenitoin Lidocaine Penatalaksanaan
Magnesium adalah obat pilihan untuk menekan early-
after depolarization dan mengakhiri aritmia. Magnesium ini dapat mengurangi masuknya kalsium, menurunkan amplitudo early-after depolarization. Magnesium dapat diberikan pada 1-2 gram IV di awal 30-60 detik, yang kemudian dapat diulang dalam 5-15 menit. Atau, infus kontinu dapat dimulai pada tingkat 3- 10 mg / menit. Karena bahaya hypermagnesemia (depresi fungsi neuromuskular), pasien memerlukan pemantauan ketat. Penatalaksanaan
Isoproterenol mempercepat konduksi AV dan
mengurangi interval QT dengan meningkatkan denyut jantung dan mengurangi dispersi temporal pada repolarisasi. Agonis beta adrenergic (isoproterenol) merupakan kontraindikasi dalam bentuk LQTS congenital. Penatalaksanaan
Obat ini digunakan sebagai agen hingga overdrive
pacing dapat dimulai.
Isoproterenol dapat digunakan dalam bradikardi torsade
yang biasanya berhubungan LQTS yang di dapat (pause-dependent).
Diberikan sebagai infus IV berkesinambungan untuk
menjaga detak jantung di atas 90 bpm Prognosis
Resiko terjadinya syncope maupun cardiac arrest pada
pasien LQTS yang tidak diobati, dapat diprediksi dari genotip LQTS (LQT1-8), jenis kelamin dan QTc. Gambar 22. Tingkatan faktor resiko pada LQTS.41 RINGKASAN RINGKASAN
Long QT Syndrome (LQTS) adalah gangguan aktivitas
listrik jantung. Hal ini dapat menyebabkan aritmia yang timbul mendadak, tidak terkontrol dan berbahaya sebagai respons dari latihan atau stress.
Seperti interval RR, interval QT tergantung pada denyut
jantung (lebih cepat denyut jantung maka lebih pendek RR Interval dan interval QT). Koreksi klinis standar adalah dengan menggunakan rumus Bazett.21 RINGKASAN
Adapun penyebab dari LQTS dan torsades de pointes
antara lain : LQTS kongenital (Romano-Ward syndrome (autosomal dominant) dan Jervell and Lange-Nielsen syndrome (autosomal recessive), dan LQTS didapat, antara lain obat-obatan anti aritmia, gangguan elektrolit (hipokalemia, hipomagnesemia, hipokalsemia), penyakit cerebrovascular (subarachnoid haemmorhage, ischaemic stroke), bradycardia berat (terutama pada AV blok total), hyperthyroidism/hypothyroidis.23,24 RINGKASAN
Gejala klinis yang biasa terjadi berupa pingsan, kejang,
maupun sudden death. Schwartz dkk pertama kali mengemukakan kriteria diagnosis pada tahun 1985, akan tetapi dengan ditemukannya beberapa perbedaan parameter klinis sehingga Schwartz dkk mengemukakan kriteria baru pada tahun 1993 RINGKASAN
Untuk penatalaksanaannya, pada pasien dapat diberikan
edukasi mengenai perubahan pola hidup, obat-obatan berupa Beta-Blocker, Sodium Channel Blocker untuk LQT3, pemasangan Implantable Cardioverter Defibrillator (ICD), ataupun pacemaker, serta Left Sympathectomy.1,15,28,38,39
Untuk prognosis, dibagi berdasarkan resiko terjadi
syncope maupun cardiac arrest, antara lain : High risk (> 50%), Intermediate risk (30-50%), dan Low risk (< 30%) TERIMA KASIH